Mentari sudah berada di kampusnya pagi ini, dia berjalan menuju kelasnya.
Namun langkahnya terhenti saat melihat keramaian di tengah lapangan.
"Ada apa ya?" Ucapnya penasaran.
Karena penasaran dia pun berjalan mendekat ke sana, dia menyelinap masuk ke tengah ke rumunan dengan mudah berkat tubuhnya yang kecil.
Mentari melebar kan matanya melihat Benji sedang memukuli seorang pria dengan brutal.
Mentari memejam kan matanya saat satu pukulan keras mengenai pria itu.
Kalau di biar kan pria itu bisa mati di tangan Benji, dan orang-orang di sini hanya melihat saja tidak ada yang mau menolong.
"BERHENTI BENJI" teriak salah satu dosen.
Mentari bernapas lega untung ada pak Prass, karena di kampus ini hanya dia yang berani memarahi Benji.
Dia menarik kerah belakang baju Benji, sehingga membuat pria itu menjauh dari orang yang di pukulinya.
"KAMU MAU JADI PEMBUNUH HAH?"
Teriak Pak Prass.Benji tetap diam dengan muka datarnya, dia merapih kan bejunya yang sedikit kusut, lalu berjalan pergi begitu saja tanpa mempedulikan ucapan Pak Prass.
Mantari merasa gugup ketika Benji berjalan ke arahnya. Pria itu meraih tanganya dan menariknya pergi dari sana.
Mentari kembali menutup mulutnya yang ingin protes, saat Benji menatapnya tajam. Seolah berkata JANGAN BANYAK TANYA.
semua orang melihat ke arah mereka dengan bertanya, ada hubungan apa antara Benji dan Mentari.
Barulah Benji melepaskan tangan Mentari saat mereka telah tiba di sebuah ruangan.
Pria itu langsung duduk di sofa yang ada di sana.
Sementara Mentari masih berdiri kaku di tempatnya.
"Duduk"
"Tapi kak.."
"Duduk gue bilang" Benji menatap Mentari tajam.
"O..ke" Mentari segera duduk di sebelah Benji.
Benji terus menatap Mentari intens, dia sama sekali tidak mengalihkan pandangan nya.
Sementara Mentari terus menunduk. merasa takut sekaligus risih saat di tatap seperti itu.
"Lo nggak mau ngobati gue" setelah sekian lama sunyi akhirnya Benji bersuara. Saat melihat gadis di depanya ini terus menunduk dan tak berbuat apa-apa.
"A..apa?"
"Ck dasar nggak peka" ucap Benji malas lalu memalingkan wajahnya.
Mentari menggaruk kupingnya bingung.
"Maksudnya minta di obati gitu?" Batin nya.Dia segera mengambil kotak obat yang ada di tas nya. Yang memang selalu dia bawa kemana-mana.
Mentari mengobati luka yang ada di sudut bibir pria itu. Dia tak habis pikir Benji hanya terluka di situ saja itu pun dikit. Sementara pria yang di pukulnya tadi babak belur.
"Kenapa berantem?" Tanya Mentari yang tak bisa menahan rasa penasaranya.
Sekaligus menghilang kan rasa canggung antara mereka berdua.
"Salah sendiri punya mulut kayak sampah"
Mentari mengrerutkan keningnya, saat mendengar jawaban Benji yang tidak nyambung.
"Dia ngatain ibu gue" jelas Benji yang melihat kebingungan di wajah Mentari.
"Nggak mungkin gue gebukin orang tanpa alasan, emang gue gila"
"Emang iyakan" balas Mentari tanpa sengaja.
"LO.." Benji menatap Mentari dengan tajam Rahangnya mulai mengeras.
"Aaa bukan begitu.." Mentari mulai panik.
Benji tersenyum miring
" jangan pernah menilai orang dari luarnya aja" ucap Benji dengan menekan setiap kata-katanya.Kemudian dia pergi meninggal kan Mentari begitu saja.
Mentari merutuki kebodohanya dia memukul bibirnya pelan. Dia harus minta maaf karena membuat Benji tersinggung.
Tapi nanti, sekarang dia harus cepat-cepat kekelasnya.
"Aduh pasti udah telat ni.." ucapnya saat melihat jam yang ada di pergelangan tanganya.
Dia berlari sekuat mungkin agar cepat sampai di kelasnya.
