Beranda / Romansa / SEBELUM BERPISAH / 78. Akhirnya Hendy Tahu 1

Share

78. Akhirnya Hendy Tahu 1

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-26 14:38:20

SEBELUM BERPISAH

- Akhirnya Hendy Tahu

Elvira melirik sekilas ponselnya di atas meja yang berpendar. Hendy menelepon tapi diabaikannya. Dia sedang meeting dengan Rizal, Angel, dan tim pelaksana pembangunan gedung baru.

Rizal tengah memaparkan desain kantor cabang baru yang akan dibangun. Di layar proyektor, sketsa modern gedung berlantai dua itu tampak memukau, mencerminkan keahlian Rizal sebagai arsitek yang handal.

"Bu Angel, seperti yang bisa Anda lihat, kami mencoba mengoptimalkan ruang untuk efisiensi kerja tim. Area di lantai dua kami desain agar menciptakan kolaborasi yang lebih dinamis," jelas Rizal dengan nada tenang. Ia juga memandang pada Elvira yang tengah fokus memperhatikan presentasinya.

"Oke, seperti kesepakatan sebelumnya, Pak Rizal. Big bos sudah setuju dengan desain ini. Dan kami nggak ingin merubahnya lagi. Konsepnya sudah tepat," jawab Angel. "Bagaimana menurutmu, El?" Angel memandang Elvira.

"Saya hanya ingin memastikan, apakah area parkir ini sudah cukup luas un
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Ayu Cla
gitu dong dok harus tegas ambil keputusan. udah ga usah hiraukan herlina, dy itu cuma modus
goodnovel comment avatar
iinfadilah415
akhirnya dokter hendy perlahan sadar
goodnovel comment avatar
sasri
herlina jangan dikasih angin. harus tegas hadapi dia
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SEBELUM BERPISAH   79. Akhirnya Hendy Tahu 2

    Hendy menghela nafas panjang. "Aku kehilangan banyak waktu di rumah, Her. Di rumah sakit saja jadwalku padat. Aku tidak seperti dulu lagi. Aku sudah menikah."Herlina terdiam, tapi dadanya tercubit. Hendy berubah. Tidak lagi seperti Hendy yang baru awal menikah. Apakah dia sudah jatuh cinta pada istrinya? Apa mereka sudah benar-benar menjalani perannya sebagai pasangan yang menikah?Padahal di awal, Herlina melihat Hendy tidak begitu peduli pada Elvira. Mereka terlihat berjarak. Tapi sekarang, melihat kekhawatiran Hendy saat istrinya sakit kemarin, seolah menjawab bahwa hubungan mereka memang sudah berubah. "Maaf, aku mau makan siang dulu. Sebelum kembali ke ruang operasi." "Oke. Kalau gitu aku mau ngajak Mbak Ema untuk makan siang. Semoga dia longgar." jawab Herlina.Tanpa merespon Hendy bangkit dari duduknya. Herlina pun sama. Mereka pergi ke arah yang berbeda. Wanita itu tidak tahu apa yang membuat partner-nya gusar. Bukan karena tegangnya di kamar operasi. Tapi tegang memikirkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • SEBELUM BERPISAH   80. Akhirnya Hendy Tahu 3

    Segelas air hangat dibawa Elvira masuk kamar. Jarak beberapa menit kemudian, Hendy keluar kamar mandi dalam keadaan wangi dan segar."Mas, sudah makan?""Sudah. Ke sini, mas ingin bicara."Mereka duduk di atas tempat tidur. Hendy mengambil ponselnya. Kemudian menunjukkan foto dua orang lelaki pada istrinya. "El, coba mendekat. Mas udah nggak bau obat." Hendy menarik pelan lengan istrinya."Perhatikan baik-baik wajah dua lelaki ini. Apakah dia yang nyamperin pas ban motormu kempes?"Elvira serius memperhatikan. Dadanya berdegup kencang. Rasa ketakutan akan peristiwa itu masih menjadi trauma baginya.Dia perempuan cerdas yang daya ingatnya tajam. "Yang pakai anting ini, Mas. Iya, aku ingat. Dia yang turun duluan nyamperin aku." Elvira tambah yakin setelah melihat lelaki itu pakai anting. Hendy merangkul istrinya supaya tidak panik. "Yang satunya bukan?""Bukan. Yang mengemudi waktu itu ada tato jangkar di lehernya. Tubuhnya lebih besar dari pada ini." Elvira menunjuk gambar salah satu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • SEBELUM BERPISAH   81. Sabtu yang Menegangkan 1

