Beranda / Pernikahan / SEBATAS ISTRI FIGURAN / 9. Menanti Kepulangan Arfan

Share

9. Menanti Kepulangan Arfan

Penulis: Sheila FR
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-17 06:52:40

Arfan kini sudah siap-siap untuk pulang. Ia menyimpan kembali berkas-berkas yang berserakan ke rak di belakang meja kerjanya. Niatnya Arfan akan langsung menuju rumah sakit untuk menjemput Hilmi sekalian menjenguk adik iparnya.

Baru separuh perjalanan, Fika menelpon dan meminta Arfan untuk datang guna menemaninya ke acara pernikahan teman satu profesinya. Akhirnya Arfan memutar haluan menuju kediamannya bersama istri pertamanya.

"Mas, akhirnya kamu datang. Baru kemaren di tinggal rasanya aku sudah kangen banget," ujar Fika yang memang sudah menunggu Arfan di teras sambil memeluk Arfan dengan erat.

Arfan mengecup pucuk kepala Fika dan merangkulnya membawa ke dalam rumah,"Mas juga kangen banget sama kamu. Kamu baik-baik saja 'kan? Kerjaan kamu lancar?"

"Aku baik, Mas. Pekerjaanku juga lancar. Bahkan tadi managerku bilang ada yang menawarkan kontrak kerja sama untuk peluncuran produk barunya, dan aku jadi modelnya, tapi ini di luar kota dan lumayan jauh. Aku belum menyetujui, nunggu izin dari kamunya dulu,"

"Wah, ke mana itu?"

"Balikpapan, Mas. Kalau mas ngizinin aku terima, kalau nggak, ya, aku tolak,"

"Memangnya kapan kesananya dan berapa hari?"

"Seminggu lagi. Mungkin sekitar dua mingguan,"

"Mas cek kerjaan dulu, kalau sedikit luang, mas izini sekalian kita liburan ke sana."

"Waaaahh, beneran sayang?" Fika tampak begitu girang mendengar penuturan Arfan, apalagi di tambah pria itu akan ikut dan sekalian mau mengajak dirinya liburan. Siapa yang senang coba?

"Iya, udah lama juga 'kan kita gak liburan?"

"Makasih, Mas,"

"Sama-sama, sayang."

"Mas mandi dulu gih, ntar kita langsung berangkat sekalian kita makan di luar, bajunya sudah aku siapin di kamar,"

"Oke."

Tanpa terasa waktu berjam-jam kini sudah di lewati dengan keseruan dan kemeriahan acara pernikahan teman Fika. Jam 00:32 mereka baru pulang dari acara tersebut. Puluhan panggilan tak terjawab serta chat dari mama Agni menghiasi layar utama pada ponsel keduanya.

"Mas, tak bisakah untuk tetap tinggal?" pinta Fika dengan raut sedihnya.

"Sayang, ini peraturan yang sudah kita sepakati bersama bukan? Aku pun berat harus meninggalkanmu di rumah dengan bibi, tapi jika kita melanggar, kamu tahu sendiri 'kan gimana kerasnya mama?"

"Mas,"

Arfan sungguh tak tega pada Fika, apalagi kini air mata sudah mulai membasahi wajah istrinya tersebut. Arfan membawa Fika kedalam pelukannya.

"Ini hanya sebentar, sayang. Kalau dia sudah hamil, mas tak akan bermalam dengannya lagi,"

*****

"Baguslah kamu datang tepat waktu. Lekas bebersih dan jangan lupa pakai pakaian yang sudah aku siapkan!"

"Baik, Ma."

Baru saja Hilmi memasuki rumah dan mengucapkan salam, dirinya sudah di sambut oleh mama Agni yang tengah duduk di ruang tamu di temani secangkir kopi dan sepiring camilan. Tak lupa sebuah majalah menjadi teman mama Agni bersantai malam ini.

"Oh, ya, tadi Arfan diminta Fika untuk pulang katanya mau minta antar kondangan. Jadi, nanti mungkin agak malam datangnya."

"Iya, Ma,"

"Ya, sudah sana!"

"Mbok!" panggilan dari mama Agni membuat si mbok yang ada di ruang setrika tergopoh-gopoh menghampiri majikannya.

"Buatkan minuman seperti yang kemaren untuk Hilmi, langsung antarkan ke kamarnya!"

"Baik, Nya."

