Sewaktu menurunkan tangan dan membuka mata, Hizkia terperanjat di kursinya. Ada Ruth berdiri di sampingnya begitu dekat. Hizkia mencoba memindai keadaan. Ruth terlihat menunduk memandang wajah Hizkia. Netra mereka bertemu.
Ruth mau apa!? Jangan membangunkan singa tidur, geram Hizkia dalam hati.
"Tubuh kamu butuh istirahat, jangan dipaksakan," saran Ruth dengan lembut.
Ruth menarik lengan suaminya dari kursi kerjanya. Faktanya Hizkia memang begitu lelah dan butuh istirahat. Hizkia terdiam menuruti tarikan istrinya keluar dari ruang kerja, berjalan menuju kamar mereka. Hizkia seperti terhipnotis oleh Ruth. Matanya fokus hanya pada Ruth.
Ruth tampak biasa saja. Sesampai di kamar, perempuan itu naik ke atas ranjang. Pegangan pada Hizkia telah diurai. Hizkia membeku masih menatap istrinya, imajinasinya melanglang buana.
Hizkia berjalan mendekat, nalurinya menuntun mendekati Rut. Lupa
Ruth mengantarkan makan siang ke kantor suaminya. Saat ia masuk ruangan Hizkia, pria itu tengah sendiri sibuk dengan pekerjaan kantornya. Perempuan bernama Naomi yang kerap berkunjung, tidak bersama Hizkia saat ini.Rencananya, Ruth akan memulai strategi dengan mencari tahu profil Naomi dari sekretaris suaminya, Melina.Hizkia mengajak Ruth untuk makan siang bersama, tetapi Ruth menolak dan mengatakan ada keperluan dengan Melina. Hizkia sedikit heran lalu menanyakan urusan apa Ruth dengan Melina."Makan dengan Melina? Kepentingan apa?" tanya Hizkia membereskan berkas di meja kerjanya."Melina pernah menawarkan padaku produk skin care beberapa bulan lalu. Kebetulan skin care ku habis, daripada beli dari orang lain mendingan Melina 'kan?""Oh... dia ada kerja sampingan?" tanya Hizkia tanpa rasa curiga."Iya, tapi tidak mengganggu pekerjaannya sebagai sekr
Hizkia spontan berdiri dari kursi kerjanya. Naomi bergeser menjauhi Hizkia, tetapi tiba-tiba entah bagaimana Naomi malahan tersandung kaki meja. Spontan Hizkia bergerak menahan Naomi agar tidak jatuh mengenai lantai.Saat Naomi dibantu, perempuan itu mengecup bibir Hizkia. Semua proses diamati oleh Ruth yang berdiri membatu. Namun, Hizkia merasa kejadian itu suatu ketidaksengajaan karena Naomi berbalik dan peristiwanya berlalu singkat.Ruth menutup matanya sejenak, nafasnya menderu, dan tangannya mengepal. Ada emosi marah menggelegak melihat pasangan itu kini terlihat salah tingkah."Maaf Kia. Aku tidak sengaja," ucap Naomi dengan sikap tubuh malu-malu, seperti merasa bersalah."Iya tidak apa-apa. Tidak ada yang sakit 'kan?" Hizkia mengamati Naomi, tampak mencemaskan kekasihnya. Keduanya seolah-olah lupa keberadaan Ruth bersama mereka.Kilat emosi di wajah Ruth begitu kenta
"Pernikahan ini tidak punya masa depan, sebaiknya... kita berpisah..." Dengan lemah Ruth mengatakannya. Ia segera mengambil tasnya di sofa lalu memakai kacamata hitam, kemudian mengambil langkah tergesa keluar dari ruangan kerja Hizkia.Pria itu dapat melihat luka memar memerah akibat terbentur meja kecil di tangan kiri istrinya. Seketika hatinya diselimuti rasa bersalah."Ruth..." panggilnya, tidak lagi ada sahutan melainkan pintu telah tertutup rapi.Hizkia menghela nafas dalam, mulai memindai keadaan yang sedang tidak baik. Pria itu mengacak-acak rambut belakang dengan geram sambil berjalan mondar-mandir.Ruth pergi, menangis dengan raut tersakiti. Hizkia tidak bisa membiarkan istrinya pulang dengan kondisi kacau seperti tadi, hanya akan jadi pertanyaan oleh Endang.Hizkia segera menghubungi Danu untuk meminta kunci mobilnya. Mereka bertemu di lobi perk
Ruth tiba di rumah sekira pukul delapan belas. Elkana yang telah mandi dan bersiap makan malam menyambutnya di ruang tamu.Ruth tersenyum pada anaknya yang berjalan ceria ke arahnya. Ruth memeluk Elkana penuh makna seolah-olah mereka telah berpisah lama.Elkanalah yang selalu menghiburnya di kala susah dan senang. Ruth menciumi wajah anak tunggalnya itu hingga Elkana cekikikan kegelian."Mama El... sudah pulang, Nak?" Endang tiba di ruang tamu kemudian menyapa, puas dirinya telah melihat menantunya pulang dengan kondisi yang baik."Iya, Ma," ujar Ruth pendek."Ayo, bersihkan diri dulu, lalu kita makan malam." Endang tidak menanyakan banyak hal, ia menjaga ketenangan hati Ruth yang baru saja pulang. Sebagai perempuan, Endang tahu benar Ruth sedang ada masalah, terlihat dari tatapan sayu Ruth.Entah masalah apa yang terjadi pada menantu dan anaknya.
