Share

Bab 225

Penulis: Atieckha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-07 15:41:42

“Jangan coba-coba meminta lebih dari saya. Saya rendahkan harga diri karena Angelica. Tapi kalau anda nuntut lebih, maka saya tak segan-segan akan ungkap sikap anda ini pada keluarga anda.”

Mata Lidya merah, dia sangat marah pada Bram. Menurutnya ini sudah keterlaluan, di masa lalu meski mereka pernah melakukannya, tapi sekarang keadaannya sudah berubah.

Bram melepaskan bibirnya dari puting susu Lidya. Dia tahu Lidya sangat marah. Tapi Bram akan terus mengganggunya.

“Dan kamu pikir keluargaku akan peduli? Masih mending kalau kamu gadis perawan, ini-”

Bram tak melanjutkan ucapannya. Tapi dari seringainya tentu dia mengejek Lidya.

Lidya meraih ponselnya, segera menghubungi Naura, tapi belum tersambung Bram merampasnya.

“Oke, hanya sebatas minum ASI saja. Janji!” serunya menatap mata Lidya.

Suara pintu diketuk membuat Bram dan Lidya merapikan penampilannya.

Bram mendekati pintu kamar hotel tempatnya menginap, lalu membuka.

Klik

“Hay Uncle. Adik mana?” Suara nyempreng Raka dan Rania men
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 226

    “Jangan cerita soal apa yang kita lakukan pada Naura atau siapapun,” ucap Bram.Bram sedang mengenakan sepatu santai saat mereka sudah rapi, sambil bersiap menunggu Davin dan keluarga kecilnya. Sementara Lidya sedang memasukkan kebutuhan Angelica ke dalam tas bayi yang selalu dibawa kemanapun Mereka pergi.“Ngapain saya buka aib sendiri. Malu-maluin aja punya bos cabul!”Demi apapun Lidya akan sangat malu sekali bahkan harga dirinya akan hancur lebur kalau sampai ada orang lain yang mengetahui apa yang sudah Bram lakukan terhadap dirinya. Maka tanpa disuruh pun di dia pasti tidak akan membongkar aib dirinya dan Bram.“Bilang cabul lagi sekali?”Bram mendesak Lidya hingga terhimpit di dinding. Pria itu mencium Lidya dengan rakus, dia tak ingin punya komitmen apapun namun dia juga tak bisa menolak pesona Sang Mantan Kekasih. Meski tak ada respon dari Lidya setiap kali dia menciumnya, namun bagi Bram hal yang semacam ini biasa untuk perempuan. Mereka lebih jual mahal daripada laki-laki,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 227

    “Hidup Davin begitu sempurna. Dia memiliki istri yang sangat cantik, bahkan tubuhnya seperti gadis, padahal dia sudah memiliki anak kembar. Beruntung sekali Davin," gumam Victor kepada rekannya yang lain. Matanya menatap tajam ke arah Davin dan Naura yang saat ini sedang berbincang. Sesekali, Victor melihat Naura dan Davin saling menyuapkan makanan. Keduanya tampak begitu romantis, membuat Victor seketika menjadi iri dengan kemesraan itu."Tapi Naura juga beruntung, Bos. Punya suami ganteng, kaya raya, setia, dan sayang sama dia. Sepertinya Davin mencintai istrinya lebih dari mencintai dirinya sendiri. Dari sikapnya, terlihat jelas," ujar anak buah Bryan yang lain, yang kebetulan sekarang bersama Victor di restoran tersebut.Victor kembali memperhatikan mereka. Sebetulnya, benar yang dibilang oleh rekannya ini. Naura pun beruntung memiliki suami dan anak-anak yang terlihat begitu sempurna. Bahkan hubungan mereka nyaris tanpa masalah."Maka jangan biarkan hidup mereka menjadi sempurna

