Perintah William tak ada jeda waktu dan harus dilakukan segera. Pria ini mengakhiri hubungan telepon dan segera memacu kecepatan mobilnya. Harga dirinya benar-benar terinjak. Arga berani secara publik menikahi istrinya. Padahal berkas pernikahan mereka telah dicabut secara resmi oleh Septa, meski dengan surat kuasa. Namun, itu sah secara hukum.“Kau, telah terang-terangan menantangku, Arga. Kita lihat, sekuat apa dirimu!”teriak William emosi tanpa peduli pandangan aneh pengendara lain di jalan.William telah gila gara-gara bucin. Seorang playboy yang kena karma cinta. Dirinya tidak ingin mempublikasikan pernikahan dengan Septa agar ruang gerak istrinya masih bebas.Ia tidak mau, posisi sebagai istri seorang publik figur, membuat Septa tak leluasa bergerak. William bisa memastikan pernikahan yang dilakukan oleh Arga dengan cara licik. Tepat pada saat mobil pria berambut pirang ini berhenti di tempat parkir, ponselnya berdering.“Ada kabar apa?”tanyanya kepada ajudan.“Tuan William dapa
"Saya rasa bukti yang dibawa oleh polisi sudah cukup mewakili. Kami telah menikah resmi kemarin secara sah. Dan, sekarang Tuan Arga menikahi istri saya. Tolong Anda pikirkan itu! Saya menikah dengan Nona Septa dengan sukarela tanpa ada tekanan. Apakah hal tersebut dilakukan oleh Tuan Arga?”Mama Rita tampak berpikir sejenak lalu kembali menatap ke arah William dengan pandangan bingung. “Tuan Arga telah mengajukan berkas pernikahan dua hari yang lalu. Itu atas persetujuan Septa.”“Tapi, ingat, Nyonya. Berkas tersebut telah dicabut secara resmi oleh Nona Septa sebelum kami menikah. Dengan berkas itu pula, kami mengajukan permohonan pernikahan. Masih yakin, kalo Tuan Arga tidak curang?”Mama Rita semakin tidak mengerti dengan situasi yang terjadi. Ia teringat sesuatu lalu memegang lengan William. “Uang 200 juta itu dari Anda? Itu harga pernikahan yang harus dijalani oleh putri saya bersama Anda. Apakah Septa telah dijebak oleh Anda?”William yang ingin buru-buru menemui Septa, akhirnya t
Mama Rita segera menghampiri lalu memeluk wanita pengurus rumah Arga tersebut. “Bik, tolong bicara pada semua yang hadir tentang hubungan Septa dengan Tuan Arga.”“Baik, Bu Rita. Saya juga tidak rela jika Ibu dan Bang Dion masuk penjara. Ini semua hanya salah paham saja,”balas Bibik sambil mengusap buliran bening dengan ujung jari.“Kami dituntut secara serius karena ada kandungan narkoba dalam jamu yang diminum Septa,” ungkap Mama Rita dengan terbata-bata.“Kok bisa, Bu?”Pertanyaan singkat Bibik adalah awal hubungan rumit dua pernikahan dengan Septa istri yang diinginkan kedua pria.~•••~•••~Sebuah hunian di kawasan perumahan elit Nassim Road sedang dijaga ketat bodyguard dan kepolisian lokal. Dalam ruangan berstandart lux seorang wanita cantik mulai siuman dengan tangan diinfus.“Selamat pagi, Nyonya,” sapa seorang asisten rumah tangga beruniform warna biru langit.“Aku ada di mana ini?”tanya wanita cantik tak lain Septa sedang kebingungan. Ia memindai seisi ruangan dan mengenali a
“Dokter yang kasih resep sedang diperiksa dan juga rekaman CCTV apotek sedang diusut polisi. Mama tenangkan hati, ya.”“Kenapa jadi serumit ini, Dion? Semua berkumpul dan sekarang meledak. Adik kamu ke mana pula? Mama pengen hidup kita sedamai dulu.” Mama Rita yang tertekan jiwanya akhirnya menangis terisak-isak.“Septa aman bersama Tuan William. Dion percaya pria itu baik. Dia ingin melindungi Septa, Ma. Banyak yang menginginkan kehancuran Arga dan itu berimbas ke Septa juga.”Mama Rita tidak ingin mempercayai semua insiden buruk terjadi atas Septa. Namun, ternyata penjelasan Dion semakin membuatnya ngeri. “Mama gak tahu meski gimana lagi? Kamu percaya Tuan William, padahal Nak Arga kita kenal lebih dahulu.”Ponsel dalam saku celana Dion berdering. Pria muda ini merogoh lalu menatap nomor kontak asing pada layar. “Halo, siapa Anda?”Dion langsung mengaktifkan speaker agar sang mama bisa ikut mendengarkan. Pria yang biasa slengean dan semua gue, sekarang lebih berhati-hati sejak kasus