Buk
Kakinya tersandung sesuatu dia pun terjatuh ke lantai.
"Hahahhahaha" terdengar suara tawa teman kelasnya.
"Mampus lo cupu" ucap salah seorang temanya.
Mentari merasakan nyeri di lututnya. dia segera berdiri dan memungut berang-barang nya yang terjatuh.
"Kenapa kamu Tari?" Tanya dosen yang baru saja masuk.
"Ah nggak papa pak" ucapnya, sekaligus merasa lega Karena ternyata dosen nya baru datang.
"Ya sudah cepat duduk di tempat kamu"
"Iya pak.."
"Maaf saya terlambat" ucap Pak Prapto. dan Kelas pun segera di mulai.
***
Sehabis pulang kuliah Mentari ada janji dengan Mila sahabatnya.
Dan sekarang dia sedang menunggu Mila di taman, tempat mereka biasa bertemu.
"Hai Tar gue kangen banget sama lo..." ujar Mila dengan hebohnya.
"Ya... aku juga" balas Mentari.
"Banyak banget yang mau gue ceritain sama lo" ujar Mila dengan suara cemprengnya.
Yang membuat semua orang melihat ke arah mereka sekarang. Bukan hanya karena suara Mila yang keras.
Tapi juga karena Mila yang sangat cantik. Bahkan saat gadis itu baru tiba semua mata orang yang ada di sini langsung melihat ke arahnya.
Temannya ini sangat cantikm badanya yang tinggi, putih,hidung mancung. Pokoknya definisi perempuan cantik ada semua pada dirinya.
Mentari juga nggak nyangka kalau Mila bisa jadi sahabatnya.
"Tapi sebelum itu gue mau beli es krim dulu buat kita"
Mentari menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
Tak lama Mila kembali dengan membawa dua es krim coklat di tanganya.
"Nih.." dia memberikan satu kepada Mentari.
"Ibu lo ada di rumah?" Tanya Mila.
"Nggak ada mungkin minggu depan baru pulang"
"Ah gimana kalau malam ini gue tidur di rumah lo aja"
Mentari menganggukan kepalanya senang.
"Boleh.."" kamu mau cerita apa tadi?"
"Oh iya gue lupa" ucap Mila dengan cengegesan.
"Kebiasaan" ujar Mentari, Karena sahabatnya ini selalu begitu.
"Sebenarnya gue nggak mau cerita ini ke elo, tapi mulut gue gatel kalau nggak cerita"
Mentari mengerutka keningnya.
"Apa emang?" Tanyanya penasaran.Raut wajah Mila menjadi kawatir.
"Mmmm kemarin gue ketemu Romi" ujar nya dengan melirik ke arah Mentari."Ya ampun Mil aku kira apaan" ucap Mentari heran.
"Lo nggak kaget gitu Tar, berarti dia udah pulang dong dari luar negri" ujar Mila saat melihat temanya itu biasa saja.
"Biarin aja itu kan bukan urusan aku lagi" ucap Mentari acuh.
"Ya... seenggak nya lo nggak ngerasa kepo gitu, kenapa dia balik lagi padahal dulu kan dia bilang nggak bakal kesini lagi"
Mentari mengangkat kedua bahunya acuh.
"Jengukin keluarganya kali" tebaknya."Bisa jadi sih.." Mila menganggukan kepalanya.
"Udah deh mendingan kita bahas yang lain aja" putus Mentari.
Akhirnya mereka bicara yang lain, bahkan hal yang tidak jelas pun di bahas. Dan tak terasa waktu sudah semakin sore, mereka pun memutuskan untuk pulang.
Mereka sedang berada di kamar Mentari sekarang. Selesai makan malam tadi mereka memutus kan untuk menonton drama korea secara meraton malam ini. Karena besok libur kuliah jadi mereka bisa bangun siang." wah... lee min ho gateng banget, gue mencium bau-bau calon suami gue" ucap Mila heboh.Mentari menggelengkan kepalanya."Mimpi" ucapnya dengan melempar kulit kacang ke Mila."Ye.. namanya juga jodoh siapa yang tau""Iya in aja lah.." ucap Mentari."Hhehhe gitu dong. sebagai teman, lo itu harus nya mendo'a kan" ujar Mila dengan menampilkan deretan giginya."Ya ya ya ya" ujar Mentari malas.Akhirnya mereka fokus menonton setelah perdebatan kecil tadi. Tapi sesekali juga mengomentari adegan yang ada di drama tersebut.Baru menonton separuh episode, mereka di kejutkan dengan kehadiran seseorang yang membuka pintu kamar Mentari.Mentari melebarkan matanya terkejut. Sementara Mila sama terkejutnya dengan Mentari.
