Mereka sempat berpapasan dengan Jimmie, yang mengatakan tidak peduli dengan Gebbie yang pergi dari mansion.
"Apa kau sudah lihat Gebbie hari ini?" Tanya Joy."Belum!" Jawab Jimmie."Kau tak khawatir sedikitpun dengan Gebbie?" Ucap Joy."Aku tidak peduli." Kata Jimmie cuek."Bukankah kau ini terlalu kejam? Dia pernah tinggal dengan kita! Kau memang sesuatu!" Joy kesal."Itu kau sudah tahu!" Ucap Jimmie.Melihat Jimmie sudah masuk ke kamarnya, tuan Warren segera bergegas pergi."Kakak mau kemana?" Tanya Joy."Mencari nona Gebbie!" Ucap tuan Warren."Aku ikut kau." Ujar Joy."Kenapa?" Tanya tuan Warren."Aku juga dekat adik Gebbie!" Ucap Joy."Ya sudah!" Jawab tuan Warren."Ah! Kemana lagi si Rey itu...." Keluh Joy Sambil berjalan di belakang tuan Warren.Tuan Warren menemui ibu tiri Gebbie dan menanyakan apakah Gebbie pulang ke rumah. Ibu tiri GeSementara itu di rumah Rahel...Rahel terbangun dengan kekecewaan dan rasa sakit menjalar di dalam hatinya, sejenak ia berpikir untuk mengakhiri hidupnya namun ia tidak bisa."Bagaimana ini? Bagaimana kalau Jimmie dan Rey tahu aku sudah.... Apa mereka akan terima jika aku mengatakan kebenaran ini pada mereka?" Batin Rahel.Rahel stres bukan main hal itu membuat ia langsung bergegas pergi dari rumahnya."Rahel!"Terdengar teriakan Jimmie memanggilnya, tapi Rahel tak mau berhenti dan ia tetap berjalan tanpa menoleh ke belakang."Kau mau kemana?" Teriak Jimmie."Hari ini saja, aku tidak ingin bertemu siapapun." Katanya."Ada apa denganmu?" Tanya Jimmie."Tolong pergi saja, kita bicara lain waktu saja." Tegas Rahel dan pergi.Sungguh tidak Rahel sangka, dan sulit untuk menerima kenyataan menyakitkan itu. Dengan tak berdaya, dia melakukan hubungan intim dan di tiduri tiga pria sekaligus."B
“Siapa? Jimmie?” Rahel menatap tetangga lekat karena kebetulan tetangganya itu mengenal Jimmie.“Kamu mau tahu siapa yang mengantarmu pulang?” tetangganya bertanya.Rahel mulai penasaran ketika tetangganya itu justru main tebak-tebakan. Untuk saat ini dia hanya dekat dengan Jimmie. Tidak ada pria lain.“Siapa? Cepat katakan!” Rahel benar-benar begitu penasaran.“Dia tidak mengatakan namanya siapa.”Tetangganya itu lalu menyebutkan ciri-ciri pria itu sesuai yang dilihatnya karena malam itu kebetulan ia sedang diluar dan melihat Rahel pulang diantar karena mabuk.Mata Indah Rahel yang dihiasi bulu mata lentik itu langsung membulat sempurna. "Apa?! Bagaimana ia tahu rumahku." Teriak Rahel."Entahlah, dia juga menanyakan hal yang sama padaku." "Hah?" Ucap Rahel."Iya, karena kau mengatakannya sendiri pada pria itu, itu sebabnya ia bertanya padaku dan memastikan ini benar-benar rumahmu."
"Setelah bertemu denganmu, aku merasa hidupku lebih berwarna." Ungkap Rey.“Apa maksudmu?” tanya Gebbie bingung.“Selain itu,” lanjut Rey, “Aku… selalu memikirkan mu.”Gebbie terdiam mendengarnya. Begitu pula dengan Rahel dan Jimmie, yang langsung beranjak pergi.“Aku tidak suka melihat kau bersama laki-laki lain. Terutama sekali jika kau berdekatan dengan Jimmie, aku tidak suka,” ucap Rey.Kali ini tuan Warren datang dan langsung menanyakan pada Joy apakah Gebbie baik-baik saja. Joy menjawab dengan memberi isyarat pada tuan Warren untuk melihat ke arah layar televisi.“Aku memiliki wajah tampan dan cerdas,” lanjut Rey, “dan aku ahli waris di urutan atas dari Hokkaido Group.”Setelah terdiam sejenak, Gebbie menjawab, “kak Rey, mari kita hentikan semuanya sekarang. Maaf, aku akan pergi.”“Pengakuan perasaanku belum selesai. Kau dan aku bahkan belum memulai apa-apa” kata Rey sembari mencegah Gebbie pergi.
