Share

Kau Khawatir?

Author: Ayesha Razeeta
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Dan hari yang sudah disepakati terjadi, Alexander dan Rafh sudah bersedia akan berangkat malam nanti. Beberapa orang mereka sudah lebih dulu melakukan perjalanan dan menjaga pergerakan Orlando lebih dekat.

"Aku akan menjemputmu sayang." Alexander mengusap wajah istrinya, yang disimpan pada liontin berbentuk bulat di lehernya.

Malam nanti adalah malam yang di nantinya selama ini. Alexander berjanji akan membuat Orlando mendapatkan balasan yang setimpal karena sudah membuatnya dan Rianne terpisah.

"Kau mau kemana?" Tiba-tiba saja, seseorang memeluk Alexander dari belakang, menempelkan wajahnya pada punggung kekar nan hangat milik pria yang selama ini di idamkannya.

"Frea, lepaskan!" Alexander mencoba melepas pelukan Frea yang erat.

"Tidak. Jawab dulu, kau mau kemana?"

Alexander membiarkan pelukan itu di perutnya, sudut bibirnya terangkat sangat simetris, "Menjemput Anna."

Pelukan Frea melonggar, fan Alexander tersenyum melihatnya. Gadis itu berjalan ke depan saling bertemu tatap dengan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Lepaskan Dia

    Sosok itu mendekat dengan perlahan agar suara kakinya tidak terdengar bahkan oleh cicak sekalipun.Ia mengeluarkan sapu tangan hitam dan membekap Rianne dengan cepat. Istri Alexander itu sempat membuka mata sebelum dia benar-benar tak sadarkan diri.Dengan gerakan tangan memanggil temannya yang lain, beberapa orang masuk melalui jalan yang sama seperti pria yang pertama tadi."Bawa Nona Rianne dengan hati-hati. Dan dalam hitungan ke 10 kita ledakkan tempat ini, mengerti." Ke-4 orang itu mengangguk sambil mengangkat jempol tanda setuju dan mengerti.Tidak lama, hanya dengan gerakan tangan menginterupsi teman-temannya, semuanya sudah keluar lagi.Sementara itu, Orlando yang keluar dari kamar Rianne tadi menuju ruang kerja miliknya, ruang yang dilengkapi dengan cctv dimana dia bisa melihat apapun yang Rianne lakukan di dalam kamarnya.Baru saja dia akan memasuki ruangan miliknya, teriakan Lyora kembali mengagetkannya. Orlando tidak menunggu lama untuk melihat itu. Dia berlari kencang ke

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Dimana Lyora

    Alexander berdiri dan menjauhkan diri dari Orlando, tetapi siapa sangka bahwa pria itu malah menarik kaki Alexander dan kembali menerjangnya. Perkelahian kembali terjadi. Anak buah Alexander yang bersiap akan menyelamatkan tuannya terpaksa berdiam diri saat Orlando mendekatkan pisau kecil dengan dua mata tajam ke arah leher Alexander."Turunkan senjata kalian atau lehernya kupotong sekarang!"Semua menurunkan senjata dengan perlahan, Alexander tidak melakukan apapun walaupun dia sangat ingin. Ia hanya saling tatap dengan Rianne yang juga sangat terkejut dengan apa yang Orlando lakukan."Rianne, minta suamimu melepaskan Lyora sekarang juga.""Lyora?""Yah. Suami bejatmu ini, menculiknya dan menyekap adikku." Rianne meminta jawaban dari Alexander yang bernapas saja akan sangat membahayakan, pisau itu menempel di kulit lehernya. Sekali tekan saja, sudah bisa dipastikan Alexander tidak akan selamat kecuali dia memiliki banyak nyawa."Bicaralah! Katakan dimana kau menyembunyikan adikku bre

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Aku Memang Mencintaimu

    Rafh menghembuskan napas pelan, "Kenapa bertanya pada kami? Tujuan kami asalah menyelamatkan nyonya Rianne bukan menculik Lyora.""Brengsek." Satu tinjuan tertahan di udara saat suara dering ponsel terdengar, Orlando meraih ponselnya dan melihat siapa nama si pemanggil."Lyora ... kau dimana?"Orlando masih menatap musuh pada Rafh yang tidak terpengaruh sedikitpun."Kau baik-baik saja? Maksudku, apakah ada yang menghadang atau menculikmu?"Orlando mematikan ponselnya dan berdecak melihat Rafh yang hanya mengedikkan bahu acuh padanya.Orlando kembali pada Rianne yang masih menunggu di kursi tunggu, menutup wajah dengan kedua tangan. Orlando menghela napas panjang, ingin marah pada siapa jika Rianne yang dicintainya tidak ingin bersamanya?"Rianne, aku ...."Rianne menoleh, menampilkan senyum ramahnya pada Orlando, "Bagaimana Lyora? Rafh sudah memberitahumu dimana dia?"Orlando tersenyum kaku, "Suamimu, selain membuat wajahku rusak dia juga membodohiku berulang kali." Orlando mengusap a

