Setelah soup yang cukup menghangatkan perut mereka itu habis, Verena membereskan meja makannya dan langsung mencuci mangkuk yang mereka gunakan sebagai tempat soup.Punggung Verena terasa geli karena ia sadar tatapan David mengikuti seluruh gerakan tubuhnya dari belakang.“Hentikan tatapanmu itu, Pak Tua! Bisa-bisa punggungku kau tatap sampai bolong,” gerutu Verena. Urusan mencuci mangkuk sudah selesai, kini Verena berbalik dan langsung bertemu pandang dengan David.“Malam ini aku tidur di mana?” bisik David mengirimkan rasa geli pada seluruh tubuhnya. David terus saja tersenyum, sungguh dia sangat rindu pada gadis cacing ini.Verena berdecak kesal, ia tidak peduli pria itu ingin tidur di mana. “Kau bisa tidur di mana pun kau mau. Tidur di kandang singa juga aku tak peduli.”“Bagaimana kalau aku ingin tidur denganmu?” tanya David.“Terserah!”“Benarkah?” David menghampiri, tersenyum penuh hasrat pada Verena.Verena menjauh saat tiba-tiba David memojokkannya untuk duduk di sofa, sambil
“Pak Tua, bisakah kau berhenti? Kau seperti vampire haus darah. Kukira kau sudah menopause.” Verena mulai mengomel karena dia tidak bisa tidur sama sekali karena David terus menganggu mimpi indahnya. Demi Tuhan, sudah beberapa ronde mereka habiskan di toilet. Sedangkan tangan David terus saja menganggu dirinya. David terkekeh dan menggigit telinga Verena dengan gemas. Si kondom bocor tidak berubah sama sekali, dan dia memang suka gadis ini apa adanya. Karena gangguan tangan David di seluruh tubuhnya Verena membuka matanya selebar mungkin, dia tidak akan bisa tidur. Wanita itu menghadap langit begitu juga dengan David yang melakukan hal yang sama dengan kedua tangan saling menggengam.“Weekend aku akan ke rumah Mommy, Mommy selalu rindu pada cucunya. Mereka tim yang hebat dalam memasak dan bercocok tanam.”“Aku tidak sabar pagi menyapa Sydney,” pungkas David.Verena tersenyum tipis, mereka pernah punya masa lalu kelam bersama. Rasanya masih sakit hingga kini, walau pada akhirnya dia b
Pagi-pagi sekali pintu kamar Verena dan David sudah diketuk dari luar. Verena masih malas-malasan bangun karna dia masih mengantuk, sekarang weekend. Waktunya untuk tidur lebih lama dan tak memikirkan tentang pekerjaan."Pak Tua, bisakah kau buka kan pintu?. Aku masih sangat mengantuk," ucap Verena sambil memejamkan matanya dan berbalik arah memeluk selimutnya dengan kuat.David yang juga masih mengantuk terpaksa dia juga yang bangun. David dengan mata yang masih mengantuk dia berjalan menuju pintu. Dia tahu pasti si cerewet Sweeny yang tidak sabar bertemu dengan Oma dan Opanya, bocah cantik itu sudah sibuk menyiapkan baju khusus memasak dan juga dress cantik berserta keranjang untuk memanen buah.Setelah membuka pintu Sydney langsung memeluk David. "Sydney ada apa pagi-pagi sudah bangun?""Baba kau lupa? Ini sudah weekend, Baba. Kita akan mengunjungi rumah Oma dan Opa, bukan?" David seketika bari teringat akan hal tersebut. Pria itu tersenyum bangga, dia jadi tahu apa saja kesukaan