    SEBELUM BERPISAH - Sabtu yang Menegangkan Hendy terkejut mendengarkan cerita yang sebenarnya dari Ranty. "Itu cerita yang sesungguhnya, Dok. Rizal yang sebenarnya lewat malam itu. Tapi dia meminta saya untuk merahasiakannya dari El dan Dokter. Saya yang disuruhnya mengaku. Sekarang dokter Hendy sudah tahu dan nggak usah ngasih tahu ke El, Dok. "Saya kenal Rizal dengan baik. Sekalipun mungkin sekarang cintanya masih besar pada Elvira, dia nggak mungkin merebut El. Udah ya, Dok. Saya mau masuk kantor.""Oke, Mbak. Makasih banyak sudah ngasih tahu saya.""Sama-sama, Dok. Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam."Selesai menelepon, Hendy masih terdiam. Rizal sedemikian rupa berusaha untuk tidak memperkeruh hubungan di antara mereka. Jujur, ia salut dengan lelaki itu. Tidak semua orang yang pernah tersakiti bisa bersikap seperti Rizal.Bagaimana kalau Elvira tahu? Bisa jadi dia akan tetap bersikap biasa, tapi bagaimana dengan perasaannya. Elvira telah melepaskan peluang bersama lelaki yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • SEBELUM BERPISAH   82. Sabtu yang Menegangkan 2

    Elvira mencium tangan kedua kakaknya dan mempersilakan mereka masuk ke rumah. "Kamu baru pulang kerja?" tanya Amar."Iya. Aku baru selesai mandi tadi. Hari Jum'at begini bisa pulang lebih awal. Silakan duduk, aku buatin minum." Elvira ke dapur. Membuatkan kopi untuk dua kakaknya dan teh hangat untuk kakak ipar.Menaruh beberapa browsnis di piring, juga roti bolen yang dibawa oleh Hasna. Menyuguhkan pada mereka. "Diminum, Mas, Mbak Hasna.""Hendy pulang jam berapa?" tanya Amar."Nggak tentu, Mas. Biasanya sore sudah pulang. Tapi lebih seringnya pulang malam.""Tadi siang mas sudah ngobrol sama ayah dan Hasna. Juga sempat ngirimkan pesan ke suamimu. Secara pribadi mas dan ayah mencurigai Bu Karlina. Sama seperti Hendy yang mencurigai wanita itu." Arman bicara.Elvira tidak terkejut karena ingat bagaimana wanita itu tidak menyukainya."Dia istri kedua Pak Danu. Sepertinya dia juga nggak menyukai ayah karena selama ini ayah mendukung Pak Danu untuk bertahan dengan istri pertamanya, disa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • SEBELUM BERPISAH   83. Sabtu yang Menegangkan 3

    "El, kita harus ke rumah Mbak Angel. Pagi ini perutnya kram, jadi nggak bisa ke kantor." Ranty menghampiri mejanya Elvira."Oke. Aku juga baru di telepon sama Mbak Angel. Mau ke sana naik apa?""Naik taksi aja, ya." Ranty tidak ingin mengambil resiko. Khawatir dengan keselamatan Elvira."Baiklah."Keduanya berkemas-kemas. Ranty memesan taksi via aplikasi. Tidak lama kemudian mereka keluar kantor karena sudah ditunggu oleh taksi online di depan.Beberapa saat dalam perjalanan, mereka tidak sadar kalau ada mobil warna silver yang membuntuti sejak tadi.Taksi berhenti di depan sebuah gapura perumahan. Ranty dan Elvira minta berhenti di sana karena rumah Angel tidak jauh dari gapura masuk. Setelah membayar, mereka turun. Taksi bergerak pergi. Elvira dan Ranty memekik kaget saat ada mobil berhenti tepat di samping mereka dan menarik dua perempuan itu masuk ke dalam.Saat berontak, Ranty dipukul hingga pingsan. Elvira ganti berteriak, lalu dipukul juga. Namun Elvira hanya pura-pura tidak s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • SEBELUM BERPISAH   84. Dua Lelaki 1

