Mentari tersenyum senang, akhirnya dia bisa melihat bunga sakura secara langsung.
"Senyum terus, entar kering gigi Lo.." ujar Benji.
Mentari melirik Benji dengan sinis, Benji selalu saja merusak suasana.
"Kak ayo kita foto lagi..." Ajak Mentari dengan menarik tangan Benji.
Benji menghembus kan napasnya lelah, Mentari sudah berfoto puluhan kali masih saja kurang.
"Untung cinta.." batin Benji.
Kalau tidak, dia tidak akan mau melakukan nya.
"Besok-besok kita bawa fotografer aja lah.." ujar Benji, dia capek kalau terus di suruh memoto Mentari begini.
Apalagi Benji di suruh ngulang foto terus. Mentari selalu saja protes, yang katanya foto nya jelek lah, gendut lah.
"Ide bagus, soalnya kakak motonya jelek-jelek.." ucap Mentari menyindir.
Benji melotot kan matanya kesal, dia sudah capek dari tadi mengiku
Mentari dan Benji berjalan menyusuri Takeshita street (Takeshita dori). Jalanan ini sangat terkenal di Jepang.Dan tempat ini juga sangat ramai, banyak makanan dan juga sovenir yang di jual di sini.Benji merasa risih sebenarnya berada di tengah keramaian begini, tapi dia sudah terlanjur berjanji untuk membawa Mentari ke sini.Mentari juga tidak suka ramai sebenarnya, tapi dia sangat ingin kesini.Benji berkali-kali menghembuskan napas nya. Sepertinya mereka salah memilih tempat bulan madu.Lebih baik memilih tempat yang sepi sunyi, jadi dia bisa berduaan terus dengan Mentari."Ayo kita pulang aja.." ajak Benji entah sudah ke berapa kalinya.Mentari menekuk bibirnya kesal. Benji terus saja mengajaknya pulang."Kakak, ikhlas nggak sih ngajak aku kesini.." ujar Mentari."Enggak, kan Lo yang maksa" jawab Benji.
Mentari dan Benji sudah pulang ke Indonesia.Dan sekarang Mentari sudah siap dengan baju setelan kantornya. Celana panjang berwarna navy, dalaman berwarna putih serta blazer berwarna navy juga.Walupun Mentari belum tau posisinya sebagai apa di sana. Dia berharap semoga posisinya sesuai dengan keahliannya. Yaitu di divisi keuangan."Pasangin dasi gue.." pinta Benji memberikan dasi di tangannya ke Mentari.Mentari menatap dasi di tangannya dengan bingung."Pasangin.." pinta Benji sekali lagi, saat melihat Mentari hanya diam saja."Aku nggak bisa.." ujar Mentari. Dia tidak pernah memasang dasi sebelumnya.Waktu sekolah dulu ibunya yang memasang kan dasinya.Benji hanya diam dan terus menatap ke arah Mentari.Mentari yang melihat itu, langsung tersenyum lebar."Maaf ya kak, nanti aku bakal belajar." Ujarnya.
Mira melihat ke arah Benji dan Mentari bergantian. Keduanya hanya diam saja dari tadi."Kalian kenapa?" Tanya Mira.Membuat Benji dan Mentari menoleh ke arahnya."Nggak papa buk.." ujar Mentari menyahuti.Sementara Benji memilih diam."Berantem?" Tebak Mira. Dia yakin Benji dan Mentari pasti lagi ada masalah.Benji dan Mentari hanya diam tidak menyahuti ibunya.Semenjak bertengkar di kantor tadi, mereka memang tidak saling bicara."Nggak papa berantem, itu biasa buat orang yang sudah menikah. Tapi ya jangan lama-lama, nggak baik." Nasehat Mira.Dia nggak heran kalau Benji dan Mentari bertengkar, karena dia dulu juga begitu dengan suaminya. Apalagi mereka kan pengantin baru, jadi masih butuh penyesuaian.Mentari dan Benji mengangguk sebagai jawaban.Benji sangat kesal dengan Mentari maka ny
" ya udah lah, aku ke kantin aja duluan.." ujar Mentari.Pasal nya sekarang sudah jam satu siang. Sudah waktunya makan siang. Dan Benji belum selesai juga meetingnya.Mentari di tinggal di ruang kerja Benji sendirian.Mentari sangat lapar, kalau menunggu Benji entah kapan kembalinya. Jadi dia memutus kan untuk makan di kantin kantor saja sendirian.Sekalian keliling kantor, untuk melihat suasana di kantor ini. Selama dua hari kerja di sini Mentari sama sekali belum kemana-mana, dia hanya terkurung di ruangan Benji.Mentari tak berhenti membuka mulutnya lebar, dia sangat kagum dengan kemewahan kantor Benji."Selamat siang Buk..." Sapa para pegawai yang berpapasan dengan Mentari."Siang.." jawab Mentari ramah.Mentari segera memesan makan siangnya, dia pesan ayam bakar dan es teh. Setelah itu Mentari duduk di salah satu bangku yang ada di po
"apa ini...." Ujar Benji dengan menusuk-nusuk lemak yang ada di perut Mentari usil."Ih.. kak Benji.." ujar Mentari kesal.Benji terkekeh lucu melihat wajah Mentari.Hari ini, hari Minggu dan mereka sedang bersantai di kamar.Tok...tok...Ada yang mengetuk pintu kamar mereka."Benji, Mentari ayo makan siang, ibu tunggu di bawah." teriak Mira."Iya Bu..." Jawab Benji.Sementara Mentari hanya diam saja.Benji segera berdiri ingin keluar, namun dia menghentikan langkahnya saat melihat Mentari tak kunjung beranjak dari tempatnya."Ayo makan.." ajak Benji.Biasanya Mentari paling cepat kalau di ajak makan."Nggak mau, lagi diet.." ucap Mentari dengan bersedekap dada.Benji menghembuskan napasnya, ini pasti gara-gara kelakuan nya tadi.
