Share

130. Kinara

Penulis: Tetiimulyati
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-12 10:38:55

Tiga puluh menit berlalu, tapi Bu Zaskia belum juga datang. Padahal tadi kami hanya perlu waktu lima belas menit lebih untuk sampai di sini. Aku gelisah, sementara makanan dan minuman sudah datang.

"Katanya pengen makan tapi kok, cuma diliatin doang?" tanya Om Do ketika melihat aku belum juga menyentuh makanan yang aku pesan.

"Iya, ini juga mau makan." Aku mengambil sendok berlagak mau menyuap.

Bersamaan dengan itu sebuah notifikasi pesan muncul di layar ponselku.

[Saya sudah di depan, La. Maaf telat tadi ada telepon dari rumah.]

Bu Zaskia mengirim pesan.

"Aku ke toilet dulu, ya Om. Perutku gak enak dari tadi," pamitku sambil bangkit lalu setengah terburu-buru berjalan ke toilet. Bukan terburu-buru karena memang perutku sakit, tapi terburu-buru takut Bu Zaskia keburu datang. Bisa-bisa gagal rencanaku.

"Hmmm," hanya itu yang keluar dari mulut Om Do, sepertinya ia sangat fokus pada makanan.

Aku buru-buru jalan sambil menghubungi nomor Bu Zaskia. Maksudnya biar aku sembunyi dulu di bel
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Prapto Vera
sabar ya om, Do.kayaknya masih lama nih buka puasanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   131. Mereka Mau Apa

    Aku mengangguk tanda mengerti. "Lebih baik sekarang kamu telepon Mama. Tanyakan secara tidak langsung keberadaan Papa tirimu itu." Aku langsung menghubungi Mama dan berbasa-basi bertanya kabar. Mama bilang, beliau baik-baik saja dan sedang berada di kantor."Tumben Mama enggak ke luar?" pancingku."Enggak, Mama males kalau jalan sendirian." "Memangnya suami Mama ke mana?""Dia sedang ada urusan dengan teman lamanya, katanya mau menawarkan kerjasama.""Oh, ya udah Ma. Lala sedang di jalan. Mas Faldo titip salam buat Mama." "Ya, Sayang. Hati-hati, ya. Bilang sama Faldo, terima kasih sudah menjaga putri Mama dengan baik." "Iya, Ma. Nanti Lala sampaikan. Assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Setelah sambungan telepon terputus aku melirik pria yang sedari tadi mendengarkan obrolanku dengan Mama, karena aku mengaktifkan speakernya. Pria yang kulirik hanya mengangkat bahu mengetahui Om Dimas telah berbohong pada Mama."Aku yakin dia bersenang-senang dengan gadis itu menggunakan uang peru

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-13
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   132. Menginginkan Aku

    "Aku akan tanya baik-baik." Mata Om Do fokus pada keempat orang itu yang semakin mendekat."Om, sudah jelas mereka itu tidak punya niat baik-baik. Lihat saja wajah mereka." Aku panik."Kamu mengkhawatirkan aku?" Om Do malah menoleh dan menatapku."Om! Enggak usah becanda!""Aku serius, La. Aku seneng kalau kamu khawatir."Astaga! Dalam situasi seperti ini Om Do masih saja sempat modus. Sementara empat orang bertubuh tegap dan berjaket hitam lengkap dengan penutup wajah dan kacamata hitam itulah kian mendekat."Om! Mereka semakin dekat!" Aku memekik meski suaraku tertahan."Katakan dulu, kamu mengkhawatirkan aku?" desaknya."Iya, aku khawatir, sangat khawatir," jawabku sambil mengangguk dan menatapnya."Terima kasih," jawabnya seraya mengusap pipiku. Ah, kenapa hati ini kembali berdesir. Aku tersenyum samar, lantaran perasaan yang campur aduk. Antara berdebar karena ucapannya dan perasaan khawatir yang kian besar.Orang-orang itu sudah berada tepat di depan mobil kami, salah satunya l

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-14
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   133. Babak Belur

