Share

Tamparan Keras

Author: Wafa Farha
last update Last Updated: 2022-12-18 06:23:46

“Astagfirullah. Mama nggak nyangka kamu akan melakukan ini Haris!” Suara sang Mama meninggi, setelah tahu betapa kejam perbuatan putera sulungnya pada Salma. Menantu yang selama ini disayangi seperti puterinya sendiri.

Ibu Haris bertanya –tanya, seperti apa sosok wanita yang sudah berhasil memalingkan Haris dari Salma?

“Usianya baru 17 tahun, Ma. Dia masih terlalu belia untuk menanggung kebencian semua orang.” Haris tiba –tiba teringat Inggit. Tampak dari wajah Mamanya, dia tidak mau menerima kehadiran perempuan muda itu.

“Aku merasa bersalah pada Salma, tapi juga merasa bersalah pada Inggit.” Suara Haris terdengar lemah.

Mama geleng –geleng merespon ucapan Haris. Pria itu benar –benar sudah dibutakan cinta.

Bahkan dari Salma –lah, Haris banyak berubah. Sifat bandelnya di waktu muda juga berangsur hilang ketika pria itu mengenal dan jatuh cinta pada Salma. Tentu saja hal itu menjadi hadiah terindah dari Salma untuk ke dua orang tua Haris. Mereka nyaris menyerah menasehati dan meminta
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Asih Sekarsari
ya Allah kesel bngt bc nya haris sialan mertua perempuan setan..uh kalo dekat saya mo tak ulek2 tu setan
goodnovel comment avatar
Risma Sigiro
buka hati dan pikiramu haris
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Bertanggung Jawab

    Haris pulang dari rumah orang tuanya dengan hati hancur. Mobil yang membawanya terus bergerak menuju rumah yang ditinggalinya dengan Salma selama ini. Mengingat semua ucapan sang Mama, Haris seolah tak diberi pilihan selain kembali dan melupakan Inggit. Meski hal itu sebenarnya menyakitkan.Namun, bukankah sebaiknya Haris juga memberi kepastian pada Inggit dan keluarganya, agar mereka tidak melihatnya sebagai lelaki pengecut yang tak punya tanggung jawab setelah menikahi anak orang. Setidaknya dia harus datang pada Pak karim untuk minta maaf tidak bisa melanjutkan hubungan ini.Atas pikiran –pikiran itu, Haris akhirnya memutar setir mobil sehingga arah yang ditujunya berganti. Ia kini menuju rumah di mana Pak Karim dan keluarganya tinggal. Kota Bandung.______________________________“Umi ....” Suara sedih Farhan terdengar di sampaing Salma.Anak kecil itu bingung, kenapa Uminya tampak begitu sedih dan terlihat kesakitan. Padahal, menurutnya wanita itu baik –baik saja. Juga tidak seda

    Last Updated : 2022-12-18
  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Wanita yang Harus Tahu Diri

    Inggit tersentak mendengar ucapan pembawa berita. Berbeda dengan Karim yang kelelahan sejak semalam. Dia bahkan tidak tidur karena mencari solusi atas masalah yang menimpa pernikahan anaknya. Sampai akhirnya sekarang tidak bisa lagi menahan matanya dan tidur di perjalanan.Ketika melihat ke arah sang Bapak, pria tua itu rupanya tidur. Padahal dia ingin Bapaknya itu tahu, dan menimbang ulang rencananya bertemu tabib. Inggit seolah sedang melihat masa depannya nanti, kala Haris tahu semuanya. Tapi bahkan, dia sendiri sudah mengkhianati suaminya dengan bertemu pria lain, walau tidak sampai melakukan hubungan suami istri, pria bernama Albi itu sudah menyentuh semua miliknya. Mau bagaimana lagi, itu cara satu –satunya memuaskan diri sebagai seorang perempuan yang jarang dibelai suami.Sering kali kerinduannya membuncah. Namun, bahkan Haris tak mau datang dan menuntaskan keinginannya sebagai seorang istri. ‘Salah siapa? Dia yang sudah mengajari aku semuanya, tapi malah lebih lama dengan wan