"cium lagi...." Pinta Benji dengan mendekat kan wajahnya ke Mentari.Mentari menghembuskan napasnya entah sudah ke berapa kali, Benji minta di cium."Merem dulu..." Suruh Mentari.Benji pun menurut, dia segera memejamkan matanya dengan memajukan bibirnya.Mentari tertawa geli melihat Benji begini. dia segera mengambil handphone nya lalu memotret Benji.Mentari sangat puas dengan hasil fotonya, kapan lagi punya foto Benji yang menggemaskan begini.Bagaimana kalau orang-orang kantor, atau teman kampus mereka tau. Pasti akan heboh.Benji yang biasanya garang Dan menyeramkan, sekarang malah terlihat imut dan menggemaskan.Mereka pasti akan tertawa melihat Benji yang begini.Benji membuka matanya, saat Mentari tak kunjung menciumnya."Ngapain lo..?" Tanyanya."E...enggak.." jawab Mentari, dia menyembunyika
"DASAR ANAK KURANG AJAR.." teriak seseorang.Membuat Benji, Mentari, dan papinya menoleh ke arah pintu masuk.Ada Laras yang berdiri di sana, dia menatap Benji dengan marah."Ini drama yang gue bilang kemarin.." bisik Benji ke Mentari dengan tersenyum.Masih sempat-sempatnya Benji berbicara begitu, batin Mentari.Bram yang melihat istirnya, langsung menahan Laras yang hendak menampar Benji."Sudah hentikan.." ujarnya."KAMU NGEBELAIN ANAK KURANG AJAR INI..." teriak Laras memaki suaminya."GARA-GARA DIA JIMI MASUK PENJARA.." ujar Laras lagi."Bukan karena saya, tapi itu ulah anak lo sendiri ibu Laras..." Ujar Benji mengejek.Laras melototkan matanya ke arah Benji."INI SEMUA GARA-GARA KAMU ANAK SIALAN, KARENA KAMU KELUARGA SAYA JADI SUSAH. DASAR PEMBAWA SIAL" teriak Laras tak terima."Tolong
Mentari sedang menemani Mila memilih undangan untuk pernikahan nya.Sebentar lagi Mila akan menikah dengan Dito. Karena Dito tidak bisa menemani Mila, jadi Mila meminta Mentari menemaninya.Lagian mereka juga sudah lama tidak pergi bersama.Setelah memilih undangan, mereka berdua pergi ke mall untuk jalan-jalan.Sekarang mereka sedang makan berdua, sambil ngobrol."Jadi lo mutusin untuk berhenti kerja.." ucap Mila.Mentari mengangguk. Dia memang memutuskan untuk berhenti kerja di kantor Benji. Lagian juga di sana dia nggak ngapa-ngapain jadi percuma."Habisnya aku di sana nggak ngapa-ngapain, cuma di kurung di ruangan kak Benji..." Keluh Mentari."Ya udah lah Tar, mending di rumah jadi ibu rumah tangga aja. Nanti gue juga kalau udah nikah bakal di rumah aja" ucap Mila."Dan lo jadi banyak waktu kan sama ibu lo, Itu kan yan
Benji meraih tangan Mentari, lalu menggenggam nya erat. "Untuk orang yang pertama kali jatuh cinta, gue bingung sebenarnya mau bertindak bagaimana. Makanya akhirnya yang bisa gue lakuin cuma maksa lo buat jadi pacar gue.." ujar Benji melanjutkan ceritanya. Dia ingat banget waktu itu, dia memacari Mentari tanpa persetujuan Mentari, alias maksa. "Dan lo selalu nangis setiap gue deketin.." ujar Benji dengan tertawa lucu. Mentari pun ikut tertawa, dia takut banget sama Benji waktu itu. "Gue sempat mikir waktu itu, apa muka gue serem banget.." ujar Benji lagi. " Bukan serem, kakak tu ganteng. Cuma galak.." sanggah Mentari. "Kalau gue ganteng, kenapa lo nggak mau sama gue waktu itu?" Tanya Benji heran. "Ya... Karena aku nggak yakin kakak suka sama aku. Aku tu mikir kok bisa, orang kayak kakak, suka sama aku yang biasa aja.." ucap Mentari