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Nyonya Yang Akan Membalasnya

    Alexander berdecak, "Kalau begini aku, rela melukai diri sendiri terus. Kau akhirnya mengakui kalau mencintaiku."Rianne mengangkat wajah, "Memang aku belum mengatakannya, ya?"Alexander mengangguk, "Mana mau istriku yang cantik ini mengaku." Rianne kembali terkikik geli, dia lupa apakah memang benar dia tidak pernah mengakui mencintai Alexander selama ini."Kalau begitu, aku akan terus mengatakan kalau aku mencintaimu." Putus Rianne membuat Alexander semakin mengeratkan pelukannya."Aku semakin merasa bersalah, aku menghancurkan hidupmu dan sekarang kau berikan seluruh hatimu untukku.""Itu juga hukumanmu."Alexander mengangguk, "Kalau hukuman ini, aku menyukainya. Tidak apa kita tidak bercinta selama setahun, asalkan masih bisa seranjang denganmu.""Otakmu hanya ada itu ya?"Alexander tertawa, "Aku ini pria normal, mana tahan kalau melihat tubuh molek meliuk di depan mata."Alexander langsung memejamkan mata karena sadar dia salah bicara, sementara Rianne memicingkan mata karena ter

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Perasaanku Tidak Enak

    Rianne mengangguk. Dengan gerakan kuat Alexander berpacu mengejar pencapaian begitupun dengan Rianne yang sudah menancapkan kuku di punggung Alexander juga siap dengan ledakan besar."Aaaaaakh." Keduanya sampai bersama lolongan merdu terdengar di dalam kamar yang kedap suara. Tubuh mengejang Rianne pertahan melemas dengan jatuhnya Alexander diatas tubuh polos dan basah sang istri.Satu kecupan mendarat di kening, dan ditambah dengan kecupan lain di kelopak mata yang tertutup juga bibir yang terbuka sedikit yang masih terengah mendapatkan bagian bertubi-tubi.Alexander mengecupi seluruh wajah Rianne barulah dia menjatuhkan diri ke samping istrinya. Membawa tubuh polos itu masuk dalam pelukannya."Sayang, berjanjilah, jangan lagi meninggalkanku. Hmmm."Rianne mengangguk lemah, membalas pelukan sang suami dan mulai memejamkan mata.Alexander masih terjaga, mendengar deru napas halus sang istri yang sudah terlelap dengan damai setelah bekerja keras.Jemarinya membelai wajah Rianne yang m

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Apa Yang Kau Lakukan?

    "Kau tidak apa-apa?"Frea mengangguk, langsung memeluk Alexander dan menggunakan air matanya sebagai senjata paling manjur."Maya!!" Teriak Alexander. Luka Frea memang harus segera diobati. Maya yang mendengar teriakan itu langsung berlari dan masuk memeriksa keadaan. Sementara Rafh akan memeriksa nyonya-nya."Ya, Tuan.""Tolong kau lihat luka Frea. Aku akan naik memeriksa Anna." Maya mengangguk tetapi Frea langsung mencegah, dia ingin Alexander menemaninya sebentar."Sebentar saja. Kau tau, 'kan aku takut dengan suntikan." Kilahnya."Nona. Saya. Tidak akan menyuntik Anda. Saya hanya memeriksa dan membersihkan lukanya." Frea menggeleng, memohon pada Alexander untuk tidak meninggalkannya.Menghela napas panjang Alexander duduk dan menunggu Frea yang sementara dibersihkan lukanya.Di dalam hati, Maya mengutuk tuannya, karena masih dapat terpedaya dengan wanita ular di hadapannya."Dia melukaiku." Adu Frea."Maafkan dia. Anna hanya tidak suka miliknya diganggu." Frea sudah menggunakan se

