Gerald masuk ke dalam kamarnya. Dia kesal melihat keakraban David dengan anak dan cucunya. Bahkan sekarang cucunya enggan dekat dengannya karena David. Rara yang melihat David masih dengan raut wajah semrungut pun menaikkan satu alisnya bingung, suaminya memang sangat keras kepala. Sekali tak suka akan tetap pada pendiriannya. Apalagi sudah sejak lama dia menyimpan dendam pada David. Mereka memang punya masa lalu yang tidak mengenakan."Ada apa lagi sih, Daddy? Wajah kamu seperti anak kecil, yang meminta permen tak dikasih atau seperti kurang jatah," ucap Rara saat melihat Gerald yang masuk lalu duduk di kasur dengan kasar."Hem,” gumam Gerald sedang dalam mood yang tidak baik. Puluhan tahun dia mengenal suaminya, tentu saja Rara tahu lahir batin apa yang Gerald rasakan, hanya saja terlalu egois jika kebahagiaan anak kecil yang tidak tahu apa-apa dikorbankan hanya karena orang dewasa yang tidak mau mengalah. "Jangan buat wajah seperti itu. Seperti anak kecil saja." "Aku tak suka,
Setelah Gerald menyetujui acara pernikahan, David dan Verena dia tidak berhenti senyum. Setelah penantian sejak kemarin dan penantian lama ditinggal David akhirnya mereka benar-benar bisa berkumpul. "Kira-kira Daddy kenapa ya tiba-tiba setuju kita nikah? Mana ngomongnya digantung-gantung lagi bikin aku deg-deg an sendiri dari tadi," ucap Verena. Mereka kini sedang tidur berdua. Verena masih memikirkan bagaimana tadi Daddy-nya bisa menerimanya begitu saja. "Ya tentu bagus, bukan? Sehingga kita tidak usah menunggu lama lagi,” jawab David. Mereka sama-sama lega dengan sikap Gerald yang mendadak berubah "Pasti Daddy luluh karena diancam Mommy. The power of senjata Mommy dan aku tahu sekali apa yang Mommy ancamkan. Hahaha, Daddy kalau sama anak-anaknya tegas tapi sangat takut pada istri," ucap Verena sambil tertawa geli membicarakan ayahnya yang langsung jadi tikus kecebur got kalau sang istri sudah marah. "Ya, aku seharusnya juga berterimakasih kepada Rara. Walaupun, Rara awalnya
Skye menatap ke arah bocah kecil yang sedang berjalan melaluinya itu dengan tatapan bingung. Bagaimana bisa dia melewatkan hal terpenting di hidup adiknya? Ia tidak mengetahui sama sekali bagaimana caranya keponakannya itu bisa mendapatkan ayah baru. Maksudnya bagaimana pada akhirnya Verena luluh dan bisa menerima David kembali, padahal dari awal Verena yang meminta agar menutup semua akses yang berhubungan dengan David.Akhirnya karena penasaran, Skye bergegas keluar. Ia melihat Verena dan David yang berinteraksi bersama, keduanya tampak saling mencintai terpancar dari wajahnya. Walau bagi Skye masih terasa aneh karena Verena berakhir dengan pria tua yang seumuran dengan ayahnya.Pria tua itu juga menatap ke arah adiknya penuh cinta dan hal itu terlihat sama sekali tak wajar di mata Skye. Akhirnya semua orang menyadari kehadiran dari Skye. Skye kemudian menghampiri mereka dengan langkah yang dibuat sedikit cepat.Tempo yang cepat itu sebenarnya Verena artikan dengan Skye tidak sabar
