SEBELUM BERPISAH- Dari Hati ke HatiHendy meletakkan cangkirnya dan bangkit melangkah ke depan. Di teras, berdiri Herlina dengan wajah sembab. Matanya merah dan bengkak seperti habis menangis semalaman."Her, ada apa ke sini pagi-pagi?" tanya Hendy. Tidak mengira gadis itu akan nekat mendatangi rumahnya. Disaat ia dan Elvira menikmati ketenangan setelah serangkaian peristiwa yang menguras emosi."Aku ingin bicara dengan kalian. Bolehkah aku masuk?"Hendy memandang istrinya. Elvira hanya memberi isyarat dengan mata. Terserah Hendy."Silakan duduk!" Hendy mempersilakan seraya meraih lengan sang istri supaya duduk di sebelahnya."Hen, aku ... aku tidak tahu sama sekali rencana mamaku yang hendak mencelakai Elvira. Sungguh." Suara Herlina bergetar. "Kemarin sore, mamaku ditangkap polisi karena orang suruhannya teringkus.""Terus, maksudmu ke sini untuk apa? Beneran kamu tidak tahu apa-apa? Padahal untuk melakukan semuanya, butuh informasi. Dan kamu yang tahu bagaimana kehidupan kami." Ek
"Mas minta maaf." Daripada omelan Elvira kian memanjang, cukup ia menjawab singkat saja. Hendy tidak perlu melakukan pembelaan. Padahal bisa saja ia bilang bahwa Elvira dapat menelepon dua kakak lelakinya. Atau telepon toko. Tidak mungkin ia tidak hafal nomer milik mereka. Justru yang diingat Rizal setelah tidak bisa menghubungi suaminya.Andai ini diungkapkan, perdebatan pasti kian memanjang dan ujungnya Elvira mendiamkannya. "Mas selalu bilang dia teman terbaikmu sejak dulu. Kalian pernah begitu dekat dan sudah merencanakan hubungan yang serius." Elvira bicara seraya membalas tatapan suaminya."Honey, apa kamu cemburu?" Ah, tidak usah ditanyakan. Daripada nanti tambah runyam."Bisa kan kita lupakan ini?" Akhirnya kalimat ini yang keluar dari bibir Hendy.Hening."Kamu pikir mas tidak terluka saat kamu masih terlihat mencemaskan Rizal. Matamu tak bisa berbohong, Elvira. Kamu masih mencintainya." Malah Hendy tidak bisa menahan diri dalam hal ini."Nggak. Dia sudah menjadi masa lalu,"
"Setelah Hendy menikah, papa sudah bilang ke kamu, lelaki tidak hanya Hendy saja. Kenapa kalian justru bikin rusuh begini. Apa kalian sadar, perbuatan kalian ini bisa mempermalukan dan merusak reputasi papa. Kurang apa papa sama kalian, hah! Kurang apa." Pak Danu berteriak di ujung sana. Membuat Herlina kian gemetar ketakutan. Padahal dia satu-satunya orang yang bisa dimintai bantuan.Tantenya sudah tidak ada. Keluarga yang lain pun mana sudi membantu karena mereka tidak menyukai sifat Bu Karlina."Kamu hubungi pengacara saja, papa nggak bisa bantu. Daripada keluarga papa di sini ikutan rusak. Papa sudah meminta kalian nggak usah aneh-aneh. Butuh apapun papa cukupi. Kelakuan Agnes saja sudah bikin papa pusing. Ditambah lagi kelakuanmu dan mamamu. Di mana adikmu itu sekarang?""Agnes keluar, Pa. Dia menemui ayah temannya yang menjadi pengacara.""Oke. Suruh dia urusin semuanya. Biar belajar punya rasa tanggungjawab. Tidak hanya clubbing dan berfoya-foya saja kerjaannya. Maaf, papa ngga
