Share

Hati -hati

Penulis: Wafa Farha
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-20 22:05:57

[ Kamu kenapa langsung ngibrit pulang? Harusnya nginap saja di sini! ] protes Ibu Inggit, yang kesal karena adiknya pergi begitu saja tanpa bicara apa –apa, selain memintanya untuk pulang dan tidur di rumahnya sendiri.

[Ada yang nggak beres Mbak. Duh, ngirim WA ini saja bikin aku merinding.] Wawan membalas pesan itu.

[ Apa maksudmu? Bicaralah yang jelas! ]

[ sepertinya bapaknya Inggit main dukun, Mbak. Bagaimana ini? ] Wawan semakin cemas. Bahkan tanpa kesalahan itu saja posisinya sudah sangat terjepit di antara Ustaz Fawwas dan istri pertama Haris. Jujur dia jadi merasa bersalah, karena kenyataannya Haris nekad menalak Inggit. Hal yang tak mustahil ia lakukan kelak pada Salma ketika hatinya kembali merindukan Inggit.

[ Jangan ngawur kamu! ] Ibu Inggit tidak terima. Suaminya mungkin kadang memang bisa licik pada orang lain demi keluarga.

Tapi Karim tidak mungkin main pelet dan mencelakakan orang.

[ Nanti aku jelaskan ketika kita bertemu, Mbak. Tapi sebaiknya Mbak hati –hati. sholat ja
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rina Rin
sekarang GK ada LG. koin gratis simpan perpus. JD koinnya cepat habis.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Tangisan Inggit

    Salma masih membeku di tempatnya. Sama seperti hatinya yang mulai beku dan mati rasa. Kenapa dia tidak berlari dan bertanya ke mana suaminya pergi terburu –buru begitu? Apa iya untuk menemui Ustaz Fawwas? Bukankah seharusnya dia bisa janjian bertemu di Masjid atau setelah mennuikan kewajbannya sholat berjamaah di Masjid?Karena tidak mungkin Ustaz Fawwas akan membiarkannya meninggalkan kewajiban Haris sendiri hanya untuk bertemu dengannya.“Umi.” Suara pelan diikuti usapan di perut Salma membuat wanita berusia kepala tiga itu menoleh.“Agni? Sudah sholat?” tanya Salma pada anak ke duanya tersebut. Agni mengangguk. “Kenapa Mi? Umi sakit, ya? Adek nakal?” tatapan remaja berusia 11 tahun setengah itu turun ke perut Umi yang dipegang.Dia ingat pesan Hania sang kakak, saat mereka hanya bicara serius berduaan, kala kakak sulungnya belum berangkat ke pondok. Mereka kadang kali seperti partner kerja di rumah. Karena hanya Agni yang bisa mendengar kata –kata Hania. Dia adik paling besar, yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-20
  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Semua sudah Selesai

    Salma menyempatkan melngintip ponselnya sendiri di sela aktifitasnya di rumah. Aktifitas yang tidak akan pernah ada habisnya untuk dilakukan. Ada senyum di wajahnya, kala melihat balasan dari Umi Ameena untuknya.[ Ohya benar, Unie. Tadi Abinya sudah meminta Pak Haris bertemu. Katanya sih, secepatnya. ][ Dibawa tenang saja, Mi. Banyak –banyak berdoa. Serahkan pada Allah. Dia yang berkuasa atas segala sesuatu. ]Ameena menulis pesan itu bukan tanpa tujuan. Dia juga seorang wanita. Pastinya tahu kalau Salma pasti sudah mengantisipasi sesuatu setelah tahu suaminya menikah lagi. Begitu mengupayakan dan berikhitiar untuk mempertahankan suami demi kebahagiaannya dan anak –anak, satu –satunya hal yang harus dilakukan berikutnya adalah berserah diri.Terserah Allah. Akan membawa ke mana hidup mereka. Toh, manusia hanya menjalani apa yang Allah tetapkan untuk mereka. Jika pun itu terasa pahit, semua akan menjadi penebus dosa –dosa di masa lalu serta pemberat amal pahala kelak jika mereka bers

