Mengetahui ponsel Rahel kini mati dan tak bisa dihubungi serta Kris mengklarifikasi bahwa itu adalah tempat terakhir Ponsel Rahel aktif.
Kini, darah Rey mulai memanas dan seketika itu pula rasa takut menjalar keseluruh denyut nadinya. Seraya mengatupkan bibir, rey mulai gemetar karena amarah dan ketakutan bercampur aduk."Seharusnya tidak akan pernah berakhir seperti ini!" Ucap Rey.“Tuan?” Kris memastikan seseorang di ujung panggilan itu.“Dia tidak ada disini!""Ya Tuhan! Lalu harus bagaimana sekarang?”“Disini ada rute bus—dia pasti lewat sini. Cek semua cctv!”“Tapi tuan...”“Saya nggak peduli bagaimana caranya! Temukan dia segera!” tegas Rey.Rey kembali ke Sky House dan di kamarnya, Rey kesal, marah, khawatir dan sekaligus cemburu memikirkan Jimmie. Ia lalu masuk ke kamar Jimmie dan menginjak mainan mobil milik Jimmie. Tepat pada saat itu, Gebbie, yang sudah membulatkan tekad untuk menanyakRahel setelah 5 hari tidak ada kabar akhirnya kembali kerumahnya karena perjalanan panjang ia begitu kesakitan hingga membuatnya berkeringat dingin. Dia ingin membuat panggilan darurat, tetapi jarinya terasa lemah dan tidak berdaya. Akhirnya, penglihatannya menjadi gelap dan dia pun pingsan. Ketika terbangun lagi, dia sudah terbaring di ranjang rumah sakit. Seseorang yang duduk di sebelahnya adalah Jimmie. Ketika dia bangun, Jimmie segera bangkit dan memandanginya dengan penuh kasih sayang. "Rahel, bagaimana keadaanmu? Apakah masih sakit?" Tanya Jimmie. Rahel menatapnya dengan penuh tanda tanya, "Aku kenapa?" Jimmie ragu sejenak sebelum menjawab, "Dokter bilang kalau kamu mengalami pendarahan yang cukup banyak." Ucap Jimmie yang masih tak percaya dengan apa yang terjadi namun ia merasa sangat kasihan pada Rahel. Rahel menggenggam erat jari-jarinya. Air matanya pun mengalir d
Jimmie akhirnya mau mengantarkan Gebbie. Gebbie pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengerjai Jimmie dengan memintanya membukakan pintu mobil untuknya. Saat keluar dari mansion, terlihat ayah kandung Gebbie sedang diam-diam mengamati Gebbie. Di rumah sakit, dokter menyatakan bahwa kaki Gebbie sudah sembuh total dan gibsnya sudah bisa dilepas, bahkan ia bisa langsung lari jika mau. Mendengarnya, Jimmie langsung keluar sembari melemparkan kruk Gebbie. Saat Gebbie menyusulnya, ganti Jimmie mengerjainya dengan mengatakan ia tidak akan mengantarnya pulang karena Gebbie sudah bisa berjalan sendiri. Gebbie menganggap gurauan tersebut serius dan berlari meninggalkan Jimmie dengan kesal. Keluar dari rumah sakit, Gebbie baru menyadari tasnya tertinggal di mobil. Ia pun terpaksa benar-benar berjalan kaki menuju mansion. Untung saja belum jauh berjalan Jimmie sudah menemuinya. Setelah sempat jual mahal, Gebbie akhirnya masuk ke mobil dan pulang bersama Jimmie. Sementara itu, Rey
Gebbie sedikit tidak terima dan mengatakan pada saat ia datang mereka juga seperti itu. Tapi Ms. Zhea menjelaskan bahwa pada saat Gebbie datang tidak ada satu pun dari mereka yang mengubah sikapnya, sehingga jelas situasinya berbeda. Gebbie nyengir kesal mendengarnya. Ia jadi makin galau saat Ms. Zhea bercerita bahwa tadi adalah pertama kalinya ia melihat Jimmie bersikap ramah pada seorang wanita. Ditambah dengan penampilan Rahel yang cantik, sudah pasti tiga Tuhan Muda bersaudara tertarik kepadanya. Gebbie meninggalkan dapur dan kembali ke kamarnya sambil mengomel, menganggap selama ini ia tidak diperlakukan sebagai wanita oleh yang lain. Tanpa sengaja ia melihat Rahel sedang berdiri di taman sambil merasakan angin yang berhembus meniup rambutnya, dan tanpa disadari Gebbie terpana melihatnya. Saat tersadar, ia langsung membandingkan penampilannya dengan Rahel yang berbeda 180 derajat. Di kamarnya, Gebbie kembali ngedumel mengenai semua pria yang dianggap sama
“Bukan karena kau aku akan melakukan ini. Aku hanya melakukan ini sebagai temannya. Karena aku menghargai Rahel Juga, jangan buat Rahel menangis lagi mulai sekarang.” Kata Jimmie.Sementara itu tiba-tiba terdengar suara benturan yang terjatuh dari lantai dua.Setelah beberapa Jam berlalu..."Kalau mau mati, tusuk saja dirimu, kenapa harus melompat dari gedung," kata Rey dengan sikap yang dingin.Tiba-tiba, Rahel merasa ada yang salah dengan perkataan Rey."Kapan Aku melompat dari gedung?" Pikir Rahel."Rahel, akhirnya kau sadar juga." Ucap Gebbie.Pada saat ini, pelayan Ms.Zhea menghampirinya dengan membawa air serta obat."Kepala nona Rahel? Kata dokter Nona Rahel mengalami gejala gegar otak ringan dan sudah meresepkan obat untukmu. Nona Rahel mau minum sekarang saja?" Rahel tidak menjawab pertanyaan dari Bibi Zhea karena baru sadar bahwa dirinya terbaring di kamar tidur."Ada yang salah!" Ba