    SEBELUM BERPISAH - Dua Lelaki "Elvira." Teriakan Hendy membuat Elvira dan Ranty menggedor-gedor pintu supaya mereka tahu keberadaannya. Suasana di luar tampak masih penuh keributan karena pihak aparat melawan para preman yang berusaha berontak. Pintu ruangan terbuka, Elvira langsung disambut pelukan suaminya. Hendy mendekap erat. Namun ia segera sadar dengan situasi mereka saat itu lantas melepaskan dekapan dan hanya menggandeng tangan istrinya. "Kita ke rumah sakit sekarang," ujarnya pada sang istri. Hendy beralih pada Ranty dan Rizal. "Mbak Ranty, Mas Rizal, kita langsung ke rumah sakit. Luka di lengan Anda harus di obati." Rizal memandang lengannya yang terluka. Elvira dan Ranty pun terkejut. Lengan itu merembes darah. "Kamu terluka, Zal. Harus segera diobati." Ranty cemas. Elvira pun panik. Namun ia tidak bisa bersikap lebih dari hanya sekedar memandang. Padahal dalam hati khawatir dan merasa bersalah karena melibatkan Rizal dalam permasalahan ini. Kalau ibunya Riza

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • SEBELUM BERPISAH   85. Dua Lelaki 2

    Sementara Elvira menceritakan pada Hendy, Rizal, dan Ndaru bagaimana rentetan peristiwa itu terjadi. Kemudian percakapan terjeda setelah pesanan di antar. Mereka makan dengan cepat tanpa banyak percakapan. Dengan dipaksa Hendy, akhirnya Rizal mau di antar pulang. Namun minta berhenti di depan gang masuk. "Sampai sini saja, Dok."Hendy menepikan mobil. "Sekali lagi makasih banyak, Mas. Jangan lupa untuk mengganti perban, atau temui saya di rumah sakit. Biar saya yang ganti dan memeriksa lukanya.""Makasih, Dok." Rizal tersenyum lantas membuka pintu mobil. Dia menghampiri Ndaru yang mengendarai motornya dan berhenti dua meter di belakang mobil. Hendy juga ikut turun.Dari dalam mobil Elvira dan Ranty memperhatikan. Elvira memandang sepeda motor tua milik Rizal. Motor yang dulu dipakai lelaki itu kuliah. Yang sering dipakai juga untuk mengantarkannya pulang meski selalu berhenti di kejauhan."Kalau aku nggak ngubungi Rizal tadi. Pasti dia nggak akan terluka, Ran,"sesal Elvira."Mudah-m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • SEBELUM BERPISAH   86. Dua Lelaki 3

    "Mas, ada yang nelpon." Seperti yang pernah diucapkan, Elvira tidak pernah lagi menerima panggilan di ponsel Hendy sampai sekarang. Meski benda itu berdering tepat di depannya seperti saat itu. "Siapa?" "Teman, Mas."Hendy masuk kamar dan menghampiri Elvira yang sedang memakai skin care di depan meja rias. Diraihnya ponsel yang tertera nama dokter Herlina."Halo." Hendy menekan tombol loud speaker supaya Elvira pun mendengarnya."Hen, kamu di rumah?" Suara Herlina serak. Lalu terdengar isak tangisnya."Mamaku, Hen. Mama ditangkap baru saja. Benarkah dia yang menyuruh orang-orang itu untuk mencelakai Elvira?""Kita bertemu di pengadilan saja, Her.""Ta-tapi ....""Biar pihak berwenang yang bertindak. Kita tunggu saja prosesnya," potong Hendy cepat. Kemudian mengakhiri panggilan. Dia ganti menghubungi pengacara keluarganya. "Bu Karlina sudah ditangkap, Mas?" tanya Elvira setelah Hendy selesai bicara."Sudah.""Masa iya dokter Herlina nggak tahu apa yang dilakukan ibunya.""Kita deng