    Mendengar jeritanku, dua orang yang hanya terhalang pintu mobil itu kian keras menggedor. Kurapalkan doa dalam ketakutan ini, semoga cepat datang bantuan. Aku beralih pada Om Do, pria itu menoleh mendengar keributan di sekitar mobil. Detik kemudian Om Do bergerak mendekat dan langsung melayangkan tinjunya pada salah satu pria yang sedang mengintip. Mendapat serangan dadakan, pria itu terhuyung. Namun pria yang lain dengan sigap membalas pukulan Om Do pada temannya, hingga suamiku itu pun terdorong ke belakang dan membentur body mobil bagian depan. Tanpa jeda, pria yang tadi terhuyung balas menyerang Om Do bertubi-tubi. Lantaran posisi Om Do yang bersandar pada body mobil, dua pria itu leluasa menghajarnya."Om!" Aku berteriak histeris. Tak tega melihat pria yang menjadi suamiku itu dihajar oleh dua orang berbadan besar, aku bangkit dan membuka kunci pintu. Tanpa pikir panjang lagi aku segera keluar dan berusaha menghentikan aksi mereka. Akan tetapi, dua orang yang tadi hanya berdiri

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-14
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   134. Pingsan

    "Kita harus cepat pergi dari sini, suara sirine itu semakin mendekat," ucap salah satunya. "Bawa perempuan itu! Seret!" Perintahnya lagi. Pria yang bertugas membawaku terus menarikku dalam keadaan panik."Tolong ... tolong .... " Aku berteriak sekencang-kencangnya."Diam lu! Jangan berisik!" Bentaknya lagi."Tolong ... tolong .... " Aku kembali berteriak."Lepaskan saja dia, daripada kita terancam," seru pria berbadan besar yang sudah berada di atas motor. Lalu kedua orang yang tengah berusaha menyeretku itu melepaskan aku sekaligus hingga aku jatuh terjerembab. Aku bangkit lalu segera berlari menuju Om Do yang terduduk di dekat ban depan sebelah kiri."Om?! Om masih sadar 'kan?" Aku menepuk-nepuk pipinya sambil berjongkok menghadapnya. Bersamaan dengan itu suara sirine makin mendekat, rupanya itu adalah mobil polisi yang mengawal iring-iringan salah satu kandidat calon pemimpin daerah. Mungkin mereka akan melakukan blusukan ke kampung. Karena posisi kami yang berjongkok ke sebelah kir

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-15
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   135. Aku datang, Ma

    "Om yakin?" Tanyaku sekali lagi sebelum turun dari mobil."Kenapa enggak yakin, Sayang?" Bukannya menjawab, Om Do malah balik bertanya. Saat ini kami sudah berada di depan rumah Mama. Hari sudah gelap ketika kami keluar dari rumah sakit. Luka Om Do sudah ditangani oleh dokter dan alhamdulilah tidak perlu rawat inap, hanya diminta datang lagi ke rumah sakit tiga hari yang akan datang. Satu hal yang membuatku terkejut adalah, Om Do meminta kami pulang ke rumah Mama setelah mampir dulu ke ruko untuk membawa barang-barang kami."Ayo turun, Mama pasti sangat senang melihat kedatangan kita," ajaknya sambil meraih handle pintu. Aku menghela panjang sebelum mengikuti gerakan pria ini. Masih ada trauma yang kurasakan ketika harusnya berdekatan apalagi tinggal satu atap dengan Papa tiriku. Masih jelas dalam ingatanku ketika beberapa bulan yang lalu dia hampir saja menodaiku, ditambah lagi kejadian tempo hari di dalam lift. "Ayo, Sayang!" ulang Om Do lagi.Tanpa menjawab, aku pun langsung mem

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-15
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   136. Aku Mendengarnya

    Aku tahu omdo tidak biasa berbohong, makanya dia terlihat bingung untuk menutupi kejadian yang sebenarnya pada Mama."Oh ya, di mana suami Mama?" Aku mengalihkan pembicaraan, berharap Mama tidak bertanya lebih lanjut mengenai luka Om Do."Dia ... belum pulang.""Dari tadi?" "Iya, katanya mau langsung meninjau lokasi tempat usaha temannya itu," jawab Mama yakin.Mendengar jawaban Mama, aku menyungging senyum. Mama begitu yakin, padahal barusan di rumah sakit aku bertemu dengan pria itu. Entah apa yang dilakukannya di sana, yang jelas aku melihat pria itu berjalan di koridor rumah sakit. Untung saja dia tidak menyadari keberadaan kami. Om Dimas berjalan santai dengan menenteng sebuah plastik yang kuyakini berisi obat-obatan. Tapi siapa yang sakit? Atau dia sedang memastikan kalau Om Do masuk rumah sakit? Aku hampir saja membututinya kalau saja Om Do tidak melarang."Tidak usah diikuti, nanti kita malah ketahuan.""Tapi aku penasaran, sedang apa dia di sini? Siapa yang sakit? Aku yakin

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-16
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   137. Bantu Aku