"Mama El..." sapanya. Hizkia mengamati mata istrinya sembab dengan sisa air mata di pipi. Dilihatnya pula baskom berisi air dan serbet di tangan Ruth.Ruth mengabaikan sapaan Hizkia, ia menuju ke kamar kecil. Sambil duduk di depan cermin kamar kecil, Ruth mengompres tangan kirinya. Sakitnya tidak terasa lagi sebab tertutupi dengan rasa sakit di hati Ruth.Berulang kali ia mencelupkan serbet ke air lalu memerasnya dan menaruh di tangannya yang memar."Masih sakit?" tanya Hizkia di belakang tubuh Ruth. Pria itu memerhatikan sedari tadi tindakan Ruth mengobati tangannya yang memar. Pintu tidak tertutup sehingga Hizkia bisa masuk.Ruth melirik sebentar, dirinya lupa mengunci pintu. Kini merasa risih berada dekat Hizkia. Suara itu terkesan khawatir, tetapi setelah kejadian tadi di kantor, saat ini terdengar seperti ejekan bagi Ruth."Senang?" Cemooh Ruth tanpa menatap teman bica
Hizkia tidak begitu fokus dengan pekerjaan di kantornya. Segala laporan hanya dibaca sekilas, lalu ditandatangani. Syukur saja hari ini tidak ada agenda rapat sehingga ia hanya akan menghabiskan waktu di dalam ruang kerjanya.Hizkia meminta pada Melina untuk menolak tamu dadakan yang ingin bertemu dengannya.Fokusnya pecah dengan persoalan yang kini membelit hubungannya dengan Ruth. Perempuan itu bahkan tidak menemui dirinya saat akan ke kantor. Ia juga menilai tidak ada rasa segan Ruth pada Endang. Namun, ia menyadari penyebabnya adalah kejadian di kantor kemarin.Siang hari, makan siang Hizkia diantar oleh Melina. Bukan Ruth yang datang ke ruangan."Siapa tadi yang mengantar ini, Mel?" tanya Hizkia."Ojek online, Pak," jawab Melina.Melina izin keluar. Hizkia menatap nanar makan siang di meja kerjanya. Ia tidak yakin yang mengemas makan siang in
Ruth kembali duduk sesaat setelah Hizkia keluar lalu menutup pintu. Air matanya kembali berderai sewaktu ia menutup mata sembari meraup udara segar. Terdengar nafasnya bergetar. Hizkia tidak ingin berpisah. Itulah kesimpulan dari komunikasi mereka. Pria itu akan mengikat Ruth dalam perkawinan yang membuat mentalnya jatuh. Tidakkah Hizkia memiliki simpati sedikit pada dirinya? Ruth merasa kewalahan dengan respon hati dan tubuhnya. Suara-suara 'perpisahan' begitu kencang menggodanya, tetapi suara 'pertahankan' kecil terdengar hanya saja begitu sendu. Pada suara yang mana Ruth harus memberi perhatian lalu mengikutinya? Meskipun kata maaf telah terlontar dari Hizkia, akan tetapi pasti saja hubungan dengan Naomi terus terjalin disebabkan kerja sama perusahaan. Ruth berusaha menghentikan tangisnya dengan menghirup udara sebanyak-banyaknya, menahannya sejenak, lalu dilepaskan kembali ke udara. Hizkia yang masih menggunakan pakaian kantor, tengah berd
