Share

BAB 4 - MAHAR ISTIMEWA

Author: Amie Yasmine
last update Last Updated: 2022-05-10 19:08:40

“Maafkan kesalahan Abang yang tidak berterus terang. Yang Abang yakini pondasi rumah tangga adalah kepercayaan. Kamu hebat sayang, bisa bertahan dan percaya selama 1 tahun belakangan walau mungkin hari ini hatimu goyah.” ucap Bang Kaylani dengan suara lemah lembut. Begitu layak Bang Kay dikagumi, diluar sana, mana ada laki-laki yang mau meminta maaf duluan. Padahal sudah jelas kesalahannya. Berbeda dengan Bang Kay ku sayang, Dia mau meminta maaf dan mau membujukku hingga hatiku luluh lantah.

“Bang, maafkan Maya juga ya, kalau tadi Adek ngomongnya kasar, marah-marah, sampai banting pintu. Maya tidak tahan Bang, tiap hari Maya ke warung ada aja orang yang nanya, kenapa Maya belum hamil. Teman-teman Maya juga gitu, selalu nanyain Maya kapan Hamil. Kata mereka, ga sabar gendong ponakan.” ucapku lembut. Aku ingin mencari simpati suamiku lagi, karena kenyataannya, dia tidak bisa melakukan kewajibannya adalah semata-mata karena alasan taat. Tidak seperti apa yang kuduga selama ini. Homo, punya penyakit kelamin, punya kelainan, atau meragukan kesucianku.

“Seharusnya, Abang tidak menikahimu Maya. Padahal Abang tau bahwa Abang tidak membayar maharmu tunai. mestinya Abang mengukur kemampuan, Abang fikir semua bisa dicari setelah kita menikah nanti. Tetapi tanpa sadar nyatanya Abang justeru membuat dirimu tersiksa bathin. Tanpa sadar Abang dzhalim padamu Sayang, semua itu tidak lain tidak bukan karena egoisnya Abang, Abang takut kamu lebih dulu dilamar orang, makanya Abang berusaha menyalip supaya bisa memilikimu.” ucap Bang Kay tergugu.

Betapa nikmatnya pemandangan ini. Seumur hidup, aku tidak pernah melihat laki-laki dewasa menangis. Namun malam ini, aku melihatnya. Aku melihat kekasihku menangis, menangis karena merasa bersalah, dan menangis karena terlalu cinta.

“Yasudahlah Bang, sudah terjadi, tidak perlu disesali. Waktu itu memang banyak yang melamar Maya, tapi Maya juga hanya ingin menikah dengan Abang. Dan keinginan itu sering Maya ucapkan kepada Ibu dan Ayah Maya, Maya tidak menyesali keputusan Maya.” ucapku membesarkan hati Bang Kaylani.

Walau sudah tau kebenaran dan alasan mengapa Bang Kaylani tidak bisa mencintaiku sepenuh jiwa dan raganya, tetap saja hatiku belum puas. Masih banyak tanda tanya yang tidak terjawab. Aku teringat pada kata-kata Ayah satu tahun yang lalu.

“Sudah beberapa orang yang datang melamar Maya, siapa yang Maya mau pilih sebagai pedamping hidup?” tanya Ayah padaku waktu itu.

“Rama anak Kepala sekolah Maya?” lanjut Ayah.

Aku menggeleng.

“Aditya, anak Pak Penghulu?”

Aku menggeleng.

“Ramdhan anak Imam Masjid Al Furqon?”

Aku menggeleng.

“Andre Seprial anak Pak Bupati?”

Aku menggeleng.

“Semua yang dilamar ditolak … kapan kamu nikahnya Maya?” ucap Ayah mengernyitkan dahinya.

“Sebenarnya Maya menyukai seseorang Ayah, Maya mau nunggu dia datang melamar Maya.” jawabku atas pertanyaan Ayah.

“Siapa orangnya?”

“Pria yang Maya sering ceritain ke Ayah.”

“Kaylani?”

“Aku tersenyum, tidak menggeleng tidak mengangguk, tapi Ayah mengerti bahwa Bang Kay adalah pria idaman yang kuinginkan.”

Betapa speechlesnya aku, ketika Bang Kay ku sayang akhirnya datang melamarku. Dia hanya anak seorang petani biasa yang memiliki berhektar-hektar tanah. Itu sebabnya sikapnya begitu sederhana. Namun, yang begitu yang aku suka.