    Last Updated : 2022-12-18
  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Mencuri itu Kejahatan

    Haris pun berinisiatif membisiki orang yang sedang bicara dengan mertuanya, untuk bertanya tabib siapa yang dihubungi?“Pak, tanyakan di tabib mana?” Haris mengucap dengan hati –hati agar tidak terdengar oleh orang di ujung telepon.Dia juga tidak mau kalau sampai Pak Karim tahu dia mencarinya, sebelum dia sendiri tahu ke mana perginya orang itu? Yang lebih membuatnya kepikiran, kenapa mereka harus pergi bertiga. Kenapa tidak dengan ibunya saja? Lagi pula apa Inggit tidak merasakan apa pun saat berpisah dengannya semalam? Apa cuma Haris yang merasakan itu?Pemilik kost mengerti. Dengan nada suara dan ekspresi Haris, pria itu tampaknya tidak mau diketahui mertuanya sedang di sini dan sangat ingin tahu keberadaannya tanpa disadari mereka. Entah, apa sebabnya? Yang jelas, setelah yang terjadi tadi malam, pria itu mengerti situasi keluarga mereka tidak sedang baik –baik saja.“Halo?” Pak Karim memanggil, karena suara induk semangnya terjeda. Dia sampai berpikir kalau panggilan telah berak

    Last Updated : 2022-12-18
  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Terpaksa Melakukan

    Sementara itu ....Di lereng gunug Lembang Batu, ritual akan segera dimulai.Inggit menarik napas panjang dengan dua kelopak mata yang melebar. Terkejut melihat sosok pria yang harus dilayani di tempat tidur nanti.Gadis itu pun melayangkan protes pada Bapaknya, dengan menarik pria itu ke luar. Inggit terlalu memaksa hingga Karim tak ada pilihan lain selain mengikutinya.“Pak ikut aku!” ucapnya di kala lengannya sudah berhasil mengamit lengan Pak Karim.Melihat itu Mbah Wono yang berada di seberang meja dengan berbagai sesajen yang telah disiapkan asisten, menatap dengan kesal. Gadis yang akan memberikan mahar, berlaku tak sopan padanya. Pria yang selama ini dimulyakan oleh masyarakat. Baru kali ini ia dipandang rendah oleh anak ingusan tepat di hadapan.“Inggit! Apa yang kamu lakukan?” Karim bertanya dengan menahan emosi dalam dadanya. “Kamu bisa kualat,” tekannya dengan menarik tangannya menjauh dari anaknya itu.“Ayok kita kembali ke dalam!” Kini Pak Karim bergantian menarik lengan

    Last Updated : 2022-12-20
  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Ingin Memperbaiki

    “Hanya ini?” tanya Inggit keheranan. Membayangkan hanya memakai sehelai kain menutup tubuh.“Tutup mulutmu dan pakailah!” Karim mengucap gemas.Dengan terpaksa Inggit pun berjalan masuk membawa sarung tersebut untuk dikenakan, lalu menemui Mbah Wono, menyerahkan tubuhnya sebagai mahar syir yang mengikat hati Haris sepenuhnya.Inggit sudah mengenakan pakaian yang diminta sang dukun. Seorang perempuan dengan mengenakan kebaya lalu menuntunnya untuk melakukan sesuatu.“Jangan membawa benda berharga apa pun,” ucap wanita berkebaya merah sembari melepaskan anting, kalung, cincin dan gelang yang melekat di tubuh Inggit.Inggit pun hanya pasrah. Tetap melakukannya meski ada kecemasan, kalau –kalau di tengah ritual dia ikut kesurupan dan mati.“Mbak. Benar Cuma tidur saja kan? Gak sampai dijadikan tumbal?” tanya Inggit memastikan. Setidaknya dia perlu tenang agar berani melangkah lebih jauh lagi.Asisten tabib mengangguk. Wajahnya pucatnya tak sekali pun tersenyum, hingga membuat Inggit meras