Rara masih terkejut saat melihat kedatangan Verena bersama dengan David dan cucunya. Selama ini memang Verena sering ke rumahnya bersama dengan cucu kesayangannya. Tapi, tidak bersama David.Wanita itu masih terdiam, akhirnya mereka bertemu? Sebenarnya dia senang tapi juga mengkhawatirkan Gerald suaminya yang masih tidak terima musuh bebuyutan berakhir Bersama putri kesayangannya. Semua orang tahu bagaimana dekatnya Verena dan Gerald sejak dulu."Mom, Daddy ada tidak?" tanya Verena saat Sydney ada di gendongan Mommy-nya. Sydney senang luar biasa.“Oma, aku tidak sabar kita memasak, kita memanen dan berbalanja,” pekik Sydney dengan begitu antusias. Akhirnya dia akan akan bersenang-senang.“Oma, aku sudah punya baju chef untuk memasak. Motif strawberry,” lapor Sydney dengan semangat. Rara tertawa dan mengangguk, memeluk dengan sayang cucunya yang sangat cerewet. Jika anak-anak Skye lebih banyak diam, maka Sydney punya kelebihan banyak energi."Daddy masih ada urusan." Verena menghela na
Gerald masih saja meninju David habis-habisan. Kekesalannya sangat memuncak kala melihat laki-laki tua itu muncul lagi di hadapannya. Selama ini dia sudah amat senang anaknya Verena tidak perlu dekat dengannya. Tapi, malah laki-laki itu muncul lagi. Dendam di masa lalu membuatnya kian membabi buta, David adalah daftar orang yang paling dia benci dan mendengar Namanya saja seluruh kemarahan di muka bumi muncul."BRENGSEK KAMU, DAVID! MEMBUSUK SANA DI NERAKA!" Setiap pukulan tanpa ampun dia lampiaskan kepada David."Fuck! Gerald aku cinta dengan Verena. Apa salahnya aku menikahinya. Kita saling mencintai. Lupakan semua masa lalu kita, kamu juga punya salah, bukan?" ucap David di sela-sela kemarahannya. Langsung saja Gerald meninju mulut David yang masih mampu mengucapkan kata-kata tersebut.“Shut up! Mulut jelekmu dilarang untuk berbicara!”“Ahhhhh!” David menggerang kesakitan saat jari-jari tangannya kembali berbunyi beruntun, sepertinya tulang-tulangnya patah segera."Kamu itu groomin
Gerald menggelengkan kepala melihat cucunya yang lengket sekali dengan David. Hampir anak itu selalu berada di dekat David padahal dia masih belum puas menghabisi laki-laki itu. Hatinya masih keras untuk merelakan begitu saja, David tidak pantas bersanding dengan Verena, putri kesayangannya. "Daddy kenapa tidak suka dengan David?" tanya Verena pada ayahnya yang masih memasang wajah tidak senang sama sekali melihat David. Kalau bisa dia ingin menelan David bulat-bulat saking tak suka dengan rasa benci dan dendam yang sudah mendarah daging. "Bagaiman Daddy mau suka. Dia penjahat kelamin, usianya sudah tua. Dia tidak pantas untuk hidup bersama kalian, cocoknya membusuk di neraka,” balas Gerald dengan berapi-api. "Daddy! Daddy tidak puas bikin David babak belur? Daddy tidak kasihan pada Sydney yang tak suka Babanya dihabisi oleh Opanya sendiri? Daddy mengajarkan anak kecil untuk berbuat kekerasan!" "Suruh dia pergi, Verena. Untuk apa dia di sini,” ungkap Gerald dengan nada jengke
Verena kembali lagi ke dapur. Dia melihat anaknya yang antusias memasak bersama Mommy-nya. Di tempat lain David duduk di kursi meja makan dekat dapur sambil mengawasi mereka. Verena lebih memilih mendekat ke arah David dan menanyakan keadaannya. "David...." panggil Verena dan dia duduk di sebelah David. "Kenapa, Verena?" tanya David mengalihkan pandangannya kepada Verena. "Apa wajahmu kembali sakit setelah Daddy lagi-lagi memukulmu?" "Tidak, Sayang. Tenang saja. Aku kuat demi kamu." Verena tersenyum tipis."Tapi, tetap saja wajahmu babak belur lagi. Aku ambilkan kotak obat lagi ya biar aku obati lukamu. Jangan keras kepala, Pak Tua." David mengangguk. Dia kembali melihat anaknya yang antusias Memasak bersama Rara. Dia tidak peduli berapa pukulan yang dilayangkan Gerald karena kemarahannya asalkan Sydney akan kembali ke pelukannya dan Gerald akan menerimanya. Pria itu menghela napas, entah sampai kapan dia akan melunak. "Baba ... Baba jangan ke mana-mana ya disitu saja dekat