Bukan apa-apa, aku merasa menikah dengan anak pejabat nantinya aku akan susah. Engga bisa dasteran dirumah, sarapan dengan Indomie soto medan, dan hal-hal sederhana lainnya. Begitu juga dengan Ramdhan anak Imam Masjid yang terkenal itu. Sepertinya dia mengagumi wanita bercadar. Jujur saja aku khawatir disuruh bercadar begitu menikah. Soalnya, aku belum siap berubah mendadak. Apalagi aku waktu itu lagi senang-senangnya menggandrungi fashion yang lagi ngehits. Aku hanya menginginkan pria seperti Bang Kaylani. Dari raut wajahnya, bisa terlihat begitu sabarnya dia sebagai seorang lelaki, hanya dia sepertinya yang bisa meluruskan tulang rusuk yang bengkok ini ... Dengan penuh kelemah lembutan. Ketika Bang Kay datang melamar, Ayah juga pernah bertanya soal mahar,

“Mahar apa yang Maya inginkan? tanya Ayah kepadaku.

“Terserah Ayah saja.” jawabku.

Saat itu, aku hanya menginginkan Bang Kaylani. Mahar itu tak perlu kuminta, Ayah … pasti bisa menentukannya dengan bijaksana. keputusan Ayah adalah keputusanku juga. Ayah pasti bisa memutuskan segala sesuatu dengan bijaksana. Namun, kenapa malah begini? Mahar apa yang diminta Ayah pada Bang Kay, hingga mahar itu tidak bisa dibayar tunai.

“Sayang … pertanyaanku soal mahar belum dijawab. Mahar apa yang sulit dicari dan mahal itu? tanyaku sembari memandang lekat-lekat kedua mata Bang Kay.

“Kalung lima Emas dan kucing Persia Dek.”ucap Bang Kay seraya beranjak dari sisiku. Sudah petang sepertinya mau mandi.

“Kucing Persia?" tanyaku memastikan. Belum sempat aku melanjutkan kata-kataku Bang Kay sudah masuk ke kamar mandi, juga suara Adzan Maghrib terdengar menggema. Kuurung rasa penasaranku, nanti akan aku tanyakan lagi.

Seperginya Bang Kay shalat berjamaah, aku menyibukkan diri. Mandi, berdandan yang cantik, dan masak untuk makan malam. Ada stok ayam di kulkas, ada santan Kara, dan ada bumbu gulai. Juga ada makanan kesukaanku Indomie soto medan.

Setelah mencuci beras dan menanaknya dengan Magicom, ku potong-potong Dada Ayam 4 bagian. Lalu Bumbu dan santan kumasukkan. Kemudian, ku rebus Indomie Soto Medan. Selesai.

Jam sudah menunjukkan Pukul 20.00, Bang Kay belum juga pulang. Aku duduk di meja makan menunggu Bang Kay. Banyak pertanyaan di kepalaku yang butuh jawaban. Sudah lewat jam 20.00 malam, aku mulai bosan. Kudendangkan sendok ke meja makan berulang kali. benturannya Menghasilkan bunyi tak beraturan. Sungguh, aku mengharapkan seorang bayi dirumah ini. Tiap kali Bang Kay meninggalkanku, aku sering merasa kesepian, jenuh, dan bosan.

"Assalamualaikum, Abang pulang." ucap Bang Kay dari depan pintu.

Ku geser kursi dengan bokongku, lalu aku segera menyusul Bang Kay.

"Bang ... kok lama pulangnya? Maya kangen." ucapku sambil bermain mata menggodanya.

"Iya, tadi Abang ngobrol bentar sama Pak ustad di Masjid, katanya ada keponakan yang butuh kerjaan. Hmm Abang mencium aroma menggoda Dek."

"Iya Bang, Adek baru masak gulai Ayam, yuk makan malam."ucapku menarik tangan Bang Kaylani.

Kuambilkan makanan ke piring Bang Kaylani lalu kusuapi suamiku dengan mesra. Bang Kaylani menatapku sambil menikmati suapan demi suapan yang ku berikan. Aku memang biasa menyuapinya, karena Bang Kay adalah suami yang manja. Setelah selesai, waktunya aku yang makan. Sambil menikmati nasi campur soto medan ....

"Bang, pembicaraan kita tadi belum selesai. Kok bisa Ayah minta Kucing Persia sebagai mahar?" ucapku setelah selesai menyuapinya.

"Iya Dek, Ayah cerita ke Abang, kamu pernah lihat kucing Persia di TV. Dan pernah minta kucing Persia sama Ayah kan kalau menang lomba cerdas cermat?"

