Bab 4
"Sial*n, serigala sial*n!" maki Karin dengan emosi.Dia merasakan bahwa cahaya itu sudah hilang dan dia mencoba melihat, benar saja serigala itu juga sudah menghilang."Wah, apa-apaan ini?" Karin melihat sekelilingnya berubah drastis.Karin tercengang melihat bunga dan pepohonan yang lebat ada di sekitarnya."Ini di mana, jalan yang menuju sekolah, mana?" Karin ketakutan sendiri, karena dia merasa bahwa dirinya berada di dunia yang berbeda.Saat itu ada kucing yang melewatinya, dia melihat kucing itu berjalan dengan tiga kaki saja.Karena merasa kasihan, Karin menghampiri dan menggendongnya."Hei, kenapa kakimu hanya tiga, mana yang satu lagi?" tanyanya sembari mengelus kepala kucing itu."Woy, turunkan aku, cepat!" perintah kucing itu.Karin terlonjak kaget ketika mendengar kucing itu bisa berbicara.Aaaaaaa!Teriak Karin.Tanpa sengaja Karin melempar kucing itu ke atas, kemudian kucing itu jatuh ke tanah.Aaww!Jerit kucing itu yang merasa kesakitan akibat lemparan Karin."Kau gila, melemparku ke atas?" ucap kucing menjilati kakinya."Kau bisa bicara?" tanya Karin dengan heran."Kenapa, heran? Aku ini kucing, jelas aku bisa bicara," jawabnya.Si kucing melihat ke arah Karin sejenak, dirinya merasa ada yang salah darinya."Kenapa kau melihat ku?" tanya Karin."Kau ini siluman dari mana, pakaianmu itu seperti dari dunia lain saja?" ucapnya melihat gaya berpakaian Karin."Enak saja, siluman. Aku ini manusia tahu!" ungkap Karin jengkel karena dirinya disangka siluman.DEG!Jantung si kucing berdetak dengan cepat dan wajahnya berubah tegang. Dirinya mundur beberapa langkah ke belakang."Hei, kenapa tiba-tiba wajahmu seperti itu?"Wush!Aura seketika berubah menjadi lain.Perasaan Karin mulai berubah, bulu kuduknya meremang."Loh, kenapa tiba-tiba hawanya berubah?" ucapnya sembari memegang tengkuknya yang terasa dingin.Si kucing yang merasa akan terjadi suatu hal yang tidak-tidak mulai bergegas untuk pergi."Hei, berani kau pergi dari sini, aku akan menyihir kau jadi, kodok!" ucap Karin menakut-nakuti kucing itu.Spontan si kucing terkejut dengan ucapannya, lalu dia mulai menghentikan langkahnya dan tetap berdiri di tempatnya, namun kakinya gemetaran.Si kucing berkata, "Jika kau tidak lari, nantinya kau yang akan menyesal!"Karin sendiri memang sudah dilanda kecemasan, dirinya melihat ke arah sekeliling, namun dia tidak menemukan apapun yang membuatnya merinding.BLAAR!Karin dan kucing itu terlonjak ketika mendengar suara ledakan yang terdengar dari arah belakang mereka."Si*l," kata si kucing."Ada apa?" tanya Karin."Kita harus pergi, sekarang!" perintah si kucing.Boing... Bzzt... Crack..."Suara apa itu?" tanya Karin setengah berbisik kepada si kucing.Saat Karin menengok ke belakang, dia melihat kucing itu sudah jauh melarikan diri."Sial*n, Kucing Anj*ng!" maki Karin sangat emosi.Suara itu makin mendekat dan semakin terdengar dengan jelas.Karin mundur secara perlahan, dirinya terlalu takut untuk melarikan diri.DEG!Uaaaa!Teriaknya dan langsung lari secepat kilat ketika muncul dari dalam hutan segerombolan makhluk-makhluk aneh."Tolong!" teriaknya meminta bantuan ketika dirinya di kejar seekor monyet berkepala ular, bebek berbadan anjing, lebah yang berukuran raksasa dan yang paling mengerikan kaki seribu berukuran dinosaurus."Tolong, siapa pun tolong, aku!" teriaknya lagi.Karin semakin cepat berlari hingga dia bertemu si kucing yang lari duluan meninggalkannya tadi.Di sela-sela