Home / Romansa / SEBELUM BERPISAH / 86. Dua Lelaki 3

Share

86. Dua Lelaki 3

last update Last Updated: 2024-12-28 14:29:57

"Mas, ada yang nelpon."

Seperti yang pernah diucapkan, Elvira tidak pernah lagi menerima panggilan di ponsel Hendy sampai sekarang. Meski benda itu berdering tepat di depannya seperti saat itu.

"Siapa?"

"Teman, Mas."

Hendy masuk kamar dan menghampiri Elvira yang sedang memakai skin care di depan meja rias. Diraihnya ponsel yang tertera nama dokter Herlina.

"Halo." Hendy menekan tombol loud speaker supaya Elvira pun mendengarnya.

"Hen, kamu di rumah?" Suara Herlina serak. Lalu terdengar isak tangisnya.

"Mamaku, Hen. Mama ditangkap baru saja. Benarkah dia yang menyuruh orang-orang itu untuk mencelakai Elvira?"

"Kita bertemu di pengadilan saja, Her."

"Ta-tapi ...."

"Biar pihak berwenang yang bertindak. Kita tunggu saja prosesnya," potong Hendy cepat. Kemudian mengakhiri panggilan. Dia ganti menghubungi pengacara keluarganya.

"Bu Karlina sudah ditangkap, Mas?" tanya Elvira setelah Hendy selesai bicara.

"Sudah."

"Masa iya dokter Herlina nggak tahu apa yang dilakukan ibunya."

"Kita deng
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (48)
goodnovel comment avatar
Imah Sitiso
HONEY MOON
goodnovel comment avatar
Nisra Icha
nggak sempat komentar aku, ke asikan baca hahahhah
goodnovel comment avatar
angel azzahra
kalau signalnya ngajak gelud lagi,pindah saja kak ke rumahku,aku senang bgt. soalnya cerita kk bagus bgt tidak bodoh2in istri...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SEBELUM BERPISAH   87. Dari Hati ke Hati 1

    SEBELUM BERPISAH- Dari Hati ke HatiHendy meletakkan cangkirnya dan bangkit melangkah ke depan. Di teras, berdiri Herlina dengan wajah sembab. Matanya merah dan bengkak seperti habis menangis semalaman."Her, ada apa ke sini pagi-pagi?" tanya Hendy. Tidak mengira gadis itu akan nekat mendatangi rumahnya. Disaat ia dan Elvira menikmati ketenangan setelah serangkaian peristiwa yang menguras emosi."Aku ingin bicara dengan kalian. Bolehkah aku masuk?"Hendy memandang istrinya. Elvira hanya memberi isyarat dengan mata. Terserah Hendy."Silakan duduk!" Hendy mempersilakan seraya meraih lengan sang istri supaya duduk di sebelahnya."Hen, aku ... aku tidak tahu sama sekali rencana mamaku yang hendak mencelakai Elvira. Sungguh." Suara Herlina bergetar. "Kemarin sore, mamaku ditangkap polisi karena orang suruhannya teringkus.""Terus, maksudmu ke sini untuk apa? Beneran kamu tidak tahu apa-apa? Padahal untuk melakukan semuanya, butuh informasi. Dan kamu yang tahu bagaimana kehidupan kami." Ek

    Last Updated : 2024-12-28
  • SEBELUM BERPISAH   88. Dari Hati ke Hati 2

    "Mas minta maaf." Daripada omelan Elvira kian memanjang, cukup ia menjawab singkat saja. Hendy tidak perlu melakukan pembelaan. Padahal bisa saja ia bilang bahwa Elvira dapat menelepon dua kakak lelakinya. Atau telepon toko. Tidak mungkin ia tidak hafal nomer milik mereka. Justru yang diingat Rizal setelah tidak bisa menghubungi suaminya.Andai ini diungkapkan, perdebatan pasti kian memanjang dan ujungnya Elvira mendiamkannya. "Mas selalu bilang dia teman terbaikmu sejak dulu. Kalian pernah begitu dekat dan sudah merencanakan hubungan yang serius." Elvira bicara seraya membalas tatapan suaminya."Honey, apa kamu cemburu?" Ah, tidak usah ditanyakan. Daripada nanti tambah runyam."Bisa kan kita lupakan ini?" Akhirnya kalimat ini yang keluar dari bibir Hendy.Hening."Kamu pikir mas tidak terluka saat kamu masih terlihat mencemaskan Rizal. Matamu tak bisa berbohong, Elvira. Kamu masih mencintainya." Malah Hendy tidak bisa menahan diri dalam hal ini."Nggak. Dia sudah menjadi masa lalu,"