Sarapan bersama dengan kehadiran Ruth pagi itu, membuat suasana hati Hizkia sedikit membaik. Ruth masih belum banyak bicara, tetapi senyum tidak lepas dari bibirnya.Senyum untuk Elkana dan Endang, bahkan pada Ratmi dan Riyem juga mendapat senyuman itu. Sayangnya, pada Hizkia masih saja ditahan, yang lain tidak menyadarinya.Pria itu gerah, ia merasa seperti sejenis tikus yang menjijikkan dipandang sepasang mata indah itu. Ohh! Tanpa sadar Hizkia menekan sendok ke piring dengan agak kasar hingga dentingnya begitu nyaring terdengar."Kenapa, Papa El?" tanya Endang menoleh pada anaknya.Hizkia berdehem untuk menormalkan dirinya kembali, "Tidak, Ma. Tidak ada masalah," ujarnya melirik sekilas Ruth yang fokus pada aktivitas makannya.Dalam kesempatan itu, Endang kembali menyampaikan akan kembali ke Medan besok karena mendapat jadwal mentoring dari istri pekerja perkebunan sawit milik
Lima bulan berlalu. Sepanjang periode itu ada kabar mengejutkan dari Lidya. Perempuan itu membuat pengakuan melalui video yang dipublikasi pada media sosial miliknya.Sembari menangis perempuan itu berkata, "Saya Lidya Prameswardjo memohon maaf telah membuat masalah, keributan dengan pengusaha muda Hizkia Perkasa Alamsyah. Saya telah menuduhnya melakukan kejahatan penganiayaan dan asusila yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Adapun motivasi saya tidak lain karena memiliki kekaguman pada yang bersangkutan. Tidak ada pihak lain di belakang saya, seperti yang diberitakan beberapa media. Besar harapan saya, Hizkia berkenan memaafkan saya."Video itu telah sampai pada Hizkia, dikirim oleh Hidayat. Penasihat hukum Hizkia tahu bahwa kliennya tidak begitu aktif mengikuti pemberitaan di media sosial."Dasar Lidya! Malah melindungi orang-orang yang di belakangnya!" seru Hizkia tidak habis pikir. Pengakuan itu tidak mendapat maaf dari Hizkia, sebab bukan seperti itu yang dimaksud oleh Hizkia.
"Mama Elkana...," bisik Hizkia.Tidak ada sahutan dari Ruth, tadi dirinya langsung bertudung selimut dengan posisi membelakangi Hizkia. Perempuan itu tidak bersedia bicara padanya, maka Hizkia berusaha merayu dengan ucapan penjelasan."Aku bukannya tidak percaya sama kamu. Hanya antisipasi kalau-kalau ada yang masuk rumah tanpa izin," ucapnya perlahan sembari sedikit mengguncang tubuh Ruth. "Aku memang sudah menyediakan tenaga pengamanan untuk di rumah, tetapi aku tetap perlu waspada dengan CCTV tersembunyi itu, Ma," terangnya detail.Ruth masih bergeming, tidak menyahut sama sekali. Hizkia menyusun kembali kalimatnya. "Kamu jangan ngambek. Ini tandanya aku sayang kamu dan anak-anak. Tidak ingin terjadi hal buruk pada kalian," imbuhnya lagi. "Sini loh, bicara sama aku," tambahnya.Mama Elkana masih tidak bersedia membuka selimut yang membungkusnya. Lantas, Hizkia perlahan menyingkap dari arah kepala Ruth. Sebenarnya, ia agak ragu melakukannya, khawatir Ruth akan mengamuk.Saat Hizkia
Sorenya, Hizkia pulang ke rumah setelah berdiskusi di kantor bersama tim kuasa hukum yang dikoordinatori oleh Hidayat. Sementara, Ruth dan Elkana telah menanti kedatangan dirinya."Sepertinya kamu lelah sekali," ujar Ruth di depan teras."Sangat," sahutnya pendek. Hizkia berjongkok menyapa Elkana yang sangat senang melihat papanya pulang dari kantor."Papa punya hadiah buat kamu, El," ucap Hizkia menyerahkan bungkusan dalam tas jinjing."Hore...," respon Elkana. Ia melonjak senang mendapat bingkisan dari papanya. "Apa ini, Papa?" tanyanya."Yang waktu itu pernah kamu bisikin ke Papa," sahut Hizkia, "buka di dalam ya, Nak," imbuhnya."Siap, Papa." Lantas, Elkana masuk ke dalam rumah menuju ruang keluarga untuk membuka hadiah dari papanya.Kini, tinggal Ruth dan Hizkia di teras. "Aku senang kasus kamu tidak terbukti, tadi aku sempet nonton berita," jelas Ruth.Mereka bergerak masuk ke dalam rumah. "Ya, pihak berwajib menghentikan kasus ini karena tidak ada unsur tindak pidana. Dan... ya