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-21
  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Rekaman CCTV

    Karim masuk ke rumah Inggit yang sempat ia tinggalkan beberapa jam karena ada Haris di sana. Tampaknya mereka ingin bicara empat mata, yang ke dua orang tuanya tidak boleh tahu.“Inggit!” panggil Karim pada puterinya.“Ya, Pak!” teriak Inggit dari dalam.Semenit menunggu, akhirnya perempuan itu muncul dari kamar dengan pakaian rapi. Karim menatapnya dari atas hingga bawah. Penampilannya jelas berbeda dari saat Haris masih ada di rumah tadi. Pria itu jadi heran, apa yang Inggit rencanakan sebenarnya.“Kamu mau pergi?” tanya pria tua yang kini duduk di kursi. Rasanya lelah ke sana ke mari dan menjelaskan banyak hal pada Haris. Lalu tadi, dia juga harus menemui Willis menjelaskan apa yang terjadi, bahwa pria itu salah lihat.Karim bahkan bicara dengan nada lemah dan sopan, hanya saja seolah mengancam Willis jika macam –macam. Dia juga menceritakan kalau tadi Haris datang dengan marah yang membabi buta.Willis lalu meminta maaf pada pria tua itu, walau entah dalam hatinya. Apa bisa meneri

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-21
  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Semudah itu

    “Oke, biar Abi saja, Mi.” Haris lalu berjalan ke arah Agni, karena merasa lebih kuat dibanding Salma yang sedang hamil.Namun, hal mengejutkan terjadi.“Jangan sentuh aku!” teriakAgni dengan nyala marah di matanya. Ditepis tangan Haris dengan kasar.Haris terkejut, begitu jugadengan Salma. Apa yang terjadi dengan gadis itu? Agni memperlihatkanbetapa dia sangat benci pada Haris. Bahkan didekati saja tidak mau.Untuk sesaat suasana jadi aneh. Agni berusaha mengendalikan emosinya, ia kemudian minta maaf pada Haris.“Maaf, Bi. Agni hanya risih saja kalau Abi yang memapah dan memegangi tubuh Agni. Em, Agni sudah gede ....” Gadis kecil itu menyahut pelan, seolah –olah telah menyesal karena bersikap kasar pada orang tuanya.“Ah, ya sudah sama Umi saja.” Salma tidak berpikir panjang dan membawa Agni ke kamarnya.Saat ke duanya sudah bergerak menjauh, Haris tiba –tiba memanggil Salma.“Mi!”Salma berhenti sejenak, begitu juga Agni. “Ya?” wanita itu pun menoleh.“Ehm, kita bicara sekarang ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-21
  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Tidak Bisa Menahannya lagi

    “Ya. Umi pasti lelah.” Kini langkahnya mendekat pada Salma dan memeluknya dari belakang.“Ya.” Sakma menjawab datar. Meski sedikit terkejut sang suami serapat ini.“Kalau begitu, Abi akan memijat Umi pakai minyak zaitun.” Pria itu melepaskan pelukan. Lalu membuka resleting daster yang Salma kenakan.Istrinya itu hanya perlu melupakan yang terjadi, dan mereka akan menjalani rumah tangga seperti dulu lagi. Dengan begitu semua akan tetap baik –baik saja.Salma memejamkan mata. Menikmati setiap hal yang Haris lakukan sebagai seorang suami. Merasakan sentuhan demi sentuhan yang memang hangat dan getaran dalam hatinya tidak seperti dulu, sebelum ia mengetahui suaminya sudah tidur dengan wanita lain selama enam bulan lamanya.Wanita itu tak tahu apa menyerah dengan mudah seperti ini benar? Tapi menolak keinginan suaminya juga tidak benar setelah memutuskan untuk memaafkannya, dan kembali pada kewajiban sebagai seorang istri. Wanita itu berbalik, dan mendapati senyuman Haris yang menatapnya d