    Last Updated : 2022-12-20
  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Pelukan Erat

    Ustaz Fawwas menatap ke arah Ibu Inggit yang tampak gelisah. Wanita itu tengah sibuk menghubungi orang melalui ponsel yang digenggam. Namun, sepertinya tidak juga mendapat jawaban sampai raut wajahnya kesal begitu.“Bu, nggak pulang?!” tanya Ustaz Fawwas.“Ah, ya. Ini Ustaz. Saya menunggu Wawan. Ke mana dia pergi? Saya hubungi berkali –kali tapi tidak juga diangkat.” Ibu Inggit mengeluh. Sesekali ia melihat ke arah ponsel. Siapa tahu tiba tiba ada panggilan atau pesan dari adiknya yang menghilang entah ke mana itu?“Oh ya benar .... ke mana perginya Pak Wawan?” Ustaz Fawwas celingukan mencari –cari sosok Wawan yang seharusnya tidak jauh –jauh dari area majlis. “Beliau seperti ditelan bumi saja.” Ustaz Fawwas geleng –geleng.Ustaz muda itu tersenyum, karena tahu apa yang membuat pria paruh baya itu menghilang dalam sekejap mata. Apa dia baru sadar sekarang bahwa emak –emak itu sebenarnya menakutkan. Itu kenapa harusnya dia berpikir ketika akan mencari gara –gara.“Bi!” panggil Ameena y

    Last Updated : 2022-12-20
  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Telur Angsa

    Mendengar suara mobil Ustaz Fawwas meninggalkan area Majlis, Wawan akhirnya ke luar. Ia celingukan memastikan bahwa ustaz muda dan istrinya benar –benar sudah pulang.“Wawan!” teriak Ibu Inggit mendekat. Wanita itu langsung memukuli tubuh adiknya dengan tas karena merasa kesal. Dia tak juga muncul di saat –saat dibutuhkan.“Auh, Mbak sabar. Maaf.” Pria itu mengaduh. “Aku bisa jelaskan.”“Heleh, mau jelaskan apa kamu? Dasar!”“Mbak, maaf tadi perutku tiba –tiba ndak enak. Jadi aku berjaga di toilet. Takut cepirit. Mau ajak pulang Mbak kan juga nggak mungkin.” Wawan mencari –cari alasan, walau alasannya itu konyol. Setidaknya dia tidak berdusta bahwa perutnya dari semalam memang bermasalah.“O ya, Mbak apa kata Ustaz tadi? Lalu apa istrinya Mas Haris ada menyebut namaku?” tanya Wawan penasaran.“Nah, itu aku heran. Kenapa mereka tidak menyebut namamu.” Ibu Inggit menjawab dengan dahi mengerut memikirkannya.“Alhamdulillah. Allah tahu niatku dari awal baik, Mbak. Jadi ....” Ucapan itu me

    Last Updated : 2022-12-20
  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Tidak Ada yang Gratis

    Inggit dan Bapaknya akhirnya pulang. Setelah berusaha keras inilah hasilnya. Tetap saja Karim harus merelakan harta senilai lebih dari 30 juta pada Mbah Wono. Hal yang tak diinginkan lain pun muncul. Pria itu semakin geram saja dibuatnya.“Haiss, apa lagi ini?” gumamnya ketika melihat sang sopir babak belur. Pria tua itu menghela napas berat lagi dan lagi.Pemuda yang menunggu mereka itu meringis menahan sakit. Albi masih beruntung karena dua algojo itu tidak mematahkan ke dua lengan dan kakinya, sehingga mereka masih bisa pulang dengan selamat. Karena tak ada orang lain yang bisa menyetir selain pemuda itu.Karim masuk mobil begitu saja. Dia tak habis pikir kenapa sopir taksi itu terlalu penasaran dan ingin tahu urusan orang lain. Sekarang dia harus menanggung sendiri akibatnya. Namun, melihat itu, Karim juga jadi berpikir, mungkin kalau tadi dia menahan emas di tangan Inggit, bisa jadi mereka bertiga bernasib lebih buruk dari sopir taksi itu.“Kamu baik –baik aja, kan?” Inggit mengh