"Bentar-bentar Maya ingat dulu." Sejenak kemudian ....

"Kayaknya iya deh Bang."

"Nah, itu ... coba deh ingat lagi Ayah pernah ga bawain kamu kucing?"

"Sering Bang .... "

"Dek Maya tolak teruskan, kata Dek Maya yang Dek Maya inginkan kucing Persia?"

"Terus ... itu sebabnya?"

"Iya, Ayah bilang bagi dia itu adalah janji yang harus ditunaikan. Tapi saat ayah tau bahwa di kampung ini atau dikampung sebelah tidak ada kucing Persia ditambah harganya diatas 50 juta. Akhirnya sampai sekarang janji itu tidak tertunaikan.

Bang Kay menarik nafas ....

"Kemudian, waktu Abang melamar Dek Maya, kata Ayah, itu permintaan Dek Maya. Awalnya Abang sanggupin, karena Abang tau teman Abang punya kucing Persia. anaknya 2 ekor. Nah, saat lamaran diterima, Abang kerumah teman Abang buat minta 1 ekor kucingnya. Rupanya, kucingnya sudah dibeli orang. Setelah Abang cari-cari ada jumpa sama orang yang jual kucing Persia. Tapi ya itu Dek May, harganya sekitar 70 juta waktu itu uang Abang belum ada. Ya Abang sampaikan hal itu sama Ayah, karena lamaran sudah diterima, akhirnya pernikahan tetap dilanjutkan walaupun dengan mahar hutang. Setelah menikah Abang berusaha nabung. Sudah terkumpul sekitar 63 juta. Jadi masih kurang 8 juta lah Yang." ucap Bang Kaylani menjelaskan.

"Ah, kenapa saat Ayah menanyakan mahar dulu tidak kuminta saja mahar apa yang memudahkan Bang Kaylani. Dan lagi, ini janji Ayah pada Maya, kok malah Bang Kay yang menanggungnya?"

Kusudahi makan, kuteguk air minum, kutatap Bang Kay, kugenggam tangannya.

"Bang, itu janji Ayah padaku. Abang tidak harus memberiku Kucing Persia. Dan lagi, itukan keinginanku dulu, saat aku lagi suka kucing. Sekarang, aku lebih butuh Bayi daripada kucing. Bang ... Hamili Aku ...."

Aku tidak bangga dipuji-puji tetangga-tetangga karena emasku yang tebal dan cantik-cantik, tapi disisi lain, tetangga malah membully dan menggibahi aku gara-gara sudah menikah setahun tapi belum kunjung hamil dan punya Bayi.

****

Apakah Maya akan di sentuh oleh Kaylani? Next👇

Related chapters

  • SENTUH AKU BANG! BERI AKU NAFKAH BATHIN!    Bab 5 - MAAF ISTRIKU....

    “Maafkan kesalahan Abang yang tidak berterus terang. Yang Abang yakini pondasi rumah tangga adalah kepercayaan. Kamu hebat sayang, bisa bertahan dan percaya selama 1 tahun belakangan walau mungkin hari ini hatimu goyah.” ucap Bang Kaylani dengan suara lemah lembut. Begitu layak Bang Kay dikagumi, diluar sana, mana ada laki-laki yang mau meminta maaf duluan. Padahal sudah jelas kesalahannya. Berbeda dengan Bang Kay ku sayang, Dia mau meminta maaf dan mau membujukku hingga hatiku luluh lantah.“Bang, maafkan Maya juga ya, kalau tadi Adek ngomongnya kasar, marah-marah, sampai banting pintu. Maya tidak tahan Bang, tiap hari Maya ke warung ada aja orang yang nanya, kenapa Maya belum hamil. Teman-teman Maya juga gitu, selalu nanyain Maya kapan Hamil. Kata mereka, ga sabar gendong ponakan.” ucapku lembut. Aku ingin mencari simpati suamiku lagi, karena kenyataannya, dia tidak bisa melakukan kewajibannya adalah semata-mata karena alasan taat. Tidak seperti apa yang kuduga selama ini. Homo, pun

