Semuanya mengangguk serempat. Mereka semua sudah tahu kalau tuannya sudah menikah dan wajah sang nyonya juga sudah mereka lihat. Rafh dengan suka rela memberikan mereka tontonan gratis bahwa sang tuan surah menikah. Hal itu dilakukan untuk menjaga agar tidak satupun mereka mengganggu Rianne, tetapi siapa sangka bahwa Erika begitu nekad dan meremehkan peringatan.Sebelum Alexander berdiri, dia meminta kepada wanita tua yang selama ini dipercaya menjadi ketua mereka, untuk melakukan perpisahan terakhir kepada Erika.Mereka akan mengadakan pemakaman privat untuk mencegah dunia luar tahu apa yang terjadi di dalam ranah mereka.Karena bagi Alexander, semakin sedikit yang tahu kepergian salah satu orangnya, maka semakin aman usahanya.Alexander bukan tidak tahu, bahwa apa yang di kembangkannya adalah dosa. Tetapi, dia meyakini kalau apa yang dilakukannya adalah bentuk pertolongan kepada banyak pihak. Termasuk orang-orang yang bekerja di tempat perjudiannya.Wanita yang bertugas menjadi pela
"Bagaimana kondisi Arnita? Aku berencana menjenguknya hari ini, kau ingin ikut?"Alexander yang ingin melepas kancing kemejanya menoleh pada Rianne sekilas, "Kau tidak akan kemana-mana. Perhatikan kesehatanmu."Alexander masuk ke dalam kamar mandi, tidak menunggu Rianne mengeluarkan suara lagi. Sementara Rianne yang melihat itu menghela napas dalam dan memungut kemeja Alexander yang berserakan di bawah ranjang.Beberapa menit kemudian, Alexander keluar dari kamar mandi, langsung masuk ke walk in closet miliknya, di dalam sudah ada Rianne yang memilih pakaian untuk nya."Gunakan ini." Katanya meminta Alexander duduk di sofa bundar depan cermin besar. Rianne melanjutkan, "Aku ingin mendengar cerita lain darinya. Aku tidak percaya kalau Kak Arche menghamilinya."Alexander bergeming, Rianne melanjutkan, "Kau percaya tidak kalau kak Arche benar-benar melakukan itu?""Hanya kau yang mengenali kakakmu. Benar tidaknya apa yang Arnita katakan, tanyakan itu pada hatimu."Rianne menghentikan gera
Frea menoleh pada atasannya, dengan senyum getir dia menggeleng, tetapi, yang dihadapinya adalah Orlando, pria itu tahu bagaimana rasanya berada di posisi Frea. "Kita bisa mencari tempat makan yang lain." Orlando sudah akan berdiri tetapi Frea menahannya. Makanan sudah berada diatas meja, akan sangat disayangkan kalau di tinggal tanpa di sentuh."Aku tidak tahu kalau mereka juga akan makan di tempat ini." Kata Orlando pada Frea yang masih mendongak pada pasangan bahagia diatas dasana."Tuan tidak salah," menghela napas panjag Frea kembali memusatkan perhatiannya pada Orlando dan makanan mereka yang masih terlihat menggiurkan dan hangat. "Lebih baik kita segera makan, aku lapar." Putus Frea tanpa sungkan.Orlando mengangguk pelan tetapi siapa sangka bahwa hatinya juga remuk redam. Melihat bagaimana Rianne yang tersenyum hangat dan memancarkan cinta pada musuhnya sungguh membuat hatinya memanas."Aku akan membalasmu, Alexander." Batinnya menahan rasa nyeri di hati. Ia mulai memakan ma
Seseorang menepuk pundak Rafh beberapa kali, menyadarkan lria itu bahwa bukan saatnya untuk menangisi sesuatu yang belum pasti kebenarannya."Tuan. Orang di rumah melaporkan bahwa tuan Alexadander berada di mansion." Rafh mendongak, mencerna apa yang baru saja didengarnya."Kau bilang apa?""Tuan ... sudah berada di rumah, penjaga mengatakan bahwa ada mobil hitam membawa tuan dan ... melemparnya." Rafh berdiri, tidak malu mengusap air yang membasahi wajahnya tadi. Dia meminta anak buahnya kembali mengatakan apa yang tadi di dengarnya, "Bisa kau jelaskan lagi?""Itu ... Tuan berada di rumah."Rafh langsung berlari ke.arah mobil, mendengar itu membuat jantungnya berdebar kencang, Alexander adalah penyelamatnya selama ini.Di perjalanan, dia terus menelepon dokter Maya memberi titah agar menyiapkan semuajyang di butuhkan. "Oh, Tuhan, terima kasih karena tuan masih selamat."Sepanjang jalan Rafh tidak henti mengucapkan kata syukur karena kedua atasnya bisa selamat dari bahayanya Orlando