"semakin gue perhatiin semakin gue tertarik sama lo.." ujar Benji melanjutkan ceritanya, nggak mau Mentari berlarut-larut dalam kesedihan nya.Mentari pun kembali mendengarkan cerita Benji."Walaupun lo sering di Jahatin, lo tetap semangat pergi kuliah, itu yang bikin gue salut. Lo tetap senyum setiap masuk ke kampus, dan walaupun sendirian gue ngelihat lo tetap bahagia, lo kayak punya dunia sendiri.." ujar Benji.Waktu itu tanpa sadar saat melihat Mentari tersenyum, Benji juga ikut tersenyum, seakan tertular."Akhirnya gue sadar, kalau ternyata kita sama, sama-sama sendirian dan kesepian. Lo sendirian karena di jauhi teman-teman lo, gue sendirian karena nggak mau dekat sama siapa pun.."Kala melihat Mentari dia seperti melihat dirinya sendiri, kesepian nggak punya teman. Tapi sebenarnya hidup mereka, nggak semenyedihkan itu. Mentari dan Benji sama-sama menikmati kesepian mereka. Karena itu membuat mereka tenang."Dari situ pula, gue m
"turun dulu kaki gue kesemutan.." ucap Benji ke Mentari, akibat terlalu lama memangku Mentari."Lemah." Ucap Mentari pelan, dengan turun dari pangkuan Benji."Apa?" Ujar Benji, dia masih bisa mendengar ucapan Mentari."Nggak.." ujar Mentari dengan tersenyum semanis mungkin takut di amuk Benji. Karena sudah mengatainya.Sementara Benji nggak mau ambil pusing, dia meluruskan kakinya. Supaya kesemutan nya hilang."Kak gimana kalau kita ceritanya dengan duduk di sana aja" ajak Mentari dengan menunjuk sofa besar yang ada di dekat jendela kamar mereka.Mereka berdua biasanya duduk di sana kalau malam, terus lihat bintang-bintang.Mentari langsung berjalan ke sofa itu tanpa menunggu jawaban dari Benji."Wah... Banyak banget bintang nya..." Ujar Mentari dengan duduk di sofa itu.Tak lama Benji pun menyusul duduk di sana, saat kakinya sudah mendingan.Mau cerita aja, banyak Drama nya."Terus gimana?" Tanya Mentari t
"aku takut banget rasanya hiks..." Ujar Mentari di sela tangisnya.Benji menjauhkan wajah Mentari dari lehernya. Wajah Mentari terlihat sembab, dan matanya juga bengkak.Jujur Benji tidak suka kalau melihat Mentari menangis, apalagi itu karena dirinya."Udah.." ucapnya dengan menghapus air mata Mentari."Aku terus berpikir buruk, aku bingung kenapa kakak begitu? Apa aku ada salah?" Ujar Mentari mengungkapkan semua unek-unek nya.Benji terus menghapus air mata Mentari yang keluar, dia diam saja membiarkan Mentari mengeluarkan semua isi hatinya."Aku takut kalau kakak ninggalin aku sama Bachtiar, terus aku harus gimana?" Ujar Mentari sedih."Nggak akan..." Jawab Benji tegas.Cup.Benji mengecup bibir Mentari."Udah ya.." ujarnya sekali lagi, dengan mengelus pipi Mentari."Ta
"cium dong..." Ujar Benji dengan memajukan wajahnya ke depan muka Mentari.Dari acara kejutan tadi, sampai sekarang Mentari masih terus mendiaminya. Bachtiar juga gitu.Tadi Benji menitipkan Bachtiar dulu ke rumah mertuanya, dia harus membujuk Mentari dulu sekarang. Kalau masalah anaknya gampang, tinggal di beliin mainan aja nanti juga baik lagi."Tari..." Seru Benji, saat Mentari diam saja."Suaminya lagi ngomong juga, malah sibuk main handphone.." ujar Benji lagi.Benji mengambil hp yang ada di tangan Mentari, lalu mengantongi nya.Mentari menatap Benji dengan kesal."Makanya ngomong dulu..." Ucap Benji.Mentari membuang mukanya, dia masih kesal sama Benji. Mentari mengambil laptopnya, biarin aja hp nya di ambil sama Benji. Dia masih bisa main game dan nonton di laptop.Benji menghembuskan napasnya sabar. Dia ikut naik k