Setelah makan enak, Rahel menepuk perutnya dengan puas."Senang sekali rasanya kenyang!" Ujar Rahel seolah tak terjadi apapun.Karena Rahel ingin mempertahankan sosok sempurna tubuhnya agar Rey menyukainya. Rasa puas dirinya hanya membuat sikap Rey menjadi semakin dingin. "Apa hubungannya denganku! Ya, apa hubungannya dengan Rey? Demi seorang pria, aku bahkan tidak berani makan sebanyak yang aku sendiri mau.Benar-benar konyol." Kata Rahel.Rahel telah melihat semuanya dengan jelas dan bisa makan apa pun yang dirinya suka dan sebanyak mungkin, tidak akan pernah memperlakukan dirinya dengan buruk lagi karena Rey.Di kehidupan sebelumnya, Ia cukup berani untuk menggunakan semua metode dalam mengejar cinta, tapi tetap saja tidak bisa menggerakkan hati Rey. Meski ia tahu Rey membencinya, tapi Rahel tetap berusaha membuat Rey terkesan padanya.Kasih sayang mereka pada Gebbie membuatnya takut kehilangan Rey.Rahel menjadi
Gebbie sedang bekerja di sebuah restoran pizza yang letaknya di tengah kota."Gebbie, tolong antar pesanan pizza ini ke universitas depan walikota itu, ya?" Kata bosnya."Ah, iya baik bos." Jawab Gebbie penuh semangat.Gebbie tanpa menunda-nunda waktu lagi, ia segera mengantarkan pesanan pizza itu ke universitas yang di katakan oleh bosnya."Wah, pemandangannya bagus sekali, tunggu saja ya, aku akan segera menjadi mahasiswa." Gumam Gebbie.Gebbie segera turun dari motornya dan berteriak memanggil para anak muda yang sedang bermain basket di lapangan basket."Kakak-kakak.... Pizza pesanannya sudah datang!" Panggil Gebbie.Parah anak muda itu segera berhenti bermain basket dan melambaikan tangan pada Gebbie memberi tanda kalau merekalah yang telah memesan pizza itu."Adik kecil disini." Panggil mereka.Gebbie segera menghampiri mereka dan memberikan pesanan itu pada mereka dan langsung pulang setelah itu."Ini pesanannya kakak-kakak." Ucap Gebbie sembari tersenyum manis.Di perjalananny
Namaku adalah Gebbie dan ciuman pertamaku dicuri oleh si bedebah ini!." Batin Gebbie."Ini...ini...di luar kendaliku. Orang-orang aku tidak akan menyelidikinya tapi kau tidak bisa memberitahu siapapun tentang hal ini." Kata pria muda dan dan berjalan meninggalkan Gebbie yang masih terdiam membisu itu.Sontak saja Gebbie menghentikan pria muda itu pergi. Pria muda itu berbalik dan berkata, "Apa kau ingin minta tanda tanganku?" Kata pria muda itu."Apa?!!" Gebbie kesal dan wajahnya memerah."Bagaimana jika aku memberikanmu tanda tanganku?" Kata pria muda itu sambil mengeluarkan buku kecil dan sebuah pena lalu menulis sesuatu dan di berikan pada Gebbie.Gebbie tampak binggung dengan apa yang di lakukan oleh pria muda itu. Pria muda itu dengan santainya berjalan hendak meninggalkan Gebbie, nanum lagi-lagi ia di hentikan oleh Gebbie.Dengan santainya pria itu berkata pada Gebbie, "Jika kau ingin berfoto bersama, aku khawatir hari ini bukanlah hari yang baik." Katanya.Gebbie menjadi semaki
"Apa kau mau menunjukkan kalau kau itu benci cuci piring?" Sambung saudara tirinya."Maaf! Lain kali akan ku pastikan, aku cuci piring dengan benar." Kata Gebbie."Tau begini aku tidak akan kembali!" Batin Gebbie."Oh ya, apa kau sudah mengambil pakaianku dari laundry?" Tanya Lilis saudara tirinya."Oh aku lupa! Besok akan aku ambilkan, maaf kakak." Ucap Gebbie."Ah, kenapa kau memanggil aku kakak lagi! Menyebalkan!!!" Kata Lilis.Mereka lalu melanjutkan makan ayam goreng di depan Gebbie."Kau itu tak bisa apa-apa, aku penasaran kau itu mirip siapa, tak berguna sekali." Kata Lisa.Mendengar itu Gebbie segera berbalik hendak ke kamarnya."Mirip siapa lagi, pasti mirip mendiang ibunya lah!" Kata Lilis.Gebbie menghela nafas panjang dan tersenyum manis lalu masuk ke kamarnya.Sembari makan makanan yang hampir kadaluarsa tadi, di kamar Gebbie mengamati dana di buku tabungannya sembari mengamati lowongan pekerjaan yang ada di koran."Hmmm... Aku akan menghubungimu yang ini Minggu depan, ak