larian mereka Karin bertanya sambil memaki, "Kucing sial*n, brengs*k! Kenapa tadi kau meninggalkan aku?""Maafkan aku, tapi aku tadi kan mengajakmu lari. Tapi kau saja yang masih berdiri mematung," ucap kucing itu."Sial*n! Banyak alasan!" ucap Karin yang langsung menendang kucing itu jauh ke atas awan.Miaaaww!"Bagus, kalau aku tidak bertemu kau lagi, Sial*n!" teriak Karin sambil terus berlari.BUK!Karin terjatuh tepat di pohon beringin."Jangan mendekat!" ucapnya sembari telapak tangan yang di hadapkan ke depan.Seketika itu juga, keluar cahaya murni dari tangannya dan semua siluman yang mengikutinya tadi langsung berhenti bergerak.Aaaa!Teriak para siluman ketika cahaya murni itu mengenai diri mereka.Lalu siluman-siluman itu menghilang dengan sendirinya.Ketika para siluman menghilang, cahaya yang keluar dari tangan Karin juga ikut menghilang."Apa-apaan ini?" ucap Karin dengan ketakutan. "Kenapa bisa ada cahaya keluar dari tanganku?"Lalu Karin bangkit berdiri, dirinya masih terkejut akan kekuatan yang baru saja ia keluarkan."Sebenarnya tadi itu apa, banyak sekali yang datang dengan tampang yang mengerikan." Gumamnya.Karin menoleh ke kanan dan ke kiri melihat sekitar kalau-kalau ada lagi makhluk yang aneh muncul.Setelah dirasa semuanya aman terkendali, dia mulai berjalan menyusuri hutan.Hutan itu adalah hutan terluas menurutnya, karena di matanya hanya melihat semak-semak dan pohon saja, ia belum melihat satu manusia berada di sana.Bzzzt...Terdengar suara aneh di telinga Karin, dirinya mulai was-was kembali."J-Jangan bilang makhluk aneh, lainnya." Karin gemetaran.Matanya tidak berhenti menatap ke arah semak-semak belukar yang mengeluarkan suara aneh barusan.Lalu tiba-tiba...Sriiing ...Muncul seekor lebah raksasa berbadan layaknya seekor anak anjing."Aaaa, lagi-lagi hewan aneh muncul!" Teriaknya terkejut.Spontan dirinya kembali lari, menghindari hewan aneh itu."Tolong!" Teriaknya kembali, kali ini Karin teriak sekencang-kencangnya.Sret!Seseorang muncul entah dari mana dan langsung menyerang lebah itu dengan pedangnya.Karin bersembunyi di balik pohon untuk berlindung sambil kepalanya menengok ke arah seseorang yang muncul itu."Hia, Pedang Angiin!" ucap orang itu seraya menebaskan pedangnya ke arah lebah raksasa.Lebah itu langsung hancur seketika, tubuhnya langsung di makan oleh kobaran api yang keluar dari tebasan pedang itu.Yang menolongnya adalah seorang lelaki yang berpakaian layaknya seorang anggota geng, wajahnya sangat halus seperti wajah seorang bayi yang baru lahir.Dan yang paling penting, lelaki itu sangat tampan dan kuat bagaikan Ksatria."Semua sudah aman, keluarlah dari sana!" ucap lelaki itu memberi perintah dengan dingin.Karin tercengang, mulutnya menganga, dirinya terkejut akan apa yang baru saja di lihat.Lalu dia menghampiri lelaki misterius yang tiba-tiba muncul itu.Karin berkata, " Terima kasih, kau sudah menyelamatkan aku dari lebah itu.""Yah, sebaiknya kau segera keluar dari hutan ini. Di sini tidak aman untukmu!" ucapnya memberi peringatan."Maksudnya?" Karin bingung dengan perkataannya barusan."Didalam tubuhmu ada sesuatu yang mereka incar. Oleh karena itu, lebih baik kau segera keluar dari hutan larangan ini," katanya lagi."Hah? Sesuatu dari tubuhku?" tanya Karin sambil merabah tubuhnya yang mungil baginya itu.Lelaki itu tidak melanjutkan perkataannya, dia pergi meninggalkan Karin sendiri." Hei, tunggu! Jangan tinggalkan aku!" teriak Karin