    Last Updated : 2022-05-11
  • SENTUH AKU BANG! BERI AKU NAFKAH BATHIN!    Bab 6 - MENCARI MAHAR

    “Ini Bang, ambil emasnya dan jual besok ya Sayang.” ucapku menawarkan kotak perhiasanku.“Itu emasmu Sayang, biar sajalah Abang usahakan sendiri. Kalau bisa Abang minjam sama Bapak.”“No, no, no. Pokoknya emas ini udah Adek kasih ke Abang. Terserah mau Abang gunakan buat apa. Mau nutupin kekurangan uang buat beli kucingpun Engga apa-apa deh Bang. Bagiku, Mas sesungguhnya itu ya kamu.” ucapku memaksa namun dengan nada manja.“Tapi kan Yang … ga usah Sayang.” ucap Bang Kay bersih keras menolak. Aku jadi curiga apa ada hal lain yang mungkin dia tutupi. Harusnya kan Suami senang kalau istrinya menolong perjuangan suaminya. Tapi ini kok seolah-olah Bang Kay ingin mengulur waktu 5 bulan lagi.”“Ga ada tapi- tapi ya Sayang, pokoknya jual aja besok emas itu terus kita ke kota cari kucing Persia, terus Abang harus segera hamilin Maya!”ucapku menegaskan."Sayang ... jangan keras kepala. Nanti setelah beli kucing Persia kamunya nangis, sedih kehilangan emasnya." Bang Kay masih bersih keras."Ban

    Last Updated : 2022-05-12
  • SENTUH AKU BANG! BERI AKU NAFKAH BATHIN!    Bab 7 - SHOPING SISA MAHAR

    Bangun tidur aku masuk ke kamar mandi. Kamar mandinya cukup lengkap, didalamnya ada 2 buah handuk dan peralatan mandi lain juga tersedia. Seperti, pasta gigi dengan 2 sikat gigi yang masih segel tergantung ditempat khusus, sampo dan sabun cair aroma mawar. juga sabun mandi sekuran jempol. Ku letakkan handuk yang ku bawa dari kampung ketempat gantungan, aku tidak mau memakai handuk hotel, walau warnanya seputih salju dan sewangi kesturi, aku tidak yakin handuk itu benar-benar bersih, entah sudah berapa ribu orang yang telah memakainya, dan aku tidak akan mau jadi orang yang memakai pakaian bekas ribuan orang.Pandangan mataku kembali tertuju ke sabun kecil putih yang tergeletak disamping peralatan mandi. Aku tertarik dengan bentuknya yang kecil dari sabun itu, kuambil sabun tersebut dan mendekatkannya ke wajahku. Ada merk asing tertulis disabun itu,ku hirup aromanya, lumayan wangi, aku tertarik memakainya untuk mandi.Kusirami rambutku dengan air. Aku sengaja keramas agar rambutku bers

    Last Updated : 2022-05-13
  • SENTUH AKU BANG! BERI AKU NAFKAH BATHIN!    Bab 8 - ALASAN BANG KAYLANI LAGI

    Dikamar, jam 20.30 ….“Terimakasih udah beliin Maya semua yang Maya inginkan Bang. Kucing persianya, emasnya, cemilannya, bajunya, semuanya deh. Makasih ya Sayang, Maya doain Abang banyak rezeki.” ucapku kepada Bang Kay sambil memasang perhiasan.“Sama-sama Dek Maya, kebahagiaanmu adalah kebahagiaan Abang.” ucap Bang Kay tersenyum sambil menyandar ke tempat tidur.“Malam ini ‘kan Bang?” tanyaku sembari mendekat kearah Bang Kaylani.“Apanya malam ini Dek?” tanya Bang Kaylani.Kesal! Bang Kay seolah-olah tidak mengerti kemana maksud ucapanku.“Bulan madunya.” ucapku dengan senyum memaksa.“Emm, capek loh Dek seharian jalan- jalan terus.” ucap Bang Kay, menghindar.“Aaa, Abang lemah deh. Masa Maya lebih kuat daripada Abang.” sungutku.“Besok aja ya Dek!” ucap Bang Kay.“Engga mau! Pokoknya Malam ini! Lihat Maya Bang, Maya udah pakai baju dinas ini loh Bang!” ucapku memaksa sambil mencengkram bahu Bang Kaylani.“Engga bisa malam ini Dek …” ucap Bang Kaylani mengernyitkan dah.“Pasti ada s