Hilmi pun melangkah menuju anak tangga, sebelum menaiki tangga, Hilmi menuju dapur terlebih dahulu untuk meletakkan rantang yang dibawanya tadi. Setelah selesai, ia mulai menaiki tangga dan melakukan apa yang di perintahkan mertuanya tadi. Sebelum mandi, Hilmi mengecek ponselnya. Kosong! Tak ada satupun pesan ataupun panggilan tak terjawab dari Arfan maupun yang lainnya.

"Siapa aku bagimu, Mas?" gumamnya seraya menghelat nafas berat.

Hilmi mulai memasuki kamar mandi dan mulai membersihkan tubuhnya dari sisa-sisa keringat karena aktifitas seharian tadi. Apalagi kejadian ketika di kompleks perumahan miliknya tadi yang sangat menguras keringat.

Selesai mandi, Hilmi menggunakan baju yang sudah disediakan oleh mama Agni yang tersimpan di bagian gantungan. Ia meraih satu dress di atas tanpa lengan berwarna hitam lalu mengenakannya. Kemudian Hilmi menuju meja rias dan mulai memoles wajahnya dengan make up sesuai yang diajarkan oleh ketiga asisten mama Agni. Hilmi berdiri dan menuju kaca panjang yang bisa menampilkan seluruh tubuhnya, ia memandangi lekat lekat dirinya dari pantulan kaca. Sungguh Hilmi merasa ia sudah mirip dengan para wanita yang bekerja di club malam. Beruntungnya dia hanya di sentuh oleh satu lelaki, dan dia dinikahi meski hanya pernikahan siri.

Dua jam sudah Hilmi menunggu Arfan datang, dan Hilmj sudah terkantuk-kantuk sejak tadi, tapi karena mertuanya memerintahkan dirinya untuk tidak tidur dan harus menunggu Arfan, jadilah Hilmi berusaha agar tetap tidak tidur. Bahkan dua cangkir kopi sudah di habiskan oleh Hilmi, tetap saja matanya enggan untuk terbuka. Hingga pada akhirnya Hilmi tertidur di sofa dengan posisi duduk.

Entah jam berapa Arfan tiba di rumah mama Agni, yang jelas saat itu semua orang sudah tertidur bahkan semua lampu sudah di matikan kecuali lampu teras. Mata Arfan pun sudah sangat mengantuk. Jika tidak dihubungi terus menerus oleh mama Agni, sudah pasti saat ini Arfan bermalam di rumah Fika, karena tadi ia masih menghabiskan malam yang indah dengan istri pertamanya tersebut. Arfan sebenarnya sudah tertidur setelah aktifitasnya bersama Fika, tapi dering ponsel yang tak kunjung berhenti membuat Arfan mau tak mau harus pulang ke rumah mama Agni walaupun konsentrasi menyetirnya terpecah karena kantuk yang mendera.

Arfan memasuki kamarnya yang mungkin hanya kamar ini satu-satunya ruangan yang lampunya masih menyala. Ia mendapati Hilmi yang tertidur di sofa, ingin memindahkan Hilmi ke kasur, tapi rasanya ia sudah tak bertenaga dan sangat mengantuk hingga Arfan mengabaikan Hilmi. Arfan hanya membuka sepatunya dan langsung merebahkan tubuhnya di kasur dengan posisi tengkurap dan kesadarannya langsung hilang hanya dalam beberapa detik.

Suara alarm membuat Hilmi perlahan membuka matanya, rasa sakit pada pinggang dan leher mendera membuat Hilmi meringis sambil memijat pelan keduanya. kepalanya terasa begitu berat dengan leher yang sangat kaku seolah tak bisa di gerakkan. Sambil meringis, Hilmi bangkit hendak ke kamar mandi, ia terpaku melihat Arfan yang masih tertidur nyenyak di atas pembaringan.

"Jadi, semalam mas Arfan pulang? Kenapa aku nggak di bangunkan dan justru tetap di biarkan di ...." tak meneruskan kalimatnya, Hilmi membuang nafas kasar berusaha membuang sesak yang tiba-tiba menyerang dadanya. Seenggak peduli itu Arfan padanya, hingga membiarkan Hilmi tertidur di sofa dengan posisi duduk.

Hilmi melanjutkan niatnya untuk ke kamar mandi, dia mulai membasuh mukanya dan mematut dirinya di cermin.