sambil mengejar pria itu.Saat Karin tengah mengejarnya, tanpa sengaja dirinya menengok ke samping dan dia melihat sesuatu yang langka.DEG!Langkahnya terhenti dia melihat pria lain di hutan itu, namun pria itu dalam kondisi yang mengerikan.Bab 5Dia melihat pria itu tertempel di batang pohon beringin dalam keadaan tumbuhan berjalar melilitnya.Dia pun segera menghampirinya dan semakin tercengang ketika melihat wajah pria itu."Dewa, sungguh tampan sekali orang ini!" Karin berdecak kagum ketika melihat Rojer.Karin semakin mendekat kearahnya hingga tangannya menyentuh pipi pria itu."Dia manusia atau bukan, lalu kenapa dia bisa seperti ini?" gumamnya sambil meraba tubuh Rojer.Saat sedang meraba tubuh Rojer, tidak sengaja Karin menyentuh dadanya dan merasakan ada benda keras yang menempel di tubuh lelaki itu."Apa ini, keras sekali?" gumamnya sambil berusaha mengambil peluru yang telah tertancap di tubuh Rojer.Peluru yang selama tujuh belas tahun menancap di tubuhnya kini terlepas sudah.Seketika itu juga Rojer terjatuh dari pohon dan dirinya jatuh tepat di atas tubuh Karin.BRUK!"Buset, tiba-tiba bisa jatuh begini?" Ujar Karin yang merasa risih karena tubuh Rojer secara tiba-tiba langsung terjatuh ketika dirinya menca
Bab 6"Maaf, tapi sepertinya kau salah orang," ucap Karin.Elis berdiri mematung."Aku Karin. Namaku Karin," Ujar Karin memperkenalkan diri.Terlihat dari raut wajah Elis, bahwa dirinya kecewa akan pengakuannya."Maaf, tapi kau sangat mirip dengan kakakku. Aku tadi mengira kalau kau adalah kak Karent," ungkap Elis."Huft! Kenapa kau malah seperti orang aneh tadi, yang mengira kalau aku ini adalah Karent?" ucap Karin setengah emosi. "Orang aneh?" Elis bingung."Iya orang aneh. Tadi di dalam hutan itu aku menemukan seorang pria yang menempel pada pohon beringin. Dasar gil*, bukannya berterima kasih, dia malah berbuat yang kasar padaku," Karin menjelaskan secara garis besar.Elis tercengang, rahangnya yang mungil itu menganga."Kau tadi bilang, apa? Kau menemukan seorang lelaki yang ada di dalam hutan larangan itu dan kau melepaskannya dari pohon beringin, benarkah?" Elis bertanya beruntun."Iya, aku menyelamatkannya, tapi dia malah meminta mutiara suci. Sedangkan aku tidak tahu apa itu
Bab 7Pov AutorKarin, Elis, Trisno dan Rojer masih mengobrol. "Kenapa kau mengira bahwa aku adalah, Karent?" tanya Karin penuh selidik."Wajah dan bentuk tubuhmu, sangat mirip dengannya," jawab Elis memandanginya."Jadi, itu sebabnya kau memanggil aku, 'Kak Karent'?" tanya Karin lagi.Elis menjawab dengan anggukan.Dari awal perjumpaan Elis menyangka bahwa Karin adalah Karent, namun kenyataanya tidak demikian.Dirinya benar-benar merindukan Karent."Sudahlah, lagi pula sekarang Karent sudah tenang. Kau tidak perlu memikirkannya lagi," Trisno mencoba menghibur."Aku tahu, namun aku hanya merindukan, kakak," Elis membalas perkataan Trisno, lalu wajahnya berubah sendu.Karin merasa kasihan kepada Elis."Memang ke mana, kakakmu?" Karin bertanya dengan suara lembut.Elis menatap matanya dalam, seakan tidak kuasa menahan, pada akhirnya air mata Elis jatuh membasahi pipinya yang merah.Trisno juga ikut bersedih, karena dirinya juga merasa kehilangan sosok wanita yang membuatnya merasa hang
