Usia kandungan Mentari sudah masuk lima bulan.
Sekarang Benji dan Mentari sedang berada di ruang makan.
Benji menduduk kan Mentari di atas meja makan.
Mentari jadi was-was di buat nya, Mentari sangat tau apa yang akan Benji lakukan.
Mentari menahan dada Benji Yang semakin dekat ke arah nya, dia menoleh ke kiri kanan, takut bibik masuk ke sini.
Benji menahan dagu Mentari.
Cup
Dia mencium bibir Mentari, lalu melumat nya dengan penuh nafsu.
Mentari mencoba melepaskan ciuman Benji.
"Kak nanti ada Bibik..." Ujar nya Setelah berhasil melepaskan ciuman mereka, dengan napas tersengal."Biarin.." ujar Benji santai.
Benji kembali melumat bibir Mentari, lalu turun ke lehernya.
tangan Benji masuk ke dalam baju Mentari. Dia mengelus pinggang lalu perut, dan naik ke atas. Mere
Benji baru pulang dari kantor, dia langsung menuju ke kamarnya.Benji membuka pintu kamarnya, dia menghembuskan napasnya. Mentari nggak ada lagi di kamar.Sudah satu Minggu begini terus. Semenjak ibunya pindah ke sini. Mentari nggak pernah pulang ke rumah ini, bahkan Mentari tidur sama ibunya.Awalnya Benji setuju-setuju aja karena Mentari pasti kangen sama ibunya.Tapi kalau begini terus Benji jadi terlantar, berasa bujangan yang nggak punya istri.Mentari nggak pernah lagi nyiapin bajunya, bahkan tidur pun Benji sendirian.Benji membuang jas dan tas kerjanya ke atas ranjang.Dia pun segera pergi ke rumah mertuanya yang tepat berada di depan rumahnya, pokoknya dia harus bawa Mentari pulang sekarang juga."Tari..." Panggil Benji, saat masuk ke dalam rumah mertuanya."Jangan teriak-teriak, lo kira hutan. Udah kayak monyet."
Kandungan Mentari udah masuk sembilan bulan.Dan sekarang sudah waktunya Mentari untuk lahiran.Benji berjalan mondar-mandir di depan ruang persalinan. Dia belum di perbolehkan masuk.Dia sangat cemas sekarang dia berharap Mentari dan anak nya selamat."Tenang Benji..." Ujar Herman menenangkan menantu nya.Sementara Mira ibu Mentari juga sangat cemas sekarang, bahkan dia sudah menangis.Reyhan yang biasa pecicilan saja, sekarang jadi diam. Dia juga cemas menunggu kelahiran keponakan nya."Suaminya silahkan masuk.." ujar suster yang baru saja keluar dari dalam ruang persalinan.Dengan cepat Benji masuk ke dalam."Sayang..." Ujarnya dengan berjalan mendekat ke ranjang yang di tempati Mentari."Sakit kak hiks..." Ujar Mentari dengan menangis.Benji menggenggam tangan Mentari erat."Kamu pasti bisa..
Oek.. oek...Pagi-pagi suara tangis bayi sudah terdengar nyaring di ruang rawat Mentari.Benji langsung bangun."Anak Daddy haus ya..." Ujarnya.Benji segera menggendong anak nya.Membawanya ke ranjang."Sayang dia haus..." Ucap Benji membangunkan Mentari.Tangis Bachtiar tak kunjung berhenti.Mentari membuka matanya perlahan. Setelah itu dia langsung duduk."Sini sayang..." Ujar nya dengan meraih tubuh Bachtiar, lalu memangku ya."Haus ya..." Ucap nya. Mentari pun membuka bajunya, lalu menyusui anaknya."Sakit nggak?." Tanya Benji, kala melihat Mentari menyusui."Sedikit.." ucap Mentari.Benji menelan ludah nya susah payah, kala melihat Bachtiar menyusu, dia iri.Benji menggelengkan kepalanya, dia mengelus dadanya."Sabar, lo masih harus puasa empat pul
Mentari dan Benji pun akhirnya pulang ke rumah.Sesampainya di rumah, mereka di kejutkan dengan kehadiran semua keluarga mereka. Katanya mau menyambut kelahiran nya BachtiarDi sana ada ibu Mentari, Herman, Reyhan. Mila dan suaminya, ada Lea dan orang tuanya juga.Prass ayah nya Lea, alias adiknya mamahnya Benji langsung menggendong Bachtiar."Cucu opa.." ucapnya.Mata Prass berkaca-kaca, dia jadi ingat kakaknya, Dewi.Kalau Dewi ada di sini dia pasti sangat senang, karena Benji sudah punya anak. Apalagi istri Benji anak dari sahabatnya sendiri.Prass menoleh ke arah Benji."Selamat ya, Om yakin kamu pasti bisa jadi ayah yang baik..." Ujar Prass.Setelah apa yang Benji alami selama ini, dia nggak pernah dapat kasih sayang dari ayahnya. Prass yakin, Benji pasti akan memperlakukan anaknya sebaik mungkin.Benji mengangguk kan kepalnya dengan pasti.Sementara Mentari dia sudah duduk di sebelah Mila.