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Rafh Tertular Penyakit Aneh

    Frea mendongak lalu kembali mengusap bagian itu, sedikit keras dan--besar. Alexander mengeram.karena Frea begitu lihai hanya dengan mengusapnya saja."Aku bisa membantumu menanganinya." Kata Frea tahu kalau Alexander sudah berada puncak, semakin intens juga dia mengusapnya.Alexander mendongak dengan mata terpejam ingin menghentikan aksi Frea tetapi terlalu nikmat baginya. Frea mengeringai tahu kalau Alexander tidak akan mampu menahan diri.Tangan sebelahnya membuka resleting, menariknya turun perlahan. Jantungnya sudah berdebar kencang karena apa yang ingin dilihatnya selama ini sebentar lagi akan menjadi nyata.Mata Frea sudah tidak sabar menunggu sesuatu itu terlihat jelas, namun itu sebelum pintu kamar Alexander di ketuk.Frea mengepalkan tangan kuat, apalagi saat melihat Alexander berdiri dan menjauh darinya. Terlihat Alexander menaikkan kembali resleting nya dan berjalan ke pintu setelah memperbaiki raut wajahnya yang tegang. Persis seperti seorang yang tertangkap basah telah me

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Kau Yakin Dia Akan Kembali?

    Sementara itu, Maya sudah melepas rangkulannya dari Rafh saat Caroline datang mendekatinya. Senyum wanita itu masih tetap sama seperti dulu manis dan juga--menawan.Maya berdehem, berniat akan meninggalkan keduanya tetapi Rafh menahan tangannya. Maya jelas merasa tidak enak, mereka bukan tokoh utama dalam cerita ini tetapi Rafh seolah mengambil peran lebih banyak. Itu yang Maya pikirkan."Bagaimana kabarmu?" Caroline menyapa lebih dulu, memperhatikan Rafh seperti biasanya, bahkan tatapannya juga masih sama seperti dulu."Baik, Nona." Caroline menyapa Maya juga, wanita yang bisa Richard bahas saat mereka senggang, "Anda Dokter Maya, bukan?" Maya mengangguk."Panggil Maya saja. Nona."Caroline terkekeh, "Baiklah, senang bertemu denganmu, Richard selalu membahas dirimu." Maya hanya tersenyum kecil.Caroline menoleh ke kiri dan ke kanan, ada yang belum terlihat olehnya, "Dimana Rianne? Aku tidak melihatnya?" Tanyanya pada Rafh."Nyonya, tidak ikut."Alis Caroline naik setengah, "Kenapa?

Latest chapter

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Hidup Bahagia

    "Tuan, Rafh ... tolong maafkan kami." Frea menangis. Baru saja ayahnya menjelaskan semuanya. Ketidak sengajaannya menembak keluarga Rafh serta bagaimana Rafh kecil yang dibawa kabur oleh orang suruhan ayahnya. Rencana hanya untuk mengancam, tetapi takdir berkata lain. Tuan Frasino menembak habis keluarga Alexander.Karena rasa bersalahnya, tuan Frasino akan merawat kedua anak rivalnya. Alexander dan anak yang diculiknya--Rafhael. Namun, nyatanya seseorang sudah membawa anak itu lebih dulu.Mengetahui bahwa Frea menyukai Alexander dan berakhir dengan penolakan, kemarahan tuan Frasino kembali meledak. Dia mengusir Alexander dan mencibirnya sebagai anak tidak tahu terima kasih."Nona Frea, ayahmu melenyapkan orang tuaku coba jelaskan padaku, bagaimana cara memaafkanmu?" Suara Rafh terdengar semakin dingin."Kau tidak dengar? Ayahku tidak sengaja melepas pelurunya," "Seperti ini?" Satu tembakan tepat di jantung tuan Frasino yang Rafh lepaskan. Frea menjerit karena melihat ayahnya semaki

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Demi Ayah Dan Ibu

    Rianne tidak akan melepas suaminya, perasaannya mendadak tidak enak sama sekali. Bukankah perasaan orang hamil itu sensitif?Alexander memegang wajah istri, mencium seluruh bagian di wajahnya."Hanya beberapa hari saja, hmm." "Memangnya kau mau kemana? Jangan berbohong dengan mengatakan kau akan bekerja. Alexander, aku tahu dirimu."Menghela napas panjang, Alexander memasang senyum secerah mungkin, tidak bisa dia katakan kepergiannya karena kondisi Rianne yang mengandung. "Rafh. Dia harus melihat tempat kerjanya sayang. Perusahaan itu adalah milik orang tuaku yang terbengkalai dan aku berencana menyerahkan pada Rafh. Dia akan membesarkannya," kilahnya tidak sepenuhnya salahAlis Rianne menyatu, masih tidak mengerti, "Rafh adalah keluargaku yang masih tersisa, dia harus bertanggung jawab untuk masa depannya."Mata Rianne membola, lagi-lagi dia dikejutkan dengan berita besar.Alexander mengangguk saat Rianne kembali mengulang kata keluarga. "Aku juga belum mengatakan ini padanya. Dan

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Jujurlah!