    Last Updated : 2024-12-28
  • SEBELUM BERPISAH   89. Dari Hati ke Hati 3

    "Setelah Hendy menikah, papa sudah bilang ke kamu, lelaki tidak hanya Hendy saja. Kenapa kalian justru bikin rusuh begini. Apa kalian sadar, perbuatan kalian ini bisa mempermalukan dan merusak reputasi papa. Kurang apa papa sama kalian, hah! Kurang apa." Pak Danu berteriak di ujung sana. Membuat Herlina kian gemetar ketakutan. Padahal dia satu-satunya orang yang bisa dimintai bantuan.Tantenya sudah tidak ada. Keluarga yang lain pun mana sudi membantu karena mereka tidak menyukai sifat Bu Karlina."Kamu hubungi pengacara saja, papa nggak bisa bantu. Daripada keluarga papa di sini ikutan rusak. Papa sudah meminta kalian nggak usah aneh-aneh. Butuh apapun papa cukupi. Kelakuan Agnes saja sudah bikin papa pusing. Ditambah lagi kelakuanmu dan mamamu. Di mana adikmu itu sekarang?""Agnes keluar, Pa. Dia menemui ayah temannya yang menjadi pengacara.""Oke. Suruh dia urusin semuanya. Biar belajar punya rasa tanggungjawab. Tidak hanya clubbing dan berfoya-foya saja kerjaannya. Maaf, papa ngga

    Last Updated : 2024-12-28
  • SEBELUM BERPISAH   90. Kejutan 1

    SEBELUM BERPISAH - Kejutan Langit Surabaya terlihat redup pagi itu. Suasana terasa gerah meski sinar matahari tidak sepenuhnya menampakkan diri.Hendy turun dari mobil dan melangkah memasuki ruang sidang di Pengadilan Negeri. Sidang baru saja dimulai beberapa menit sebelum ia datang.Elvira yang tegang, tampak lega melihat kedatangan suaminya. Dialah yang dipandang pertama kali oleh Hendy ketika memasuki ruangan itu. Hendy mencium tangan kedua orang tuanya, ayah mertua, Arman, menyalami pengacara mereka, menyalami Rizal, Ranty, dan Ndaru. Kemudian duduk tepat di samping sang istri."Cepet banget, Mas?" bisik Elvira."Pasien meminta untuk membatalkan operasi.""Kenapa?""Nanti saja mas cerita." Mereka kembali fokus pada jalannya persidangan yang baru dimulai. Hendy menggenggam tangan Elvira. Ia tahu istrinya sedang gugup, meskipun berusaha menyembunyikannya. Di deretan bangku sebelah, hanya ada Herlina, Agnes, dan pengacara mereka. Herlina tampak muram dan tegang. Beberapa kali ia

    Last Updated : 2024-12-29
  • SEBELUM BERPISAH   91. Kejutan 2

    "Mamanya sengaja melindungi. Seolah Herlina tidak tahu apa-apa. Tapi aku yakin Herlina terlibat. Karena hanya dia yang tahu bagaimana aku dan Elvira. Mamanya mana ngerti kalau tidak dikasih informasi.""Mbak nggak nyangka sama sekali, Hen. Mereka niat banget berbuat sejahat itu. Jujur saja, dulu Mbak memang berharap kamu dan Herlina bersatu. "Latar belakang keluarganya memang kelam. Ibunya juga penggoda suami orang hingga berhasil dinikahi dan mendapatkan harta sebanyak itu. Tapi mbak kasihan sama dia. Jadi anak yang broken home. Rasanya nggak adil kalau kita turut menghakimi Herlina karena kelakuan ibunya. Di mata Mbak dia tuh baik. Tapi sekarang Mbak tahu, dia nggak jauh beda sama mamanya."Maafin mbak, Hen. Waktu itu mbak hanya khawatir, karena terlihat kalau istrimu nggak perhatian. Jangan sampai kamu yang cinta sendirian pada Elvira.""Kami baik-baik saja sekarang ini. Wajar dengan sikap kami kemarin-kemarin karena memang masih butuh waktu untuk beradaptasi. Justru aku merasa sa