"Ya, itu terjadi begitu saja. Aku harus memberitahumu." Ucap Gebbie."Bukankah kau nanti tidak nyaman tinggal dengan Rey. Tidak... Bukankah Rey yang nantinya tidak nyaman?" Ujar Rahel."Jadi kau melihat, videonya juga ya?" Ucap Gebbie."Iya!" Jawab Rahel."Aku tidak ingin kau salah paham. Tidak ada yang terjadi di antara kami." Ucap Gebbie."Baguslah! Rey harus tahu juga bagaimana rasanya di tolak wanita." Jawab Rahel."Ai bukannya aku menolaknya..." Ucap Gebbie merasa bersalah."Semua orang berbicara betapa kerennya dirimu." Ucap Rahel."Bukan seperti itu sebenarnya." Kata Gebbie."Toh bukan kau yang menyatakan perasaanmu, jadi kau tak perlu merasa tak enak hati padamu. Jadi, jangan khawatirkan itu." Ujar Rahel."Iya, terima kasih." Ucap Gebbie."Tapi ... Apa karena itu kau ingin menemui aku?" Tanya Rahel.Tujuan Gebbie ternyata adalah untuk mengajak Rahel ikut liburan karena
Ibu tiri Gebbie mendatangi pak Lius di sebuah kontruksi yang menjadi tempat kerjanya. Ia kecewa karena melihat pak Lius itu ternyata hanyalah pekerja bangunan biasa. Meski gagal memeras uang darinya, ibu tiri Gebbie tetap menemuinya dan memintanya untuk membawa Gebbie, dengan dalih Gebbie saat ini sedang mengincar harta kekayaan Hokkaido Group dan membuat malu keluarganya. Kata ‘hokkaido Group’ membuat pak Lius terdiam dan memikirkan sesuatu.Lilis sendiri tiba-tiba di rumahnya mendapatkan panggilan dari ibunya."Lilis, ibu ada urusan mendadak malam ini dan sepertinya ibu akan pulang subuh. Apa ayahmu ada dirumah?""Ayah baru saja pergi kerja." Ucap Lilis "Kau baik-baik di rumah jangan lupa kunci pintu, oke?" Kata ibunya."Iya ibu! ini saya sudah di kamar mau siap-siap tidur." Jawab Lilis ngambek."Yasudah, Kamu tidur. Kamu hati-hati ya di rumah!" Pesan ibunya."Iya, bu..." Lilis mengakhiri panggilan dengan ibunya, ia m
Jack kembali kerumahnya dan menjumpai seorang wanita yang tengah duduk di belakang meja."Hai, Sayang..." sapa Cici dengan senyum sumringah. Jack membalas senyum cantik sang istri. Cici sudah berdiri menodongkan pipi untuk dicium ketika Jack melintas mengambil kemeja yang tergantung pada stand hanger di belakangnya."Jack! Kamu marah, ya?" Cici merasa kecewa karena Jack tak mencium pipinya.Jack tak bergeming. Ia melewati Cici begitu saja. Sejujurnya Jack merasa kesal karena hampir sebulan ini Cici selalu sibuk dengan urusannya sendiri. "Jack!! maafin aku, semalam habis pameran aku party sama temen-temen. Aku ketiduran di rumah teman aku.""Rumah teman?" Jack terkesiap dengan ucapan Cici."Iya!!" Jawab Cici."Jadi semalam Kamu ga bareng aku dirumah...?" Jack mencoba meyakinkan lagi."Rumah siapa? Enggak! ngapain aku kesana?" Cici malah balik bertanya. Hati Jack mencelos,"Jika bukan Cici, lal
Hati Lilis semakin remuk, setelah disakiti kini dipaksa melupakannya begitu saja. Apa yang bisa dilakukan seseorang seperti Lilis? bukankah ia harus bisa berdamai dengan keadaan dan merelakan apa yang telah hilang? pada akhirnya Ia harus menyimpan kepahitan ini jauh di dalam lubuk hatinya, sendirian.Lilis mengangguk, setidaknya Jack masih mau mengakui dan menyesali perbuatannya."Aku antar pulang sekarang?" tanya Jack lembut.Lilis menggeleng yang rupanya sudah ada di taman karena saat melihat Jack datang ke rumahnya ia pun segera pergi menjauhinya dan meninggalkan rumahnya yang ternyata Jack mengikutinya dari belakang."Kamu mau kemana lagi?" Tanya Jack.Tak biasanya Jack peduli dengan urusan orang lain, tapi rasa kepeduliannya muncul begitu saja setelah melihat kepedihan yang Lilis alami."Saya masih ada urusan," jawab Lilis lirih, masih dengan terisak.Jack ia mengambil tissu lalu mengusap air mata di pipi Lilis. Jac