"Semoga aku segera hamil, agar aku segera terbebas dari rasa sesak ini."

Ingin sekali dirinya tak melibatkan perasaan pada hubungannya dengan Arfan, tapi sayang, ia tak bisa mengendalikan hatinya. Ia tak bisa mengatur hatinya untuk menyukai atau tidak menyukai pada siapa.

Bab terkait

  • SEBATAS ISTRI FIGURAN   10. Negatif

    "Ini sudah tespack ke tujuh dan hasilnya tetap sama, garis satu!""Kapan aku punya cucunya, kalau kamu belum hamil juga! Padahal udah dua bulan lebih!""Apa kalian hanya mengelabui mama tidur satu kamar, tapi tak melakukan itu?""Atau jangan-jangan kamu mengonsumsi pil KB agar kamu nggak cepat hamil?"Serentet omelan mama Agni membuat suasana pagi ini menjadi suram. Ia tak hentinya mengomel karena Hilmi belum juga hamil padahal sudah dua bulan sejak Hilmi tinggal disini. Sangat besar harapannya setiap kali benda pipih panjang itu ia pegang, tapi harapan itu selalu patah karena hasil yang di tampilkan setelah selesai digunakan itu menunjukkan satu garis saja.Setiap sepekan sekali mama Agni akan melakukan tes kehamilan pada Hilmi, dan tentu mama Agni tak akan hanya diam menunggu di luar kamar mandi, mama Agni akan ikut ke dalam dan bahkan mama Agni sendiri yang memegang benda panjang pipih itu untuk dicelupkan pada urine yang sudah tertampung dalam wadah. Hal itulah yang membuat Hilmi

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-17
  • SEBATAS ISTRI FIGURAN   11. Memperjuangkan Kesetiaan untuk Fika

    Arfan terpaku dengan kepala yang dipenuhi pikiran akan segala hal. Penjelasan Fika entah kenapa membuat hatinya merasa tidak tenang. Harusnya dia senang karena Fika mau adopsi anak dari panti, dan dirinya akan terbebas dari Hilmi. Namun, kenapa justru ada rasa tak rela jika harus berpisah dari Hilmi?"Kamu beneran mau adopsi anak dari panti?""Beneran, Mas. Dari pada milih wanita lagi untuk jadi istrimu, lebih baik milih anak saja buat di adopsi. Aku kapok ngerasain cemburu dan sakit hati!""Kenapa nggak dari dulu kamu setuju, sayang? Jika setuju dari dulu, pasti kita sudah menemani anak kita belajar berjalan.""Aku kira mudah membawa wanita lain ke rumah ini dan jadi istri keduamu sampai dia memberikan kita anak, tapi nyatanya nggak mudah, bahkan sangat sulit. Setiap saat aku dilanda cemburu akibat ulahku sendiri dan aku gak mau merasakan itu lagi,"Mungkin hati Arfan sudah terbagi, hingga ia berpikir untuk memiliki keduanya dan tak ingin melepaskan salah satu dari mereka. Hati Arfan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-17
  • SEBATAS ISTRI FIGURAN   12. Selesai

    "Kamu mencintaiku?"DegKedua mata Hilmi membola mendengar pertanyaan Arfan yang to the point. Jantungnya berdentam dentam dengan tubuh yang menegang."Apa maksudmu menanyakan itu, Mas?"Arfan merutuki dirinya yang bicara tanpa basa-basi hingga membuat ia salah tingkah sendiri. Ia menggaruk pelipisnya yang tak gatal lalu tersenyum canggung pada Hilmi."Ehm, anu, itu, maksudku gini, mengingat apa yang sudah pernah terjadi diantara kita, tentang semua yang pernah kita lewati, tentu hal itu tak mungkin terlewati begitu saja. Pasti ada sebuah rasa yang tertanam dan ada sebuah kisah yang terkenang. Apakah selama pernikahan kita ini kamu mulai ada rasa padaku?""Untuk apa mas menanyakan itu padaku?"Hilmi tak mengerti kenapa Arfan membahas masalah perasaan terhadapnya. Bukankah perasaan itu tak penting? Bagaimanapun perasaan Hilmi terhadap arfan atau bagaimanapun perasaan Arfan terhadap Hilmi bukankah lebih baik mereka tak saling mengetahui? Karena hubungan mereka tak seserius itu. Mereka h