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 228

    Bila Davin dan Naura tengah asyik bercinta, berbeda dengan Bram yang tampak tak punya semangat hidup karena si kembar memilih menginap di kamarnya.“Mbar,” panggil Bram.“Hmmmmmmm,” jawab Raka dan Rania. Bram terkekeh, biasanya keduanya sangat marah kalau dipanggil kembar!Keduanya sudah memejamkan mata di atas ranjang, mereka tidur di antara Bram dan Lidya sementara Angelica sudah terlelap di box bayi yang disediakan oleh pihak hotel.“Sana pergi ke kamar. Mommy sama Daddy buat adik lagi tuh!” kata Bram. Lidya yang mendengar hanya menggeleng.“Udah biarin aja. Kalau Uncle gak mau Daddy buat adik lagi, sana Uncle aja di kamar Mommy sama Daddy,” jawab si jutek Rania.Bram yang hendak membuka mulut, melihat Lidya cekikikan, ia kembali mengatupkan bibirnya.“Tidur, Uncle. Bukankah besok malam Uncle harus ajak kami ke Mall. Kami mau belanja banyak loh!” Raka menimpali. Tapi bocah tampan itu juga enggan membuka matanya.“Kan pergi ke Mall nya baru sore. Pagi dan siang masih bisa istiraha

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 229

    Naura dan Davin melangkah memasuki ballroom hotel berbintang dengan penuh percaya diri. Malam ini, perayaan ulang tahun pernikahan emas Tuan Lee dan istrinya berlangsung dengan meriah, ditambah dengan pertunangan putri semata wayang mereka. Sejumlah tamu undangan, yang mayoritas adalah para pebisnis berpengaruh dari berbagai negara, telah memadati ruangan yang luas itu.Davin melirik Naura yang berjalan di sampingnya. Gaun malam berwarna navy yang dikenakan istrinya membingkai tubuhnya dengan anggun. Tanpa banyak bicara, Davin menggenggam tangan Naura dan menuntunnya lebih dalam ke keramaian. Beberapa orang sudah mulai memperhatikan mereka. Davin hanya membalas dengan anggukan kecil dan senyum tipis, lalu terus melangkah menuju tuan rumah.Begitu tiba di depan Tuan Lee dan istrinya, Davin segera menyerahkan kotak kecil berisi jam tangan couple yang sudah dipersiapkannya. "Selamat ulang tahun pernikahan, Tuan Lee. Dan juga selamat atas pertunangan putri Anda," ujar Davin dengan sopa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 230

    "Kalian mau makan apa?" tanya Bram pada Raka dan Rania. Mereka baru saja mengakhiri permainan di sebuah mal. Keduanya tampak kelelahan. Bram benar-benar mengasuh Raka dan Rania dengan baik; dia juga sesekali mengajak Angelica ikut bermain."Uncle mau makan apa?" Rania yang bertanya."Ditanya malah tanya balik," kata Bram. Namun, pria itu kembali menjawab, "Ya sudah deh, Uncle mau makan ayam goreng aja."Tentu saja itu bukan makanan favoritnya; ayam goreng adalah makanan favorit Raka dan Rania. Tapi demi keponakannya, Bram tidak apa-apa memesan makanan yang tidak terlalu ia sukai tersebut.Namun, di luar dugaan, jawaban Raka dan Rania malah berbeda. Mereka tidak ingin makan makanan kesukaannya tersebut karena makanan itu dipilih oleh sang uncle."Ya sudah deh, kalau begitu kami makan steak sapi aja. Yang premium ya, Uncle," ucapnya lagi penuh penekanan.Mata Bram membulat sempurna. Tentu saja steak yang dimaksud harganya sangat fantastis karena mereka tidak terbiasa makan daging yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 231

    Davin berlari, kakinya hampir tidak bisa mengimbangi detak jantungnya yang berdetak semakin cepat. Setiap langkah yang diambil terasa seperti beban yang lebih berat. Nafasnya tersengal-sengal, seolah-olah udara di sekitarnya tidak cukup untuk mengisi paru-parunya yang sesak."Naura! Sayang!" teriaknya, suaranya serak, tapi tidak ada jawaban. Hanya riuh suara para tamu yang masih kebingungan setelah listrik padam.Lampu hotel yang sempat padam kini menyala lagi, tetapi itu tidak menenangkan Davin. Justru, cahaya itu semakin menyoroti kekosongan yang ada di sekitarnya.Ia berlari menyusuri ruang dansa, matanya liar mencari sosok yang sudah terlalu lama ia cintai. Setiap sudut ruangan ia lihat dengan harapan Naura akan muncul dari bayang-bayang, tapi tidak ada. Hanya tamu yang tampak bingung dan pelayan yang tampak tergesa-gesa menyelamatkan barang-barang dari meja prasmanan yang hampir tumpah."Sayaaaaang kamu di mana? Jangan bercanda!" teriaknya lagi, kali ini lebih panik, lebih pecah.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 232