Hal aneh dan sensual macam apa yang Septa lihat tepat di depan mata?Dua pria sama-sama tampan dengan tubuh atletis berada di sofa, satu berada di atas dan yang satunya ada di bawah.Pria yang berada di bawah adalah Arga Ghazanvar. Dia telanjang dari pinggang sampai ke atas, lekukan otot punggungnya terlihat sensual dan menggoda. Celananya telah diturunkan, sedang meringis menikmati.Septa bisa melihat tato kepala elang di bagian kiri pantatnya. Bentuk tato tersebut melekat di ingatannya, sejak hari naas. Tampak jelas oleh si wanita, sebuah tangan yang membelai pantat kanan Arga.Faktanya, Septa mengenali hingga kedua mata terbelalak sempurna. Pria yang berada di atas adalah William Lionel Edzard. Pria paling macho dan berkarisma bersuara bass. Septa benar-benar speechless.Wow! Bagaimana bisa? Septa tak percaya. Dirinya baru saja menemukan rahasia yang mengerikan. Menjijikkan!Kedua pria di sofa tentu saja mendengar keributan yang terjadi. Mereka dengan cepat turun dari sofa.Wajah t
“Pakailah! Maafkan aku, Sayang!” Arga mengucapkan dengan nada lembut tanpa memalingkan wajah. “Aku butuh kamu sebagai seorang lelaki.”Septa segera memakai kemeja lalu mengancingkan dengan panik.Keadaannya sangat kacau. Ia dalam ruangan kantor CEO yang harus segera keluar. Sekarang memakai kemeja tanpa dalaman dan juga bawahan. Septa merasa sebagai seorang pesakitan.Kemeja Arga mungkin terlihat besar di tubuh ramping Septa. Namun, Septa tidak bisa begitu saja keluar tanpa mengenakan celana apa pun dan memamerkan kakinya ke publik. Septa berjuang untuk berdiri, tetapi seluruh tubuh berasa sakit dan ngilu. Otak Septa berputar, ini adalah kedua kali dirinya melakukan dengan Arga. "Aku tidak punya celana,”ucap lirih Septa sambil menahan perih di bagian bawah.Arga menoleh ke arahnya dan melemparkan pandangan yang penuh dengan kejengkelan. Septa semakin menjadi tersiksa melihat sikap Arga ini. Ia ingin segera meninggalkan ruangan rasa neraka tersebut."Aku sudah meminta ajudanku untuk
Arga berbalik ke arah Septa setelah dia selesai berbicara dan melihat betapa jauhnya jarak mereka."Apakah kami begitu menakutkan?" Arga berkata, dengan suara keras dan sangat kesal.Ya, Selain itu, aku tahu rahasia kalian. Tentu saja aku harus menjaga jarak dengan kalian, batin Septa dengan gigi gemeretak.William berbalik lalu berjalan mendekati Septa. Ia ini tersenyum manis sambil mengibaskan tangan ke arah Arga. Pria berdarah Latin itu pun langsung berjalan ke arah mobil. Menunggu.Wajah William agak kemerahan bagai kepiting rebus. Ia tetap macho dan berkharisma, tetapi sedikit canggung saat menatap Septa. Tampaknya zaman sedang limbung karena peradaban yang terlampau cepat berputar. Kini sebagian besar pria berwajah tampan dan manly adalah penderita homo. Sayang sekali.Apa yang harus dilakukan oleh para kaum hawa, jika lawan jenisnya penyuka sesama?Apakah kaum hawa harus jadi suka sesamanya? Gimana regenerasi bisa terjadi? Gimana sakit hatinya William Shakespeare jika Romeo leb