Hari demi hari telah Mentari dan Benji lalui.Menikmati peran sebagai orang tua dan juga pasangan suami istri.Sampai akhirnya Bachtiar umur lima tahun sekarang.Pernikahan mereka pun sudah berjalan selama enam tahun.Mentari membolak-balik album foto yang ada di tangannya, dia tidak menyangka Bachtiar sudah sebesar ini sekarang."Mommy..." Teriak suara anak kecil dari luar.Mentari pun segera menaruh album foto yang ada di tangannya. Dia langsung berjalan keluar untuk menemui anaknya."Jangan sampai dia buat ulah lagi..." Ucap Mentari.Pasal nya anak nya yang ganteng itu, selalu saja melakukan hal yang membuat Mentari kesal.Bachtiar itu sangat aktif, pecicilan, nggak mau diam. Mentari heran Bachtiar dapat sifat itu dari siapa, padahal dia dan Benji kan pendiam."Mommy...." Teriak Bachtiar lagi.
Mentari bangun pagi sekali. Niatnya untuk bicara sama Benji semalam gagal. Karena Benji langsung tidur setelah masuk kamar.Dan pagi ini Mentari harus ngomong sama Benji, menanyakan apa salah nya. Sampai Benji mendiaminya.Tak.Tak.Tak.Suara langkah kaki, membuat Mentari menoleh. Disana ada Benji yang sudah rapi dengan baju kerjanya.Padahal sekarang baru jam setengah tujuh pagi, biasanya Benji berangkat ke kantor jam setengah sembilan."Kak..." Serunya."Ayo kita sarapan dulu..." Ajak nya."Gue udah kenyang..." Jawab Benji sinis, lalu dia pun lanjut berjalan lagi.Namun Mentari menghentikan nya, dengan menahan tangan Benji."Kenyang dari mana? Kakak kan belum sarapan..." Ucap Mentari.Benji menghembus kan napasnya.
Mentari mengantar Bachtiar ke sekolah, walau dengan hati yang berkecamuk, karena kepikiran soal Benji.Bachtiar juga dari tadi merengek mencari Daddy nya, karena Benji pergi tanpa pamit.Mentari bilang kalau Benji pergi kerja, karena buru-buru jadi nggak bisa ngantar Bachtiar sekolah.Sekarang Bachtiar lagi masuk ke dalam kelas, dia berkenalan dengan teman-teman baru nya tadi.Bachtiar itu mudah akrab sama orang, dan dia juga nggak takut sama orang baru, jadi mudah untuk beradaptasi.Mentari melihat handphone nya berharap Benji menelpon nya dan menjelaskan semuanya.Tapi sayang, Benji sama sekali nggak ada kabar, bahkan nomornya juga nggak aktif."Jahat kamu kak..." Ucap Mentari kesal.Pikiran buruk sudah menghantui Mentari, apa Benji beneran pergi sama perempuan yang bernama Rani itu? Siapa Rani? Batin Mentari."Kamu seli
Mentari mengajak Bachtiar untuk menginap di hotel. Mereka sudah pulang dari rumah Mila tadi.Mila menyuruh nya untuk bicara baik-baik dulu sama Benji.Tapi Mentari masih mau sendiri, jadi dia pura-pura pulang saja. Padahal dia sama sekali nggak pulang ke rumah. Dia lebih memilih untuk menginap di hotel untuk malam ini.Mentari menidurkan Bachtiar di kasur, Bachtiar sampai ketiduran sangking capek nya."Maaf ya nak..." Ucap Mentari sedih, dengan memandang wajah anaknya.Dia merasa bersalah karena harus membawa-bawa anak nya untuk pergi kayak gini.Mentari merebahkan tubuhnya, dia menatap langit-langit kamar hotel. Mentari menghembuskan napasnya berat.Kenapa harus ada cobaan begini di rumah tangganya.Apa mungkin Benji selingkuh? Tapi Mentari juga takut kalau dia salah paham.Mila menyuruhnya bicara baik-baik dulu sama Benj