Rahel berjalan-jalan di taman dan mendapati sebuah bangku kayu. Ada tulisan “Rey cinta Rahel” di sana. Ia lalu duduk di bangku tersebut dan tersenyum sembari mengelus tulisan tersebut. Sedangkan Gebbie kini mendatangi Rey yang sedang berjemur di depan kolam renang dan minta maaf karena telah membawanya tanpa ijin ke dalam pesawat. Rey tidak menghiraukannya dan berbalik menanyakan mengapa Gebbie, saat menolaknya, memintanya untuk berpikir ulang tentang perasaannya. Rey tidak percaya akan ada yang berubah seandainya ia menyukai Gebbie dengan tulus atau tidak. Gebbie membantahnya dan mengatakan akan banyak yang berubah. Bingung dan kesal, Rey menganggap Gebbie sebagai ‘mossol’, wanita dengan selera pria yang aneh dan old-fashioned dalam urusan berkencan. Ia lalu mengusirnya pergi.Setelah Gebbie pergi, Rey mendengar teriakan minta tolong dari Rahel, yang kakinya mendadak kram sehingga ia hampir tenggelam di kolam renang. Tanpa pikir panjang Rey berlari dan melompat ke dalam ko
Dalam perjalanan pulang, Gebbie mendapat kabar bahwa Jimmie sudah sadarkan diri. Ia bergegas kembali ke rumah sakit. Namun melihat CEO Jackson sudah lebih dulu masuk, ia mengurungkan niatnya untuk menemui Jimmie dan hanya mengintip dari balik pintu. “Terima kasih sudah bangun, Jimmie. Terima kasih banyak.” gumamnya sambil menangis. Hari berganti. Nyonya Melly menemui CEO Jackson yang sedang bersiap untuk pulang dari rumah sakit. Ia meletakkan surat cerai serta cincin pernikahan yang ia kenakan di meja. Saat ditanya, nyonya Melly mengaku bahwa dari awal hubungan mereka berdasar atas cinta. Hanya semua berubah saat ia melihat sekretaris Warren, dimana insting keibuannya kemudian mengambil alih. Karena ia melakukan semua itu demi anaknya, nyonya Melly tidak peduli apakah CEO Jackson akan memaafkannya atau tidak. Namun ia meminta agar CEO Jackson memaafkan sekretaris Warren karena ia tetap setia menjaga CEO Jackson dan perusahaan hingga akhir. “Satu-satunya kesalahan sekretaris Warren
Lilis ngedumel pada ibunya, Lisa yang mengajaknya jalan jauh-jauh ke pasar hanya untuk membeli kecambah. Ibunya beralasan harganya lebih murah daripada di supermarket, selain itu hitung-hitung mereka juga berolahraga. Karena Lilis terus mengomel, Lisa ganti memarahinya karena dipecat dari pekerjaan paruh waktunya karena bermalas-malasan dan ketahuan tidur ibunya pun mengingatkannya agar bisa mandiri karena ayahnya saat ini sedang bekerja keras untuk mencari uang dan ia tidak bisa terus menyusahkannya. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Entah ada kabar apa, yang jelas Lisa tampak kaget mendengarnya. Lisa dan Lilis tiba-tiba mengajak Gebbie bertemu. Mereka mengabarkan bahwa ayah Gebbie, saat ini sedang berada di kantor polisi karena tidak sengaja menabrak mobil lain saat mengemudi dalam keadaan mengantuk. Ia baru bisa dibebaskan apabila sudah membayar uang jaminan sebesar 10 juta sebagai ganti biaya perawatan sopir mobil yang ia tabrak itu. Karena tidak punya uang, Lisa ibu tirinya meminta