    Tidak tahan lagi, Alexander langsung menyerang sang istri dengan cepat tetapi masih dengan hati-hati.Siang itu, tidak hanya cuaca diluar saja yang panas, tetapi di dalam kamar dengan pendingin juga sudah terasa panasSuami istri yang sudah terpisah beberapa bulan itu, sama-sama melepas rindu di dalam kamar dengan segala macam gaya. Erangan desahan mengalun indah bersama dengan gerakan pasti si pria. "Sayang ... aku ...." Rianne tersengal, napasnya memburu, ada sesuatu yang ingin meledak di bawah sana rasanya."Bersama sayang. Tolong tunggu aku." Alexander menggerakkan pinggangnya semakin cepat, keduanya menegang karena sebentar lagi akan ada ledakan yang dahsyat."Aaaahhhh." Keduanya mendesah panjang bersama, Alexander mendongak begitupun juga dengan Rianne yang berada dibawahnya yang bergetar karena mendapatkan pelepasan bersama.Napas keduanya memburu, senyum cerah keduanya terlihat sebagai tanda bahwa mereka benar-benar menikmati semuanya."Aku mencintaimu." Alexander menjatuhkan

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Sentuh Aku

    Orlando berdecak, dia tidak memikirkan Rianne, dia hanya menyakinkan dirinya kalau Frea memang tidak ada lagi di hatinya."Anna tahu kalau kau yang menabrak keluarganya?" Tanya Richard."Hanya aku yang boleh memanggilnya dengan nama itu." Alexander melanjutkan, "Anna tahu, tetapi tidak tahu kalau dalang dari semua ini adalah keluarga Frea."Sejak tadi Rafh hanya diam saja. Berita besar ini baru saja di dengarnya dan dia tidak menyangka akan serumit ini ceritanya, terlalu berkelok dan berliku."Rafh. Antar Orlando bertemu dengan Frea. Kita akan mengikutinya dari belakang. Selama ini pria tua itu terlalu pandai untuk bersembunyi, aku tidak bisa menemukan keberadaannya."Rafh mengangguk. Sementara itu, Richard yang tidak tahu harus melakukan apa, berencana ikut dengan mereka tetapi Alexander mencegah dengan Alasan para wanita tidak ada yang menjaga.Saat itu juga Alexander menempatkan mereka di tempat yang memang seharusnya mereka tinggali.Rafh akan tetap menjalankan bisnis sang tuan.

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Jangan Berani

    Richard mendengus kesal, artinya selama ini hanya dia saja yang merasa menjadi sahabat kedua pria bengis ini. Jadi tidak heran kalau Alexander menerjangnya sampai babak belur saat itu, dan Orlando? Jangan tanyakan pria di sebelahnya ini. Di otaknya hanya ada nama Rianne. Sialnya lagi, mereka bertiga menyukai wanita yang sama. Dan selalu Alexander yang mendapatkan hasilnya."Rafh menelepon dan menceritakan semuanya padaku. Sebagai teman Anna, jelas saja aku ikut prihatin karena seseorang tidak menghargai perasaannya dan aku mengurus semuanya." Sindir Richard."Kalian berdua," tunjuk Orlando pada kedua penjaga yang melaksanakan perintah Rafh tanpa sepengetahuannya."Besok datang ke ruanganku, aku akan memberikan imbalan pada kalian karena sudah menjaga istriku malam itu." Kedua penjaga itu saling pandang, semebtara Rafh membola."Terima kasih Tuan." Jawab mereka bersamaan dengan wajah cerah. Apa yang Alexander katakan selanjutnya mampu membuat mereka menghela napas pelan dan mengangguk

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Kau Menolak?