Mereka berjalan beriringan menuju lift. Dengan pandangan kecewa dari sepasang mata pengemudi. Pasangan tak lazim ini masuk lift. Arga yang belum terpuaskan oleh William sedikit menggodanya. Jemari tangan pria Latin ini mengelus lembut bagian tengah William.“Ada Septa,”bisik William ke telinga Arga. “Setelah dari sini.”Arga pun tersenyum manis lalu mengecup pipi William. Arga mendekap tubuh William dari belakang karena menahan rasa yang luar biasa dalam tubuh.Arga membahas tentang kesamaan pembicaraan dengan Mama Rita dan Dion. Ia telah mengenal lebih dahulu mereka daripada William.“Jangan sampe mereka menaruh curiga. Apalagi sekarang Septa pingsan,”ucap Arga dengan ekspresi bingung.William segera mendapat ide. “Kebetulan, kan! Kita bisa minta mereka fokus ke Septa. Biar aku yang urus itu.”“Kamu selalu bisa diandalkan, Beb,” sahut Arga lalu mengecup bibir William. Ia buru-buru menarik bibirnya karena pintu lift terbuka.•••~•••~•••Setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan, akhir
Ting! Terdengar notif pesan diterima.[Oke. Aku siapkan semua. Kamu siap-siap di depan. Hitungan menit saja, kita bisa pergi dari sana.][Terima kasih, Bang.]Pesan terkirim dan Septa buru-buru menghapus semua percakapan. Clear. Sebuah senyum manis menghias bibir Septa. Hatinya bisa sedikit tentram sekarang. Dia tidak tahu rencana apa yang telah disusun oleh Ardan.Namun, dia butuh segera keluar dari kantor polisi ini. Perilaku bar-bar wartawan membuatnya semakin tertekan. Yang dia butuhkan sekarang adalah segera bisa keluar dari sini. Otak dan hatinya ingin segera disegarkan dan hanya dia yang tahu caranya.Satu jam kemudian Ardan mengajak Septa untuk keluar menuju lobby kantor. Tentu saja, wanita ini menolaknya mentah-mentah karena belum ada kabar dari Ronald. Ardan yang melihat Septa dalam keadaan ragu-ragu, akhirnya memegang kedua bahu wanita tercinta."Kamu akan lihat gimana caranya agar para wartawan bisa pergi dari sini,"ucap Ardan dengan menatap Septa."Maksudnya apa?"tanya S
Ardan berusaha untuk menahan diri. Bagaimanapun, dirinya harus bersikap bijak dalam menghadapi wartawan. Dia paham taktik para pencari berita dengan cara menyulut emosi narasumber. Pada saat narasinya semakin emosi dalam meladeni pertanyaan wartawan dan biasanya dia tanpa sadar akan mengeluarkan kata-kata yang tidak perlu dipublikasikan. Di saat itulah para pencari berita mereka semua ucapan yang terlontar dari mulut narasumber. Ucapan dalam keadaan marah tersebut akhirnya tertuang pada ketikan mereka. Begitu berita jadi viral dibicarakan dalam masyarakat, otomatis kelanjutan beritanya akan terus dicari-cari. Hal ini mendongkrak penjualan bagi lapak atau platform penyedia layanan informasi online maupun offline. Para wartawan dapat keuntungan bonus dan juga promosi jabatan. Narasumber yang baru sadar akan kekhilafannya akan segera memberikan ultimatum terhadap para wartawan bahkan sibuk membuat siaran pers untuk klarifikasi. Tindakan itu bahkan menjadikan berita semakin dicari dan
Septa lalu melirik pada sebuah nakas di sebelah ranjang. Hmm, siapa yang taruh meja minimalis ini?Kamar Septa dan isinya selalu berwarna putih dan tidak pernah ada warna-warna monokrom seperti ini. Apalagi keberadaan sebuah meja kecil berbahan rotan. Tiba-tiba perhatiannya teralihkan ke arah ke pinggang.Ada beban berat yang membebani area tersebut sejak dirinya bangun. Itu ternyata berasal dari lengan cokelat yang membelitnya. Kepala wanita berparas ayu ini langsung menoleh ke sebelahnya. Ada seorang lelaki sedang tidur lelap.Whaatt? Apa-apaan ini?!Lengan kuat eksotis. Lelaki asing dengan bagian atas tanpa penutup. Tarikan napas teratur. Septa seketika tercekat. Dia pun jadi berpikir yang tidak-tidak. Wanita ini sibuk memutar memori otak. Akhirnya satu kesimpulan diambil ....Septa tundukkan kepala lalu mengintip tubuhnya di balik selimut. Dia langsung syok antara kenyataan atau halusinasi.Kepalaku pengar. Apa yang aku minum tadi? Jadi setengah mimpi begini, keluhnya dalam hati.