Gerald masuk ke dalam kamarnya. Dia kesal melihat keakraban David dengan anak dan cucunya. Bahkan sekarang cucunya enggan dekat dengannya karena David. Rara yang melihat David masih dengan raut wajah semrungut pun menaikkan satu alisnya bingung, suaminya memang sangat keras kepala. Sekali tak suka akan tetap pada pendiriannya. Apalagi sudah sejak lama dia menyimpan dendam pada David. Mereka memang punya masa lalu yang tidak mengenakan."Ada apa lagi sih, Daddy? Wajah kamu seperti anak kecil, yang meminta permen tak dikasih atau seperti kurang jatah," ucap Rara saat melihat Gerald yang masuk lalu duduk di kasur dengan kasar."Hem,” gumam Gerald sedang dalam mood yang tidak baik. Puluhan tahun dia mengenal suaminya, tentu saja Rara tahu lahir batin apa yang Gerald rasakan, hanya saja terlalu egois jika kebahagiaan anak kecil yang tidak tahu apa-apa dikorbankan hanya karena orang dewasa yang tidak mau mengalah. "Jangan buat wajah seperti itu. Seperti anak kecil saja." "Aku tak suka,
Tiga tahun sudah mereka tinggal di London. Verena sudah melahirkan seorang anak laki-laki yang tampan sama persis seperti David. Mereka menjalani hari-hari mereka di London. Awalnya hanya setahun atau dua tahun di London tapi atasannya menyuruh mereka untuk stay setahun lagi. Sebenarnya, sekarang sudah terbiasa jika seandainya sang suami pindah ke mana saja karena dia dan anaknya terlahir dari keluarga lintas budaya dan lintas negara, jadi mereka dengan cepat menyesuaikan keadaan.Nama anak kedua mereka, London. Lahir tiga tahun yang lalu setelah mereka tinggal di London. Ide ini dicetuskan oleh Verena. Dia ingin menamai anaknya sesuai dengan negara yang mereka kunjungi, walau nama London masuk daftar list nama anaknya.Saat ini lagi, Verena sedang hamil anak ketiga mereka. Selama tiga tahun di London mereka tetap sering ke luar negri entah liburan atau kerjaan David. Sydney mulai memaklumi itu dan menerimanya."London sangat tampan dan pintar," ucap Sydney. Sydney sangat menyangi adi
Verena turun mobil dan duluan masuk ke dalam. David membiarkan saja Verena lebih dulu. Tidak mau menambah kekesalan istrinya. Sebenarnya, masih meraba-raba apa yang salah dengan mood istrinya.Sampai di dalam Verena langsung mengantarkan Sydney masuk ke kamarnya. Ganti baju lalu menidurkan anaknya. Wanita itu sedang muak untuk melihat wajah sang suami, kekesalannya sedang berada di ujung puncak."Sweeny tadi belajar apa di sekolah?" tanya Verena sambil melepas pakaian anaknya. Dia menengok ke belakang untung saja suaminya tidak mengikutinya. Dia lagi malas melihat suaminya itu."Belajar berhitung dan membaca, Bubu. Lalu, pulangnya kita bernyanyi." Wanita itu mengangguk, melihat keantusiasan sang putri yang semangatnya bisa diadu."Seru, ya?" tanya Verena lagi."Sangat seru, dan aku harus sekolah setiap hari agar bisa bermain, berlaja, dan bernyanyi.""Okay, bajunya sudah dilepas semua ini. Sydney cuci tangan, cuci muka sama cuci kaki, Bubu mau ambilin baju buat Sydney tidur siang.""A