SEBELUM BERPISAH - Kejutan Langit Surabaya terlihat redup pagi itu. Suasana terasa gerah meski sinar matahari tidak sepenuhnya menampakkan diri.Hendy turun dari mobil dan melangkah memasuki ruang sidang di Pengadilan Negeri. Sidang baru saja dimulai beberapa menit sebelum ia datang.Elvira yang tegang, tampak lega melihat kedatangan suaminya. Dialah yang dipandang pertama kali oleh Hendy ketika memasuki ruangan itu. Hendy mencium tangan kedua orang tuanya, ayah mertua, Arman, menyalami pengacara mereka, menyalami Rizal, Ranty, dan Ndaru. Kemudian duduk tepat di samping sang istri."Cepet banget, Mas?" bisik Elvira."Pasien meminta untuk membatalkan operasi.""Kenapa?""Nanti saja mas cerita." Mereka kembali fokus pada jalannya persidangan yang baru dimulai. Hendy menggenggam tangan Elvira. Ia tahu istrinya sedang gugup, meskipun berusaha menyembunyikannya. Di deretan bangku sebelah, hanya ada Herlina, Agnes, dan pengacara mereka. Herlina tampak muram dan tegang. Beberapa kali ia
"Mamanya sengaja melindungi. Seolah Herlina tidak tahu apa-apa. Tapi aku yakin Herlina terlibat. Karena hanya dia yang tahu bagaimana aku dan Elvira. Mamanya mana ngerti kalau tidak dikasih informasi.""Mbak nggak nyangka sama sekali, Hen. Mereka niat banget berbuat sejahat itu. Jujur saja, dulu Mbak memang berharap kamu dan Herlina bersatu. "Latar belakang keluarganya memang kelam. Ibunya juga penggoda suami orang hingga berhasil dinikahi dan mendapatkan harta sebanyak itu. Tapi mbak kasihan sama dia. Jadi anak yang broken home. Rasanya nggak adil kalau kita turut menghakimi Herlina karena kelakuan ibunya. Di mata Mbak dia tuh baik. Tapi sekarang Mbak tahu, dia nggak jauh beda sama mamanya."Maafin mbak, Hen. Waktu itu mbak hanya khawatir, karena terlihat kalau istrimu nggak perhatian. Jangan sampai kamu yang cinta sendirian pada Elvira.""Kami baik-baik saja sekarang ini. Wajar dengan sikap kami kemarin-kemarin karena memang masih butuh waktu untuk beradaptasi. Justru aku merasa sa
"Silakan di minum, Pa." Herlina menaruh secangkir kopi di meja depan Pak Danu. Dia baru saja pulang dari klinik, jarak beberapa menit kemudian papa tirinya datang."Papa ke sini hendak menyampaikan sesuatu."Dada Herlina berdegup kencang. Firasatnya mengatakan kalau apa yang hendak disampaikan papanya pasti kabar buruk. Mengingat lelaki itu sangat murka dengan apa yang telah mereka lakukan."Agnes di mana?""Di rumah mama, Pa." Herlina dan sang adik memang tidak tinggal bersama. Herlina masih menempati rumah peninggalan tantenya."Papa tadi siang menemui mamamu di rutan."Dada Herlina kian berdebar-debar. Setelah vonis dijatuhkan, sang papa baru mengunjungi mamanya. Selama proses peradilan berlangsung, lelaki itu tidak peduli sama sekali. Meski Agnes yang meminta papanya untuk membantu meringankan hukuman mama mereka."Mungkin apa yang papa sampaikan ini akan menyakiti kamu dan adikmu. Tapi papa harus tetap mengatakannya. Papa dan mamamu sudah bercerai siang tadi. Papa minta maaf ka
SEBELUM BERPISAH- Pregnant Tulisan 'YES' terbaca jelas dari kaca bening di permukaan test pack. Tatapan Hendy berbinar. Ia tersenyum haru sekaligus bahagia. Kabar ini yang ia tunggu. Dia berdiri dan memeluk istrinya dari belakang. Meraba dengan lembut perut yang masih rata. Meletakkan dagu di pundak Elvira. Mencium wangi lehernya.Sebuah kejutan di pagi yang indah setelah semalaman dia sibuk di rumah sakit. Pulang ke rumah jam setengah dua dini hari.Mungkin ini jawaban bahwa pernikahan mereka memang harus bertahan."Alhamdulillah, kita akan punya anak.""Aku baru mengeceknya tadi pagi," jawab Elvira sambil tersenyum. Tidak ada ekspresi berlebihan di wajahnya. Sikapnya tetap tenang, khas Elvira.Disaat Hendy mulai mencair dan terbuka, Elvira masih dengan sikap tenang yang menyimpan tanya."Kita periksa ke rumah sakit hari ini," ucap Hendy dengan rasa yang sulit diuraikan. Karena hal itu pasti akan menjadi dilema bagi Elvira."Jangan hari ini, Mas. Aku banyak kerjaan di kantor. Ada y