    Saat kembali ke rumah, Orlando dikejutkan oleh banyaknya mobil mewah berwarna hitam terparkir tepat di depan rumahnya.Bukan hanya itu, beberapa orang berbadan besar sudah menodongkan senjata api di kepalanya dan Lyora. Gadis itu tentu saja pucat, memegang kuat lengan kakaknya dengan badan bergetar."Jangan takut." Bisik Orlando.Lyora mengangguk dan tetap berpegangan teguh di lengan kakaknya, kakinya sudah lemas melihat senjata-senjata itu mengarah tepat di pelipisnya.Orlando berjalan pelan, begitupun dengan mereka yang tetap tidak melepasnya."Turunkan senjata kalian. Kalian tidak melihat adikku ketakutan." Jengah Orlando. Tahu siapa yang bertamu di rumahnya tato kecil berlambang kelabang di leher mereka sudah menunjukkan dari mana asalnya."Ikut saja. Kami tidak akan melakukan apapun selama Tuan tidak melawan." Orlando mendengus, sejak tadi dia diam, tidak melawan tetapi orang-orang ini yang keterlaluan. Sampai di dalam rumahnya. Orlando sudah disambut oleh pria dengan mata tajam

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Mataku Terkena Debu

    "Untuk apa kalian datang? Dan kau Richard, kita sudah berjanji, kau akan rahasiakan ini dari siapapun. Aku kecewa." Richard menghela napas pelan, "Anna, kau tidak merindukannya? Tuan terlihat sangat khawatir."Richard kembali menambahkan, "Dia harus tahu kabar kehamilanmu."Rianne menggeleng, "Jangan beritahu dia, biarkan dia hidup sesukanya, sampai kapanpun Alexander akan tetap seperti itu."Caroline mendekati Rianne, duduk di sebelahnya, tangan halusnya langsung menyentuh perut Rianne, "Bagaimana rasanya hamil?" Tanya nya menatap Rianne, dia melanjutkan, "Sejak awal hubungan kita tidak baik. Tapi, aku akan meluruskan sedikit masalahmu."Sambil mengelus perut Rianne dia melanjutkan, "Beri dia kesempatan sekali lagi. Aku mendukungmu meninggalkannya dan menikah dengan pria lain kalau dia sampai mengkhianatimu lagi."Caroline melanjutkan, "Alexander sudah meninggalkan usaha di rumah pelacuran. Sudah menyerahkan tempat perjudian pada Roi juga. Dan ku dengar markasnya meledak." Caroline

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Kau Manis Sekali

    "Bagaimana? Rafh mengakuinya?" Bukan Alexander yang bertanya tetapi Richard. Caroline masuk ke kamarnya dengan wajah lesu. Di dalam kamar sudah ada Richard, mantan Dokter Alexander ini belum bertemu langsung dengan mantan majikannya.Alasannya karena Alexander yang terus menghilang."Tidak. Dia juga tidak tahu katanya." "Kau yakin? Bisa saja Rafh berbohong."Caroline melepas pakaiannya begitu saja di hadapan Richard, juga mengganti dengan pakaian baru tanpa merasa malu. Richard hanya menggeleng karena kekasihnya ini sangat--berbeda."Tidak. Aku tahu kapan Rafh berbohong dan tidak."Richard berdiri dan memeluk Caroline dari belakang, "Aku cemburu. Sepertinya kau memang ada rasa padanya."Caroline berbalik dan mencubit kedua pipi liat Richard, "Jangan memancing. Kau juga mencintai Rianne kan? Jadi aku harus bagaimana?""Masa lalu. Sekarang masa depanku ada di hadapanku." Richard menaik turunkan alisnya dan Caroline tahu apa maksud kode itu."Tidak sekarang, aku harus menemui Alexander.

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Kau Yakin Dia Akan Kembali?

    Sementara itu, Maya sudah melepas rangkulannya dari Rafh saat Caroline datang mendekatinya. Senyum wanita itu masih tetap sama seperti dulu manis dan juga--menawan.Maya berdehem, berniat akan meninggalkan keduanya tetapi Rafh menahan tangannya. Maya jelas merasa tidak enak, mereka bukan tokoh utama dalam cerita ini tetapi Rafh seolah mengambil peran lebih banyak. Itu yang Maya pikirkan."Bagaimana kabarmu?" Caroline menyapa lebih dulu, memperhatikan Rafh seperti biasanya, bahkan tatapannya juga masih sama seperti dulu."Baik, Nona." Caroline menyapa Maya juga, wanita yang bisa Richard bahas saat mereka senggang, "Anda Dokter Maya, bukan?" Maya mengangguk."Panggil Maya saja. Nona."Caroline terkekeh, "Baiklah, senang bertemu denganmu, Richard selalu membahas dirimu." Maya hanya tersenyum kecil.Caroline menoleh ke kiri dan ke kanan, ada yang belum terlihat olehnya, "Dimana Rianne? Aku tidak melihatnya?" Tanyanya pada Rafh."Nyonya, tidak ikut."Alis Caroline naik setengah, "Kenapa?

DMCA.com Protection Status