Setelah mereka pulang dari took roti milik Skye. Keluarga itu membahas seputar hari pernikahan mereka. Senyum merekah tidak berhenti menghiasi wajah Verena. Dia bahagia tentu saja, walau semua keluarganya menentang pada akhirnya tapi mereka luluh setelah melihat keseriusan David. Ya, dia memang tidak salah memilih Pak Tua ini. "Kenapa Bubu senyum-senyum?" tanya Sydney. "Hm? Tidak, Bubu hanya senang saja." Rara tersenyum sedangkan Gerald membuang napasnya kasar dia tahu kalau penyebab senyum-senyum anaknya itu pasti karena sebentar lagi mereka akan menikah. Rasanya mau tidak rela tapi jika anak-anaknya bahagia maka dia akan ikut bahagia, walau di kasus David rasanya berat sekali. "Dan senyum-senyum tidak ada sebabnya, Bubu?" tanya Sydney sambil meletakan jari-jari mungilnya di dagu. Otak kritisnya tidak bisa menerima begitu saja. "Ya memang kalau senyum harus ada sebabnya?" serang Verena balik. "Bubu ngeri ah, Sydney taku mau dekat, Bubu masa Bubu senyum-senyum sendiri," uc
Verena selesai menggunakan gaun pertama dia mencoba ke luar untuk meminta penilaian calon suaminya. Tadinya, mereka sedang sibuk dengan tab tapi kedatangan Verena membuat mereka langsung terdiam. Benar-benar tidak berkedip melihat Verena. Pria itu menelan ludah berkali-kali, gadis rambut keriting yang ia sebut gadis cacing atau hasil kondom bocor benar-benar membuatnya lupa untuk bernapas. So stunning! Verena yang tidak mendapat respons apa-apa jadi bingung sendiri. Apa gaunnya jelek hingga membuat mereka tidak berkomentar? "Gimana gaunnya? Jelek, ya?" tanya Verena dengan muka ditekuk. Dia yang tadinya bersemangat menjadi sedikit bad mood karena responas david. "Tidak, Bubu. Bubu terlihat amat cantik. Persis seperti seorang ratu." Verena yang dipuji anaknya pun tersenyum, sedikit membaik mood-nya sekarang walau David masih saja terdiam. "David, kamu diam saja? Apa tidak suka dengan gaun yang kugunakan saat ini?" tanya Verena lagi. "Engghhh ... Tidak! Kamu terlihat sang
"Baba, besok-besok kita main ice skating lagi seru, Baba,” ujar Sydney seperti biasa dengan semangat yang overdosis. "Ah tidak lah kamu jatuh terus," ucap David. Setelah makan malam, keluarga bahagia itu pergi untuk mengajak Sydney yang sudah cerewet sepanjang hari bermain ice skating. "Licin, Baba sangat sulit mengendalikan diri." "Oleh karena itu, Sydney. Kan sudah dikatakan untuk selalu bergandengan dengan Baba tapi Sydney melepaskan diri." David pura-pura marah dengan anaknya tapi bukannya takut Sydney malah tertawa. Bocah itu tetap ceria seperti biasanya. Meliihat semangat Sydney semua rasa capek juga melayang entah ke mana. "Kenapa malah tertawa, Baba sedang mengingatkan kamu, bukan?" "Iya, tapi melihat lipatan jidat yang terbentuk di dahi Baba lucu seperti Opa, hahaha. Seperti ini ni. Hahaha...." Sydney mencontohkam dahi Babanya yang tadi mengerut hingga terdapat beberapa lipatan di sana. Verena hanya menahan tawanya. David menghela napas lalu menormalkan dahinya hin
Kelsea berjalan untuk masuk ke dalam rumah. "Kelsea, Mommy 'kan sudah bilang kamu jangan menghajar David. Keponakanmu jadi marah denganmu bukan." "Mom, lagian Sydney kenapa sih malah belain itu aki-aki," ucap Kelsea kesal. Dia tadinya ingin menghabisi Pria Tua itu tapi malah keponakannya yang harus kena sasaran dan terjatuh. "Kan—" "Kelsea, baju kamu basah sudah kamu mandi lalu ganti baju lebih dulu," ucap Gerald kepada anaknya. "Baiklah, Dad," ucap Kelsea lalu masuk ke dalam untuk mandi. Dengan tubuh yang basah dan juga air yang menetes ke lantai. Setelah masuknya Kelsea, Rara kembali mengoceh kepada Gerald. "Ini semua salah kamu Gerald. Coba aja kamu tidak menyuruh Kelsea buat hajar David pasti e Sydney tidak akan marah." "Aku tidak menyuruh, Rara. Memang Kelsea wajar kalau marah karena adiknya mendapat pendamping yang tidak sesuai dengan kriteria kita semua Dan sangat tidak cocok untuk anak kita yang cantik." Damn! Dia tidak salah apa-apa dan sekarang menjadi kamb