    "Aku tahu, pada akhirnya perasaan sayang itu memang akan ada, seiring berjalannya waktu. Makanya, begitu kita menikah dan hidup bersama aku yakin bahwa kita bisa melanjutkan pernikahan ini," ucapnya serius, aku bisa mendengar suaranya sedikit bergetar. Mungkin Om Do juga gugup mengatakan itu, membuat hatiku kembali berdesir. Aku menunduk untuk menyembunyikan pipiku yang menghangat. "Sekarang kamu mandi dan setelah itu bantu aku untuk membersihkan diri!" lanjutnya membuat aku sontak mendongak."Apa? Om 'kan bisa melakukannya sendiri? Tadi juga Om bisa berjalan, masa membersihkan diri aja nggak bisa?" Aku berubah panik, yang terlintas dalam pikiranku adalah, bahwa aki harus memandikan dia."Badanku ini pegal-pegal, La. Mukaku juga pada bonyok begini. Kamu harus bantu membersihkan di sini!" Lalu ia menunjuk wajahnya yang penuh dengan luka lebam. "Memang kamu pikir aku meminta untuk membantu mandi?" lanjutnya lagi seraya terkekeh.Mendengar itu aku menunduk lagi sambil menahan senyum. Rup

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-17
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   138. Pria yang Tepat

    "Kandunganku .... " Aku ragu ketika akan menjawab. Lalu melirik suamiku lagi."Maaf, Ma. Salah satu maksud kedatangan kami ke sini juga ingin menyampaikan kabar ini pada Mama." Om Do memotong ucapanku. Pria ini sepertinya mengerti dengan keraguanku."Kabar?" Mama menatap aku dan Om Do secara bergantian."Eum ... jadi begini, beberapa waktu yang lalu Lala keguguran .... " jawab Om Do ragu. Tapi itu mampu membuatku lega."Apa?! Lala keguguran? Kenapa Mama tidak dikabari?" Suara Mama sedikit meninggi."Lala gak mau bikin Mama khawatir. Maafkan Lala, ya, Ma." Aku berusaha meyakinkan Mama bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan."Iya, tapi sekarang keadaanmu bagaimana?""Lala gak apa-apa, Lala baik-baik saja. Mama gak usah khawatir." Aku tersenyum untuk menunjukkan bahwa aku memang baik-baik saja.Mama menghela panjang sebelum kemudian dia tersenyum dan berucap."Mungkin Tuhan tidak mau membebani hidupmu dengan benih dari laki-laki yang tidak bertanggung jawab itu." Ucapan Mama barusan me

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-18

Bab terbaru

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   207. Bahagia Akhirnya

    Lala"Sah!!" ucap dua orang saksi secara bersamaan. Kami yang berada di ruangan tengah rumah orang tua Bu Zaskia pun serempak mengucap alhamdulillah. Setelah sempat gagal satu kali, Mas Danang akhirnya lancar mengucap ijab kabul. Detik ini juga Mas Dadang dan Bu Zaskia resmi menjadi suami istri. Kudengar Mas Faldo pun mengucap syukur dengan suara yang begitu lirih. Sesaat setelah itu aku pun menoleh ke arahnya. Ternyata suamiku itu pun sedang melakukan hal yang sama. "Terima kasih sudah membantu," ucapnya lirih. "Aku tidak melakukan apa pun, Mas.""Sekecil apa pun, sangat berarti. Sekarang aku sangat lega. Akhirnya Zaskia berada di tangan yang tepat."Aku bisa mengerti kenapa Mas Faldo merasa lega seperti itu. Dalam hatinya mungkin masih ada rasa bersalah telah membiarkan Bu Zaskia salah paham selama bertahun-tahun. Lima hari yang lalu, pagi-pagi sekali Bu Zaskia datang ke rumah kami. Beruntung saat itu kami belum berangkat ke rumah Mama karena malamnya Mas Faldo sudah merencanak

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   206. Kesaksian

    "Di mana kamu, Zaskia?! Cepat pulang! Jangan bikin malu Ayah!!"Suara Ayah bagai petir menyambar telingaku. Sampai-sampai aku menjauhkan benda pipih tersebut dari kepalaku. Tidak seperti biasanya, Ayah berkata dengan nada tinggi seperti itu. Apa telah terjadi sesuatu? Jangan-jangan Anjar mengadu pada Ayah melalui telepon, karena tidak mungkin kalau pria itu sudah sampai di rumah Ayah. "Iya, Yah. Sebentar lagi aku sampai di rumah .... ""Ayah tunggu kamu dan jelaskan semuanya!"Tak salah lagi, Anjar bergerak cepat mengadu pada Ayah. Bisa jadi ia memutar balik fakta atau mengarang cerita supaya aku salah di mata Ayah. Jika benar seperti itu, maka makin ketahuan sifat aslinya. Beruntung, aku belum menyetujui perjodohan ini. "Tunggu! Apa bapak-bapak bisa menolong saya sekali lagi?" Aku menghentikan langkah, dua orang yang ada di depanku pun spontan berhenti."Maksudnya gimana, Neng?" tanya salah satunya.Akhirnya aku menceritakan detail permasalahan ini pada dua orang di hadapanku secar

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   205. Cepat Pulang!