    Ketegangan di antara Davin dan Tuan Lee begitu terasa saat mereka meninggalkan hotel menuju kantor polisi. Pesta yang semula penuh dengan tawa dan kebahagiaan kini berubah menjadi kehampaan yang mencekam. Setiap langkah Davin terasa semakin berat, seolah dunia di sekitarnya ikut runtuh. Suasana di luar malam itu terasa lebih gelap dari biasanya, dan setiap detik yang berlalu semakin memaksanya tenggelam dalam kecemasan.“Pak Davin, anda harus tenang,” ujar Tuan Lee dengan suara yang berusaha meyakinkan meskipun matanya tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. “Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu.”Davin tidak bisa berkata apa-apa. Bibirnya terkunci, matanya hanya menatap lurus ke depan. Pikirannya hanya berputar pada satu hal: Naura.Sesampainya di kantor polisi, situasi langsung berubah. Kepala polisi yang menerima laporan mereka segera memerintahkan untuk melanjutkan penyelidikan. “Ini kasus besar, Pak Davin. Kami akan kerahkan semua personel untuk membantu,” ujar

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 233

    Victor melangkah penuh percaya diri memasuki markas bawah tanah Bryan, membawa tubuh Naura yang tak sadarkan diri di dalam gendongan anak buahnya. Wajahnya dipenuhi kebanggaan, ekspresi puas terlihat jelas dalam sorot matanya. Hari ini, ia telah mencapai sesuatu yang selama ini gagal ia lakukan—menghancurkan Davin, meskipun secara tidak langsung.Di dalam ruangan yang luas dan megah, Bryan sudah menunggu. Duduk santai di kursi besar dengan cerutu di tangannya, pria itu menatap dengan tatapan penuh kepuasan ketika melihat Naura yang tak berdaya."Jadi, kau benar-benar berhasil kali ini, Victor?" Bryan terkekeh sambil mengembuskan asap cerutunya ke udara. "Aku kira kau hanya menggertak seperti biasanya."Bryan tidak bisa menyembunyikan rasa bangganya pada Victor. Dia benar-benar bangga karena kali ini Victor tidak mengecewakannya seperti yang sudah-sudah. Bryan juga akan memberikan bonus yang begitu besar untuk anak buahnya ini.Victor menyeringai. “Saya tidak akan membuang waktu hanya

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11

Bab terbaru

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Happy Ending

    Daniel Dominic Montgomery dan Darren Damian Montgomery adalah nama yang dipilih oleh kedua orang tua mereka dan sudah disepakati oleh keluarga untuk si kembar. Kedua bayi itu kini berada di ruang perawatan sang Mama. Setelah dilahirkan kemarin, mereka sempat dibawa ke ruang perawatan bayi, tetapi pagi ini mereka sudah dipindahkan ke ruang perawatan Rania. "Selamat ya, Nia! Aku senang banget akhirnya punya keponakan," ucap Raka. "Untung saja wajahnya kayak kamu," tambahnya lagi sambil melirik ke arah sang adik ipar yang usianya jauh di atasnya. Edward hanya tersenyum mendengar ucapan iparnya. "Kamu kapan menyusul, Raka?" tanyanya. "Menyusul? Bisa-bisa aku digantung sama Mommy dan Daddy. Pacaran saja nggak boleh, apalagi nyusul kalian nikah dan punya anak. Mommy bisa mati berdiri," kata Raka sambil melirik ke arah sang Mommy. "Bener kan, Mom?" tanyanya lagi. "Bukan cuma digantung, tapi Mommy akan ikat seluruh tubuh Raka biar nggak bisa bergerak," jawab Naura, membuat seluruh or

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Baby Twins

    Sementara itu, di dalam mobil, Rania terus menangis. Tangannya mencengkeram erat kursi, napasnya terengah-engah menahan rasa sakit yang begitu menyiksa. Perutnya terasa melilit hebat, sakit yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Setiap gelombang kontraksi yang datang membuat tubuhnya menegang, dan air mata semakin deras mengalir di pipinya."Sabar ya, sayang… sabar… kita sebentar lagi sampai," ucap Edward, suaranya bergetar, namun ia berusaha tetap tenang untuk istrinya. Tangannya terulur, mengusap kening Rania yang penuh peluh. Ia ingin melakukan sesuatu untuk mengurangi rasa sakit istrinya, tetapi ia tahu tidak ada yang bisa benar-benar membantu selain memastikan mereka segera tiba di rumah sakit.Rania menggigit bibirnya, tubuhnya sudah mulai gemetar. "Sakit, sayang… sakit banget…" ucapnya dengan suara lemah, hampir seperti bisikan. Air ketubannya sudah pecah sejak beberapa menit yang lalu, dan kini darah mulai keluar, membasahi pahanya hingga betisnya.Melihat kondisi itu, E