Setelah hampir satu bulan di rumah Verena dan berlibur menjelajahi Australia. Keluarga Verena pamit untuk kembali pulang. Bahkan yang lain sudah pulang duluan, karena pekerjaan. Tersisa Rara yang lama karena dia tak pernah rela berjauhan dengan anak-anaknya, apalagi kepergian Verena benar-benar terasa, tak ada lagi Sydney cerewet yang merusuhnya saat kerja di dapur atau menemaninya memanen.Hanya tersisa anak-anak Skye yang dekat dengannya.“Terima kasih, ya, Verena, David sudah menemani dan berkeliling di Perth. Mommy sama Daddy pulang dulu ke rumah. Kalian jaga diri baik-baik. Kalau ada masalah juga diselesaikan baik-baik, ya. Pernikahan itu perlu komunikasi dua arah, jadi ada apa pun langsung komunikasikan, jangan disimppan sendiri,” nasihat Rara."Iya, Mom. Aku akan selalu mengingat itu, setelah aku melahirkan dan liburan gentian kami yang akan berlibur ke sana," ucap Verena tersenyum. Jika begini, Sydney akan semakin bersemangat untuk sekolah karena dia tidak sabar untuk berlibu
David yang melihat semua kejutan benar-benar terkejut. Sang istri di hadapannya memegang kue dengan mengucapkan selamat ulang tahun. Padahal, dia tidak ingat kalau hari ini dia ulang tahun. Dia terlalu fokus untuk bekerja setiap harinya. Maklum saja, bukan lagi usianya untuk mengingat ulang tahun seperti ini. "Baba ... Happy birthday...." teriak Sydney. David tersenyum. Dia mengangkat anaknya ke dalam gendongannya. Dia sangat menggemaskan dan begitu bersemangat "Verena, ini semua kamu yang nyiapin?" tanya David lagi. Dengan berkumpulnya semua keluarga jelas itu membuat David bahagia walaupun hanya keluarga Verena karena dia juga sudah tidak memiliki siapa-siapa. "Tidak aku dibantu dengan Megan. Megan adalah teman Leo. Jadi, semua kerjaan sibuk kamu hari ini memang sudah kita atur sedemikian rupa," ucap Verena. David menengok ke arah Leo. Tidak percaya bahkan Leo temannya ikut andil dalam acara ini. Padahal, dia tidak tahu fokus dengan kerjaannya saja. "Leo?" tanya David. Leo
Besok adalah hari ulang tahun David. Verena mulai memikirkan kado apa yang bisa dia beri untuk sang suami, atau berencana untuk membuat kejutan untuknya. Wanita itu sudah membaik, dan bisa beraktivitas seperti biasanya. Sakitnya beberapa waktu yang lalu memang benar adanya kalau dirinya memang sedang mengandung seperti dugaannya. Sejak sakitnya saat itu Verena belum memberitahu David kalau dirinya hamil. David pun sepertinya tidak menaruh curiga karena tidak ada tanda-tanda mual selama ini. Itu juga yang menjadi keuntungan bagi Verena. Dia berencana untuk memberi kado pada David setelah dipikir-pikir, dan semoga David tidak curiga sama sekali. "Bubu, kenapa melamun?" tanya David. Verena langsung menarik tangannya saat dia ketahuan sedang mengelus perutnya tanpa sadar. Kehadiran makhluk baru dalam perutnya membuat Verena lebih bahagia lagi. Sebentar lagi dia akan punya bayi dengan diberi nama kota yang lain. Verena masih menutupi kehamilannya karena dia ingin memberi kejutan pa
Sydney kini sudah mulai sekolah. Sydney selalu ingin diantar berdua oleh orang tuanya. Jadi, setiap berangkat sekolah pasti ayahnya mengantarkannya. Dan Verena yang selalu menunggu anaknya. Verena belum memutuskan untuk mencari kerja atau mengurus anak, karena upah pengasuh anak kecil lebih besar dari gajinya. Dia juga masih menyesuaikan budaya yang terasa berbeda."Belajar yang rajin, Sweeny,” pesan David pada sang putri. Dia melupakan pasal kangguru dan semangat sekolah karena dengan cepat Sydney punya banyak teman karena semua orang suka padanya yang begitu cerewet."Iya, Baba. Baba, hati-hati ya berangkat kerjanya," balas Sydney. Di tempat terbaru dia juga banyak mengalami culture shock walau anak-anak lebih cepat menyesuaikan keadaan, apalagi meniru teman-temannya, Sydney lebih dewasa sekarang dan pengertian."Iya, Sweeny. Kiss, Baba dulu." David menunjuk pipinya untuk mendapatkan kiss dari anaknya. Sydney langsung bangkit dan mencium seluruh wajah David membuat David tersenyum