    Last Updated : 2022-05-14
  • SENTUH AKU BANG! BERI AKU NAFKAH BATHIN!    Bab 9 - MEMBERI SOLUSI

    “Ya Allah Bang, gara-gara trauma kejepit resleting Abang sampai tidak mau di sunat?" ucapku menahan tawa. Aku tidak habis fikir. Terlalu banyak masalah Bang Kay ku sayang. Untung aku sangat mencintainya sampai keteteran. Kalau tidak ...."Sakit banget loh Dek kejepit resleting itu, lebih sakit daripada melahirkan. Kejepit aja sakit apalagi dipotong."“Ih, ga samalah Bang,di sunatkan dibius dulu. Engga di sunat bukan berarti ga bisa 'kan Bang? gimana kalau tetap di lanjutkan aja malam ini.” ajakku pada Bang Kay, mumpung masih berpakaian dinas lengkap.“Ga bisa Dek …kata orang di kampung, sunat itu wajib hukumnya bagi laki-laki. Tidak boleh mencampuri istri kalau belum sunat. Di kampung Abang, orang-orang yang muallaf sebelum menikah disunat terlebih dahulu. ““Udah tau sebelum menikah wajib disunat, kenapa ngga sunat dulu?” tanyaku menahan kesal.“Kan udah Abang bilang, Abang takut disunat. Membayangkan saja ga sanggup Dek, itu yang dipotong barang yang vital, bukan motong kuku atau ra

    Last Updated : 2022-05-15
  • SENTUH AKU BANG! BERI AKU NAFKAH BATHIN!    Bab 10 - HIKMAH BELUM DI SENTUH

    Sudah sore, aku tidak sadar sudah berapa lama aku ketiduran. Kulihat Bang Kay diruang tamu, duduk menyilangkan kaki sambil membaca Koran. Ada segelas kopi dihadapannya. Ah … dia suami yang selain baik juga begitu pengertian. Dia tau aku lelah sehingga dia tidak membangunkanku untuk membuatkan kopi untuknya.“Sayang, sudah bangun?” ucap Bang Kay, terkejut melihatku didepan pintu kamar dengan rambut acak-acakan.“Masih capek? Kucingmu sudah datang tuh Dek.” ucap Bang Kay menunjuk keteras rumah.“Jam berapa datangnya Bang?” tanyaku senang.“Belum lama Dek, barusan sampai diantar travel.” jawab Bang Kay.‘Meong … meoong … meoong ….’ Terdengar suara merdu kucing Persia yang semalam kami beli di kota. Segera ku kucucir rambutku dan berlari kearah teras rumah.“Duh … sayang, lucunya kamu. Bulu mu indah sekali.” ucapku mengelus kucing Persiaku.“Siapa ya namamu, Gimana kalau aku panggil Lani mau? biar mirip sama Bang Kaylani.” sambungku, mengajak kucing bicara seolah-olah dia akan mengerti ka

    Last Updated : 2022-05-17
  • SENTUH AKU BANG! BERI AKU NAFKAH BATHIN!    Bab 11 -ADEK CARIKAN TUKANG SUNAT YA

    “Bang, Maya ke klinik ya.” Aku pamit kepada Bang Kay.“Abang antar ya Dek?”tawar Bang Kay.“Adek pergi sendiri saja, Abang jagain Lani aja dirumah, nanti kalau ikut Abang malu.”“Loh mau kemana? Malu kenapa?”“Maya mau cari dokter yang bisa nyunat Abang.”“Abang bisa cari sendiri Dek, besok Abang cari.”“Emang abang nggak malu? Sudah menikah aja Abang belum berani cari tukang sunat.”ucapku, Bang Kay terdiam dengan jawabanku, dia tak bisa menghindar lagi, sampai sekarang dia masih belum berani disunat.“Cari dokter yang laki-laki ya Dek.” Akhirnya Bang Kay bersuara juga.“Ya iyalah Bang …. masa’ iya Maya carikan dokter cewek untuk melihat dan mengobrak-abrik perabotan Abang? Maya saja yang istri Abang belum pernah lihat perabotan Abang, mana mungkin Maya ikhlas ada wanita lain yang melihatnya.”“Oke Dek, carilah! ucap Bang Kay memberi izin kepadaku.Aku mencium tangan Bang Kay dan melangkah keluar rumah kemudian menaiki motor dan menstaternya, angin menerpa wajahku, sejuk dan nyaman. F

    Last Updated : 2022-05-18
  • SENTUH AKU BANG! BERI AKU NAFKAH BATHIN!    Bab 12- Malu