"Tuh cowok ganteng-ganteng serem banget njir..." ujar Mila setelah mendengar cerita dari Mentari."Ya udah pokoknya gue bakal tidur disini sampai nyokap lo pulang" putus Mila.Mentari menganggukan kepalanya setuju. Kalau Mila disini Benji pasti tidak akan kesini."Tapi nanti lo juga harus cerita sama nyokap lo""Mmm nggak deh kayak nya Mil, aku nggak mau masalah nya tambah panjang nanti." Ujar Mentari, Dia juga nggak mau membuat ibunya kawatir." gimana sih lo harus cerita biar ibu lo tau.." ujar Mila tak terima."Percuma Benji itu orangnya nekat, lagian aku juga nggak mau buat ibu kepikiran" ujarnya, bahkan selama ini ibunya tidak tau kalau dia sering di bully."Lagian juga Benji nggak pernah nyelakaain aku paling bentak-bentak doang" lanjutnya.Mila memicingkan matanya menatap Mentari curiga."Apa?" Tanya Mentari."Jangan bilang lo suka sama dia iya kan, Makanya lo belain dia" Mila menunjuk-nunjuk wajah Me
Mentari terjaga dari tidurnya saat merasakan tangan seseorang mengelus wajahnya.Saat membuka mata dia melihat wajah Benji tepat berada di atasnya."Astaga" kagetnya dengan mendorong dada Benji agar menjauh.Dia segera mengubah posisinya menjadi duduk. Dia lupa kalau semalam Benji tidur di sini.Dan bodohnya dia malah ketiduran jadi lupa buat pindah tidur di sopa." ck biasa aja, kayak liat hantu" ucap Benji sinis.Pria itu segera memakai kaosnya dan mengambil jaket nya.Lah sejak kapan Benji tidak memakai bajunya, Mentari meihat kebawah ah untung ternyata dia masih memakai bajunya."Gue nggak sebejat itu kali" ujar Benji yang mengetahui isi pikiran Mentari.Mentari melihat keluar jendela hari masih gelap. Lalu dia melihat jam di meja, pantes aja gelap masih jam tiga pagi bantinya."Gue pulang" ujar Benji dengan melangkah ke jendela."Kenapa nggak dari semalam" batin Mentari.Dia mengikuti benji, pen
Mentari terus tersenyum senang karena sudah seminggu Benji tidak lagi kerumahnya.Mana katanya punya seribu tangga, baru di buang satu aja udah nggak datang lagi.Tapi bagus itu artinya rencananya berhasil, bukan cuma tak kerumahnya di kampus pun dia tidak pernah melihat Benji. Ah udah lah itu juga bukan urusan dia."Hello sepada, Mila cantik datang ni..." triak Mila dari luar.Mentari menggelengkan kepalanya saat gadis itu masuk dengan cengiran khasnya.tuhan itu maha adil orang cantik pasti ada kurangnya."Tar lo lihat nih apa yang gue bawa" ujarnya dengan berjalan menuju ranjang.Mila membuka kantong belanjaan yang dia bawa."Taraa..." ucapnya heboh dengan menujukan gaun cantik berwarna biru muda.Gaun selutut dengan rok yang mengembang, terus bagian bahu yang sedikit terbuka."Bagus nggak? "Tanya Mila.Mentari menganggukan kepalanya setuju."Nah tu kan, udah gue duga lo pasti suka.."&nb
Mentari masuk kedalam salah satu bilik toilet dia menumpah kan tangisnya di sana.Dia memukul-mukul dadanya kenapa masih sangat sakit saat melihat pria itu, kenapa juga dia menangis.Semua kenangan pahit yang dulu pernah dia rasakan kembali terulang di dalam pikiranya.Seharusnya dia memang tidak datang kesini tadi, karena pasti pria itu akan datang juga.Tangis Mentari semakin pecah mungkin saja orang di luar sana bisa mendengar suara tangsinya."Nggak.., nggak" ucapnya dengan menggelengkan kepalanya."Aku nggak boleh kayak gini" ujarnya dengan menghapus air mata yang ada di pipinya.Dia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskanya. Berusaha menenangkan dirinya sendiri."Pria itu sudah tidak penting lagi, cukup pura-pura tidak tau itu saja" ujarnya masih sesegukan.Dia menghapus air matanya yang masih saja keluar.