Bab 8Pov AutorKarin menghalangi jalan Elis yang ingin mendekat ke makhluk yang wajahnya mirip dengan, Karent.Bukan tanpa sebab Karin menghalanginya, justru karena satu hal yang membuat Karin, harus mencegah Elis mendekatinya."Aku tahu, ada niat jahat dalam dirimu," ucap Karin tegas ke makhluk itu....Satu menit sebelumnya...Saat Karin melihat ke arah wajah makhluk itu, dia sontak terkejut.Wajahnya, sangat mirip dengan dirinya.Set!Muncul kucing berkaki tiga yang dilihatnya, saat pertama kali berada, dalam hutan larangan.Kucing itu tepat berada, di sampingnya.Dan berkata, "Kau, harus berhati-hati dengan dia, karena dia bukanlah Karent yang dulu," Perkataannya barusan membuat dirinya terkejut, karena secara tiba-tiba kucing itu muncul dan berbicara."Kau, kenapa kau di sini?" "Aku merasakan, Karent ada di sini, makanya aku cepat-cepat ke sini untuk memberitahukan padamu bahwa dia bukanlah Karent yang dulu," jelas si kucing.Karin seperti merasakan hal yang aneh juga, saat
Bab 9Pov AutorSaat Karent berucap 'dia akan kembali', Karin mulai waspada dan dirinya merasa sedikit takut.Rojer, Trisno, Elis, mereka pun ikut waspada.Yang di katakan oleh kucing berkaki tiga, benar adanya. Karent bukanlah Karent yang dulu, melainkan Karent yang lain.Saat ini mereka sedang berkumpul di kediaman Elis."Kenapa Karent sangat berambisi, seperti itu?" Trisno bertanya, membuka pembicaraan."Kekuatan mutiara suci, sangat besar pengaruhnya," Elis menjelaskan, "Mutiara itu, bisa membuat kekuatan seseorang menjadi lebih besar, bahkan kekuatannya bisa mencapai seribu kali lipat,"Karin merasa ada yang salah di dalam dirinya, dia berniat untuk kembali ke dunianya."Aku takut!" ucap Karin gemetar.Rojer dan yang lainnya menoleh ke arahnya, mereka merasa kasihan kepada Karin.Dengan menggunakan bola matanya, Trisno memberikan isyarat pada Elis.Trisno pergi dahulu ke belakang lalu Elis menyusul.Rojer tidak berpaling dari Karin, dia terus memperhatikannya.Tadinya dia merasa
Bab 10Malam telah berganti pagi. Dalam hening di kediaman Elis, tampak Karin sedang berdiri di teras depan.Seakan, dirinya terpesona dengan rumah yg di tempati Elis.Bagaimana tidak, meskipun rumah itu di jadikan rumah pengobatan, tetap saja arsitekturnya terlihat sangat indah.Kebanyakan dari hiasan rumah itu adalah, banyak kerajinan anyaman yang di gantung di ruang tamu, tidak tertinggal porselin dari tanah liat yang berbentuk berbagai jenis binatang dan guci yang bercorak bunga serta tumbuhan.Tidak sampai di situ, kediaman Elis adalah kediaman yang terletak tepat di pinggir pedesaan. Jadi tampak dari teras depan, rumah penduduk berjejer dengan rapih dan sungai yang menjulur hingga ke desa.Karin tersenyum, dia menutup matanya dan menarik napas. Seakan dia sedang mengeluarkan rasa cemas dan khawatir di dalam dirinya.Dirinya membuka mata secara perlahan dan tidak sengaja, matanya menangkap seseorang di balik pohon halaman depan.Dirinya memperhatikan orang itu, matanya tidak ber
...Di Balik Pohon...Seorang lelaki, yang menolong Karin tempo hari di hutan larangan, sedang berdiri di balik pohon.Sepuluh menit, dia memperhatikan Karin yang sedang berdiri di teras.Entah apa yang di pikirkan dan di rencanakan olehnya, sambil terus melihat ke arah Karin tanpa berpaling darinya."Ternyata, dia memang mirip dengannya." ujarnya pada diri sendiri.Dia menyadari, bahwa Karin telah melihatnya. Akan tetapi dia tidak beranjak dari tempatnya berdiri, melainkan dia tetap diam tanpa bergerak sedikit pun.Lelaki itu juga melihat seseorang yang sudah di kenalnya, berdiri tepat di belakang Karin.Adalah Rojer, yang ikut memperhatikan dirinya."Rojer? Bagaimana mungkin..." Lelaki itu tampak terkejut dengan adanya RojerSetahunya, Rojer masih tersegel dalam hutan larangan."Bagaimana dia bisa lepas, dari segelan itu?" gumamnya.Lelaki itu menyadari, bahwa Rojer telah mengetahui keberadaannya.Dia membalikkan badan dan melangkah pergi, meninggalkan tempat itu.Dalam hati, dia b