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28

Bab terbaru

  • SEBELUM BERPISAH   194. Pernikahan 3

    Ingat bagaimana dulu mereka berjuang untuk sampai ke tahap sekarang. Tentang bagaimana mereka melawan konflik dalam batin, Hendy yang memperjuangkan pernikahan supaya bisa tetap bertahan, dan bagaimana Elvira berusaha melupakan kisah lama yang baginya sangat sempurna. Rizal yang masih sanggup mempertaruhkan keselamatannya demi Elvira. Sungguh kisah cinta yang rumit. Memang benar, kunci sebuah hubungan ada pada suami. Sekuat apapun Elvira berontak, jika Hendy berpendirian teguh, perceraian tidak akan pernah terjadi. "I love you," bisik Hendy menatap lembut sang istri. "I love you too," balas Elvira sambil tersenyum. Disaat mereka berpandangan mesra, Keenan dan Kirana tiba-tiba berebutan untuk memeluk. Kirana langsung naik ke pangkuan sang papa, sedangkan Keenan memeluk mamanya. ***L*** Angin siang bertiup pelan, menggerakkan tirai jendela rumah Herlina. Suasana di dalam rumah terasa tenang. Musik instrumental mengalun lembut dari ruang dalam. Herlina duduk di meja makan, men

  • SEBELUM BERPISAH   193. Pernikahan 2

    Bu Karlina tampak canggung. Ada rasa malu yang membelenggu perasaannya. Namun diam-diam, ia bisa mengambil pelajaran dari peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Di depan mata sendiri, ia ditunjukkan betapa orang-orang yang ia sakiti hidup bahagia berkecukupan. Bahkan putrinya sendiri yang selama ini ia sia-siakan, mendapatkan pasangan yang sempurna.Pak Kuswoyo duduk di sofa seberang, memperhatikan mantan istrinya yang tampak canggung. Kemudian memandang ke arah Herlina. "Bagaimana acara pernikahannya Agnes? Semua berjalan lancar?" tanyanya, memecah keheningan."Alhamdulillah, lancar, Pa," jawab Herlina.Setelah beberapa jam berbincang, Herlina dan Bu Karlina berpamitan. "Kamu juga harus memikirkan tentang pernikahan, Her. Papa menunggumu untuk datang mengenalkan calon suami." Sambil melangkah ke depan, Pak Kuswoyo bicara pelan pada putrinya. Herlina mengangguk.Sopir keluarga mengantar mereka ke bandara. Dalam perjalanan, Bu Karlina terlihat lebih tenang dibandingkan sebelumnya. Se

  • SEBELUM BERPISAH   192. Pernikahan 1

    SEBELUM BERPISAH- Ekstra PartJogjakarta ...."Mbak, jadi pulang ke Surabaya pagi ini?" tanya Agnes setelah masuk ke kamar yang ditempati mama dan kakaknya.Malam itu mereka menginap di rumah Pak Beny, papanya Aryo. Dan rumah itu yang selama ini ditinggali oleh Aryo. Karena Banyuaji sudah punya tempat tinggal sendiri. Nanti setelah usai acara pernikahan, papa dan mamanya Aryo kembali ke Jakarta.Mereka yang memegang kantor di Jakarta, juga sudah menetap di sana."Kami mau mampir dulu ke rumah Papa Kuswoyo, Nes." Sambil berkemas, Herlina memandang sang adik yang tampak lelah. Lelah karena seminggu ini mempersiapkan acara pernikahan yang padat, juga mungkin karena semalam adalah malam pertama bagi Agnes dan suaminya. Hmm ... rambut adiknya terlihat masih belum seberapa kering.Kemarin memang acara resepsi ngunduh mantu yang diselenggarakan secara megah di hotel berbintang. Dilanjutkan dengan acara keluarga di rumah orang tuanya Aryo yang ada di Jogja. Agnes sungguh beruntung. Keluarga