Benji meraih tangan Mentari, lalu menggenggam nya erat. "Untuk orang yang pertama kali jatuh cinta, gue bingung sebenarnya mau bertindak bagaimana. Makanya akhirnya yang bisa gue lakuin cuma maksa lo buat jadi pacar gue.." ujar Benji melanjutkan ceritanya. Dia ingat banget waktu itu, dia memacari Mentari tanpa persetujuan Mentari, alias maksa. "Dan lo selalu nangis setiap gue deketin.." ujar Benji dengan tertawa lucu. Mentari pun ikut tertawa, dia takut banget sama Benji waktu itu. "Gue sempat mikir waktu itu, apa muka gue serem banget.." ujar Benji lagi. " Bukan serem, kakak tu ganteng. Cuma galak.." sanggah Mentari. "Kalau gue ganteng, kenapa lo nggak mau sama gue waktu itu?" Tanya Benji heran. "Ya... Karena aku nggak yakin kakak suka sama aku. Aku tu mikir kok bisa, orang kayak kakak, suka sama aku yang biasa aja.." ucap Mentari
"semakin gue perhatiin semakin gue tertarik sama lo.." ujar Benji melanjutkan ceritanya, nggak mau Mentari berlarut-larut dalam kesedihan nya.Mentari pun kembali mendengarkan cerita Benji."Walaupun lo sering di Jahatin, lo tetap semangat pergi kuliah, itu yang bikin gue salut. Lo tetap senyum setiap masuk ke kampus, dan walaupun sendirian gue ngelihat lo tetap bahagia, lo kayak punya dunia sendiri.." ujar Benji.Waktu itu tanpa sadar saat melihat Mentari tersenyum, Benji juga ikut tersenyum, seakan tertular."Akhirnya gue sadar, kalau ternyata kita sama, sama-sama sendirian dan kesepian. Lo sendirian karena di jauhi teman-teman lo, gue sendirian karena nggak mau dekat sama siapa pun.."Kala melihat Mentari dia seperti melihat dirinya sendiri, kesepian nggak punya teman. Tapi sebenarnya hidup mereka, nggak semenyedihkan itu. Mentari dan Benji sama-sama menikmati kesepian mereka. Karena itu membuat mereka tenang."Dari situ pula, gue m
"turun dulu kaki gue kesemutan.." ucap Benji ke Mentari, akibat terlalu lama memangku Mentari."Lemah." Ucap Mentari pelan, dengan turun dari pangkuan Benji."Apa?" Ujar Benji, dia masih bisa mendengar ucapan Mentari."Nggak.." ujar Mentari dengan tersenyum semanis mungkin takut di amuk Benji. Karena sudah mengatainya.Sementara Benji nggak mau ambil pusing, dia meluruskan kakinya. Supaya kesemutan nya hilang."Kak gimana kalau kita ceritanya dengan duduk di sana aja" ajak Mentari dengan menunjuk sofa besar yang ada di dekat jendela kamar mereka.Mereka berdua biasanya duduk di sana kalau malam, terus lihat bintang-bintang.Mentari langsung berjalan ke sofa itu tanpa menunggu jawaban dari Benji."Wah... Banyak banget bintang nya..." Ujar Mentari dengan duduk di sofa itu.Tak lama Benji pun menyusul duduk di sana, saat kakinya sudah mendingan.Mau cerita aja, banyak Drama nya."Terus gimana?" Tanya Mentari t
"aku takut banget rasanya hiks..." Ujar Mentari di sela tangisnya.Benji menjauhkan wajah Mentari dari lehernya. Wajah Mentari terlihat sembab, dan matanya juga bengkak.Jujur Benji tidak suka kalau melihat Mentari menangis, apalagi itu karena dirinya."Udah.." ucapnya dengan menghapus air mata Mentari."Aku terus berpikir buruk, aku bingung kenapa kakak begitu? Apa aku ada salah?" Ujar Mentari mengungkapkan semua unek-unek nya.Benji terus menghapus air mata Mentari yang keluar, dia diam saja membiarkan Mentari mengeluarkan semua isi hatinya."Aku takut kalau kakak ninggalin aku sama Bachtiar, terus aku harus gimana?" Ujar Mentari sedih."Nggak akan..." Jawab Benji tegas.Cup.Benji mengecup bibir Mentari."Udah ya.." ujarnya sekali lagi, dengan mengelus pipi Mentari."Ta
"cium dong..." Ujar Benji dengan memajukan wajahnya ke depan muka Mentari.Dari acara kejutan tadi, sampai sekarang Mentari masih terus mendiaminya. Bachtiar juga gitu.Tadi Benji menitipkan Bachtiar dulu ke rumah mertuanya, dia harus membujuk Mentari dulu sekarang. Kalau masalah anaknya gampang, tinggal di beliin mainan aja nanti juga baik lagi."Tari..." Seru Benji, saat Mentari diam saja."Suaminya lagi ngomong juga, malah sibuk main handphone.." ujar Benji lagi.Benji mengambil hp yang ada di tangan Mentari, lalu mengantongi nya.Mentari menatap Benji dengan kesal."Makanya ngomong dulu..." Ucap Benji.Mentari membuang mukanya, dia masih kesal sama Benji. Mentari mengambil laptopnya, biarin aja hp nya di ambil sama Benji. Dia masih bisa main game dan nonton di laptop.Benji menghembuskan napasnya sabar. Dia ikut naik k