Elvira masih sibuk menyelesaikan konsep untuk promosi awal tahun depan. Semua harus direncanakan dengan matang. Tema apa yang bisa menjadi trending topik nanti. Tadi sehabis meeting, dia sempat ngobrol dengan Ranty dan Angel.Wanita yang sarat mengandung itu menyerahkan semuanya pada Elvira dan Ranty. Dia sudah tidak sanggup berpikir berat, karena harus mempersiapkan mental untuk persalinan. Kehamilan kedua ini memang agak rewel dan sempat mengalami plasenta previa."Mbak Angel, masih periksa ke dokter Herlina?" tanya Elvira tadi. "Masih, El. Karena sejak awal dia yang tahu kondisiku. Kalau pindah ke dokter lain, pasti memulai semuanya dari awal. Mbak nggak mau ribet. Maaf, bukan berarti mbak nggak bersimpati dengan permasalahan kalian dengan dokter Herlina. Tapi kondisi mbak kali ini memang nggak memungkinkan untuk ganti dokter. Apalagi usia kehamilan mbak sudah trimester akhir." Angel tampak serba salah dihadapan Elvira."Nggak apa-apa, Mbak. Jangan merasa nggak enak hati. Permasal
Hendy mengerti dengan perasaan istrinya. Apalagi Elvira begitu dekat dengan Ranty. Diraihnya jemari sang istri untuk digenggam. "Tidak usah sedih. Lakukan apa yang membuatmu nyaman untuk sekarang ini. Mas selalu ada buatmu.""Ya. Makasih banyak, Mas." Elvira tersenyum di antara mata yang berkaca-kaca."Apa Rizal sekarang menjalin hubungan dengan putri Pak Bahtiar?""Aku nggak tahu. Aku nggak mencari tahu."Mereka saling pandang. "Hari jadwal periksa, kan?" Hendy mengalihkan pembicaraan. "Hu um. Mas, nanti pulang jam berapa? Kalau pulang terlalu malam, biar aku periksa di rumah sakit saja. Hari Kamis ini ada dokter Nely, kan?""Ada. Kamu nggak apa-apa ke rumah sakit?"Elvira menggeleng. Sudah waktunya ia melawan trauma terhadap rumah sakit. Selama bertahun-tahun, aroma obat dan suasana steril rumah sakit menjadi bayang-bayang menakutkan yang sulit ia hapus. Tentang ibunya, tentang ayahnya juga yang dirawat di tempat itu. Tetapi ia sadar, ini tidak bisa dibiarkan selamanya. Sebab sebe
Pagi itu langit terlihat begitu cerah. Memasuki bulan Mei, hujan sudah mulai jarang. Sebentar lagi musim kemarau tiba.Elvira berdiri di depan meja dapur, tangannya sibuk memotong buah alpukat. Untuk dibuat jus kesukaan Hendy. Wajahnya terlihat ceria, seolah kenangan akan ayahnya telah tersimpan dengan damai di sudut hati. Kehilangan yang sempat merenggut warna hidupnya, kini tergantikan oleh kehangatan yang diberikan sang suami.Suara langkah kaki Hendy terdengar mendekat. Bersamaan dengan terciumnya aroma parfum maskulin yang menjadi favorit suaminya.Hendy sudah rapi dan siap berangkat ke rumah sakit. Tadi malam ada panggilan darurat jam dua pagi. Inilah yang membuatnya gelisah belakangan ini. Elvira sedang hamil sedangkan kesibukannya di rumah sakit membuatnya tidak tega meninggalkan sang istri sendirian di rumah.Memang Elvira tidak setiap hari sendirian. Mamanya sering mengunjungi dan menemani hingga Hendy pulang dari rumah sakit.Dipeluknya pinggang Elvira dari belakang. Sekara