  • SEBELUM BERPISAH   191. Satu Momen di Surabaya 3

    Dua bulan kemudian ....Langit Surabaya begitu cerah pagi itu, seolah turut merayakan momen bahagia yang tengah berlangsung di salah satu hotel berbintang di pusat kota. Dekorasi berwarna emas dan putih mendominasi ruangan, menciptakan suasana elegan nan hangat. Hari ini adalah hari pernikahan Agnes dan Aryo.Setelah melangsungkan acara lamaran satu bulan yang lalu di rumah Pak Danu, hari ini menjadi momen kebahagiaan mereka dalam ikatan yang sah.Jam delapan pagi tadi, acara ijab qobul berjalan sangat khidmat.Sekarang Agnes dan Aryo bak raja sehari, duduk di pelaminan yang megah. Mengenakan busana pengantin Paes Ageng. Aryo tampak gagah dengan busana dada terbuka dan kepala yang dihiasi oleh Kuluk Kanigaran. Sedangkan Agnes menggunakan kemben dan kalung sungsun.Aryo di dampingi papa dan mamanya, sementara Agnes di dampingi Bu Karlina yang berdiri tepat di sebelahnya, lalu Herlina, Bu Danu, dan Pak Danu. Pria itu tetap memberikan kesempatan pada mantan istri untuk mendampingi putri

  • SEBELUM BERPISAH   190. Satu Momen di Surabaya 2

    Mendengar itu, dada Agnes berdebar hebat. Merasa malu sekaligus terharu. Ia tahu Aryo serius, tapi mendengar langsung pernyataan cintanya di hadapan sang papa dan mama tirinya, membuat wajah Agnes serasa menghangat karena malu."Saya serius, Pak. Saya sudah menunggu empat tahun untuk bisa datang ke Surabaya bertemu dengan Bapak." Jawaban Aryo yang membuat Agnes kian terharu sekaligus tersanjung.Pak Danu tersenyum bahagia, tampak puas dengan jawaban Aryo. Lelaki yang mencintai putrinya bukan pria sembarangan. Sosok keturunan ningrat yang jelas masa depannya. Dalam hati sangat bersyukur, anak yang menderita batin sejak kecil, kini mendapatkan calon suami yang benar-benar mencintainya."Baiklah. Saya tunggu keluargamu datang untuk melamar." Pak Danu pun tidak terlalu banyak berbasa-basi. Gestur Aryo sangat terbaca jelas, bagaimana dia sangat serius dengan putrinya.Aryo mengangguk. "Ya, Pak. Saya akan mengabari secepatnya."Selesai mereka bicara dengan Pak Danu dan istrinya, Agnes tida

  • SEBELUM BERPISAH   189. Satu Momen di Surabaya 1

    SEBELUM BERPISAH- Satu Momen di Surabaya "Aku hampir nggak pernah bertemu dengan ketiga kakakku dari papa," gumam Agnes."Terakhir aku bertemu mereka sudah lama sekali. Waktu aku datang ke rumah ini untuk menjenguk papa yang tengah sakit. Lama banget itu. Enam atau tujuh tahun yang lalu. Aku masih kuliah.""Mungkin kali ini juga menjadi kesempatanmu untuk bertemu dengan mereka," ujar Aryo.Agnes menghela nafas panjang. Menata hatinya yang kalang kabut. Tidak pernah datang, tiba-tiba ke sana dengan mengajak seorang laki-laki."Kita turun sekarang?""Ya," jawab Agnes sambil menata blouse yang ia pakai. Menyelipkan rambut di belakang telinga. Lantas membuka pintu mobil bersamaan dengan Aryo.Mereka mendekati pagar, Agnes menelpon sang papa. "Aku sudah di depan, Pa," ucapnya setelah panggilan dijawab. "Masuk saja. Papa tunggu di dalam," jawab Pak Danu.Agnes kembali menyimpan ponselnya ke dalam tas. "Kita masuk, Mas!"Aryo mengikuti Agnes yang membuka pintu pagar. Mereka melangkah di h