Rara masuk ke kamar dengan membawa nampan berisi makanan untuk keluarga kecil yang sedang merajuk. Sedangkan Gerald dan juga Kelsea akhirnya makan duluan di bawah. Rara mengetuk pintunya setelah itu baru Verena membukanya. "Ya ampun, Mommy, bawa sebanyak ini sendirian?" tanya Verena yang langsung mengambil alih. Nampan itu berisi banyak sekali makanan dan jug dessert. "Tidak banyak itu. Nanti kalau kamu kurang tinggal bilang aja, ya. Telepon ke bawah nanti Momny antarkan lagi,” pesan Rara membuat Verena merasa tak enak hati. Walau mereka melakukan semua ini demi menuruti Sydney yang sedang merajuk. "Tidak apa, Mom, itu semua sudah lebih dari cukup juga, Mommy sudah makan?" tanya Verena lagi. "Sudah, Mommy. Kamu yang penting makan, terutama Sydney." "Daddy sama Kelsea berhenti baru makan juga, karena lama menunggu kami dari tadi?” "Sudah, jangan dipikirkan.” "Ya sudah sekarang Mommy makan juga. Jangan sampai tidak makan, ya." "Iya, ajak Sydney makan. Biar dia tidak m
Tiga tahun sudah mereka tinggal di London. Verena sudah melahirkan seorang anak laki-laki yang tampan sama persis seperti David. Mereka menjalani hari-hari mereka di London. Awalnya hanya setahun atau dua tahun di London tapi atasannya menyuruh mereka untuk stay setahun lagi. Sebenarnya, sekarang sudah terbiasa jika seandainya sang suami pindah ke mana saja karena dia dan anaknya terlahir dari keluarga lintas budaya dan lintas negara, jadi mereka dengan cepat menyesuaikan keadaan.Nama anak kedua mereka, London. Lahir tiga tahun yang lalu setelah mereka tinggal di London. Ide ini dicetuskan oleh Verena. Dia ingin menamai anaknya sesuai dengan negara yang mereka kunjungi, walau nama London masuk daftar list nama anaknya.Saat ini lagi, Verena sedang hamil anak ketiga mereka. Selama tiga tahun di London mereka tetap sering ke luar negri entah liburan atau kerjaan David. Sydney mulai memaklumi itu dan menerimanya."London sangat tampan dan pintar," ucap Sydney. Sydney sangat menyangi adi
Verena turun mobil dan duluan masuk ke dalam. David membiarkan saja Verena lebih dulu. Tidak mau menambah kekesalan istrinya. Sebenarnya, masih meraba-raba apa yang salah dengan mood istrinya.Sampai di dalam Verena langsung mengantarkan Sydney masuk ke kamarnya. Ganti baju lalu menidurkan anaknya. Wanita itu sedang muak untuk melihat wajah sang suami, kekesalannya sedang berada di ujung puncak."Sweeny tadi belajar apa di sekolah?" tanya Verena sambil melepas pakaian anaknya. Dia menengok ke belakang untung saja suaminya tidak mengikutinya. Dia lagi malas melihat suaminya itu."Belajar berhitung dan membaca, Bubu. Lalu, pulangnya kita bernyanyi." Wanita itu mengangguk, melihat keantusiasan sang putri yang semangatnya bisa diadu."Seru, ya?" tanya Verena lagi."Sangat seru, dan aku harus sekolah setiap hari agar bisa bermain, berlaja, dan bernyanyi.""Okay, bajunya sudah dilepas semua ini. Sydney cuci tangan, cuci muka sama cuci kaki, Bubu mau ambilin baju buat Sydney tidur siang.""A