SEBELUM BERPISAH - Suami yang KerenSetelah beberapa kali mencoba memulihkan rekaman yang telah terhapus, akhirnya mereka menemukan rekaman tanggal 29 Desember.Rizal tampak tegang, jantung Ranty berdegup kencang. Layar menampilkan, Elvira melangkah menuju ruang meeting membawa map di tangannya. Ketika hendak masuk, wanita itu berhenti dan merapatkan telinga ke pintu yang sedikit terbuka. Beberapa lama berdiri dan menunduk di sana. Kemudian berbalik arah, kembali ke belakang. Tidak lama kemudian, Elvira pergi membawa tasnya.Ranty menahan napas melihat rekaman itu. Tangannya juga gemetar. Sedangkan Rizal menghela nafas pelan, seraya menyandarkan tubuh ke punggung kursi. Meski saat itu dia tidak ikut bicara, tapi Elvira pasti mendengar ucapan Ranty. "El mendengar semuanya, Ran. Saat kamu membandingkan sikap keluarganya dan keluarga Pak Bahtiar."Mata Ranty berkaca-kaca. Seolah dia diingatkan kembali dengan gamblang, apa yang diucapkan waktu itu. "Apa ini yang membuat El memutuskan un
Hari keenam langit mendung seakan mencerminkan apa yang akan terjadi. Hendy baru saja selesai operasi dan ingin menemui istrinya di ruang ICU. Saat mendekati tempat itu, ia mendengar tangisan dari arah depan ruang ICU. Pria itu segera berlari cepat saat melihat Elvira terjatuh di lantai, menangis histeris."Ayah!" jerit Elvira. Suaranya penuh dengan kesedihan yang tidak bisa dilukiskan. Hendy meraih tubuh Elvira yang ditahan oleh Hasna. Dipeluknya tubuh sang istri yang menggigil dan terguncang. Ia tahu tidak ada kata-kata yang bisa menghapus rasa sakit itu. Yang bisa ia lakukan hanyalah menjadi pelindung bagi Elvira dalam momen kehilangan ini.Sejak tadi malam, Hendy sebenarnya sudah tahu kalau kondisi mertuanya semakin menurun. Namun ia hanya bicara pada Arman dan Amar.***L***Rumah Pak Azman dipenuhi para pelayat. Mulai dari kerabat, tetangga perumahan, hingga rekan bisnis, dan para pelanggan. Para dosen rekan Amar, rekan kerja Isti juga. Ranty dan Angel juga datang. Ranty hanya
Elvira menepis ketakutan yang teramat sangat. Sedangkan Hendy lebih khawatir lagi karena istrinya sedang hamil. Lelaki itu mengusap pelan perut yang membulat disaat Elvira sibuk menghapus air mata dengan tisu. Semoga bayi mereka selalu baik-baik saja. Sejak awal kehamilan, Elvira mengalami banyak tekanan."Ayo, Mas. Kita pergi sekarang." Elvira tidak ingin terlambat."Oke." Hendy bangkit dari duduknya. Meraih ponselnya di nakas. Elvira mengambil tas dan mengenakan masker dobel. Dalam perjalanan, Elvira hanya diam. Rasa khawatir membuncah tidak bisa dibendung meski Hendy mengatakan kalau ayahnya pasti baik-baik saja.Sampai di rumah sakit, Elvira disambut oleh dua kakak lelaki dan juga iparnya. "Ayah bagaimana, Mas?" tanya Elvira pada Arman."Ayah masih di pantau oleh dokter," jawab Arman."Kita doakan ayah segera sadar." Amar mengusap bahu sang adik."Mas, aku ingin bertemu ayah!" Elvira memandang suaminya. Hendy mengangguk, lalu merangkul bahu sang istri dan membawanya masuk ruang
SEBELUM BERPISAH - Hari yang BeratUsai mandi, Hendy tidak langsung keluar. Dia mengirimkan pesan pada asistennya yang masih di rumah sakit untuk menanyakan kondisi sang mertua. Ketika sudah mendapatkan balasan, Hendy baru keluar menemui istrinya."Sudah selesai?" Hendy menghampiri Elvira yang baru mematikan kompor."Hu um. Mas, mau makan sekarang?""Kita makan sama-sama.""Aku belum mandi.""Makan dulu baru mandi. Karena mas mau ngajak kamu ke luar.""Ke mana?" Elvira heran."Makan dulu, mandi, baru mas kasih tahu." Hendy tersenyum seraya mengambil dua piring di rak. Elvira yang bingung manut saja. Mau diajak ke mana? Biasanya sang suami langsung saja bicara tanpa berteka-teki.Dikarenakan dirinya juga lapar, Elvira pun duduk dan makan. Tapi entah kenapa perasaannya tidak enak. Namun ia tidak banyak bertanya. "Mau tambah lagi nasinya?""Nggak, Mas. Aku dah kenyang. Oh ya, kita mau ke mana?" Tidak sabar juga, akhirnya Elvira bertanya lagi. Perasaannya pun tak enak.Hendy tersenyum,