Mentari menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang, dia menatap langit-langit kamarnya.Kenapa mereka harus bertemu lagi. Dia tersenyum kecut, saat mengingat kata-kata pria itu. maaf katanya, bukanya sudah sangat terlambat untuk di ucapkan.Dia memejam kan matanya rasanya sangat lelah, tidak mau mengingatnya lagi.***Mentari baru saja menyelesaikan kuliahnya, hari ini badanya sangat lesu bahkan pagi tadi dia malasuntuk pergi kuliah.Sudah berkali-kali dia menghembukan napas lelah."Ikut gue" ucap seseorang dan langsung menarik tangan Mentari."Lah mau kemana kak" ujar Mentari kaget. Saat Benji tiba-tiba menarik tanganya.Mentari berusaha melepaskan tanganya."Ih lepasin.." ucapnya,Namun percuma tenaga Benji jauh lebih kuat darinya. Yang ada tanganya jadi tambah sakit.Benji tak peduli dia terus menarik tangan
Hari sudah beranjak malam Mentari masih berada di apartemen Benji, pria itu tidak memperbolehkanya pulang. Pintu di kunci olehnya sehingga Mentari tidak bisa keluar.Dia di biar kan duduk sendirian di sofa, sementara Benji sibuk di ruang kerjanya sedari siang tadi.Terus ngapain dia di sini, perutnya sudah sangat lapar dia hanya makan mie tadi siang. Dan belum makan lagi sampai sekarang.Ting... tong...Suara bel membuyarkan pikiran Mentari. Dan tak lama Benji keluar dari ruang kerjanya."Mandi sana di kamar tamu, di sana juga ada baju ganti" suruh Benji dengan melewati Mentari."Nggak aku mau pulang" ucap Mentari dengan berdiri, ini kesempatanya untuk bisa keluar. saat Benji membuka pintu dia akan langsung berlari keluar."Mandi gue bilang" Benji menaikan nada bicaranya dan menatap Mentari tajam."Gue patahin kaki lo kalau sampai berani k
Benji meraih tubuh Mentari ke dalam pelukanya, walau gadis itu terus menolak. "Hiks.. hiks... aku mohon jangan giniin aku" ujar Mentari dengan terus menangis. Dia sangat kesal ketika Benji membentak dan memarahinya. "Maaf gue nggak tau mau ngomong apa, tapi yang jelas gue serius sama lo gue harap lo bisa buang semua pikiran buruk tentang gue. Karena gue sedikit pun nggak ada niat buat nyakitin lo, dan jangan suruh gue buat jauhin lo" ujar Benji tulus. Bagaimana cara nya dia bisa menjauhi orang yang dia sukai. Mentari terdiam di pelukan Benji dia, masih tak percaya dengan ucapan Benji. Dia menggelengkan kepalanya"Nggak nggak mungkin" ujarnya dengan berusaha mendorong dada Benji. Mentari nggak percaya kalau Benji menyukainya, nggak mungkin lelaki seperti Benji bisa menyukai perempuan seperti dia. Bukan bermaksud untuk merendahkan dirinya sendiri,
Benji meraih tangan Mentari, lalu menggenggam nya erat. "Untuk orang yang pertama kali jatuh cinta, gue bingung sebenarnya mau bertindak bagaimana. Makanya akhirnya yang bisa gue lakuin cuma maksa lo buat jadi pacar gue.." ujar Benji melanjutkan ceritanya. Dia ingat banget waktu itu, dia memacari Mentari tanpa persetujuan Mentari, alias maksa. "Dan lo selalu nangis setiap gue deketin.." ujar Benji dengan tertawa lucu. Mentari pun ikut tertawa, dia takut banget sama Benji waktu itu. "Gue sempat mikir waktu itu, apa muka gue serem banget.." ujar Benji lagi. " Bukan serem, kakak tu ganteng. Cuma galak.." sanggah Mentari. "Kalau gue ganteng, kenapa lo nggak mau sama gue waktu itu?" Tanya Benji heran. "Ya... Karena aku nggak yakin kakak suka sama aku. Aku tu mikir kok bisa, orang kayak kakak, suka sama aku yang biasa aja.." ucap Mentari