    “Kek Burhan, sudah sampai disini? Kok tau rumah Maya?” ucapku.“Kamu kenal Kakek Burhan?” Bang Kay kaget. Aku tersenyum dan mengangguk.“Wah hebat kamu Nak, kamu tau dimana kakek bersembunyi.” seloroh Kek Burhan.“Ini rumah saya Kek.”balasku tersenyum.“Hah kalian tinggal satu rumah?”“Maya ini istri saya Kek!” Bang Kay menjelaskan.“Oh istri kamu Kay. Selamat ya! jadi yang mau disunat itu anak kalian? Kata Nak Maya yang mau disunat muallaf.”“Saya yang mau disunat kek. Saya belum sunat!” Bang Kay menjawab mantap.“Jangan bercanda ah, nggak lucu.” Kek Burhan tampak tersinggung dengan jawaban Bang Kay.“Benar Kek, Bang Kaylani belum disunat. Saya mencarikan mantri sunat untuk Bang Kaylani.” Aku meyakinkan.Kek Burhan tampak masih ragu. Dia diam dan membuang muka kearah luar. Lansia secara psikologis memang sangat mudah tersinggung. Mungkin dia merasa sduah di permainkan, padahal, aku sungguh-sungguh serius membutuhkan jasanya.“Gimana ni Kek, sunatlah saya sekarang, mumpung hari ini sa

    Last Updated : 2022-05-19

Latest chapter

  • SENTUH AKU BANG! BERI AKU NAFKAH BATHIN!    Bab 57- Bimbang

    Kata-kata Mbak Wulan membuatku ngeri. Benar kata Mbak Wulan. Wanita hanya mengandalkan kepercayaan saat menikah. Perempuan tidak tahu pasti sama sekali status laki-laki sebenarnya, apakah dia belum pernah melakukan aktifitas suami istri atau sudah berulang kali melakukannya, wanita dan orang tuanya hanya mengandalkan kepercayaan atas kesaksian sebuah KTP. Jika di KTP tertulis “Belum Kawin” maka dia dianggap perjaka. Seharusnya para laki-laki di sumpah sebelum menikah, di sumpah apakah dia sudah pernah melakukan hubungan suami istri dengan wanita atau laki-laki atau tidak. dengan demikian wanita tidak akan menjadi korban para perjaka palsu. Berbeda dengan laki-laki. Status wanita bisa diketahui dengan cepat, suami bisa mengetahui apakah istrinya masih perawan atau tidak saat malam pertama. Bentuk dan kondisi “itunya” bisa diketahui dengan mudah, rasanya juga akan sangat berbeda. Apabila suami merasakan malam pertamanya terasa mudah dan tanpa bercak darah, maka sudah bisa di

  • SENTUH AKU BANG! BERI AKU NAFKAH BATHIN!    Bab 56-Duda Perjaka dan Janda Perawan

    “Hahaha ... Mbak Maya ini ada-ada saja. Begini Mbak, Papa yang lagi main sama Devi itu bukan Ayahnya. Tapi temanku, karena dia sering datang kerumah, dia juga akrab denganku dan suamiku, dia sangat menyayangi Devi. Jadi kami mengizinkan Devi memanggilnya Papa. Kebetulan dia juga sangat senang di panggil Papa sama Dewi. Secara biologis dia bukan Ayah Devi, tapi secara perhatian dia lebih perhatian kepada Devi ketimbang Ayah kandungnya.” Mbak Wulan bercerita panjang lebar.Alhamdulillah, lega hatiku mengetahui Bang Kaylani bukan suami Mbak Wulan. Bang Kaylani hanya teman Mbak Wulan dan suaminya. Tapi itu tidak berarti mereka tidak ada hubungan, keakraban Devi dengan Bang Kaylani bisa saja menyatukan Mbak Wulan dan Bang Kaylani.“Apa ada niat di hati Mbak untuk menikah dengannya setelah Mbak bercerai nanti?” aku semakin berani bertanya masalah yang sangat pribadi.“Tidak, itu tidak mungkin. Dia itu sudah seperti Abang kandungku sendiri. Kami berteman dari kecil, kami d

  • SENTUH AKU BANG! BERI AKU NAFKAH BATHIN!    Bab 55-Kaylani Suami Wulan?