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-21
  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Hati Inggit

    Inggit mendengkus ketika mobil yang mereka kendarai akhirnya parkir di halaman rumah minimalis. Albi ke luar, menutup pintu pagar. Tidak menerima tamu siapa pun yang datang, bahkan jika itu Pak Jokowi.Dengan malas, perempuan itu akhirnya ke luar dari mobil. Menutup pintunya dan bersandar di sana sambil memperhatikan apa yang Albi lakukan sekarang. Meski sudah terkurung seperti ini, setidaknya rasa takutnya tidak sebesar ketika berada bersama Mbah Wono semalam.“Kamu sangat bersemangat, Al.” Inggit menyilang tangan di dada.Albi mendekat. Mengunci tubuh wanita itu. Memandangi wajah cantik Inggit. Wanita yang juga dia anggap miliknya.“Kamu mencintaiku bukan?” tanya Albi. Kelopak matanya berkedip –kedip menunggu jawaban dari Inggit. Melihat wajah tampan itu begitu dekat dengannya, memancing emosi Inggit untuk mengakui bahwa dia menyukai pria itu. Kalau tidak, mana mungkin dia membiarkan Albi menyentuhnya?Inggit mengangguk pelan. Pria itu tersenyum simpul, sebelum akhirnya mendaratka

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-23
  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Rumah Kosong

    Albi kesal, sudah dua hari, menghubungi nomor Inggit tidak juga diangkat. Dia bahkan sampai nekad semalam, menerobos masuk ke rumah itu. Namun, tidak menemukan siapa pun. Sepertinya Inggit benar –benar menghindarinya, dengan tidur di rumah orang tuanya.Pemuda itu mana berani nekad ke sana? Bisa –bisa dia dilaporkan keamanan, atau paling parah dikirim santet. Albi bergidik membayangkan betapa Bapak Inggit sangat berambisi ketika menginginkan sesuatu.Kekesalannya sekarang, membuatnya ingat kejadian dua hari lalu, di rumahnya. Inggit serius ketika mengatakan jangan menghubunginya. “Heh, hanya karena kondom!”“Kamu sudah mau pergi?” tanya Albi pada Inggit yang sibuk mengenakan pakaiannya. Hari itu Albi menegur Inggit. Padahal mereka baru saja selesai melakukan sesuatu. Dia bahkan juga memuaskan wanita itu.Inggit belum menjawab. Matanya kemudian tak sengaja melihat dompet yang menyembul di kantong celana Albi. Celana itu tergeletak persis di depannya duduk di sisi ranjang menghadap lant

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-23
  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Aliran Dana

    “Halo, Adek Agni!” Pak Willis menggerak –gerakkan telapak tangan tepat di depan wajah Agni yang sedang melamun.“Ah, ya.” Gadis remaja itu tersentak. Ia lalu memandang wajah Pak Willis dalam. “Pak, bukannya Bapak bilang ke Abi kalau istri mudanya berselingkuh?” Gadis itu terpikirkan sesuatu sekarang.“Hah?” Mata Willis melebar menatap Agni.Bagaimana anak sekecil ini bisa membahas perselingkuhan? Dari mana dia bia tahu kalau Willis sudah memergoki istri ke dua Bapaknya berselingkuh? Tidak mungkin kan Haris curhat pada orang lain, apa lagi pada anaknya sendiri.“Bapak tidak usah kaget begitu.” Agni menggigit bibir bawahnya. Ternyata begini rasanya bicara dengan gaya orang dewasa dan menghadapi lawan bicara orang dewasa pula dengan bahasan –bahasan dewasa.“Sudah, sebaiknya kamu pulang saja, Dik. Nanti orang tua kamu cemas.” Pak Willis tidak mau terlibat dalam masalah yang serius. Pria itu lalu berjalan pergi meninggalkan Agni.Namun, dengan cepat gadis kecil itu meraih tangan Pak Willi