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • SEBATAS ISTRI FIGURAN   13. Permintaan Mama Agni

    Wajah Hilmi berubah menjadi mendung setelah mendengar perkataan si Mbok. Bagaimana mungkin dia berusaha dengan maksimal, jika sekarang saja Hilmi dan Arfan sudah bercerai. Hilmi menghembuskan nafas pelan, berusaha agar tak menangis di hadapan si Mbok."Mbok,""Ya, Non?""Mama kapan pulang?""Mungkin sekitar satu jam lagi katanya, Non,""Oh, baiklah, Mbok. Terimakasih minumannya." kata Hilmi sambil mengambil cangkir yang ada di atas nampan."Sama-sama, Non. Kalau begitu Mbok pamit ya,""Iya, Mbok, silahkan!"Setelah si mbok pergi, Hilmi segera masuk kamar dan meletakkan cangkir yang di bawanya ke atas nakas. Seketika rasa bersalah menyeruak hati Hilmi. Hilmi merasa sangat bersalah karena masih belum bisa memberikan cucu kepada mama Agni. Hilmi merasakan sakit dan bersalah dalam waktu yang bersamaan.Dalam tangisan Hilmi yang tergugu, Arfan tiba-tiba masuk membuat Hilmi seketika berhenti menangis dan secepat kilat menghapus air mata di pipinya. Hilmi bangkit dari duduknya dan menuju lem

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20
  • SEBATAS ISTRI FIGURAN   14. Rumit

    Saling mencintai bukan berarti bisa membuka pintu untuk hidup bersama. Keduanya disatukan saat tak saling mengenal, dengan hati yang saling menolak. Namun, saat hati keduanya saling mencintai, berpisah adalah jalan yang mereka pilih. Pernikahan yang awalnya keterpaksaan yang terjadi pada Arfan dan Hilmi bukanlah pernikahan yang akhirnya saling jatuh cinta lalu hidup bahagia. Pernikahan mereka terjadi untuk diakhiri. Sekalipun saling mencintai, mereka akhirnya harus berpisah, bahkan berpisah lebih cepat karena rasa cinta yang dirasakan keduanya.Sekalipun mama Agni memohon agar bertahan, tapi Arfan tak ingin hatinya semakin jatuh pada pesona Hilmi. Ia tak ingin menyakiti Fika lebih dalam lagi. Ia ingin hanya Fika satu-satunya wanita dalam hidupnya sekalipun istrinya itu tak bisa memberikan dirinya keturunan."Sayang, sudah siap 'kan semuanya?" tanya Arfan yang saat ini sedang bersiap untuk berangkat liburan.Dua Minggu setelah perceraian Arfan dan Hilmi, Arfan berusaha menyempurnakan k

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-22
  • SEBATAS ISTRI FIGURAN   15. Renggang

    "Sayang, please, jangan ngomong seperti itu. Aku melakukan semua ini karena aku ingin mempertahankan pernikahan kita. Aku ingin hanya kamu wanita satu-satunya di hidupku. Aku ingin kamu membantuku menghapus perasaan ini untuk Hilmi. Aku ingin hatiku kembali sadar bahwa kamu dan hanya kamu yang terbaik. Apapun yang terjadi, aku tak akan pernah meninggalkan kamu."Arfan berusaha meraih Fika, tapi Fika selalu menghindar dan terus menghindar. Wanita mana yang tak sakit hati, dikala dirinya tahu bahwa di hati sang suami sudah timbul bibit-bibit cinta. Memang dia yang salah yang sudah membawa Hilmi ke tengah-tengah rumah tangga mereka, dia salah karena terlalu menyepelekan Hilmi yang menurutnya tak mungkin membuat Arfan jatuh cinta, tapi nyatanya sekarang?? Inikah konsekuensi yang harus diterima oleh Fika karena sudah mempermainkan pernikahannya?"Kenapa? Kenapa kamu mempertahankan aku, Mas? Kenapa kamu memilihku? Sedangkan aku hanya wanita mandul yang tak bisa memberikanmu keturunan. Apa h

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-23
  • SEBATAS ISTRI FIGURAN   16. Enggan Pindah