    "Beneran tidak ada jalan lain, Pak?" "Beneran, Neng." Untuk beberapa saat aku hanya mematung. Bingung harus bagaimana. Mana malam semakin larut. Aku juga tidak terbiasa pergi sendirian apalagi malam-malam seperti ini. Apa baiknya aku menelepon Mas Faldo atau Danang. Ah, malu rasanya jika meminta tolong padanya.Pada saat bersamaan, tiba-tiba telingaku menangkap suara derap langkah beberapa orang. Sepertinya ada yang berlari lebih dari satu orang. Selain gelap, di sini juga banyak tanaman seperti pohon pisang dan pohon lainnya. Jadi tidak begitu terlihat orangnya, hanya suaranya. Curiga kalau itu Anjar yang mencariku, maka tanpa pikir panjang lagi aku langsung berlari ke arah pintu pagar warga yang rumahnya terletak di belakang pos ronda ini."Tolong jika ada yang mencari saya, jangan kasih tahu. Mereka orang jahat." Kuucapkan itu sebelum tubuhku hilang di balik pagar. Aku pun segera berjongkok dan memasang telinga karena pagarnya hanya sebatas dada orang dewasa. Beruntung tadi pintu

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   204. Kabur

    Aku terus berlari melewati koridor hotel yang sepi. Suara sepatuku yang beradu dengan lantai terdengar jelas. Tak peduli orang-orang akan heran melihat dan mendengarnya, aku terus berlari hingga mencapai pintu lift. Dengan tangan gemetar, aku menekan angka satu. Kedua tanganku saling bertaut dengan keringat dingin mengucur di sana. Sekarang sudah jelas, Anjar berniat melecehkan aku, dari sini aku bisa mengambil kesimpulan kalau dia bukan pria baik-baik. Pantas saja begitu mudahnya saling bersentuhan dengan Nabila. Semua terjawab sudah dalam beberapa menit saja. Setelah pintu lift terbuka, tergesa-gesa aku menuju satu-satunya pintu keluar yang terdapat di lobby hotel ini. Namun, langkahku tertahan lantaran di sana terlihat Nabila tengah berdiri bersama teman prianya. Apa mungkin gadis itu sengaja menungguku. Di sini aku yakin kalau Nabila dan Anjar bekerja sama. Bisa jadi, ketika aku berada di lift tadi, Anjar menghubungi Nabila supaya mencegatku di tempat itu.Tanpa pikir panjang la

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   203. Janggal

    "Kita naik lift saja." Anjar berbelok ke arah lift. Padahal kami hanya berada di lantai dua, tadi saja sewaktu naik kami menggunakan tangga biasa. Kenapa sekarang turun harus menggunakan lift?"Pake tangga saja." Aku menolak secara halus sebab risih jika harus berduaan di dalam lift. "Perutku sudah kenyang, rasanya enggan untuk melangkah meskipun itu menuruni anak tangga." Anjar beralasan sambil mengusap perutnya. Sementara satu tangannya sibuk mengetik di layar ponsel."Kalau begitu, Mas saja yang naik lift. Saya turun pakai tangga saja." Setelah berkata seperti itu aku pun hendak melangkah."Tunggu! Bagaimana kata orang nanti kalau kita jalan masih pisah-pisah. Please," kata Anjar seraya menahan langkahku dengan cara meraih tangan kananku meskipun detik berikutnya aku menariknya hingga terlepas.Tidak mau berdebat yang akhirnya hanya akan menjadi pusat perhatian. Akhirnya aku mengalah. Dalam hati berdoa mudah-mudahan ada orang lain yang akan menggunakan lift bersama kami.Ternyata k