    Last Updated : 2022-12-20

Latest chapter

  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Ending

    Rus masih fokus melihat petugas. Ia kemudian terhentak begitu mendengar suara notif pesan masuk ke ponselnya. Wanita tua itu kemudian merogoh ponsel dalam tasnya lagi. Lalu menggeser layar ponselnya untuk melihat pesan apa yang dikirim padanya.“Dari Wawan,” gumamnya sembari mengklik isi pesan itu.Matanya nyaris saja terlepas dari tempatnya begitu membaca isi pesan itu.[ Innalillahi waa inna ilahi rojiun, bayi Inggit sudah tidak tertolong Mbak. Sebaiknya Mbak cepat ke mari, kita harus mengurusnya. ]“Ini tidak mungkin! Wawan pasti salah lihat. Dia pasti tidak mendengar dari Dokter secara langsung!” sangkalnya selagi bangkit dari duduk dan merapikan tas untuk kemudian dibawa dengan tergesa, menuju tempat di mana bayi Inggit selama ini dirawat, dan Wawan sudah menunggu di sana.Langkahnya bergerak begitu cepat, karena ia tak ingin kehilangan waktu sedikit pun. Seolah ia bisa datang tak terlambat dan mencegah kematian cucunya itu.“Ya Tuhan, bagaimana ini? Bagaimana kami bisa mendapatk

  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Tak Ada Rujuk untuk Khuluk

    “Jadi benar, kalian tidak bisa rujuk lagi?” Suara di seberang terdengar sedih.Sementara Haris, tak ada yang bisa ia lakukan. Lelaki itu hanya bisa menyimpan kesedihan dan penyesalannya untuk diri sendiri. Sejak awal ia sudah tahu, bahwa segalanya tidak akan bisa diperbaiki seperti dulu lagi.“Ris!” panggil sang ibu karena tak ada jawaban dari putra sulungnya di ujung telepon.“Ah, ya, Ma.” Haris terhenyak dari lamunan. “Bagaimana?”“Hem, kamu pasti sedang memikirkan hal berat sekarang.”“Hem.” Haris tersenyum miris. Jelas saja pikirannya berat. Tapi justru perceraian yang terjadi, membuatnya sebagian beban di kepalanya terangkat. Entah kenapa? Mungkin karena dia harus terus melihat bagaimana keluhan Salma saat bersamanya. Dia mana bisa terus melihat wanita yang dicintainya tidak bahagia.Ternyata begini rasanya, mencintai tanpa bisa memiliki, sesuatu yang dulu tak pernah ia pikirkan karena kehidupannya dengan Salma benar –benar bahagia.“Jadi sudah tidak bisa rujuk lagi kan?” sang Ma

  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Pilu

    “Kenapa aku harus terus mengurus sesuatu yang bukan jadi tanggung jawabku? Apa mereka tidak lelah memeras dan memanfaatkanku sejak dulu?” gumam Haris yang belakangan semakin menyadari bahwa segala hal yang dilakukan di masa lalu adalah kesalahan.Pria itu sedang berada di sebuah pondok pesantren. Dan terpaksa mengatakan bisnis agar tidak dipaksa datang oleh Wawan dan Ibu Inggit. Ia merasa sudah cukup dengan mengirimkan uang kepada mereka. Di padepokan ini, Haris sudah menjalani ruqyah rutin atas rekomendasi ustaz Fawwas. Ada hal –hal yang tadinya tak terpikirkan tiba –tiba saja terlintas dalam pikiran mengenai keluarga Inggit.Baru saja menaruh ponsel di nakas dan bersiap untuk bersuci, tiba –tiba sebuah panggilan terdengar. Ia pun mengurungkan sejenak niatnya ke luar kamar dan mengambil ponsel itu untuk melihat siapa yang menelepon.“Mama?” gumamnya sembari mengklik icon berwarna hijau untuk menerima panggilan.“Assalamualaikum. Ya Ma?”“Waalaikum salam. Ris, gimana kabar kamu?”“Alh