Benji jadi menyesal melakukan rencana kejutan ini. Dia menyesal membuat Mentari menangis sampai seperti ini.Selama mereka menikah, mereka nggak pernah merayakan anniversary. Bahkan Benji dan Mentari juga nggak pernah merayakan ulang tahun mereka selama mereka kenal. Kecuali ulang tahun Bachtiar.Alasan nya, kalau Mentari dia memang nggak suka ngerayain ulang tahun. Kalau Benji sendiri dia pasti sedih kalau ingat tentang perayaan ulang tahun, membuatnya jadi ingat dengan perlakuan papinya dulu.Kado ulang tahun yang Benji sangat ingin kan dari dulu. Yaitu di peluk dan di sayang sama papinya, tapi sayang sampai sekarang keinginan itu belum terwujud.Makanya Benji malas kalau merayakan ulang tahun.Dan di perayaan pernikahan mereka yang ke enam tahun ini lah, akhirnya Benji punya ide untuk pertamakali nya mereka harus merayakan nya."Rani siapa?" Tanya Mentari masih me
Mentari melajukan mobilnya menuju rumahnya. Dia harus segera pulang untuk bertemu dengan Benji.Walaupun mungkin Benji nggak ada di rumah. Mentari akan menunggu nya sampai Benji pulang."Mi.... kita langsung pulang?" Tanya Bachtiar.Mentari mengangguk kan kepalanya."Yes.." ucap Bachtiar senang."Kasihan Bambang, Sri sama Joko belum di kasih makan.." ujar Bachtiar.Bachtiar ingat sama binatang peliharaan nya. Yang dari kemarin dia tinggal, pasti mereka semua kelaparan.Mentari menggelengkan kepalanya, dia berharap semoga semua binatang peliharaan Bachtiar mati.Salah sendiri pelihara binatang aneh, kecoak, tikus bahkan kecebong.Nanti Mentari harus cari cara untuk membuang mereka semua.Setelah tiga puluh menit mobil Mentari pun tiba di depan rumahnya.Tin...tin...
Mentari membereskan semua barang-barang nya, dia akan pulang hari ini.Nggak ada guna nya pergi-pergi begini, lari dari masalah tidak akan menyelesaikan masalah.Lebih baik di hadapi dan selesaikan semuanya.Rasa kesal nya ke Benji semakin menjadi-jadi, karena sampai pagi ini Benji sama sekali nggak menghubungi nya dan mencarinya.Apa dia nggak khawatir anak dan istrinya hilang, batin Mentari."Mommy kita pulang sekarang?" Tanya Bachtiar, dia sibuk memasukan mobil-mobilan nya ke dalam tas sekolah nya."Iya, Tiar kan mau sekolah..." Ujar Mentari.Sebelum pulang Mentari harus mengantar Bachtiar sekolah dulu, dan menunggui nya sampai selesai. Setelah itu mereka baru pulang ke rumah."Tiar sini deh..." Panggil Mentari, menyuruh anaknya untuk mendekat ke arahnya."Kenapa Mommy..." Ujar Bachtiar, dengan berlari mendekat ke Mommy
Mentari mengajak Bachtiar untuk menginap di hotel. Mereka sudah pulang dari rumah Mila tadi.Mila menyuruh nya untuk bicara baik-baik dulu sama Benji.Tapi Mentari masih mau sendiri, jadi dia pura-pura pulang saja. Padahal dia sama sekali nggak pulang ke rumah. Dia lebih memilih untuk menginap di hotel untuk malam ini.Mentari menidurkan Bachtiar di kasur, Bachtiar sampai ketiduran sangking capek nya."Maaf ya nak..." Ucap Mentari sedih, dengan memandang wajah anaknya.Dia merasa bersalah karena harus membawa-bawa anak nya untuk pergi kayak gini.Mentari merebahkan tubuhnya, dia menatap langit-langit kamar hotel. Mentari menghembuskan napasnya berat.Kenapa harus ada cobaan begini di rumah tangganya.Apa mungkin Benji selingkuh? Tapi Mentari juga takut kalau dia salah paham.Mila menyuruhnya bicara baik-baik dulu sama Benj