Sampai di sebuah ruangan yang tidak terlalu besar. Maya melihat seorang wanita gempal tengah terbaring di sana. Alexander mendekat dengan raut muka tanpa ekspresi seperti biasanya."Dokter, tolong periksa dia!"Dokter Maya mengangguk dan duduk di kursi yang sudah disediakan. Wanita gempal itu memandang Alexander dengan tatapan seperti ingin mengucapkan terima kasih tetapi bibirnya masih mengatup."Saya akan menyerahkan asrama wanita ini untuk Anda." Si wanita gempal ini mengernyit bingung. Tubuhnya yang berat tidak bisa bergerak untuk sekarang."Istriku, dia tidak menyukai tempat ini." Dokter Maya menoleh juga, tatapan tuannya sangat sendu, kerinduannya pada sang nyonya sudah sangat besar."Aku merasa jika dia enggan kembali karena aku yang masih berada ditempat seperti ini." Alexander mengingat semua kejadian hilangnya sang istri, juga karena orang-orang di dalam sini istrinya mendapat masalah."Untuk itu, tetaplah sehat. Kau bisa mengelola rumah wanita ini dengan namaku. Bukankah in
Dan hari yang sudah disepakati terjadi, Alexander dan Rafh sudah bersedia akan berangkat malam nanti. Beberapa orang mereka sudah lebih dulu melakukan perjalanan dan menjaga pergerakan Orlando lebih dekat."Aku akan menjemputmu sayang." Alexander mengusap wajah istrinya, yang disimpan pada liontin berbentuk bulat di lehernya.Malam nanti adalah malam yang di nantinya selama ini. Alexander berjanji akan membuat Orlando mendapatkan balasan yang setimpal karena sudah membuatnya dan Rianne terpisah."Kau mau kemana?" Tiba-tiba saja, seseorang memeluk Alexander dari belakang, menempelkan wajahnya pada punggung kekar nan hangat milik pria yang selama ini di idamkannya."Frea, lepaskan!" Alexander mencoba melepas pelukan Frea yang erat."Tidak. Jawab dulu, kau mau kemana?"Alexander membiarkan pelukan itu di perutnya, sudut bibirnya terangkat sangat simetris, "Menjemput Anna."Pelukan Frea melonggar, fan Alexander tersenyum melihatnya. Gadis itu berjalan ke depan saling bertemu tatap dengan
Sosok itu mendekat dengan perlahan agar suara kakinya tidak terdengar bahkan oleh cicak sekalipun.Ia mengeluarkan sapu tangan hitam dan membekap Rianne dengan cepat. Istri Alexander itu sempat membuka mata sebelum dia benar-benar tak sadarkan diri.Dengan gerakan tangan memanggil temannya yang lain, beberapa orang masuk melalui jalan yang sama seperti pria yang pertama tadi."Bawa Nona Rianne dengan hati-hati. Dan dalam hitungan ke 10 kita ledakkan tempat ini, mengerti." Ke-4 orang itu mengangguk sambil mengangkat jempol tanda setuju dan mengerti.Tidak lama, hanya dengan gerakan tangan menginterupsi teman-temannya, semuanya sudah keluar lagi.Sementara itu, Orlando yang keluar dari kamar Rianne tadi menuju ruang kerja miliknya, ruang yang dilengkapi dengan cctv dimana dia bisa melihat apapun yang Rianne lakukan di dalam kamarnya.Baru saja dia akan memasuki ruangan miliknya, teriakan Lyora kembali mengagetkannya. Orlando tidak menunggu lama untuk melihat itu. Dia berlari kencang ke
Alexander berdiri dan menjauhkan diri dari Orlando, tetapi siapa sangka bahwa pria itu malah menarik kaki Alexander dan kembali menerjangnya. Perkelahian kembali terjadi. Anak buah Alexander yang bersiap akan menyelamatkan tuannya terpaksa berdiam diri saat Orlando mendekatkan pisau kecil dengan dua mata tajam ke arah leher Alexander."Turunkan senjata kalian atau lehernya kupotong sekarang!"Semua menurunkan senjata dengan perlahan, Alexander tidak melakukan apapun walaupun dia sangat ingin. Ia hanya saling tatap dengan Rianne yang juga sangat terkejut dengan apa yang Orlando lakukan."Rianne, minta suamimu melepaskan Lyora sekarang juga.""Lyora?""Yah. Suami bejatmu ini, menculiknya dan menyekap adikku." Rianne meminta jawaban dari Alexander yang bernapas saja akan sangat membahayakan, pisau itu menempel di kulit lehernya. Sekali tekan saja, sudah bisa dipastikan Alexander tidak akan selamat kecuali dia memiliki banyak nyawa."Bicaralah! Katakan dimana kau menyembunyikan adikku bre