"semakin gue perhatiin semakin gue tertarik sama lo.." ujar Benji melanjutkan ceritanya, nggak mau Mentari berlarut-larut dalam kesedihan nya.Mentari pun kembali mendengarkan cerita Benji."Walaupun lo sering di Jahatin, lo tetap semangat pergi kuliah, itu yang bikin gue salut. Lo tetap senyum setiap masuk ke kampus, dan walaupun sendirian gue ngelihat lo tetap bahagia, lo kayak punya dunia sendiri.." ujar Benji.Waktu itu tanpa sadar saat melihat Mentari tersenyum, Benji juga ikut tersenyum, seakan tertular."Akhirnya gue sadar, kalau ternyata kita sama, sama-sama sendirian dan kesepian. Lo sendirian karena di jauhi teman-teman lo, gue sendirian karena nggak mau dekat sama siapa pun.."Kala melihat Mentari dia seperti melihat dirinya sendiri, kesepian nggak punya teman. Tapi sebenarnya hidup mereka, nggak semenyedihkan itu. Mentari dan Benji sama-sama menikmati kesepian mereka. Karena itu membuat mereka tenang."Dari situ pula, gue m
"turun dulu kaki gue kesemutan.." ucap Benji ke Mentari, akibat terlalu lama memangku Mentari."Lemah." Ucap Mentari pelan, dengan turun dari pangkuan Benji."Apa?" Ujar Benji, dia masih bisa mendengar ucapan Mentari."Nggak.." ujar Mentari dengan tersenyum semanis mungkin takut di amuk Benji. Karena sudah mengatainya.Sementara Benji nggak mau ambil pusing, dia meluruskan kakinya. Supaya kesemutan nya hilang."Kak gimana kalau kita ceritanya dengan duduk di sana aja" ajak Mentari dengan menunjuk sofa besar yang ada di dekat jendela kamar mereka.Mereka berdua biasanya duduk di sana kalau malam, terus lihat bintang-bintang.Mentari langsung berjalan ke sofa itu tanpa menunggu jawaban dari Benji."Wah... Banyak banget bintang nya..." Ujar Mentari dengan duduk di sofa itu.Tak lama Benji pun menyusul duduk di sana, saat kakinya sudah mendingan.Mau cerita aja, banyak Drama nya."Terus gimana?" Tanya Mentari t
"aku takut banget rasanya hiks..." Ujar Mentari di sela tangisnya.Benji menjauhkan wajah Mentari dari lehernya. Wajah Mentari terlihat sembab, dan matanya juga bengkak.Jujur Benji tidak suka kalau melihat Mentari menangis, apalagi itu karena dirinya."Udah.." ucapnya dengan menghapus air mata Mentari."Aku terus berpikir buruk, aku bingung kenapa kakak begitu? Apa aku ada salah?" Ujar Mentari mengungkapkan semua unek-unek nya.Benji terus menghapus air mata Mentari yang keluar, dia diam saja membiarkan Mentari mengeluarkan semua isi hatinya."Aku takut kalau kakak ninggalin aku sama Bachtiar, terus aku harus gimana?" Ujar Mentari sedih."Nggak akan..." Jawab Benji tegas.Cup.Benji mengecup bibir Mentari."Udah ya.." ujarnya sekali lagi, dengan mengelus pipi Mentari."Ta
"cium dong..." Ujar Benji dengan memajukan wajahnya ke depan muka Mentari.Dari acara kejutan tadi, sampai sekarang Mentari masih terus mendiaminya. Bachtiar juga gitu.Tadi Benji menitipkan Bachtiar dulu ke rumah mertuanya, dia harus membujuk Mentari dulu sekarang. Kalau masalah anaknya gampang, tinggal di beliin mainan aja nanti juga baik lagi."Tari..." Seru Benji, saat Mentari diam saja."Suaminya lagi ngomong juga, malah sibuk main handphone.." ujar Benji lagi.Benji mengambil hp yang ada di tangan Mentari, lalu mengantongi nya.Mentari menatap Benji dengan kesal."Makanya ngomong dulu..." Ucap Benji.Mentari membuang mukanya, dia masih kesal sama Benji. Mentari mengambil laptopnya, biarin aja hp nya di ambil sama Benji. Dia masih bisa main game dan nonton di laptop.Benji menghembuskan napasnya sabar. Dia ikut naik k