Benji jadi menyesal melakukan rencana kejutan ini. Dia menyesal membuat Mentari menangis sampai seperti ini.Selama mereka menikah, mereka nggak pernah merayakan anniversary. Bahkan Benji dan Mentari juga nggak pernah merayakan ulang tahun mereka selama mereka kenal. Kecuali ulang tahun Bachtiar.Alasan nya, kalau Mentari dia memang nggak suka ngerayain ulang tahun. Kalau Benji sendiri dia pasti sedih kalau ingat tentang perayaan ulang tahun, membuatnya jadi ingat dengan perlakuan papinya dulu.Kado ulang tahun yang Benji sangat ingin kan dari dulu. Yaitu di peluk dan di sayang sama papinya, tapi sayang sampai sekarang keinginan itu belum terwujud.Makanya Benji malas kalau merayakan ulang tahun.Dan di perayaan pernikahan mereka yang ke enam tahun ini lah, akhirnya Benji punya ide untuk pertamakali nya mereka harus merayakan nya."Rani siapa?" Tanya Mentari masih me
Mentari melajukan mobilnya menuju rumahnya. Dia harus segera pulang untuk bertemu dengan Benji.Walaupun mungkin Benji nggak ada di rumah. Mentari akan menunggu nya sampai Benji pulang."Mi.... kita langsung pulang?" Tanya Bachtiar.Mentari mengangguk kan kepalanya."Yes.." ucap Bachtiar senang."Kasihan Bambang, Sri sama Joko belum di kasih makan.." ujar Bachtiar.Bachtiar ingat sama binatang peliharaan nya. Yang dari kemarin dia tinggal, pasti mereka semua kelaparan.Mentari menggelengkan kepalanya, dia berharap semoga semua binatang peliharaan Bachtiar mati.Salah sendiri pelihara binatang aneh, kecoak, tikus bahkan kecebong.Nanti Mentari harus cari cara untuk membuang mereka semua.Setelah tiga puluh menit mobil Mentari pun tiba di depan rumahnya.Tin...tin...
Mentari membereskan semua barang-barang nya, dia akan pulang hari ini.Nggak ada guna nya pergi-pergi begini, lari dari masalah tidak akan menyelesaikan masalah.Lebih baik di hadapi dan selesaikan semuanya.Rasa kesal nya ke Benji semakin menjadi-jadi, karena sampai pagi ini Benji sama sekali nggak menghubungi nya dan mencarinya.Apa dia nggak khawatir anak dan istrinya hilang, batin Mentari."Mommy kita pulang sekarang?" Tanya Bachtiar, dia sibuk memasukan mobil-mobilan nya ke dalam tas sekolah nya."Iya, Tiar kan mau sekolah..." Ujar Mentari.Sebelum pulang Mentari harus mengantar Bachtiar sekolah dulu, dan menunggui nya sampai selesai. Setelah itu mereka baru pulang ke rumah."Tiar sini deh..." Panggil Mentari, menyuruh anaknya untuk mendekat ke arahnya."Kenapa Mommy..." Ujar Bachtiar, dengan berlari mendekat ke Mommy
Mentari mengajak Bachtiar untuk menginap di hotel. Mereka sudah pulang dari rumah Mila tadi.Mila menyuruh nya untuk bicara baik-baik dulu sama Benji.Tapi Mentari masih mau sendiri, jadi dia pura-pura pulang saja. Padahal dia sama sekali nggak pulang ke rumah. Dia lebih memilih untuk menginap di hotel untuk malam ini.Mentari menidurkan Bachtiar di kasur, Bachtiar sampai ketiduran sangking capek nya."Maaf ya nak..." Ucap Mentari sedih, dengan memandang wajah anaknya.Dia merasa bersalah karena harus membawa-bawa anak nya untuk pergi kayak gini.Mentari merebahkan tubuhnya, dia menatap langit-langit kamar hotel. Mentari menghembuskan napasnya berat.Kenapa harus ada cobaan begini di rumah tangganya.Apa mungkin Benji selingkuh? Tapi Mentari juga takut kalau dia salah paham.Mila menyuruhnya bicara baik-baik dulu sama Benj