Bab 12Pov AuthorRojer dan yang lainnya, mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah seseorang yang ingin di minta pertolongan."Hei, perempuan kurus," Rojer membuka pembicaraan, "Kita mau ke mana, sebenarnya?"Elis menoleh ke arahnya denga tatapan tajam, dia berkata dengan sorot mata tajam, "Siapa yang kau maksud, kurus?"Rojer terkesiap, dia berkata, "Siapa lagi kalau bukan, kau. Memangnya Karin kurus?""Enak saja kalau bicara, mau aku tonjok wajah mu yang tampan itu?" Elis berkata dengan tangan mengepal ke arah Rojer."Tampan? Terima kasih, karena sudah bilang aku tampan," ucap Rojer dengan pede."Iya, tampan. Jika di lihat dari gunung di sana," ucap Elis, menunjuk ke arah gunung.Karin yang sedari tadi memperhatikan, tertawa kecil melihat percekcokan mereka.Lain dengan Trisno, dirinya merasa tidak senang, jika Elis dan Rojer bercanda gurau.Terlihat dari wajahnya, jika ia cemburu.Setidaknya itu yang di lihat dari penglihatan Karin.Karin menghampirinya, Trisno menoleh seraya me
Bab 18"Sebenarnya, aku pun tidak tahu, bahwa yang dibicarakan kucing itu adalah nyata. Karena jujur, aku sendiri tidak yakin kalau manusia biasa seperti Karin, ternyata bisa ke dunia kita ini," jelas Troy."Jadi maksudmu, kucing itu berkata dengan serius?" tanya Kristin memburu."Iya, dia bertemu dengan Karin di dalam hutan larangan. Kucing itu bingung, karena memang wajah dan aroma tubuhnya mirip dengan Karent,""Tapi bukan itu saja, di dalam tubuhnya terdapat mutiara suci. Ini juga yang membuat aku heran bukan main," cerita Troy secara garis besar.Kristin terkejut dengan cerita Troy, dia masih tidak menyangka, bahwa Karent benar-benar membuat kembarannya sendiri.Dia maju ke arah jendela, matanya memperhatikan jalan setapak.Jalan itu menuju ke sungai di mana Jul dan yang lainnya berada."Aku tidak percaya, Karin itu benar-benar ada," ucap Kristin, sambil matanya terus menatap ke arah jalanan."Aku juga begitu awalnya. Tapi saat aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, baru aku p
Bab 18"Sebenarnya, aku pun tidak tahu, bahwa yang di bicarakan kucing itu adalah nyata. Karena jujur, aku sendiri tidak yakin kalau manusia biasa seperti Karin, ternyata bisa ke dunia kita ini," jelas Troy."Jadi maksud mu, kucing itu bermata dengan serius?" tanya Kristin memburu."Iya, dia bertemu dengan Karin di dalam hutan larangan. Kucing itu bingung, karena memang wajah dan aroma tubuhnya mirip dengan Karent,""Tapi bukan itu saja, di dalam tubuhnya terdapat mutiara suci. Ini juga yang membuat aku heran bukan main," cerita Troy secara garis besar.Kristin terkejut dengan cerita Troy, dia masih tidak menyangka, bahwa Karent benar-benar membuat kembaran nya sendiri.Dia maju ke arah jendela, matanya memperhatikan jalan setapak.Jalan itu menuju ke sungai di mana Jul dan yang lainnya berada."Aku tidak percaya, Karin itu benar-benar ada," ucap Kristin, sambil matanya terus menatap ke arah jalanan."Aku juga begitu, awalnya. Tapi saat aku melihat dengan mata kepala ku sendiri, baru