    "Mbak yakin mau menetap disini? Gak mau pindah gitu ke luar kota?"Entah pertanyaan yang ke berapa kalinya yang dilontarkan Rian kepada Hilmi, yang jelas setiap hari, semenjak satu bulan belakangan Rian tak pernah absen menanyakan tentang keputusan Hilmi yang memilih menetap di kontrakan yang masih satu kota dengan Arfan. Meskipun jaraknya lumayan jauh, tapi kemungkinan bertemu sangat besar mengingat masih berada dalam satu kota. Rian tak ingin Hilmi terus terluka. Rian ingin Hilmi melupakan segala kenangan pahit yang pernah di lalui Hilmi di kota ini."Sudah berapa kali kamu bertanya seperti itu kepada mbak, Dek? Dan jawaban mbak tetap sama. Bukan karena mbak mengharapkan mas Arfan, tapi mbak sudah nyaman disini. Lagian juga dagangan mbak disini laris manis. Banyak yang beli. Kalau pindah tempat, susah lagi cari pelanggan. Kamu juga sudah nyaman 'kan di tempat kerja kamu yang sekarang? kalau pindah lagi, susah lagi buat penyesuaiannya. Apalagi teman-teman kerjamu pada baik semua."Se

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-26
  • SEBATAS ISTRI FIGURAN   17. Mimpi Mama Agni

    "Omaaaa, aku datang!"Seruan seorang bocah perempuan yang berusia sekitar tiga tahunan membuat mama Agni yang tengah bersantai di ruang keluarga mengernyitkan dahinya. Ia menolehkan kepalanya ke pintu yang menghubungkan ke ruang tamu, menanti suara langkah kaki mungil yang terdengar semakin mendekat.Setelah sekian detik, seorang bocah perempuan mengenakan gaun putih dengan rambut yang di kepang dua, tak lupa jepit mutiara terpasang di pangkal kedua kepangannya tersebut."Oma kok gak sambut aku sih? Oma gak kangen aku?"Mama Agni masih diliputi kebingungan akan hadirnya bocah perempuan tersebut yang tiba-tiba dan memanggilnya Oma. Padahal ia tak mengenalnya sama sekali. Sesekali mama Agni bergantian memandang bocah tersebut dan pintu berharap seseorang yang membawa bocah itu muncul agar rasa penasarannya terjawab. Namun, yang di tunggu-tunggu tak kunjung datang."Kamu siapa, Cantik?" tanya mama Agni sambil mengusap kepala anak perempuan yang barusan memanggilnya Oma tersebut."Oma gak

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-26

Bab terbaru

  • SEBATAS ISTRI FIGURAN   Bangkit

    "Ma, bagaimana kabar Naila?" Lagi, Hilmi mengulang pertanyaannya dengan tatapan penuh harap saat melihat mama Agni tak kunjung menjawab pertanyaannya.Sedangkan mama Agni tak tahu harus menjawab apa. Ia takut Hilmi akan sedih dan akan kembali bermasalah dengan mentalnya jika ia mengatakan yang sejujurnya.Menghela nafas dengan panjang, mama Agni menatap lekat wajah mantan menantu yang sudah memberikannya cucu ini."Mama gak tahu." ujarnya lirih yang hampir saja tak di dengar oleh Hilmi.Tentu ucapan itu memancing kernyitan di dahi Hilmi, "Maksud mama?"Hingga pada akhirnya, cerita itu mengalir dari mama Agni setelah sebelumnya di pastikan Hilmi akan baik-baik saja. Semua mama Agni ceritakan kepada Hilmi dengan tangis yang tak bisa lagi di bendung. Tentang kepergian Arfan dan keluarga kecilnya, tentang Arfan yang pergi tanpa pamit, bahkan meninggalkan perusahaan begitu saja, hingga membuat perusahaan mengalami kerugian besar akibat Arfan yang pergi begitu saja tanpa meninggalkan persia