Setelah menunggu proses yang cukup alot dari pihak berwajib, hari ini ditetapkan bahwa dugaan penganiayaan dan kekerasan seksual yang dialami oleh Lidya tidak terbukti dilakukan oleh Hizkia."Kita telah memeriksa saksi dan bukti CCTV tidak ada bukti pendukung ke arah sana." Begitu berita yang diliput oleh salah satu media televisi. Ruth sedang duduk menonton berita di televisi setelah suaminya pergi ke kantor. Ia mengelus dada menandakan kelegaan.Ruth sebenarnya tidak diperbolehkan oleh Hizkia untuk mengonsumsi berita terkait dirinya yang berkonflik dengan Lidya. Pria itu tidak menginginkan sang istri banyak pikiran dan berimbas pada kehamilannya."Syukurlah, kebenaran yang menang," ujar Ruth mengusap air mata yang jatuh di pipinya. Ia pun merasa lebih lega karena apa yang dilihatnya di apartemen bukanlah seperti yang dipikirkannya saat memergoki Lidya dan Hizkia.Nama Hizkia telah kadung buruk di tengah masyarakat, pria itu pernah menyatakan rencana pada Ruth untuk melaporkan Lidya.
Ruth mendengar suara kendaraan suaminya memasuki halaman rumah. Ia sedang duduk di ruang tamu sambil mengecek ponsel, ada banyak berita terkait suaminya.Perempuan itu menyambut kepulangan suaminya. Dengan wajah kurang semangat, Hizkia memasuki rumah."Papa El, sudah pulang. Tidak jadi ke kantor?" tanya Ruth heran.Hizkia mendesah sembari menjatuhkan bokongnya di sofa ruang tamu. "Aku dikejar-kejar pemburu berita. Nama baikku jatuh, susah payah aku membangunnya," sesalnya.Ruth hanya diam menatap suaminya. "Mau bagaimana... harus kamu hadapi," sahut Ruth.Hizkia menoleh pada istrinya, "Ini salah aku sama kamu... dari awal harusnya aku dengerin kamu untuk waspada terhadap suster itu," sesalnya lagi. Ia menyentuh tangan istrinya. "Menyesal aku tidak gubris intuisi kamu, Mama El," tambahnya lagi.Ruth tersenyum mendengar penuturan suaminya. Belum pernah ia mendengar suaminya mengakui kebenaran nalurinya sebagai istri. Perkataan itu membuat satu rasa yang istimewa dalam diri Ruth. Darahny
Pagi ini Ruth telah berada di dapur untuk menyiapkan sarapan. Setelah semua beres, ia kembali ke dalam kamar untuk membangunkan suaminya.Hizkia semalam berpesan untuk dibangunkan pagi hari, ia ada janji bertemu dengan kuasa hukumnya setelah beberapa hari lalu mengalami kondisi badan yang kurang fit. Saat Ruth akan membangunkan suaminya, mendadak perut perempuan itu bergejolak hebat. Lantas, ia beralih ke kamar kecil untuk menuntaskannya.Hizkia terbangun saat mendengar suara Ruth yang asing dari kamar kecil. Segera saja ia menyingkap selimut dan gegas menuju sumber suara."Heh, kamu kenapa?" tanya Hizkia khawatir, ia hanya bisa menyentuh punggung istrinya tanpa tahu harus berbuat apa. Ruth tidak menjawab karena tenggorokannya terasa penuh dan harus dikeluarkan.Huek...Ruth kembali memuntahkan isi perutnya yang kosong. "Ya ampun, apakah mualku tempo hari menular?" ucap Hizkia begitu saja, menatap ke cermin menatap istrinya.Ruth membersihkan sisa cairan muntah di bibirnya."Atau k