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   202. Aku Normal

    Selama kami makan, satu hal yang membuat aku tidak nyaman-selain cara Anjar dan Nabila berkomunikasi-yaitu cara Anjar menatapku. Ketika pria itu melihatku, tatapannya begitu dalam seolah ingin menerkamku. Bukan itu saja, dia juga kerap tersenyum miring sehingga aku merasa seperti seorang mangsa yang sedang diincar."Kamu tidak mau bertanya tentang Nabila?" tanyanya beberapa saat setelah gadis itu pergi."Tidak. Saya bukan tipe orang yang kepo pada kehidupan orang lain," jawabku jujur. Tak disangka, mendengar jawabanku Anjar mencebik."Kamu tidak cemburu melihat Nabila memeluk dan menciumku?""Cemburu itu harus berdasar. Dan hanya bisa dirasakan oleh orang yang sudah menaruh perasaan. Sementara kita belum ada komitmen apapun, jadi saya tidak berhak untuk cemburu." Ia pun melirik sekilas ke samping kirinya, seperti reaksi kecewa tapi Anjar mencoba untuk tetap tenang. Apa ada yang salah dengan jawabanku."Mas Anjar jangan salah paham. Sekali lagi saya tekankan, kalau saya belum menyetuj

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   201. Tanpa Batasan

    Obrolan kami berlanjut. Ternyata selain tampan, Anjar sangat pandai bergaul. Terbukti dari awal kami berjumpa, pria itu sama sekali tidak terlihat canggung. Ia bahkan bisa menghidupkan suasana, meskipun aku tidak begitu suka pada caranya berkomunikasi dengan tangannya yang tidak bisa dikondisikan. Begitu mudah menyentuh tanpa rasa bersalah. Padahal kami bertemu baru dalam hitungan jam. Aku pun jadi ragu padanya.Meskipun tidak suka, tapi aku masih berpikiran positif. Mungkin hal itu disebabkan oleh pergaulannya. Kami menikmati hidangan yang tersedia di atas meja. Anjar begitu lahap, lain denganku yang canggung karena ini pertama kalinya makan dengan pria asing. Perhatian Anjar beralih ke samping kirinya ketika tiba-tiba ponselnya bergetar. Setelah melihat layar ponselnya, ia pun lalu mengambilnya."Ya, hallo .... "" .... ""Ah ya, memangnya kamu di mana?"" .... ""Aku di resto, sedang makan bersama calon istriku." Anjar melirikku ketika dia menyebutku calon istri. Pria itu pun ters

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   200. Lancang

    Sore ini aku pulang cepat karena harus bertemu dengan pria yang menurut ayah adalah calon suami pilihannya. Meskipun ibu memintaku berdandan dengan sempurna, tapi aku menolak. Aku mau, jika seorang pria menyukaiku, itu karena dia melihat fisikku apa adanya. Tanpa polesan yang berlebihan.Pukul lima sore tepat, pria yang kuketahui bernama Ginanjar itu datang dengan membawa kendaraan mewahnya. Pantas jika ayah menyebut pria dengan postur tinggi tegap ini sudah mapan. Sebenarnya Ginanjar pria yang tampan, penampilannya pun stylish. Tapi kenapa di usianya yang sudah matang belum juga berumah tangga, sehingga ia perlu dicarikan jodoh. Mungkin benar kata ayah kalau Ginanjar terlalu banyak pilih-pilih. Kukira dia akan mengobrol di rumah, tapi ternyata Ginanjar mengajakku keluar. Aku sudah menolak karena selama ini tidak pernah keluar dengan pria asing apalagi berduaan. Tapi entah kenapa, ayah malah mengijinkan. Padahal sebelumnya Ayah tidak pernah bersikap seperti itu. Aku curiga, jangan-ja

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   199. Meski Berat

    Pertemuanku dengan Danang tidak membuahkan hasil yang sesuai dengan keinginanku. Pria itu terang-terangan menolak untuk menikahiku di atas sebuah perjanjian. "Silakan Mbak Zaskia mencari orang lain, jika maksud dan tujuannya seperti itu. Tapi jika orang tersebut tidak Mbak temukan, maka saya siap menikahi Mbak Zaskia dengan catatan tidak ada perjanjian apapun. Kecuali janji kita kepada Allah untuk sama-sama membangun rumah tangga dan niatkan beribadah padaNya."Kalimat itu diucapkan Danang di akhir pertemuan kami. Sekarang sudah dua hari kejadian itu berlalu. Aku belum mendapatkan solusi. Selama ini aku tidak punya banyak kenalan laki-laki karena memang cukup membatasi diri. Pagi tadi ketika sarapan, Ayah sudah membahas perihal jodohku lagi. Sementara Fitria dari beberapa hari yang lalu tetap memasang wajah yang kurang bersahabat. Di dalam lingkup pertemananku, hanya ada tiga laki-laki yang kukenal cukup dekat. Mas Faldo, mas Danang dan Ilham. Tidak mungkin kalau aku meminta tolong

DMCA.com Protection Status