"Syukurlah. Kasian Manda gak tau apa-apa soal mafia, jadi korban.""Tyson sampai hari ini belum bisa dipantau," ungkap Ardan. "Dia ini terkenal kejam dan licik dibandingkan Tuan Edzard dan William. Diduga dia ada di balik pengambilan organ dalam para pasien rumah sakit.""Padahal kurang sebulan lagi, Manda dan Tyson menikah. Kenyataannya kini, mereka jadi terlibat urusan mafia tiada berujung," ucap Septa penuh sesal. "Aku punya ide biar bisa tangkap Tyson.""Apa itu?"tanya Ardan penasaran."Kita suruh orang lain untuk jaga Manda. Tyson itu sebenarnya cinta banget sama Manda. Dia lakuin ini pasti karena sakit hati, Manda akan dinikahi Tuan Edzard."Ardan menaikkan kedua alis. Pria ini sedang berpikir sejenak lalu bertanya,"Maksudnya gimana?""Amanda dijaga orang lain, biar Tyson merasa aman untuk mendekatinya. Kita pantau mereka dari kejauhan dan tentu saja ada dokter serta perawat yang bisa kita ajak bekerja sama.""Bagus ide kamu, Sayang. Kita realisasikan," balas Ardan dan langsung
"Ah, akhirnya, semua aman. Saatnya kita pulang," ucap Ardan sambil meluruskan badan. Septa memijat pelan punggung kekasihnya. "Nanti di rumah aku pijatin sekujur badan.""Septa, perutku sakit sekali. Ada yang kosong di bagian perut kiri. Di situ timbul rasa sakit,"keluh Amanda dengan mendesis kesakitan."Jangan-jangan, ...." Ucapan Ardan tidak dilanjutkan karena keburu ada panggilan telepon."Halo, ada apa?"tanya Ardan kepada seseorang di ujung telepon."Pak, ada info, dokter yang menangani Nona Amanda adalah bagian dari komplotan pasar gelap.""Kamu kata siapa?""Ada seorang pria tua bikin laporan. Anaknya setelah operasi besar. Ginjalnya hilang satu.""Oke, terima kasih. Terjunkan tim untuk pantau target.""Baik, Pak."Hubungan telepon berakhir dan tentu saja dalam tatapan tajam kedua mata Septa. Ardan paham bahwa wanita tersebut ingin penjelasan. Pria ini segera merangkul bahu Septa. "Kita harus ke rumah sakit terpercaya untuk memeriksa organ dalam Nona Amanda.""Hei, apa yang ter
Tuan Edzard berusaha mengusir sengatan aneh yang hendak menggerakkan tangannya. Namun gagal, tangannya bahkan dengan lancang meraba puncak dada Amanda sembari bibir kasarnya mengecup ceruk leher si wanita lembut.Pria ini memainkan lidahnya sejenak dan kian intens meremas buah dada yang terasa penuh pada tangan besarnya. Detik berikutnya, pria ini melumat bagian itu lalu mengisap puncak kecoklatannya dan memberikan beberapa gigitan manja di sana."Tuan, jangan!"Permainan pelan itu kian memabukkan begitu pun Amanda tanpa sadar mendesah pelan saat Tuan Edzard menyibak baju Amanda pelan dan menenggelamkan wajahnya lebih dalam lagi.Door!Pyaarr!Tuan Edzard langsung merangkul Amanda lalu mengajak bersembunyi di balik sofa. Pria usia senja ini berbisik kepada Amanda. "Kamu masuk kamar dengan hati-hati. Saya akan lindungi kamu.""Baik, Tuan,"balas Amanda yang langsung mengikuti saran Tuan Edzard. Wanita ini masuk kamar yang berada di balik rumah tamu. Saat masuk kamar, telinga Amanda mas