    Last Updated : 2024-12-29
  • SEBELUM BERPISAH   92. Kejutan 3

    "Silakan di minum, Pa." Herlina menaruh secangkir kopi di meja depan Pak Danu. Dia baru saja pulang dari klinik, jarak beberapa menit kemudian papa tirinya datang."Papa ke sini hendak menyampaikan sesuatu."Dada Herlina berdegup kencang. Firasatnya mengatakan kalau apa yang hendak disampaikan papanya pasti kabar buruk. Mengingat lelaki itu sangat murka dengan apa yang telah mereka lakukan."Agnes di mana?""Di rumah mama, Pa." Herlina dan sang adik memang tidak tinggal bersama. Herlina masih menempati rumah peninggalan tantenya."Papa tadi siang menemui mamamu di rutan."Dada Herlina kian berdebar-debar. Setelah vonis dijatuhkan, sang papa baru mengunjungi mamanya. Selama proses peradilan berlangsung, lelaki itu tidak peduli sama sekali. Meski Agnes yang meminta papanya untuk membantu meringankan hukuman mama mereka."Mungkin apa yang papa sampaikan ini akan menyakiti kamu dan adikmu. Tapi papa harus tetap mengatakannya. Papa dan mamamu sudah bercerai siang tadi. Papa minta maaf ka

    Last Updated : 2024-12-29
  • SEBELUM BERPISAH   93. Pregnant 1

    SEBELUM BERPISAH- Pregnant Tulisan 'YES' terbaca jelas dari kaca bening di permukaan test pack. Tatapan Hendy berbinar. Ia tersenyum haru sekaligus bahagia. Kabar ini yang ia tunggu. Dia berdiri dan memeluk istrinya dari belakang. Meraba dengan lembut perut yang masih rata. Meletakkan dagu di pundak Elvira. Mencium wangi lehernya.Sebuah kejutan di pagi yang indah setelah semalaman dia sibuk di rumah sakit. Pulang ke rumah jam setengah dua dini hari.Mungkin ini jawaban bahwa pernikahan mereka memang harus bertahan."Alhamdulillah, kita akan punya anak.""Aku baru mengeceknya tadi pagi," jawab Elvira sambil tersenyum. Tidak ada ekspresi berlebihan di wajahnya. Sikapnya tetap tenang, khas Elvira.Disaat Hendy mulai mencair dan terbuka, Elvira masih dengan sikap tenang yang menyimpan tanya."Kita periksa ke rumah sakit hari ini," ucap Hendy dengan rasa yang sulit diuraikan. Karena hal itu pasti akan menjadi dilema bagi Elvira."Jangan hari ini, Mas. Aku banyak kerjaan di kantor. Ada y

    Last Updated : 2024-12-30
  • SEBELUM BERPISAH   94. Pregnant 2

    Elvira masih sibuk menyelesaikan konsep untuk promosi awal tahun depan. Semua harus direncanakan dengan matang. Tema apa yang bisa menjadi trending topik nanti. Tadi sehabis meeting, dia sempat ngobrol dengan Ranty dan Angel.Wanita yang sarat mengandung itu menyerahkan semuanya pada Elvira dan Ranty. Dia sudah tidak sanggup berpikir berat, karena harus mempersiapkan mental untuk persalinan. Kehamilan kedua ini memang agak rewel dan sempat mengalami plasenta previa."Mbak Angel, masih periksa ke dokter Herlina?" tanya Elvira tadi. "Masih, El. Karena sejak awal dia yang tahu kondisiku. Kalau pindah ke dokter lain, pasti memulai semuanya dari awal. Mbak nggak mau ribet. Maaf, bukan berarti mbak nggak bersimpati dengan permasalahan kalian dengan dokter Herlina. Tapi kondisi mbak kali ini memang nggak memungkinkan untuk ganti dokter. Apalagi usia kehamilan mbak sudah trimester akhir." Angel tampak serba salah dihadapan Elvira."Nggak apa-apa, Mbak. Jangan merasa nggak enak hati. Permasal