Gegas Hizkia turun dari ranjang menuju kamar kecil. Pria itu kembali memuntahkan isi perutnya, tetapi yang keluar cairan sedikit saja. Hanya saja, ia perlu mengerahkan tenaga yang besar agar puas untuk tidak mual lagi. Rasa kaki Hizkia seperti jeli yang kenyal dan lemas. Kepalanya bahkan sampai menyentuh pinggiran wastafel agar tidak menumpu pada tubuhnya yang terasa goyah. "Aduh... mual terus, kapan berhentinya ini," gerutu Hizkia merasa tidak nyaman. Beberapa saat menunggu, mualnya terasa mulai mereda. Hizkia mendudukkan diri di lantai kamar mandi. Punggungnya menyender ke dinding, kepalanya ditumpu di lutut. Terasa oleh Hizkia, seseorang menyentuh punggungnya, lebih tepatnya mengusap-usap. Dengan sisa tenaga, diangkatnya kepala untuk mengetahui siapa gerangan pelakunya. "Mama El...," lirihnya. "Kamu nasih mual terus ya," ucap Ruth khawatir. "Coba lebih rileks nafasnya," saran Ruth. Perempuan itu masih setia mengusap tengkuk suaminya. "Tidak lagi," ucap Hizkia. Lagi-lagi Ruth
Makan siang telah disediakan oleh Ruth. Elkana dan Magdalena di meja makan, sementara hidangan untuk Hizkia dibawa Ruth ke kamar.Bersamaan Ruth masuk, Hizkia terlihat sedang bangun dari tidurnya. "Kamu sudah bangun," ujar Ruth basa-basi. Hanya deheman dari Hizkia yang terdengar. "Aku bawakan makan siang kamu," tunjuk Ruth di nakas. "Setelah ini, kamu minum obat sesuai saran dokter," imbuhnya.Hizkia menerima nampan yang diambil Ruth dari nakas. Ia tidak banyak bicara. Saat Ruth menawarkan diri menyuapi makanan untuknya, Hizkia menolak."Tidak perlu, aku sendiri saja," sanggahnya.Ruth membiarkan suaminya untuk menyuapkan sendok demi sendok makanan. "Sudah cukup," ucapnya setelah enam sendok hitungan Ruth."Kenapa? Makanannya tidak enak? Ini makanan kesukaan kamu," kata Ruth menunjukkan rasa heran."Entahlah... kurang nafsu makan," sahut Hizkia."Ya sudah, kalau begitu obatnya diminum." Ruth meletakkan kembali nampan dan mengambil obat yang dibelinya dari apotek tadi.Pria itu meneri
Hizkia dan Ruth tertegun mendengar pertanyaan dokter Ridwan. Ruth menjawab, "Tidak, Dokter.""Oh... maaf Ibu untuk pertanyaan saya," ucap Ridwan. Setelahnya dokter berpamitan, Ruth mengantarkan hingga keluar pintu.Perempuan itu kembali ke ruangan, dilihatnya Hizkia sedang berusaha duduk dari posisi rebah. Gegas ia membantu suaminya.Saat duduk kembali pusing melanda, pria itu memejamkan matanya sembari punggungnya menyender di sofa."Masih pusing ya," ucap Ruth menyimpulkan. Hizkia hanya mengangguk dan berdehem."Tolong ambilkan handphone-ku," pintanya menjulurkan tangan.Ruth mengambil dan menyerahkan ponsel milik Hizkia. Pria itu mencari nomor kontak seseorang, lalu menghubunginya. "Halo Pak Danu, tolong ke ruangan ya, bantu saya. Saya mau pulang," suruh Hizkia. Pria itu kembali memejamkan matanya dan menarik nafas panjang."Kenapa harus Pak Danu, aku bisa bantu kamu turun ke mobil," resah Ruth merasa seperti tidak dianggap kehadirannya.Hizkia menoleh dengan kepalanya menyender d