"Selamat pagi juga, Tuan. Ya, kami memang dengar suara tembakan dari sebuah drone. Namun, tiba-tiba barang itu jatuh dan seketika terbakar,"jelas seorang sekuriti. Penjelasan sekuriti ini membuat Tuan Edzard terkejut, hingga semakin membuatnya penasaran. "Bolehkah saya melihat luar gerbang sebentar?"tanya Tuan Edzard merasa tidak enak hati karena sebelum menuju mansion, dia telah dipesan oleh Septa untuk tidak keluar lagi."Lebih baik Tuan pantau area luar gerbang dari tangkapan layar CCTV saja. Mohon maaf karena ini telah diinstruksikan oleh Nona Septa." "Baik. Saya mau lihat tangkapan rekaman CCTV."Sekuriti mendampingi Tuan Edzard untuk mengamati situasi di luar gerbang. Mereka melihat kedatangan sebuah drone yang diduga milik mafia, pesaing bisnis keluarga Edzard. Pada saat alat canggih tersebut hampir melewati atas gerbang secara mengejutkan ada sinar laser merah.Sinar tersebut menembaknya jatuh. Mata Tuan Edzard dan sekuriti dibuat terbelalak, saat melihat kejadian luar bias
Sejak hidupnya sering diteror mafia saingan bisnis William, Septa lebih nyaman tinggal di mansion bersama Mama dan abangnya. Ardan membuka kaca mobil lalu menghentikan mobil depan pos jaga. Kedua sekuriti tersenyum. Ardan segera menyapa mereka."Selamat pagi. Nanti ada tamu khusus, tolong dibantu kelancarannya.""Selamat pagi, Tuan Ardan. Baik, akan kami bantu."Ardan tersenyum lalu mengulurkan dua lembar uang merah kepada sekuriti. "Buat beli kopi.""Terima kasih, Tuan.""Sama-sama."Seorang sekuriti membuka pintu gerbang lalu mobil pun beranjak masuk halaman. Gerbang pun ditutup kembali. Ardan menoleh ke arah Septa lalu berucap,"Serius ini, aku benar-benar nginap di sini.""Iya, Sayang! Udah aku bilang tadi," balas Septa lalu tertawa manja sambil bersandar ke bahu pria sebelahnya.Mobil baru saja berhenti di carport, tiba-tiba ponsel Septa berdering. Wanita ini menegakkan tubuh lalu mengambil ponsel dari dalam tas. Dia sedikit memicingkan mata karena pandangannya nanar efek dari alko
Ponsel Septa berdering. Ardan segera bangkit lalu mengambilkan untuk Septa. Tertera nama Tuan Edzard. Septa gegas menjawab panggilan."Selamat malam, Tuan.""Selamat malam. Maaf, mengganggu, Nona Septa," ucap pria tersebut dengan suara dalam.Ada apa, Tuan?"tanya Septa dengan rasa penasaran."Saya ingin titip Amanda di rumah Nona Septa demi keselamatannya. Silakan ajukan pembayaran per jam atau harian. Saya akan transfer sekarang. Sekitar seminggu agar kondisi tubuhnya cepat pulih. Boleh?"Septa yang mendapatkan tawaran dari Tuan Edzard langsung tersenyum lega. Ini namanya pria bertanggung jawab, kata hatinya."Boleh, dong, Tuan. Gak usah pake bayar. Amanda itu teman saya. Dengan keputusan bijak yang Tuan Edzard ambil, saya banyak terima kasih. Kalian sama-sama korban. Ronald sudah cerita banyak soal kejadian malam itu. Saya akan jaga Amanda. Sekarang dia di mana, Tuan?""Wah, sungguh luar biasa! Saya gak tahu kalo kalian berteman. Amanda sekarang ada di mansion, habis keluar dari rum