Di mansion, Joy yang baru menerima SMS untuk menghadiri rapat pemegang saham mempertanyakan hal tersebut pada Rey. Reu pun menceritakan apa yang terjadi, termasuk bahwa saat ini kondisinya genting bagi CEO Jackson dan pihak lain yang ‘berkhianat’ adalah sekretaris Warren. Joy kaget dan tidak percaya mendengarnya. Rey lalu berbagi tugas dengan Joy, dan memintanya sebisa mungkin mempertahankan posisi CEO Jackson sampai ia tersadar. Joy pun menyetujuinya. Esok harinya, Rey mendatangi pemegang saham dan meyakinkan mereka untuk tetap berada di sisi CEO Jackson. Ia juga meminta mereka untuk percaya kepadanya, meski mungkin sulit bagi mereka untuk melakukannya. “Aku ingin melindungi Hokkaido Group yang merupakan milik kalian semua, tidak hanya milikku dan milik CEO.” Sementara Rey sibuk dengan urusanny saat ini, di butik, Rahel galau memikirkan Rey dan semua yang telah ia lakukan untuknya. Tak sengaja ia mendengar berita tentang Rey yang akan maju sebagai salah satu calon penerus perusaha
Gebbie yang sudah merasa baikan, keluar dari rumah sakit dan terlihat Jimmie sudah menunggunya. Gebbie kembali mencoba untuk pergi dari Jimmie. Jimmie kembali tidak memperbolehkannya. “Tetaplah di sampingku hingga kakek sadar kembali,” ujar Jimmie. Gebbie berniat menolak, tapi Jimmie langsung memotongnya dan dengan nada tinggi memintanya untuk menjelaskan bahwa yang dikatakan oleh nyonya Melly sebelumnya tentang Gebbie tidaklah benar. “Kamu sebenarnya juga ingin bersamaku, kan?” tanya Jimmie. Ia melanjutkan, “Aku cukup tahu kamu untuk tahu tentang itu.” Gebbie menyerahkan jaket Jimmie yang dititipkan kepadanya, lalu berpamitan pergi. “Maaf, aku minta maaf karena telah meninggalkanmu begitu saja pada waktu itu,” ujar Jimmie. “Aku tidak percaya apapun yang kau katakan pada hari itu. Aku tidak peduli alasanmu untuk tetap berada di sampingku. Jadi ku mohon, jangan tinggalkan aku.” Gebbie, yang menghentikan langkahnya, kembali hendak berdalih. Tapi Jimmie menghampirinya dan memelukn
Gebbie sedang bekerja dan ia mulai merasakan perih di bagian perutnya. Ia mengira mungkin itu karena ia belum makan, segera ia membeli makanan siap saji dan mulai memakannya. Namun, perih yang ia rasakan di perutnya bukanlah berkurang malah semakin menjadi-jadi. Wajahnya mulai berubah pucat sambil ia memegangi perutnya. Saat ia selesai bekerja ia duduk di depan cafe sambil menahan sakit hingga ponselnya tiba-tiba berdering. [Joy Memanggil...] "Kau dimana? Aku sudah sampai. Jangan bilang kau lupa kalau kita sudah pernah buat janji untuk makan malam bersama hari ini." Ucap Jimmie. "Maaf kak Joy, aku tidak bisa menepati janjiku hari ini." Kata Gebbie. "Oh, apa kau kerja lembur lagi hari ini?" Tanya Joy. "Iya, kak Joy pesan makanan saja jangan sampai kelaparan." Ledek Gebbie. "Suaramu terdengar tidak seperti biasanya, apakah kau kurang sehat?" Tanya Joy mulai khawatir. "Ti...tidak ...!" Ucap Gebbie menahan rasa sakit di perutnya. "Apa yang terjadi denganmu?" Tanya Joy. "Ah, ka
Jimmie sendiri mengendarai mobil tanpa tujuan. Ia terus melirik ke arah ponselnya, menunggu telpon dari Gebbie Akhirnya ia menyerah dan membuang ponsel itu, lalu lanjut memacu mobilnya. Sementara itu, Rey kembali ke rumah sakit karena diminta untuk menemui Dr. Kevin. Dr. Kevin mengatakan bahwa ia mencari Gebbie karena Gebbie sempat menemuinya setelah CEO Jackson dirawat dan menyatakan ingin menjadi donor. Namun hasilnya sama saja karena ia juga tidak cocok. Rey lantas menunggui CEO Jackson di kamarnya, saat seorang suster mengabarkan bahwa pihak restoran menelpon dan memberitahu ada barang milik CEO Jackson yang tertinggal di sana. Dengan heran Rey mengiyakan.Saat mengambil barang yang dimaksud, sebuah ponsel, Rey mendapat fakta bahwa saat CEO Jackson jatuh pingsan, sekretaris Warren dan nyonya Melly sedang berada di restoran. Rey yang mulai curiga lalu mendatangi kantor dan mendapat info bahwa saat itu sekretaris Warren tidak masuk karena hendak pergi ke rumah sakit bersa