Setelah hampir satu bulan di rumah Verena dan berlibur menjelajahi Australia. Keluarga Verena pamit untuk kembali pulang. Bahkan yang lain sudah pulang duluan, karena pekerjaan. Tersisa Rara yang lama karena dia tak pernah rela berjauhan dengan anak-anaknya, apalagi kepergian Verena benar-benar terasa, tak ada lagi Sydney cerewet yang merusuhnya saat kerja di dapur atau menemaninya memanen.Hanya tersisa anak-anak Skye yang dekat dengannya.“Terima kasih, ya, Verena, David sudah menemani dan berkeliling di Perth. Mommy sama Daddy pulang dulu ke rumah. Kalian jaga diri baik-baik. Kalau ada masalah juga diselesaikan baik-baik, ya. Pernikahan itu perlu komunikasi dua arah, jadi ada apa pun langsung komunikasikan, jangan disimppan sendiri,” nasihat Rara."Iya, Mom. Aku akan selalu mengingat itu, setelah aku melahirkan dan liburan gentian kami yang akan berlibur ke sana," ucap Verena tersenyum. Jika begini, Sydney akan semakin bersemangat untuk sekolah karena dia tidak sabar untuk berlibu
David yang melihat semua kejutan benar-benar terkejut. Sang istri di hadapannya memegang kue dengan mengucapkan selamat ulang tahun. Padahal, dia tidak ingat kalau hari ini dia ulang tahun. Dia terlalu fokus untuk bekerja setiap harinya. Maklum saja, bukan lagi usianya untuk mengingat ulang tahun seperti ini. "Baba ... Happy birthday...." teriak Sydney. David tersenyum. Dia mengangkat anaknya ke dalam gendongannya. Dia sangat menggemaskan dan begitu bersemangat "Verena, ini semua kamu yang nyiapin?" tanya David lagi. Dengan berkumpulnya semua keluarga jelas itu membuat David bahagia walaupun hanya keluarga Verena karena dia juga sudah tidak memiliki siapa-siapa. "Tidak aku dibantu dengan Megan. Megan adalah teman Leo. Jadi, semua kerjaan sibuk kamu hari ini memang sudah kita atur sedemikian rupa," ucap Verena. David menengok ke arah Leo. Tidak percaya bahkan Leo temannya ikut andil dalam acara ini. Padahal, dia tidak tahu fokus dengan kerjaannya saja. "Leo?" tanya David. Leo
Besok adalah hari ulang tahun David. Verena mulai memikirkan kado apa yang bisa dia beri untuk sang suami, atau berencana untuk membuat kejutan untuknya. Wanita itu sudah membaik, dan bisa beraktivitas seperti biasanya. Sakitnya beberapa waktu yang lalu memang benar adanya kalau dirinya memang sedang mengandung seperti dugaannya. Sejak sakitnya saat itu Verena belum memberitahu David kalau dirinya hamil. David pun sepertinya tidak menaruh curiga karena tidak ada tanda-tanda mual selama ini. Itu juga yang menjadi keuntungan bagi Verena. Dia berencana untuk memberi kado pada David setelah dipikir-pikir, dan semoga David tidak curiga sama sekali. "Bubu, kenapa melamun?" tanya David. Verena langsung menarik tangannya saat dia ketahuan sedang mengelus perutnya tanpa sadar. Kehadiran makhluk baru dalam perutnya membuat Verena lebih bahagia lagi. Sebentar lagi dia akan punya bayi dengan diberi nama kota yang lain. Verena masih menutupi kehamilannya karena dia ingin memberi kejutan pa
Sydney kini sudah mulai sekolah. Sydney selalu ingin diantar berdua oleh orang tuanya. Jadi, setiap berangkat sekolah pasti ayahnya mengantarkannya. Dan Verena yang selalu menunggu anaknya. Verena belum memutuskan untuk mencari kerja atau mengurus anak, karena upah pengasuh anak kecil lebih besar dari gajinya. Dia juga masih menyesuaikan budaya yang terasa berbeda."Belajar yang rajin, Sweeny,” pesan David pada sang putri. Dia melupakan pasal kangguru dan semangat sekolah karena dengan cepat Sydney punya banyak teman karena semua orang suka padanya yang begitu cerewet."Iya, Baba. Baba, hati-hati ya berangkat kerjanya," balas Sydney. Di tempat terbaru dia juga banyak mengalami culture shock walau anak-anak lebih cepat menyesuaikan keadaan, apalagi meniru teman-temannya, Sydney lebih dewasa sekarang dan pengertian."Iya, Sweeny. Kiss, Baba dulu." David menunjuk pipinya untuk mendapatkan kiss dari anaknya. Sydney langsung bangkit dan mencium seluruh wajah David membuat David tersenyum