  • SEBELUM BERPISAH   188. Serius 3

    "Sudah empat tahun. Sejak aku mulai bekerja di sini. Dia juga baru tinggal di Jogja tujuh tahunan. Sebelumnya tinggal di Jakarta.""Kamu sudah menceritakan tentangmu padanya?""Sudah.""Dia nggak menjauhimu. Berarti dia bisa menerimamu. Aryo sudah cukup jelas menunjukkan keseriusannya. Minta ke dia untuk memberitahu orang tuanya tentang kamu, Nes."Hening kembali. Mungkin sebenarnya orang tua Aryo sudah tahu. Yang dipikirkan Agnes sekarang memang kakaknya. Dia berharap Herlina menikah lebih dulu.Herlina memandang sang adik. Apa yang membuat adiknya minder, bukankah papanya orang berada. Kakak-kakak yang seayah dengan Agnes juga sukses semua. "Jangan tunggu mbak. Usiamu sudah dua puluh delapan tahun, Nes."Agnes memandang kakaknya sekilas. Kembali mereka terdiam hingga denting ponsel membuat Agnes meraih benda pipih di nakas sebelahnya.[Jam berapa besok kalian mau berangkat ke Surabaya?][Pagi, Mas. Jam 6 berangkat dari sini.][Oke. Setengah enam aku sampai di kosanmu. Pakai mobilk

  • SEBELUM BERPISAH   187. Serius 2

    "Aku sudah lama sekali memaafkan semuanya. Kamu nggak perlu merasa bersalah lagi. Hidup ini terlalu singkat untuk menyimpan dendam. Herlina dan aku serta adik-adiknya juga sudah bisa bertemu dan berkomunikasi dengan baik. "Semua permasalahan sudah berlalu. Kita punya jalan hidup masing-masing. Aku bersyukur kita bisa bertemu seperti ini dalam keadaan masih sehat."Kita hanya manusia. Nggak ada yang sempurna. Semoga kita bisa menjalani hidup ini dengan lebih baik lagi di sisa usia kita."Mendengar itu, Bu Karlina tersentuh, terharu, dan malu. Sebisa mungkin menahan air matanya supaya tidak jatuh.Herlina yang duduk di samping ibunya ikut terharu melihat momen itu. Sebenarnya sang papa adalah pria penyabar sejak dulu. Namun Herlina menutup mata disaat doktrin sang ibu sangat mendominasi dikala masa pertumbuhannya.Sekarang setelah berpuluh tahun, lelaki itu begitu legowo memberikan maafnya.Sedangkan Bu Fatimah hanya menjadi pendengar. Dia tidak boleh ikut campur urusan masa lalu suami

  • SEBELUM BERPISAH   186. Serius 1

    SEBELUM BERPISAH- Serius "Kamu saja yang nemui papamu, Her. Mama nggak usah." Bu Karlina tidak percaya diri bertemu dengan mantan suaminya. "Ma, bukannya ini kesempatan yang bagus. Mama bisa bertemu Papa dan meminta maaf atas apa yang pernah terjadi." Herlina berucap persis seperti apa yang dikatakan Bu Karlina ketika sang anak ragu untuk mencari papanya beberapa bulan yang lalu.Wajah Bu Karlina menegang, sorot matanya penuh kecemasan. "Kamu tahu sendiri apa yang pernah Mama lakukan ke papamu. Mama nggak tahu harus bicara apa kalau bertemu. Mama belum siap, Her.""Papa sudah lama memaafkan kita. Beliau bahkan nggak pernah membahas masa lalu setiap kali kami ngobrol di telepon. Papa sudah bahagia dengan hidupnya sekarang. Lagipula, kalau Mama terus menghindar, kapan lagi Mama bisa meminta maaf."Bu Karlina diam. Herlina benar. Bukankah ini kesempatan untuk bertemu dengan orang yang pernah disakitinya. Namun ia malu. Karena kondisinya yang sekarang terpuruk sedangkan sang mantan san

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status