Lilis sendiri tengah melakukan kencan buta untuk yang kesekian kalinya karena sudah merasa lelah dengan kesendirianya.Ia mencoba mencari pelampiasan dari kesepian yang ia rasakan dan pada akhirnya tergoda untuk melakukan kencan buta lagi.Setelah kencan buta nya, Keesokan paginya, tepat jam sembilan, di Kedai Kopi Barat...Memang ini bukan kencan buta pertama bagi Lilis, tetapi ini pertama kalinya dia menganggapnya serius. Pasangan kencan butanya, Tirto Husein, yang kini duduk di hadapannya berusia 36 tahun, dan terlihat cukup baik. Dia baru saja kembali dari luar negeri, dan sekarang bekerja sebagai insinyur senior di sebuah perusahaan elektronik. Dia tipe pria yang pendiam dan menahan diri, kemungkinan besar karena pekerjaannya. Sepanjang kencan tersebut, Lilis yang memimpin percakapan. Dia bercerita tentang mahar, rumah masa depan mereka, mobil keluarga, lebih tepatnya segala sesuatu yang telah ditentukan sebelumnya oleh
Sedangkan Rahel tengah berada di suatu tempat dengan seorang pria. Hal itu ia lakukan karena ia merasa seperti wanita yang kini sudah tidak ada harga lagi dan hak itu membuatnya stres hingga mabuk berat. Tanpa ia sadari ia di awasi oleh seorang pria dan mengetahui Rahel tengah mabuk berat, pria itu lalu menghampirinya dan menambahkan beberapa bubuk obat di kedalam minuman Rahel hingga membuatnya makin hilang kendali. Dan disaat itu pula, sang pria mengambil kesempatan kali membawa Rahel pergi ke apartemennya. "Sudah kehabisan tenaga?" goda pria itu dengan suara seraknya. Mereka di tengah ronde keempat mereka. Pria yang sedang menikmati tubuh rahel jelas sedang melampiaskan semua gairah terpendam yang menumpuk dalam dirinya."Apa kau menyukai hal ini?" Rahel berbalik dan memeluk leher sang pria. Hasrat di dalam matanya terlihat jelas. Dimata dan penglihatan Rahel, orang yang sedang memadu kasih dengannya adalah Rey."Hmm." Rahel menanggapi dengan gumam pel
Di jalan, CEO Jackson tanpa sengaja melihat Jimmie dan Gebbie yang sedang asyik berkencan. Ia menjadi geram melihatnya. Saat keduanya tiba di mansion dan berpelukan sebelum masuk ke dalam, giliran Joy yang tidak sengaja melihatnya. Tiba-tiba sekretaris Warren datang menghampiri Joy. Tidak ingin mereka ketahuan, Joy berpura-pura sakit bahu dan meminta sekretaris Warren untuk memijatnya.Setelah itu Joy kembali ke kamarnya. Di kamar, Joy mencoba menulis sesuatu sambil mengingat kembali kata-kata CEO Jackson tentang kontrak Gebbie. Tak lama ia pun pergi ke ruang makan untuk membuat teh. Tidak sengaja ia bertemu Gebbie di sana dan keduanya pun minum teh bersama. Gebbie lantas bercerita tentang temannya yang ingin membelikan hadiah untuk pacarnya. Ia menanyakan apa kado yang kira-kira cocok. Joy sadar bahwa sebenarnya Gebbie ingin membelikan hadiah bagi Jimmie.“Pria tidak membutuhkan hadiah-hadiah seperti itu,” jawabnya. “Selalulah bersama dengan dia dan tersenyum bers