Setelah satu bulan menyiapkan segala dokumen untuk perpidahan Verena mengikut David ke Perth. Makin bersedih perasaan Rara semua anak-anaknya berjauhan, tapi ini yang harus bisa diterima jika mereka punya kehidupan masing-masing.Tak ada lagi bocah cerewet yang sering menganggu dan ada saja tingkahnya setiap weekend, paling mereka bertemu beberapa tahun kemudian. Verena, David, Sydney bersiap untuk pulang ke Perth. Di rumah kedua orang tuanya hanya ada Asher yang belum pulang. Verena beranit bertaruh setelah ini Asher tidak akan dibolehkan lagi untuk menetap berbeda, semenjak usia 20 Asher keluar dari rumah dan tinggal sendiri. "Say goodbye pada Opa dan Oma dulu, Sweeny. Kita mau pergi jauh," jelas Verena sebenarnya hatinya bersedih. Puluhan tahun dia akan tinggal di negara asing walau sudah beberapa kali melihat Perth tetap saja kampung halaman yang menjadi tempat berpulang dan melepas rindu. "Iya, Bubu." Sydney turun dari gendongan Babanya. "Opa, Oma, Uncle Asher aku haru
Siang menjelang. Sepasang kekasih yang baru saja melangsungkan pernikahan kemarin kini masih bergulung di bawah selimut setelah aktivitas mereka semalaman dan baru tidur di pagi hari menjelang siang. Verena membuka matanya. Melihat mata suaminya. Kini dia sudah bisa menyebutnya suami.Wanita itu mengangkat kepala dan tak dapat diungkapkan dengan kata-kata betapa dia bahagia sekarang. Apa yang sudah dia perjuangkan rasanya tidak sia-sia, laki-laki tua yang tidak terlihat sama sekali, apalagi di masalah ranjang. Jangan ditanya. Verena kembali terkikik dengan wajah memerah karena memikirkan pergulatan mereka semalam yang tidak ada habisnya, rasanya lebih puas setelah menjadi suami istri. "Sudah puas melihat wajah tampanku?" tanya David membuat Verena terkejut. Dia pikir David masih tidur oleh karena itu dia bisa memandangi wajah tampan suaminya. Pura-pura Verena kembali masuk dalam selimutnya karena tak mau ketahuan, tapi David membuka selimut miliknya membuat Verena merenggut kesal se
Hari pernikahan yang dinantikan telah tiba. Dengan banyaknya rintangan dalam mengadakan resepsi pernikahan ini akhirnya sampai juga di hari pernikahan mereka. Walau masih ditunda seperti perkiraan Kelsea, karena David yang harus bolak-balik dari Perth ke Frankrut untuk mengurus dokumen pernikahan mereka. "Terimakasih, Verena. Berkat kamu yang pemberani mendekati laki-laki tua sepertiku. Aku jadi bisa luluh denganmu," ucap David yang masih tidak percaya dia akhirnya menikah kedua kalinya bersama seorang perempuan yang lebih pantas dijadikan anak olehnya.Verena tertawa sambil merasakan matanya memanas, dia tak pernah merasa menyesal untuk jatuh pada pria tua seperti David. Dirinya sudah yakin jika pria tua ini adalah masa depannya dan nama anak-anak mereka sudah ada dalam list. "Aku yang juga harus berterimakasih kepadamu, David. Terimakasih telah sabar kemarin-kemarin menerima penolakan dari keluargaku. Bahkan kamu sampai rela babak belur demi bisa bersamaku,” balas Verena sambil