Lima belas menit kemudian, Herlina baru menyusul. Hendy langsung memesan minum dan mix plater yang berisi kentang goreng dan nugget."Jadi Rizal itu akunmu?" tanpa basa-basi, Hendy langsung bertanya setelah Herlina duduk."Ya. Akhirnya kamu tahu." Tidak ada pilihan selain mengakui. Dia sudah tertangkap basah."Kenapa membuat email dengan nama pria itu? Dia lelaki yang baik. Tega kamu memfitnahnya. Aku kenal Rizal lebih dari yang kamu tahu."Dahi Herlina mengernyit heran. "Dia mantan kekasih istrimu yang sekarang masih terikat hubungan pekerjaan atau bisa juga lebih dari itu."Hendy tidak menanggapi. Sepertinya Herlina belum tahu kalau sudah tiga hari ini Elvira berhenti kerja. "Dari mana kamu mendapatkan foto-foto mereka?""Apa susahnya mendapatkan semua itu. Akun lama Facebook Rizal selalu mengunggah kebersamaan mereka." Herlina kembali penuh percaya diri untuk menutupi ketakutan karena sudah kepergok tadi."Siapa yang kamu bayar untuk mengambil video pertemuan mereka tiga hari yang
Sudah tiga hari ini Elvira menjalani perannya sebagai ibu rumah tangga. Ada yang aneh dan ia merasa kesepian. Biasa aktif dengan pekerjaan, sekarang menjadi pengangguran. Ah, tidak juga. Di rumah dia masih mendesain setelah Hendy berangkat ke rumah sakit dan selesai beres-beres.Elvira memasak pagi dan sore. Siang sambil mendesain ia menonton televisi. Tidak lagi sibuk dengan media sosialnya. Sudah tiga hari ini ia tidak melihat acara 'live' akunnya Nirvana Elegance. Sebab jujur saja hatinya masih sedih dan merasa kehilangan.[Sepi tanpamu, El.] Ranty mengirimkan pesan. Mungkin meluangkan waktu di sela jam kerjanya. Saat itu baru menunjukkan pukul 10.00.[Nanti kamu akan terbiasa juga, Ran. Tetap semangat, ya. Raih mimpimu.][Bagaimana denganmu?][Aku sedang bahagia menikmati hari-hariku. Awalnya sepi. Tapi kalau ingat calon bayiku, aku kembali bersemangat. Ini keputusanku dan aku nggak akan menyesalinya.][Semua kehilangan karena kamu resign.][Hanya beberapa hari saja dan setelah i
SEBELUM BERPISAH- Ketahuan Hendy menghubungi seseorang usai menerima email, yang mengirim video pertemuan Elvira, Rizal, dan Ranty di sebuah kafe. Ini tidak bisa dibiarkan. Siapa sebenarnya pemilik akun dengan atas nama Rizal itu. Sampai bisa mengambil video saat mereka melakukan pertemuan sore tadi di kafe."Kasih saya waktu dua hari sampai seminggu, Dok. Saya akan menemukan pemiliknya," jawab Ndaru di seberang."Oke, Pak Ndaru. Saya tunggu."Untuk melakukan pencarian seperti ini, Hendy tidak punya waktu untuk mengerjakannya. Dia membayar kembali Ndaru. Sebenarnya ia pun tahu, kalau untuk mengetahui identitas seseorang dari hanya dari email saja, belum tentu akan berhasil. Tapi ia yakin, Ndaru yang sudah berpengalaman mungkin punya cara untuk menemukan siapa pemilik akun itu.Lelaki itu menghela nafas panjang. Elvira memang sudah meminta izin menemui Rizal, Ranty, dan Angel untuk perpisahan mereka. Tapi di video itu Angel tidak ada. Apa yang ditampilkan di video mengusik jiwa Hend