    Last Updated : 2024-12-30

Latest chapter

  • SEBELUM BERPISAH   194. Pernikahan 3

    Ingat bagaimana dulu mereka berjuang untuk sampai ke tahap sekarang. Tentang bagaimana mereka melawan konflik dalam batin, Hendy yang memperjuangkan pernikahan supaya bisa tetap bertahan, dan bagaimana Elvira berusaha melupakan kisah lama yang baginya sangat sempurna. Rizal yang masih sanggup mempertaruhkan keselamatannya demi Elvira. Sungguh kisah cinta yang rumit. Memang benar, kunci sebuah hubungan ada pada suami. Sekuat apapun Elvira berontak, jika Hendy berpendirian teguh, perceraian tidak akan pernah terjadi. "I love you," bisik Hendy menatap lembut sang istri. "I love you too," balas Elvira sambil tersenyum. Disaat mereka berpandangan mesra, Keenan dan Kirana tiba-tiba berebutan untuk memeluk. Kirana langsung naik ke pangkuan sang papa, sedangkan Keenan memeluk mamanya. ***L*** Angin siang bertiup pelan, menggerakkan tirai jendela rumah Herlina. Suasana di dalam rumah terasa tenang. Musik instrumental mengalun lembut dari ruang dalam. Herlina duduk di meja makan, men

  • SEBELUM BERPISAH   193. Pernikahan 2

    Bu Karlina tampak canggung. Ada rasa malu yang membelenggu perasaannya. Namun diam-diam, ia bisa mengambil pelajaran dari peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Di depan mata sendiri, ia ditunjukkan betapa orang-orang yang ia sakiti hidup bahagia berkecukupan. Bahkan putrinya sendiri yang selama ini ia sia-siakan, mendapatkan pasangan yang sempurna.Pak Kuswoyo duduk di sofa seberang, memperhatikan mantan istrinya yang tampak canggung. Kemudian memandang ke arah Herlina. "Bagaimana acara pernikahannya Agnes? Semua berjalan lancar?" tanyanya, memecah keheningan."Alhamdulillah, lancar, Pa," jawab Herlina.Setelah beberapa jam berbincang, Herlina dan Bu Karlina berpamitan. "Kamu juga harus memikirkan tentang pernikahan, Her. Papa menunggumu untuk datang mengenalkan calon suami." Sambil melangkah ke depan, Pak Kuswoyo bicara pelan pada putrinya. Herlina mengangguk.Sopir keluarga mengantar mereka ke bandara. Dalam perjalanan, Bu Karlina terlihat lebih tenang dibandingkan sebelumnya. Se

  • SEBELUM BERPISAH   192. Pernikahan 1

    SEBELUM BERPISAH- Ekstra PartJogjakarta ...."Mbak, jadi pulang ke Surabaya pagi ini?" tanya Agnes setelah masuk ke kamar yang ditempati mama dan kakaknya.Malam itu mereka menginap di rumah Pak Beny, papanya Aryo. Dan rumah itu yang selama ini ditinggali oleh Aryo. Karena Banyuaji sudah punya tempat tinggal sendiri. Nanti setelah usai acara pernikahan, papa dan mamanya Aryo kembali ke Jakarta.Mereka yang memegang kantor di Jakarta, juga sudah menetap di sana."Kami mau mampir dulu ke rumah Papa Kuswoyo, Nes." Sambil berkemas, Herlina memandang sang adik yang tampak lelah. Lelah karena seminggu ini mempersiapkan acara pernikahan yang padat, juga mungkin karena semalam adalah malam pertama bagi Agnes dan suaminya. Hmm ... rambut adiknya terlihat masih belum seberapa kering.Kemarin memang acara resepsi ngunduh mantu yang diselenggarakan secara megah di hotel berbintang. Dilanjutkan dengan acara keluarga di rumah orang tuanya Aryo yang ada di Jogja. Agnes sungguh beruntung. Keluarga