Bab 17Pov Autor Kisah ini masih di dalam kejadian lima menit sebelum Jul dan yang lainnya menuju sungai.Suara tertawa itu makin terdengar dengan jelas, secara perlahan tangan itu menunjukan wujud aslinya di mulai dari kakinya.Perlahan demi perlahan menuju pinggang lalu menuju dada dan pada akhirnya, makhluk tak terwujud itu telah menunjukkan jati dirinya dengan sempurna.Troy sedikit bingung, dirinya nampak familiar dengan wajah itu."Aku seperti tidak asing dengan mu," ucap Troy sambil berusaha mengingat.Di matanya dia bagaikan setengah manusia dan setengah naga, dia menyebutnya siluman naga.Siluman naga itu tersenyum, dia berkata, "Kau ingat?" "Aku tidak asing dengan mu, tapi aku masih tidak ingat siapa kau. Lagi pula kenapa kau membawa ku kemari?" tanya Troy dengan gemas."Kau, Troy. Kenapa membantu siluman anjing si*lan itu. Kau lupa dia ingin memiliki mutiara suci, sendirian? Kau juga tahu bahwa dia telah membunuh Karent, kenapa kau masih membantunya?" tanya siluman naga
Bab 16Pov Autor Sebelumnya, Karin dan Rojer sedang beradu tatapan. Seakan membuat kesan yang di benci dari sikap dan sifat lawannya.Karin seakan enggan untuk berpaling, begitu pun dengan Rojer, dia pun seakan tidak perduli jika sekarang Karin marah."Hei, seharusnya kau mengalah sebagai perempuan," ucap Rojer dengan tatapan tajam."Dan seharusnya laki-laki tidak perlu cerewet seperti perempuan," jawab Karin dengan sinis."Apa kau bilang?" Rojer makin kesal jika di sindir cerewet.Dirinya tidak akan cerewet, jika bukan seseorang yang memulai keributan terlebih dahulu."Aku cerewet karena demi kebaikan," ucapnya santai."Kebaikan dari mana, dari dahi mu itu?" Karin berucap dengan jengkel.Elis dan yang lainnya melihat keributan kecil mereka, karena tidak tahan Jul maju.Dia berniat melerai perdebatan adu mulut antara Rojer dan Karin."Kalian ini, hentikan. Jangan seperti anak kecil," ucap Jul menasihati."Woi, pak tua. Tidak usah ikut campur," ucap Rojer sinis.Jul yang di rasa tidak
Bab 15"Apa aku boleh berkenalan dengan kalian?" Karin bertanya pada dua orang tersebut.Elis dan Trisno bingung, mereka sama sekali tidak melihat sesuatu di depannya.Tapi Karin dan Rojer dapat melihatnya, hal itu membuat mereka merasa bingung."Rojer, kau juga bisa melihat mereka?" tanya Karin."Jelas saja, aku pasti melihat mereka. Lagi pula mereka itu siluman," "Saat aku di belakang tadi, tupai itu menyerang ku," ucap Rojer memberi tahu.Karin menatap ke arah tupai dan kuda yang terlihat di matanya itu, dia menatap tajam ke arah mereka berdua."Kalian ini, sebenarnya mau apa?" Karin bertanya dengan nada lembut."Kami hanya menjaga kawasan tempat tinggal kami, karena kami tidak menyukai orang asing masuk ke dalam rumah kami," si tupai menjawab dengan mata melotot ke arah Rojer.Karin menatap juga ke arah Rojer, di lihatnya Rojer yang benar-benar takut.Kali ini dia melihat Rojer bersembunyi di belakang Trisno."Kalian siapa, mau apa datang kemari? Tapi pengecualian untuk dirimu, k
Bab 14"Orang-orang yang ingin menguasai mutiara suci itu, tentunya," jawab Jul."Jadi, intinya. Kau ingin aku, melindungi mutiara suci ini?" Karent berpendapat."Yah, aku meminta mu untuk menjaga mutiara suci ini. Karena kau adalah pendeta sakti, setelah pendeta Yura," ucap Jul dengan mata menatap Karent.Karent melihat mutiara suci dan dia bingung, bagaimana dia bisa melindungi mutiara suci itu.Saat dirinya masih bingung, Trisno bertanya, "Bagaimana kau akan melindungi, mutiara itu?"Karent menggelengkan kepala, dia sendiri bingung harus berbuat apa.Saat dia ingin bertanya pada Jul, Trisno berkata, "Bagaimana kalau kita bertanya pada ketua penjaga kuil?"Karent menoleh ke arahnya dan dia merasa tidak setuju dengan ucapan Trisno."Aku tidak mau melibatkan orang-orang. Jika memang kau ingin aku melindungi mutiara suci ini, maka aku akan melindunginya," Karent berucap mantap dengan menatap ke arah Jul.Jul tersenyum dan mengangguk kan kepala, sedangkan Trisno yang mendengarnya hanya