  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Lepas Tangan

    “Mas, apa Mas tidak ingin melihat anak Mas Haris?” tanya Wawan di sambungan seluler yang terhubung ke pada Haris. “Inggit masih koma.”Ia merasa sangat miris. Sampai sekarang Inggit masih belum sadar, sejak ia melahirkan prematur minggu lalu. Sepertinya sudah tidak ada harapan untuknya hidup. Sementara ibu Inggit terus saja menangis tanpa tahu apa yang harus diperbuat selain menunggu dengan sabar anaknya akan sadar.Hati Wawan teriris melihat kondisi kakak perempuan dan keponakannya, hingga ia berinisiatif untuk menghubungi Haris. Barang kali pria itu terketuk untuk datang dan membantunya memberi support.“Apa uang yang saya kirim kurang, Pak?” tanya Haris yang mulai kesal terus dihubungi. Padahal, dia sudah mengirim uang. Pekerjaannya terus tertunda karena mengurus Inggit dan anak mereka. “Saya sedang berada di luar kota mengurus pekerjaan. Tidak mudah kalau memutuskan pulang dalam waktu dekat. Saya pikir uang yang saya kirimkan sudah lebih dari cukup. Sebelum pergi saya juga sudah m

  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Senyum-senyum Lega

    [ Jadi kali Unie duluan yang menggugat cerai ke Pengadilan Agama? ] tanya Ameena yang mendengar kabar perceraian Salma dan Haris.[ benar, Umm. Kali ini pengacara memasukkan berkas dan sudah diproses. ][ sudah masa iddah ya? ] tanya Ameena lagi. Seolah ia tak memahami jarak waktu yang terjadi. [ cepat sekali waktu berlalu. ][ benar. Saya memutuskan menerima pinangan kakak sepupu saya. ][ hem, tak masalah, Un. Berarti khuluk. Jadi memang tidak perlu lagi menunggu dirujuk. ] tulis Ameena lagi.Mata Salma melebar karena itu. Bagaimana bisa dia tidak memahami hal sepenting ini? Padahal dia lebih dulu berhijrah.“Apa Mas Haris mengetahui ini, tapi dia diam saja karena ingin memanfaatkan situasi?” gumam perempuan beranak enam itu.“Ada apa?” Ibu Salma datang membawakan makanan dan minuman di atas nampan untuk putrinya. Lalu meletakkan di nakas samping ranjang, agar Salma lebih mudah menjangkaunya.Melihat kedatangan sang Ibu, Salma buru –buru menyimpan ponsel. Ia tak mau membuat wanita t

  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Pada Akhirnya

    "Di mana kalian menyembunyikan Inggit?" tanya Salma. Ia mungkin membenci perilaku wanita perebut suami orang itu. Namun, tidak untuk menyakiti fisiknya. Apalagi sekarang Inggit sedang hamil.Abyaz merasa ragu untuk menjawab pertanyaan Umi Hania, hingga ia menoleh ke arah Hania yang ternyata juga menatap Abyaz takut –takut. Ya, pemuda itu tahu dengan jelas bahwa gadis itu tidak sedang baik –baik saja. Ia kemudian mendongakkan kepala sekali, memberi isyarat pada Hania, dan bertanya apa yang harus dilakukannya di situasi seperti ini? Ia tak mau jawabannya nanti akan menyudutkan gadis itu.Hania tak menjawab dan hanya menunjuk tas yang dibawanya dengan tatapan mata. Saat itulah mata Abyaz membeliak. Sadar bahwa itu adalah tas Inggit yang tertinggal. Pasti karena keberadaan tas tersebut yang membuat mereka ketahuan.Pemuda itu menghela napas lelah. Kenapa dia bisa lupa mengamankannya? Dan Hania yang sedari tadi berada di rumahnya, apa tidak menyimpannya di tempat yang aman? Di gudang misa