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Darurat

    "Bagaimana kalau kita menikah bulan depan saja?" tanya Bram tiba-tiba, menatap Monica dengan penuh harapan.Mereka sedang duduk di balkon kamar Monica. Awalnya, Bram berencana menemani Angelica di kamar ibunya karena gadis kecil itu ingin tidur bersama sang nenek. Namun, Laura tampaknya memahami situasinya dan justru menyuruh Bram untuk menemani Monica.Monica tersenyum lembut, tatapannya penuh kehangatan. "Aku ikut saja, sayang. Terserah kamu mau kapan, aku siap," jawabnya tulus. "Aku bahagia banget akhirnya Angelica mau menerima kehadiranku."Bram merasakan haru menyelimuti hatinya. Ia lalu meraih Monica ke dalam pelukannya, mendekapnya dengan penuh kasih sayang. "Terima kasih, sayang. Terima kasih juga karena sudah mau menerima pernyataan cinta dari seorang duda beranak satu," ucapnya dengan suara lembut.Monica tersenyum dan membalas pelukan itu. "Aku mencintaimu, Bram. Statusmu tidak pernah menjadi masalah untukku," bisiknya.Bram mengusap pelan punggung calon istrinya. "Tapi aku

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Janji sang Nenek

    Naura menghela napas panjang, matanya masih terlihat menerawang, seolah pikirannya belum bisa benar-benar menerima kenyataan yang baru saja terjadi. “Aku nggak pernah menyangka kalau Angelica bisa langsung menerima Monica sebagai calon Mama barunya,” ucapnya lirih, suaranya terdengar masih dipenuhi rasa haru.Saat ini, dia sudah berada di kamar bersama suaminya, Davin. Malam di London terasa lebih dingin dari biasanya, tetapi suasana hati Naura jauh lebih hangat setelah melihat kebahagiaan di wajah keponakannya tadi.Davin yang tengah bersandar di kepala ranjang ikut tersenyum, meskipun ada sedikit keterkejutan di matanya. “Iya, sayang. Aku juga tidak menyangka kalau Angelica secepat itu menerima kehadiran Monica. Aku pikir tadi, saat dia mencium foto Mamanya, dia tidak akan mau Mamanya digantikan oleh siapa pun.”Naura mengangguk pelan, memahami perasaan yang mungkin sempat berkecamuk di hati Angelica. Ia tahu betul seberapa besar gadis kecil itu mencintai sosok ibunya, meskipun tak

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Meminta Restu

    Angelica masih sibuk menyapa teman-temannya satu per satu dengan wajah ceria. Senyumnya terus mengembang, mencerminkan kebahagiaan yang begitu tulus. Sesekali, ia tertawa kecil saat berbincang dengan sahabat-sahabatnya, menikmati momen berharga yang baru pertama kali diberikan oleh sang Papa. Sejak kecil, Angelica memang tidak pernah merasakan pesta ulang tahun sebesar ini, dan melihat banyak orang yang datang hanya untuknya membuat gadis kecil itu merasa begitu istimewa. Bram berdiri bersama ibunya, Laura, serta Monica, sekretarisnya yang selama ini selalu berada di sisinya, mendukung setiap langkahnya dalam pekerjaan maupun kehidupan pribadinya. Tidak ada banyak orang di sekitar mereka, memberikan kesempatan bagi mereka bertiga untuk berbicara lebih leluasa tanpa ada yang mendengar.Laura menatap putranya dengan penuh arti sebelum akhirnya membuka suara, "Bram, kau benar-benar akan meminta izin pada Angelica untuk menikahi Monica?" Suaranya terdengar tenang, tapi ada sedikit kekh