  • SEBATAS ISTRI FIGURAN   Kesembuhan Hilmi

    Sikap diam Aina selama makan malam dianggap biasa saja oleh Ummu Zakia, karena mengira kalau Aina belum terbiasa bergabung bersama keluarganya. Padahal yang sesungguhnya, wanita itu tengah menahan sakit hatinya atas sikap suaminya sore tadi.Zidan bukannya memberi penjelasan entah jawaban iya atau sanggahan atas pertanyaan Aina, justru memilih menghindar ke kamar mandi dan setelahnya memilih menyibukkan diri dengan laptopnya dari pada berusaha menenangkan hati Aina yang gundah."Aina sudah selesai, dan Aina permisi ke kamar duluan, Ummi, Abi, Abang."Setelah Aina beranjak, barulah Ummi Zakia menyadari kalau ada sesuatu yang beda dari menantunya tersebut. Meskipun baru sehari ini mereka tinggal bersama, tapi dalam acara makan bersama seperti ini, Ummi Zakia sedikit banyak sudah hapal kebiasaan sang menantu yang tak akan beranjak sebelum yang lain juga selesai."Ada apa dengan istrimu, Zidan?""Gak apa-apa, Umi. Aina hanya kelelahan saja."Ummi Zakiah mengangguk, meskipun hatinya merasa

  • SEBATAS ISTRI FIGURAN   45. Hati Yang Tertinggal?

    Tak ada yang terjadi di malam pertama bagi kedua pengantin itu. Keduanya masih sama-sama belum siap untuk melangkah ke hal yang lebih intim itu. Pacaran setelah menikah, mungkin itu yang terjadi di antara keduanya saat mereka berbincang-bincang berdua semalam. Sehabis sholat subuh pertama di rumah mertuanya, Aini memutuskan untuk pergi ke dapur dan membantu sang mertua untuk membuat sarapan. "Mau kemana, Dek?" tanya Zidan yang melihat Aini sudah memakai kembali hijabnya selepas sholat subuh."Mau ke dapur, Bang. Mau membantu Ummi masak buat sarapan." "Oh." jawab Zidan singkat diiringi anggukan kecil. Aini memaklumi jika suaminya masih bersikap kaku kepadanya. Maklum pernikahan ini di mulai dari ta'aruf dan perkenalan yang singkat, bukan sebab mengenal lama dan saling jatuh cinta. Meskipun Aini juga belum mencintai sang suami, tapi Aini akan berusaha mencintai suaminya dan akan berusaha menjadi istri yang baik buat Zidan. Aini memutuskan untuk keluar dari kamar mereka setelah di r

  • SEBATAS ISTRI FIGURAN   44. Pernikahan Zidan

    "Buat apa ibu datang ke sini?" Tanya Rian sinis."Rian, kenapa ngomong gitu? Tentu aku kesini untuk mengunjungi Hilmi. Hari ini biarkan aku yang menjaga Hilmi, kamu bisa pulang dan istirahat." ujar mama Agni.Pagi ini, selepas Rian membeli sarapan, ia mendapati mama Agni yang udah berdiri di depan pintu ruang rawat Hilmi."Tak perlu. Aku tak butuh orang lain untuk menjaga kakakku. Silahkan ibu pergi dari sini karena kehadiran ibu tidak diharapkan!" Sanggah Rian sarkas.Bukan bermaksud untuk tidak sopan kepada orang tua, tapi Rian sungguh benci melihat keluarga lelaki bajing*n itu berkeliaran di sekitarnya.Kenapa kamu ngomong begitu, aku bukan orang lain. Aku adalah ...""Ibu dari lelaki baji***n yang sudah membuat kakakku seperti ini hingga depresi! Bukan begitu nyonya Agni?" Sinisnya."Rian,ngomong apa kamu ini, kenapa semakin ngelantur gitu!""Sudahlah, Bu, lebih baik anda pulang saja! Gak usah berpura-pura baik lagi kepada kami, toh sekarang Naila ada bersama anak dan mantu ibu."

  • SEBATAS ISTRI FIGURAN   43. Wanita yang Dihakimi Massa

    "Mas, bangun ih! Ini Naila kenapa gak berhenti nangis dari tadi?"Kepanikan tergambar jelas di wajah Fika ketika sedari tadi ia berusaha menenangkan Naila yang menangis, tapi tak kunjung reda juga.Arfan yang masih merasakan kesakitan pada sekujur tubuhnya tak dapat bergerak dengan leluasa. Lelaki itu bangun dengan perlahan sambil meringis menahan sakit. Tulang-tulangnya terasa mau patah setelah kemaren di hajar habis-habisan oleh Rian."Coba sini aku yang gendong." Pinta Arfan saat dirinya sudah berhasil berdiri dengan tegak.Fika pun gegas memberikan Naila kepada Arfan. Arfan berusaha menimang Naila sambil bersenandung kecil dengan menggoyang-goyangkan badan mungil Naila. Namun, sudah hampir satu jam, Naila tak kunjung berhenti jua menangis."Coba panggil di Mbok, siapa tahu dia bisa menenangkan Naila!" titah Arfan yang langsung disetujui oleh Fika.Wanita itu gegas keluar dari kamarnya dan menuju ruang belakang tempat si mbok beristirahat. Di panggilan ke tiga, barulah si mbok memb