  • SEBELUM BERPISAH   191. Satu Momen di Surabaya 3

    Dua bulan kemudian ....Langit Surabaya begitu cerah pagi itu, seolah turut merayakan momen bahagia yang tengah berlangsung di salah satu hotel berbintang di pusat kota. Dekorasi berwarna emas dan putih mendominasi ruangan, menciptakan suasana elegan nan hangat. Hari ini adalah hari pernikahan Agnes dan Aryo.Setelah melangsungkan acara lamaran satu bulan yang lalu di rumah Pak Danu, hari ini menjadi momen kebahagiaan mereka dalam ikatan yang sah.Jam delapan pagi tadi, acara ijab qobul berjalan sangat khidmat.Sekarang Agnes dan Aryo bak raja sehari, duduk di pelaminan yang megah. Mengenakan busana pengantin Paes Ageng. Aryo tampak gagah dengan busana dada terbuka dan kepala yang dihiasi oleh Kuluk Kanigaran. Sedangkan Agnes menggunakan kemben dan kalung sungsun.Aryo di dampingi papa dan mamanya, sementara Agnes di dampingi Bu Karlina yang berdiri tepat di sebelahnya, lalu Herlina, Bu Danu, dan Pak Danu. Pria itu tetap memberikan kesempatan pada mantan istri untuk mendampingi putri

  • SEBELUM BERPISAH   190. Satu Momen di Surabaya 2

    Mendengar itu, dada Agnes berdebar hebat. Merasa malu sekaligus terharu. Ia tahu Aryo serius, tapi mendengar langsung pernyataan cintanya di hadapan sang papa dan mama tirinya, membuat wajah Agnes serasa menghangat karena malu."Saya serius, Pak. Saya sudah menunggu empat tahun untuk bisa datang ke Surabaya bertemu dengan Bapak." Jawaban Aryo yang membuat Agnes kian terharu sekaligus tersanjung.Pak Danu tersenyum bahagia, tampak puas dengan jawaban Aryo. Lelaki yang mencintai putrinya bukan pria sembarangan. Sosok keturunan ningrat yang jelas masa depannya. Dalam hati sangat bersyukur, anak yang menderita batin sejak kecil, kini mendapatkan calon suami yang benar-benar mencintainya."Baiklah. Saya tunggu keluargamu datang untuk melamar." Pak Danu pun tidak terlalu banyak berbasa-basi. Gestur Aryo sangat terbaca jelas, bagaimana dia sangat serius dengan putrinya.Aryo mengangguk. "Ya, Pak. Saya akan mengabari secepatnya."Selesai mereka bicara dengan Pak Danu dan istrinya, Agnes tida

  • SEBELUM BERPISAH   189. Satu Momen di Surabaya 1

    SEBELUM BERPISAH- Satu Momen di Surabaya "Aku hampir nggak pernah bertemu dengan ketiga kakakku dari papa," gumam Agnes."Terakhir aku bertemu mereka sudah lama sekali. Waktu aku datang ke rumah ini untuk menjenguk papa yang tengah sakit. Lama banget itu. Enam atau tujuh tahun yang lalu. Aku masih kuliah.""Mungkin kali ini juga menjadi kesempatanmu untuk bertemu dengan mereka," ujar Aryo.Agnes menghela nafas panjang. Menata hatinya yang kalang kabut. Tidak pernah datang, tiba-tiba ke sana dengan mengajak seorang laki-laki."Kita turun sekarang?""Ya," jawab Agnes sambil menata blouse yang ia pakai. Menyelipkan rambut di belakang telinga. Lantas membuka pintu mobil bersamaan dengan Aryo.Mereka mendekati pagar, Agnes menelpon sang papa. "Aku sudah di depan, Pa," ucapnya setelah panggilan dijawab. "Masuk saja. Papa tunggu di dalam," jawab Pak Danu.Agnes kembali menyimpan ponselnya ke dalam tas. "Kita masuk, Mas!"Aryo mengikuti Agnes yang membuka pintu pagar. Mereka melangkah di h