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Birthday Angel

    Waktu terus berjalan, tanpa terasa minggu depan adalah jadwal kelahiran kedua anak Rania dan Edward. Perjalanan panjang yang mereka lalui bersama akhirnya membawa mereka ke titik ini—menanti hadirnya dua buah hati yang akan melengkapi keluarga kecil mereka.Sejak tiga bulan lalu, Rania telah resmi pindah ke Sun City, meninggalkan London untuk membangun kehidupan baru bersama Edward. Edward, yang sejak awal ingin memberikan kenyamanan terbaik bagi istrinya, sudah menyiapkan rumah mewah untuk Rania. Namun, meskipun Rania menerima rumah tersebut dengan penuh rasa syukur, menjelang persalinannya, dia lebih memilih tinggal di kediaman kedua orang tuanya. Bagi Rania, berada di dekat Mommy dan Daddy akan membuatnya lebih tenang.Bisnis butiknya yang kini berkembang pesat tetap berjalan dengan baik meskipun Rania sementara waktu harus istirahat dari dunia fashion. Dia mempercayakan pengelolaan butik itu kepada manajernya, tetapi setiap laporan tetap dikirimkan kepada William, asisten keper

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Butik

    Mereka baru saja turun dari mobil.Davin hanya bisa menghela napas panjang saat melihat Naura dengan cekatan mengambil black card miliknya, seolah kartu itu sudah menjadi milik pribadi istrinya. "Sayang, kamu kan udah punya kartu sendiri," protesnya, meski nada suaranya lebih terdengar seperti pasrah daripada keberatan.Naura hanya tersenyum manis, menggoyangkan kartu itu di depan wajah suaminya. "Tapi kan tetap saja uang suami adalah uang istri, sayang. Uang istri ya uang istri," sahutnya santai. "Apalagi aku mau belanjain anak-anak juga."Davin hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum. Dia tahu, pada akhirnya, apa pun yang ia miliki memang untuk istri dan anak-anaknya tercinta.Sementara itu, Angelica yang sedari tadi sibuk melihat-lihat koleksi sepatu mewah tiba-tiba menoleh pada pamannya. "Uncle, Angelica di-belanjain juga nggak?" tanyanya dengan mata berbinar.Davin menoleh ke arah gadis mungil itu, yang kini menatapnya dengan ekspresi menggemaskan. Wajah Angelica yang c

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Menang Taruhan

    Davin melangkah masuk ke ruang keluarga apartemen Edward dan Rania, mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ia baru saja tiba bersama Naura dan Angelica, membawa beberapa koper berisi makanan dan oleh-oleh untuk putri mereka. Belum sempat duduk, Edward sudah menyambutnya dengan senyum lebar.“Duduk dulu, Daddy,” ucap Edward sambil menunjuk sofa di hadapannya.Davin mendengus geli, menatap menantunya dengan ekspresi datar. “Geli kali aku dipanggil Daddy olehmu,” sahutnya, nada suaranya masih terasa tak bersahabat.Naura yang duduk di sampingnya hanya menghela napas, sementara Edward malah cengengesan. “Masak mau dipanggil Paman?” goda Edward.Naura ikut menimpali, “Lagian kamu ini, sayang. Memang sudah sepantasnya menantu memanggilmu dengan sebutan Daddy. Kenapa protes terus setiap sama Edward?”Davin menatap istrinya dengan alis terangkat. “Makin besar kepalanya Edward. Semua dibelain. Heran deh, sama kamu dan Mamaku. Doyan sekali membela laki-laki ini,” ujarnya bercanda.Edward hanya te

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Kado Spesial

    Saat Rania dan Edward tiba di sebuah restoran, mereka bertemu dengan seseorang yang sudah lama tidak Rania jumpai."Hai, Andrew! Apa kabar?" sapa Rania dengan ramah, sambil mengulurkan tangan ke arah pria itu.Namun, sebelum tangannya sempat menyentuh tangan Andrew, Edward dengan sigap menarik tangan istrinya, menjauhkannya dari jangkauan pria lain. Andrew, yang sudah hendak menyambut salam Rania, hanya bisa menarik tangannya kembali dengan ekspresi sedikit terkejut.Rania melirik suaminya dengan kesal. "Kamu apa-apaan sih?" tanyanya, tak habis pikir dengan tindakan Edward yang begitu protektif.Edward menatapnya tanpa rasa bersalah sedikit pun. "Aku nggak suka ada yang nyentuh-nyentuh istriku, meskipun hanya sekadar salaman," ucapnya tegas.Andrew tertawa kecil melihat sikap Edward yang begitu posesif. "Nggak apa-apa, Rania. Semua pria pasti punya pemikiran seperti suamimu ini. Wajar kalau dia nggak mau istrinya yang cantik dimiliki orang lain," ujarnya santai.Edward langsung meloto

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status