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-23

Bab terbaru

  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Ending

    Rus masih fokus melihat petugas. Ia kemudian terhentak begitu mendengar suara notif pesan masuk ke ponselnya. Wanita tua itu kemudian merogoh ponsel dalam tasnya lagi. Lalu menggeser layar ponselnya untuk melihat pesan apa yang dikirim padanya.“Dari Wawan,” gumamnya sembari mengklik isi pesan itu.Matanya nyaris saja terlepas dari tempatnya begitu membaca isi pesan itu.[ Innalillahi waa inna ilahi rojiun, bayi Inggit sudah tidak tertolong Mbak. Sebaiknya Mbak cepat ke mari, kita harus mengurusnya. ]“Ini tidak mungkin! Wawan pasti salah lihat. Dia pasti tidak mendengar dari Dokter secara langsung!” sangkalnya selagi bangkit dari duduk dan merapikan tas untuk kemudian dibawa dengan tergesa, menuju tempat di mana bayi Inggit selama ini dirawat, dan Wawan sudah menunggu di sana.Langkahnya bergerak begitu cepat, karena ia tak ingin kehilangan waktu sedikit pun. Seolah ia bisa datang tak terlambat dan mencegah kematian cucunya itu.“Ya Tuhan, bagaimana ini? Bagaimana kami bisa mendapatk

  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Tak Ada Rujuk untuk Khuluk

    “Jadi benar, kalian tidak bisa rujuk lagi?” Suara di seberang terdengar sedih.Sementara Haris, tak ada yang bisa ia lakukan. Lelaki itu hanya bisa menyimpan kesedihan dan penyesalannya untuk diri sendiri. Sejak awal ia sudah tahu, bahwa segalanya tidak akan bisa diperbaiki seperti dulu lagi.“Ris!” panggil sang ibu karena tak ada jawaban dari putra sulungnya di ujung telepon.“Ah, ya, Ma.” Haris terhenyak dari lamunan. “Bagaimana?”“Hem, kamu pasti sedang memikirkan hal berat sekarang.”“Hem.” Haris tersenyum miris. Jelas saja pikirannya berat. Tapi justru perceraian yang terjadi, membuatnya sebagian beban di kepalanya terangkat. Entah kenapa? Mungkin karena dia harus terus melihat bagaimana keluhan Salma saat bersamanya. Dia mana bisa terus melihat wanita yang dicintainya tidak bahagia.Ternyata begini rasanya, mencintai tanpa bisa memiliki, sesuatu yang dulu tak pernah ia pikirkan karena kehidupannya dengan Salma benar –benar bahagia.“Jadi sudah tidak bisa rujuk lagi kan?” sang Ma

  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Pilu

    “Kenapa aku harus terus mengurus sesuatu yang bukan jadi tanggung jawabku? Apa mereka tidak lelah memeras dan memanfaatkanku sejak dulu?” gumam Haris yang belakangan semakin menyadari bahwa segala hal yang dilakukan di masa lalu adalah kesalahan.Pria itu sedang berada di sebuah pondok pesantren. Dan terpaksa mengatakan bisnis agar tidak dipaksa datang oleh Wawan dan Ibu Inggit. Ia merasa sudah cukup dengan mengirimkan uang kepada mereka. Di padepokan ini, Haris sudah menjalani ruqyah rutin atas rekomendasi ustaz Fawwas. Ada hal –hal yang tadinya tak terpikirkan tiba –tiba saja terlintas dalam pikiran mengenai keluarga Inggit.Baru saja menaruh ponsel di nakas dan bersiap untuk bersuci, tiba –tiba sebuah panggilan terdengar. Ia pun mengurungkan sejenak niatnya ke luar kamar dan mengambil ponsel itu untuk melihat siapa yang menelepon.“Mama?” gumamnya sembari mengklik icon berwarna hijau untuk menerima panggilan.“Assalamualaikum. Ya Ma?”“Waalaikum salam. Ris, gimana kabar kamu?”“Alh