    “Ayah lihat kamu sedih terus dari kemaren. Kamu ada masalah sama suamimu?” tiba-tiba Ayah bertanya.“Eh iya Yah, Maya memang lagi banyak masalah.” jawabku.“Cerita sama Ayah. biar Ayah yang selesaikan semua permasalahan itu.” Ayah mendesakku.Aku diam. Aku mau cerita sama Ayah, tapi takut Ayah jadi tambah sakit mendengar ceritaku. Namun aku juga belum menemukan alasan untuk tidak menceritakan semuanya kepada Ayah.“Biar Maya sendiri yang akan menyelesaikannya Yah.” Aku berusaha merahasiakannya dari Ayah.“Begini Nak, suatu pekerjaan akan cepat selesai jika banyak yang mengerjakannya. Begitu juga dengan masalah. jika banyak yang bantu menyesaikannya maka masalah itu akan cepat selesai.” Ayah masih berusaha mengorek informasi.Akhirnya ku putuskan untuk menceritakan semuanya kepada Ayah. ku sampaikan semua kekurangan Bang Kay. ku sampaikan juga kemungkinan Bang Kay selingkuh seperti yang ku lihat kemarin.“Ini memang masa

  • SENTUH AKU BANG! BERI AKU NAFKAH BATHIN!    Bab 54- Terbakar Api Cemburu

    “Tapi ini beda Ma. meraka makan berdua, di mobil berdua, berjalan berdua, nah sekarang dia bertamu kerumah cewek itu, dan dirumah itu hanya ada mereka berdua. Mau ngapain coba?” aku semakin suudzon.“Sudah. Jangan membayangkan yang tidak-tidak, kalau kamu curiga pergi saja temui dia disana!” teriak Mama. Mama akhirnya terbawa emosi juga.“Ini lokasinya. Pergi sana biar hatimu puas.” tantang Mama.Untung aku punya Mama pintar, saat Bang Kay menerima telepon Mama mengaktifkan pencarian lokasi. Bahkan ternyata Mama merekam panggilan video call tadi.“Itu sudah Mama kirim lokasi dan rekaman panggilan tadi. Sana pergi! Jangan menangis disini, Ayah sedang sakit, nanti Mama marah.” Mama mengultimatum.Aku bangkit memeluk Mama, ku ucapkan terimakasih atas kejeniusan Mama. ku cium pipi Mama berulang-ulang.“Terimakasih Ma. Maya berangkat sekarang Ma.” Aku bersemangat. Sudah terbayang dibenakku bagaimana nanti aku akan menghajar gadis

  • SENTUH AKU BANG! BERI AKU NAFKAH BATHIN!    Bab 53- Kaylani Selingkuh?

    “Ayo ikut!" Aku mengajak Mas Hanafi mengikutiku.“Kemana?” tanya Mas Hanafi.“Katanya mau kenalan sama suamiku? Itu dia yang duduk diwarung sana. Ayo Maya kenalkan sekarang.” Aku kembali mengajak Mas Hanafi yang terlihat ragu.Aku terus berdoa dalam hati di setiap langkahku, memohon kepada Allah agar Mas Hanafi dan Bang Kay tidak bertarung nanti. Aku melangkah dengan dada berdebar. Kakiku juga gemetar. Ini hal tersulit dalam hidupku, belum pernah aku melalui situasi yang sesulit ini. Semakin dekat dengan posisi Bang Kaylani ombak didalam dadaku semakin menggelora. Kurang dari 20 meter lagi akan sampai ketempat Bang Kay. Kakiku goyah, aku tak sanggup lagi lanjutkan langkah. Ku lirik Mas Hanafi, wajahnya juga memias, sepertinya dia didera ketakutan yang teramat sangat.Didepan sana. Bang Kaylani tampak berdiri dari bangku kayu yang di dudukinya. Gadis cantik dengan masker menutupi mulut dan hidungnya yang tadi duduk di depan Bang Kaylani juga berdi

  • SENTUH AKU BANG! BERI AKU NAFKAH BATHIN!    Bab 52-Pemuda Gila

    “Iya. Kangen pake banget. bagaimana shalat istikharahnya? Sudah dapat jawaban?” tanya Mas Hanafi.“Belum. Kan belum 7 hari 7 malam.” Aku mengingatkan.“Mas mau bantu jawab, biar cepat dijawabnya.”ucap Mas Hanafi“Maksud Mas?” aku tidak paham.“Sekarang Mas lagi otw. Mas mau ketemu Ayah dan Ibu Maya sekarang.” jawab Mas Hanafi.“Ayah dan Ibu lagi sibuk kerja. Nggak bisa diganggu.”ucapku, memberi alasan.“Mas akan tunggu sampai mereka selesai melakukan kesibukannya.” Mas Hanafi memaksa.“Terserah Mas saja. Asal jangan bawa-bawa nama Maya jika terjadi sesuatu.” selorohku.“Setuju, deal.” Sahut Mas Hanafi bersemangat.“Maaf, udah dulu ya Mas, Maya sudah ngantuk. Maya mau tidur sekarang.” Aku mau memutuskan pembicaraan.“Baiklah. Selamat tidur siang.” seloroh Mas Hanafi.Aku menutup telponnya. Mataku sudah tidak mampu lagi untuk dibawa kompromi. Ku rebahkan tubuhku dikasur. Sangat nyaman,