  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Tanpa Jejak

    "Itu punya tamu Abi." Hania mengucap lemah. Melihat bagaimana cara Salma menatapnya, gadis itu kesulitan untuk berbohong."Tamu? Siapa?" Dahi Salma mengerut. Siapa tamu Haris dengan pakaian seperti itu. "Ehm, dia .... sedang pergi.""Umi tanya siapa dia? Bukan sedang di mana dia?"Hania menatap pada Agni, bingung. Begitu juga dengan Agni. "Han, katakan. Jangan mencoba mengalihkan topik! Apalagi cari pembelaan."“Kamu seharusnya tidak melakukan itu, Kak.” Agni mengkritik sikap sang kakak yang sudah sangat keterlalulan. Sebenci apa pun bukankah merka dilarang berbuat dzolim dan menyakiti orang lain.“Apa yang aku lakukan?” Hania melirik tajam ke arah sang adik.“Ya?” Agni menatap sang kakak tak percaya. Padahal, niatnya baik. Dia ingin menegaskan bahwa itu salah.“Bagaimana dengan kamu? Aku tidak membunuhnya Agni!” tandas Hania ang tidak mau disalahkan. Dia masih berbaik hati mau merawat Inggit, bahkan dalam kondisinya yang sememprihatinkan sekarang.“Ap –apa?” Mata Agni berkaca –kaca

  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Masa Depan Hania dan Abyaz

    Hania terlalu tenang untuk ukuran seorang anak yang kabur dari rumah. Dia tahu, bahwa Uminya tidak akan semarah ibu-ibu lain ketika menghadapi anaknya yang nakal. Meski kabur, dia berusaha keras untuk tidak pergi ke tempat-tempat yang membawanya pada keburukan. Dia tidak melakukan maksiat, dan hanya berniat menemui ayah kandungnya sendiri. Bukan yang lain. Jika pun ada setitik kebencian di hari gadis remaja itu pada Harus, tetap saja yang namanya seorang ayah, tetaplah seorang ayah. Ia tak bisa bebas membencinya. Suara deru mesin mobil terdengar di depan. Hania sengaja tidak langsung membuka pintu rumah, melainkan membuka gorden lebih dulu untuk melihat siapa yang datang. Gadis ayu itu menghela napas berat begitu melihat sosok umi pertama kali, lalu Agnia yang turun dari dalam mobil. Menyusul kemudian Papa Abyaz.Uminya dan Om itu terlihat seperti pasangan suami istri saja. Apa mereka pasangan yang sudah menikah? Atau mereka akan menikah? Mengingat ke duanya sekarang adalah pria da

  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Terimakasih Reynand

    “Yaz, kamu sudah melakukannya?” tanya Hania.Abyaz mengangguk. Walau anggukan itu tidak terlihat oleh Hania yang berada di ujung telepon. “He’em.”“Apa dia menolak?” tanya Hania kemudian.“Hem, ya. Tentu saja. Justru aneh kalau dia pasrah begitu saja.” Abyaz menyahut. Tersenyum miring. Membayangkan bagaimana tadi istri muda Om Haris terus memakinya, dan berusaha berontak untuk pergi. Untungnya, tenaga Abyaz jauh lebih kuat.“Ehm, sekarang aku sedang berada di Masjid.”“Ya?” Hania tidak mengerti maksud Abyaz. Apa pria itu sedang berbicara tentang dirinya sendiri sekarang? Sesuatu yang tidak akan Abyaz jelaskan kalau mereka tidak terlibat dalam sebuah misi seperti sekarang.“A ... maksudku, aku sekarang masih berada di Masjid. Jadi ... aku meninggalkannya bersama orang lain.”“Oh.” Hania manggut-manggut memahaminya. “Kamu perlu bantuan? Apa aku harus ke sana?” tanya khawatir, kalau –kalau Inggit nekad kabur, dan orang yang menjaganya kualahan menghadapi perempuan bar –bar itu.“Ah, aku

DMCA.com Protection Status