Benji jadi menyesal melakukan rencana kejutan ini. Dia menyesal membuat Mentari menangis sampai seperti ini.Selama mereka menikah, mereka nggak pernah merayakan anniversary. Bahkan Benji dan Mentari juga nggak pernah merayakan ulang tahun mereka selama mereka kenal. Kecuali ulang tahun Bachtiar.Alasan nya, kalau Mentari dia memang nggak suka ngerayain ulang tahun. Kalau Benji sendiri dia pasti sedih kalau ingat tentang perayaan ulang tahun, membuatnya jadi ingat dengan perlakuan papinya dulu.Kado ulang tahun yang Benji sangat ingin kan dari dulu. Yaitu di peluk dan di sayang sama papinya, tapi sayang sampai sekarang keinginan itu belum terwujud.Makanya Benji malas kalau merayakan ulang tahun.Dan di perayaan pernikahan mereka yang ke enam tahun ini lah, akhirnya Benji punya ide untuk pertamakali nya mereka harus merayakan nya."Rani siapa?" Tanya Mentari masih me
Mentari melajukan mobilnya menuju rumahnya. Dia harus segera pulang untuk bertemu dengan Benji.Walaupun mungkin Benji nggak ada di rumah. Mentari akan menunggu nya sampai Benji pulang."Mi.... kita langsung pulang?" Tanya Bachtiar.Mentari mengangguk kan kepalanya."Yes.." ucap Bachtiar senang."Kasihan Bambang, Sri sama Joko belum di kasih makan.." ujar Bachtiar.Bachtiar ingat sama binatang peliharaan nya. Yang dari kemarin dia tinggal, pasti mereka semua kelaparan.Mentari menggelengkan kepalanya, dia berharap semoga semua binatang peliharaan Bachtiar mati.Salah sendiri pelihara binatang aneh, kecoak, tikus bahkan kecebong.Nanti Mentari harus cari cara untuk membuang mereka semua.Setelah tiga puluh menit mobil Mentari pun tiba di depan rumahnya.Tin...tin...
Mentari membereskan semua barang-barang nya, dia akan pulang hari ini.Nggak ada guna nya pergi-pergi begini, lari dari masalah tidak akan menyelesaikan masalah.Lebih baik di hadapi dan selesaikan semuanya.Rasa kesal nya ke Benji semakin menjadi-jadi, karena sampai pagi ini Benji sama sekali nggak menghubungi nya dan mencarinya.Apa dia nggak khawatir anak dan istrinya hilang, batin Mentari."Mommy kita pulang sekarang?" Tanya Bachtiar, dia sibuk memasukan mobil-mobilan nya ke dalam tas sekolah nya."Iya, Tiar kan mau sekolah..." Ujar Mentari.Sebelum pulang Mentari harus mengantar Bachtiar sekolah dulu, dan menunggui nya sampai selesai. Setelah itu mereka baru pulang ke rumah."Tiar sini deh..." Panggil Mentari, menyuruh anaknya untuk mendekat ke arahnya."Kenapa Mommy..." Ujar Bachtiar, dengan berlari mendekat ke Mommy
Mentari mengajak Bachtiar untuk menginap di hotel. Mereka sudah pulang dari rumah Mila tadi.Mila menyuruh nya untuk bicara baik-baik dulu sama Benji.Tapi Mentari masih mau sendiri, jadi dia pura-pura pulang saja. Padahal dia sama sekali nggak pulang ke rumah. Dia lebih memilih untuk menginap di hotel untuk malam ini.Mentari menidurkan Bachtiar di kasur, Bachtiar sampai ketiduran sangking capek nya."Maaf ya nak..." Ucap Mentari sedih, dengan memandang wajah anaknya.Dia merasa bersalah karena harus membawa-bawa anak nya untuk pergi kayak gini.Mentari merebahkan tubuhnya, dia menatap langit-langit kamar hotel. Mentari menghembuskan napasnya berat.Kenapa harus ada cobaan begini di rumah tangganya.Apa mungkin Benji selingkuh? Tapi Mentari juga takut kalau dia salah paham.Mila menyuruhnya bicara baik-baik dulu sama Benj