  • SENTUH AKU BANG! BERI AKU NAFKAH BATHIN!    Bab 51-Nafkah

    Hal pertama yang aku lakukan saat sampai kerumah adalah mengecek tas yang tergantung didekat televisi. Bang Kaylani mengatakan bahwa dia menaroh uang belanja didalam tas dekat televisi. Aku harus mengecek keberadaannya. Ku buka tas, ku temukan didalamnya seikat uang. Ku taksir jumlahnya sekitar Rp. 5.000.000. entah darimana Bang Kay mendapatkan uang sebanyak itu, sekarang bukan waktu gajian, juga bukan hari besar yang ada tunjangan dari tempat kerja.Ku bawa seikat uang itu kekamar. Dikamar kuhitung semuanya. Jumlahnya lebih dari Rp. 5.000.000. kurang yakin ku hitung ulang, hasilnya tetap sama. Ku hitung lagi sampai empat kali hitung, khawatir salah hitung, namun hasil perhitunganku tetap Rp. 7.000.000. Hebat, baru kali ini Bang Kay memberiku uang belanja satu juta untuk satu hari, biasanya Bang Kay memberiku uang belanja satu juta untuk satu minggu. Mungkin Bang Kay mau menyogokku dengan uang ini, Bang Kay sengaja memberi banyak uang belanja agar aku tersentuh dan membatal

  • SENTUH AKU BANG! BERI AKU NAFKAH BATHIN!    Bab 50- Lamaran Mas Hanafi

    “Jangan sampailah, saya yakin masih ada laki-laki perjaka yang mau denganku.” jawabku. Aku tersenyum membayangkan wajah Mas Hanafi, namun aku tidak yakin dia akan mau jika tau bahwa aku seorang janda. akan segera ku beritahu Mas Hanafi.“Wah kayaknya sudah ada calon nih?” Mbak Wulan menebak.“Ada seorang pemuda yang menyatakan ingin melamarku, aku belum memberi tahu dia statusku. Aku khawatir dia akan berubah pikiran setelah tau statusku.” jawabku sedih.“Waduh … waduh … waduh … ini kejam!Sumpah ini kejam! Kasihan suamimu. Seharusnya Mbak selesaikan dulu urusan Mbak dengan suami, seharusnya Mbak jujur dari awal. Mbak bisa menghancurkan kedua laki-laki malang itu.” Mbak Wulan terlihat prihatin dengan nasib Bang Kaylani dan Mas Hanafi.“Maya akan segera memberi tahukan status Maya, Maya janji.” ucapku.“Bagus. Semoga semua berjalan lancar.” sahut Mbak Wulan.“Aamiin.”Hampir dua jam aku dirumah Mbak Wulan. Aku pa

  • SENTUH AKU BANG! BERI AKU NAFKAH BATHIN!    Bab 49-Janda Perawan

    Mobil Mbak Wulan berhenti didepan sebuah rumah makan yang cukup besar dan mewah. Aku memarkirkan motorku ditempat parkir motor dan menunggu. Mungkin Mbak Wulan akan membeli makanan untuk makan siang kami nanti. aku duduk menunggu di atas motorku. Aku tak mau membayar uang parkir hanya karena menunggu seseorang. Mbak Wulan yang keluar dari mobil melambaikan tangan kearahku. Terpaksa aku turun dari motor dan berjalan kearahnya.“Iya Mbak?” ujarku saat berada didekat Mbak Wulan.“Kita makan siang disini ya. nanti kalau masak dirumah bisa mengurangi waktu kebersamaan kita.” Mbak Wulan menjelaskan.“Ini restoran saya, sudah 5 tahun saya mengelola restoran ini sendiri. Orang tua saya meninggal saat saya masih gadis. Jadi saya yang melanjutkan usaha ini. Sekitar 4 tahun yang lalu saya menikah dengan salah seorang karyawan saya, dia lelaki yang baik saat itu, dia pintar dan cekatan. Selama menikah aku tidak pernah menuntut nafkah kepadanya, karena aku tau aku lebi

DMCA.com Protection Status