  • SEBELUM BERPISAH   188. Serius 3

    "Sudah empat tahun. Sejak aku mulai bekerja di sini. Dia juga baru tinggal di Jogja tujuh tahunan. Sebelumnya tinggal di Jakarta.""Kamu sudah menceritakan tentangmu padanya?""Sudah.""Dia nggak menjauhimu. Berarti dia bisa menerimamu. Aryo sudah cukup jelas menunjukkan keseriusannya. Minta ke dia untuk memberitahu orang tuanya tentang kamu, Nes."Hening kembali. Mungkin sebenarnya orang tua Aryo sudah tahu. Yang dipikirkan Agnes sekarang memang kakaknya. Dia berharap Herlina menikah lebih dulu.Herlina memandang sang adik. Apa yang membuat adiknya minder, bukankah papanya orang berada. Kakak-kakak yang seayah dengan Agnes juga sukses semua. "Jangan tunggu mbak. Usiamu sudah dua puluh delapan tahun, Nes."Agnes memandang kakaknya sekilas. Kembali mereka terdiam hingga denting ponsel membuat Agnes meraih benda pipih di nakas sebelahnya.[Jam berapa besok kalian mau berangkat ke Surabaya?][Pagi, Mas. Jam 6 berangkat dari sini.][Oke. Setengah enam aku sampai di kosanmu. Pakai mobilk

  • SEBELUM BERPISAH   187. Serius 2

    "Aku sudah lama sekali memaafkan semuanya. Kamu nggak perlu merasa bersalah lagi. Hidup ini terlalu singkat untuk menyimpan dendam. Herlina dan aku serta adik-adiknya juga sudah bisa bertemu dan berkomunikasi dengan baik. "Semua permasalahan sudah berlalu. Kita punya jalan hidup masing-masing. Aku bersyukur kita bisa bertemu seperti ini dalam keadaan masih sehat."Kita hanya manusia. Nggak ada yang sempurna. Semoga kita bisa menjalani hidup ini dengan lebih baik lagi di sisa usia kita."Mendengar itu, Bu Karlina tersentuh, terharu, dan malu. Sebisa mungkin menahan air matanya supaya tidak jatuh.Herlina yang duduk di samping ibunya ikut terharu melihat momen itu. Sebenarnya sang papa adalah pria penyabar sejak dulu. Namun Herlina menutup mata disaat doktrin sang ibu sangat mendominasi dikala masa pertumbuhannya.Sekarang setelah berpuluh tahun, lelaki itu begitu legowo memberikan maafnya.Sedangkan Bu Fatimah hanya menjadi pendengar. Dia tidak boleh ikut campur urusan masa lalu suami

  • SEBELUM BERPISAH   186. Serius 1

    SEBELUM BERPISAH- Serius "Kamu saja yang nemui papamu, Her. Mama nggak usah." Bu Karlina tidak percaya diri bertemu dengan mantan suaminya. "Ma, bukannya ini kesempatan yang bagus. Mama bisa bertemu Papa dan meminta maaf atas apa yang pernah terjadi." Herlina berucap persis seperti apa yang dikatakan Bu Karlina ketika sang anak ragu untuk mencari papanya beberapa bulan yang lalu.Wajah Bu Karlina menegang, sorot matanya penuh kecemasan. "Kamu tahu sendiri apa yang pernah Mama lakukan ke papamu. Mama nggak tahu harus bicara apa kalau bertemu. Mama belum siap, Her.""Papa sudah lama memaafkan kita. Beliau bahkan nggak pernah membahas masa lalu setiap kali kami ngobrol di telepon. Papa sudah bahagia dengan hidupnya sekarang. Lagipula, kalau Mama terus menghindar, kapan lagi Mama bisa meminta maaf."Bu Karlina diam. Herlina benar. Bukankah ini kesempatan untuk bertemu dengan orang yang pernah disakitinya. Namun ia malu. Karena kondisinya yang sekarang terpuruk sedangkan sang mantan san

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status