Bab 13Pov AuthorKejadian ini masih di dalam ingatan Trisno, tentang pertemuan pertama kali antara dirinya dan Karent dengan Jul si tupai....Jul mengeluarkan sesuatu dari balik bajunya, dia menggenggam sesuatu di telapak tangannya.Dia mengarahkan tangannya ke arah Karent, ia ingin memberikan sesuatu pada Karent.Karent ikut mengangkat tangannya dan mengulurkan pada tangan Jul, lalu Jul memberikan sesuatu, seperti mutiara.Karent merasa bingung serta heran sendiri, kenapa Jul memberikan mutiara kepadanya."Jagalah mutiara suci ini, kau adalah orang pilihan ku untuk melindungi mutiara itu," ucap Jul memberi tahu."Apa? Maaf, tapi aku... sepertinya tidak bisa," ucap Karent, "Lagi pula, ini mutiara apa?""Ini adalah mutiara suci, kekuatannya bisa melampaui kekuatan raja siluman sekalipun. Bahkan, kekuatannya bisa berkali lipat dari kekuatan normal raja siluman," ucap Jul menjelaskan."Mutiara suci? Maksud mu, mutiara bersejarah itu?" tanya Karent dengan mata terbelalak.Karent merasa
Bab 12Pov AuthorRojer dan yang lainnya, mereka sedang dalam perjalanan menuju rumah seseorang yang ingin di minta pertolongan."Hei, perempuan kurus," Rojer membuka pembicaraan, "Kita mau ke mana, sebenarnya?"Elis menoleh ke arahnya denga tatapan tajam, dia berkata dengan sorot mata tajam, "Siapa yang kau maksud, kurus?"Rojer terkesiap, dia berkata, "Siapa lagi kalau bukan, kau. Memangnya Karin kurus?""Enak saja kalau bicara, mau aku tonjok wajah mu yang tampan itu?" Elis berkata dengan tangan mengepal ke arah Rojer."Tampan? Terima kasih, karena sudah bilang aku tampan," ucap Rojer dengan pede."Iya, tampan. Jika di lihat dari gunung di sana," ucap Elis, menunjuk ke arah gunung.Karin yang sedari tadi memperhatikan, tertawa kecil melihat percekcokan mereka.Lain dengan Trisno, dirinya merasa tidak senang, jika Elis dan Rojer bercanda gurau.Terlihat dari wajahnya, jika ia cemburu.Setidaknya itu yang di lihat dari penglihatan Karin.Karin menghampirinya, Trisno menoleh seraya me
...Di Balik Pohon...Seorang lelaki, yang menolong Karin tempo hari di hutan larangan, sedang berdiri di balik pohon.Sepuluh menit, dia memperhatikan Karin yang sedang berdiri di teras.Entah apa yang di pikirkan dan di rencanakan olehnya, sambil terus melihat ke arah Karin tanpa berpaling darinya."Ternyata, dia memang mirip dengannya." ujarnya pada diri sendiri.Dia menyadari, bahwa Karin telah melihatnya. Akan tetapi dia tidak beranjak dari tempatnya berdiri, melainkan dia tetap diam tanpa bergerak sedikit pun.Lelaki itu juga melihat seseorang yang sudah di kenalnya, berdiri tepat di belakang Karin.Adalah Rojer, yang ikut memperhatikan dirinya."Rojer? Bagaimana mungkin..." Lelaki itu tampak terkejut dengan adanya RojerSetahunya, Rojer masih tersegel dalam hutan larangan."Bagaimana dia bisa lepas, dari segelan itu?" gumamnya.Lelaki itu menyadari, bahwa Rojer telah mengetahui keberadaannya.Dia membalikkan badan dan melangkah pergi, meninggalkan tempat itu.Dalam hati, dia b