  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Lepas Tangan

    “Mas, apa Mas tidak ingin melihat anak Mas Haris?” tanya Wawan di sambungan seluler yang terhubung ke pada Haris. “Inggit masih koma.”Ia merasa sangat miris. Sampai sekarang Inggit masih belum sadar, sejak ia melahirkan prematur minggu lalu. Sepertinya sudah tidak ada harapan untuknya hidup. Sementara ibu Inggit terus saja menangis tanpa tahu apa yang harus diperbuat selain menunggu dengan sabar anaknya akan sadar.Hati Wawan teriris melihat kondisi kakak perempuan dan keponakannya, hingga ia berinisiatif untuk menghubungi Haris. Barang kali pria itu terketuk untuk datang dan membantunya memberi support.“Apa uang yang saya kirim kurang, Pak?” tanya Haris yang mulai kesal terus dihubungi. Padahal, dia sudah mengirim uang. Pekerjaannya terus tertunda karena mengurus Inggit dan anak mereka. “Saya sedang berada di luar kota mengurus pekerjaan. Tidak mudah kalau memutuskan pulang dalam waktu dekat. Saya pikir uang yang saya kirimkan sudah lebih dari cukup. Sebelum pergi saya juga sudah m

  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Senyum-senyum Lega

    [ Jadi kali Unie duluan yang menggugat cerai ke Pengadilan Agama? ] tanya Ameena yang mendengar kabar perceraian Salma dan Haris.[ benar, Umm. Kali ini pengacara memasukkan berkas dan sudah diproses. ][ sudah masa iddah ya? ] tanya Ameena lagi. Seolah ia tak memahami jarak waktu yang terjadi. [ cepat sekali waktu berlalu. ][ benar. Saya memutuskan menerima pinangan kakak sepupu saya. ][ hem, tak masalah, Un. Berarti khuluk. Jadi memang tidak perlu lagi menunggu dirujuk. ] tulis Ameena lagi.Mata Salma melebar karena itu. Bagaimana bisa dia tidak memahami hal sepenting ini? Padahal dia lebih dulu berhijrah.“Apa Mas Haris mengetahui ini, tapi dia diam saja karena ingin memanfaatkan situasi?” gumam perempuan beranak enam itu.“Ada apa?” Ibu Salma datang membawakan makanan dan minuman di atas nampan untuk putrinya. Lalu meletakkan di nakas samping ranjang, agar Salma lebih mudah menjangkaunya.Melihat kedatangan sang Ibu, Salma buru –buru menyimpan ponsel. Ia tak mau membuat wanita t

  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Pada Akhirnya

    "Di mana kalian menyembunyikan Inggit?" tanya Salma. Ia mungkin membenci perilaku wanita perebut suami orang itu. Namun, tidak untuk menyakiti fisiknya. Apalagi sekarang Inggit sedang hamil.Abyaz merasa ragu untuk menjawab pertanyaan Umi Hania, hingga ia menoleh ke arah Hania yang ternyata juga menatap Abyaz takut –takut. Ya, pemuda itu tahu dengan jelas bahwa gadis itu tidak sedang baik –baik saja. Ia kemudian mendongakkan kepala sekali, memberi isyarat pada Hania, dan bertanya apa yang harus dilakukannya di situasi seperti ini? Ia tak mau jawabannya nanti akan menyudutkan gadis itu.Hania tak menjawab dan hanya menunjuk tas yang dibawanya dengan tatapan mata. Saat itulah mata Abyaz membeliak. Sadar bahwa itu adalah tas Inggit yang tertinggal. Pasti karena keberadaan tas tersebut yang membuat mereka ketahuan.Pemuda itu menghela napas lelah. Kenapa dia bisa lupa mengamankannya? Dan Hania yang sedari tadi berada di rumahnya, apa tidak menyimpannya di tempat yang aman? Di gudang misa