Setelah satu bulan menyiapkan segala dokumen untuk perpidahan Verena mengikut David ke Perth. Makin bersedih perasaan Rara semua anak-anaknya berjauhan, tapi ini yang harus bisa diterima jika mereka punya kehidupan masing-masing.Tak ada lagi bocah cerewet yang sering menganggu dan ada saja tingkahnya setiap weekend, paling mereka bertemu beberapa tahun kemudian. Verena, David, Sydney bersiap untuk pulang ke Perth. Di rumah kedua orang tuanya hanya ada Asher yang belum pulang. Verena beranit bertaruh setelah ini Asher tidak akan dibolehkan lagi untuk menetap berbeda, semenjak usia 20 Asher keluar dari rumah dan tinggal sendiri. "Say goodbye pada Opa dan Oma dulu, Sweeny. Kita mau pergi jauh," jelas Verena sebenarnya hatinya bersedih. Puluhan tahun dia akan tinggal di negara asing walau sudah beberapa kali melihat Perth tetap saja kampung halaman yang menjadi tempat berpulang dan melepas rindu. "Iya, Bubu." Sydney turun dari gendongan Babanya. "Opa, Oma, Uncle Asher aku haru
Siang menjelang. Sepasang kekasih yang baru saja melangsungkan pernikahan kemarin kini masih bergulung di bawah selimut setelah aktivitas mereka semalaman dan baru tidur di pagi hari menjelang siang. Verena membuka matanya. Melihat mata suaminya. Kini dia sudah bisa menyebutnya suami.Wanita itu mengangkat kepala dan tak dapat diungkapkan dengan kata-kata betapa dia bahagia sekarang. Apa yang sudah dia perjuangkan rasanya tidak sia-sia, laki-laki tua yang tidak terlihat sama sekali, apalagi di masalah ranjang. Jangan ditanya. Verena kembali terkikik dengan wajah memerah karena memikirkan pergulatan mereka semalam yang tidak ada habisnya, rasanya lebih puas setelah menjadi suami istri. "Sudah puas melihat wajah tampanku?" tanya David membuat Verena terkejut. Dia pikir David masih tidur oleh karena itu dia bisa memandangi wajah tampan suaminya. Pura-pura Verena kembali masuk dalam selimutnya karena tak mau ketahuan, tapi David membuka selimut miliknya membuat Verena merenggut kesal se
Hari pernikahan yang dinantikan telah tiba. Dengan banyaknya rintangan dalam mengadakan resepsi pernikahan ini akhirnya sampai juga di hari pernikahan mereka. Walau masih ditunda seperti perkiraan Kelsea, karena David yang harus bolak-balik dari Perth ke Frankrut untuk mengurus dokumen pernikahan mereka. "Terimakasih, Verena. Berkat kamu yang pemberani mendekati laki-laki tua sepertiku. Aku jadi bisa luluh denganmu," ucap David yang masih tidak percaya dia akhirnya menikah kedua kalinya bersama seorang perempuan yang lebih pantas dijadikan anak olehnya.Verena tertawa sambil merasakan matanya memanas, dia tak pernah merasa menyesal untuk jatuh pada pria tua seperti David. Dirinya sudah yakin jika pria tua ini adalah masa depannya dan nama anak-anak mereka sudah ada dalam list. "Aku yang juga harus berterimakasih kepadamu, David. Terimakasih telah sabar kemarin-kemarin menerima penolakan dari keluargaku. Bahkan kamu sampai rela babak belur demi bisa bersamaku,” balas Verena sambil