  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Tanpa Jejak

    "Itu punya tamu Abi." Hania mengucap lemah. Melihat bagaimana cara Salma menatapnya, gadis itu kesulitan untuk berbohong."Tamu? Siapa?" Dahi Salma mengerut. Siapa tamu Haris dengan pakaian seperti itu. "Ehm, dia .... sedang pergi.""Umi tanya siapa dia? Bukan sedang di mana dia?"Hania menatap pada Agni, bingung. Begitu juga dengan Agni. "Han, katakan. Jangan mencoba mengalihkan topik! Apalagi cari pembelaan."“Kamu seharusnya tidak melakukan itu, Kak.” Agni mengkritik sikap sang kakak yang sudah sangat keterlalulan. Sebenci apa pun bukankah merka dilarang berbuat dzolim dan menyakiti orang lain.“Apa yang aku lakukan?” Hania melirik tajam ke arah sang adik.“Ya?” Agni menatap sang kakak tak percaya. Padahal, niatnya baik. Dia ingin menegaskan bahwa itu salah.“Bagaimana dengan kamu? Aku tidak membunuhnya Agni!” tandas Hania ang tidak mau disalahkan. Dia masih berbaik hati mau merawat Inggit, bahkan dalam kondisinya yang sememprihatinkan sekarang.“Ap –apa?” Mata Agni berkaca –kaca

  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Masa Depan Hania dan Abyaz

    Hania terlalu tenang untuk ukuran seorang anak yang kabur dari rumah. Dia tahu, bahwa Uminya tidak akan semarah ibu-ibu lain ketika menghadapi anaknya yang nakal. Meski kabur, dia berusaha keras untuk tidak pergi ke tempat-tempat yang membawanya pada keburukan. Dia tidak melakukan maksiat, dan hanya berniat menemui ayah kandungnya sendiri. Bukan yang lain. Jika pun ada setitik kebencian di hari gadis remaja itu pada Harus, tetap saja yang namanya seorang ayah, tetaplah seorang ayah. Ia tak bisa bebas membencinya. Suara deru mesin mobil terdengar di depan. Hania sengaja tidak langsung membuka pintu rumah, melainkan membuka gorden lebih dulu untuk melihat siapa yang datang. Gadis ayu itu menghela napas berat begitu melihat sosok umi pertama kali, lalu Agnia yang turun dari dalam mobil. Menyusul kemudian Papa Abyaz.Uminya dan Om itu terlihat seperti pasangan suami istri saja. Apa mereka pasangan yang sudah menikah? Atau mereka akan menikah? Mengingat ke duanya sekarang adalah pria da

  • SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN    Terimakasih Reynand

    “Yaz, kamu sudah melakukannya?” tanya Hania.Abyaz mengangguk. Walau anggukan itu tidak terlihat oleh Hania yang berada di ujung telepon. “He’em.”“Apa dia menolak?” tanya Hania kemudian.“Hem, ya. Tentu saja. Justru aneh kalau dia pasrah begitu saja.” Abyaz menyahut. Tersenyum miring. Membayangkan bagaimana tadi istri muda Om Haris terus memakinya, dan berusaha berontak untuk pergi. Untungnya, tenaga Abyaz jauh lebih kuat.“Ehm, sekarang aku sedang berada di Masjid.”“Ya?” Hania tidak mengerti maksud Abyaz. Apa pria itu sedang berbicara tentang dirinya sendiri sekarang? Sesuatu yang tidak akan Abyaz jelaskan kalau mereka tidak terlibat dalam sebuah misi seperti sekarang.“A ... maksudku, aku sekarang masih berada di Masjid. Jadi ... aku meninggalkannya bersama orang lain.”“Oh.” Hania manggut-manggut memahaminya. “Kamu perlu bantuan? Apa aku harus ke sana?” tanya khawatir, kalau –kalau Inggit nekad kabur, dan orang yang menjaganya kualahan menghadapi perempuan bar –bar itu.“Ah, aku

DMCA.com Protection Status