  • SEBATAS ISTRI FIGURAN   42. Kepanikan

    Wanita itu berjalan mengendap dengan langkah yang diatur sedemikian rupa agar tak mengeluarkan suara. Ia tolehkan kepalanya ke kanan dan kiri guna memastikan bahwa tak ada yang melihatnya. Setelah merasa aman, barulah perempuan itu melanjutkan langkahnya dengan sangat pelan hingga ia keluar dari sebuah ruangan yang baru saja dihuninya.Tak ada yang tahu bahwa dia adalah pasien dari rumah sakit tersebut, karena ia sudah mengganti pakaian pasiennya dengan pakaian biasa yang ia ambil dari dalam lemari kecil di samping ranjangnya.Ya, wanita itu adalah Hilmi. Wanita yang kewarasannya sudah terganggu akibat ulah dari dua manusia yang tak punya hati. Tak ada lagi yang dipikirkan olehnya kecuali sang putri yang kini berada di tangan ayah kandungnya, yang di rebut paksa dari dirinya.Setelah melihat Rian yang sudah tertidur pulas, Hilmi bangun dan segera melepaskan selang infus di tangannya. Tak ia pedulikan rasa sakit di tangannya akibat jarum infus yang di buka secara kasar, kesakitan itu t

  • SEBATAS ISTRI FIGURAN   41. Postpartum Depression

    Tiba-tiba Rian keluar dari kamar Hilmi dan meminta tolong pada Zidan membuat Zidan berhenti merenung. Penampilan Rian sudah acak-acakan, bocah remaja itu tampak berpenampilan semarawut dengan wajah yang terlihat begitu kusut."Sama ibu saja, ibu akan mengantarkan kalian ke rumah sakit." tawar mama Agni yang memang sejak tadi tidak pulang.Jangankan menjawab, menoleh saja Rian enggan pada wanita paruh baya yang matanya terlihat begitu sembab itu.Zidan dan Ummi Zakia menoleh ke arah mama Agni, lalu bergantian pada Rian yang masih menatap Zidan seolah keberadaan mama Agni tak kasat mata bagi Rian."Ayo!" Jawab Zidan menyetujui ajakan Rian.Setelahnya, mereka berangkat ke rumah sakit dengan Zidan yang mengemudi motor, dan Rian berada di jok belakang dengan menggendong Hilmi. Rian benar-benar mengabaikan tawaran mama Agni untuk menggunakan mobil milik mantan mertua Hilmi tersebut.Meskipun mendapat penolakan dan mendapati sikap dingin dari Rian,mam Agni tetap mengikuti mereka menuju rumah

  • SEBATAS ISTRI FIGURAN   40. Pengkhianatan

    "Fan, kenapa kamu diam? Jawab pertanyaan Mama!" Bentak mama Agni pada putranya tersebut."Maaf, Ma. Arfan minta maaf." Arfan menjeda ucapannya, "Awalnya Arfan tak menyetujui niatan Fika, tapi mendengar usulan Mama waktu di restoran tadi pagi membuat Arfan yakin untuk menyetujui permintaan Fika. Ini demi kebaikan kita bersama, Ma." penjelasan Arfan membuat Hilmi mematung."Ja-jadi, kamu sudah tahu maksud kedatangan Fika, Mas? Kamu mau misahin aku dari Naila?" Tanya Hilmi dengan suara yang gemetar.Arfan duduk berjongkok di hadapan Hilmi, kemudian ia memegang kedua tangan Hilmi sambil menatap lekat pada manik mata yang kembali mengeluarkan cairannya itu, "Dengerin aku dulu, percayalah padaku, Naila akan lebih baik bersamaku dan Fika. Naila akan terjamin kebahagiaannya dengan di asuh oleh orang tua yang lengkap sebagaimana saran mama. Aku akan ... ""Arfan! Orang tua yang lengkap maksud mama itu kamu dan Hilmi, orang tua Naila, bukan kamu dan Fika!" Bentak mama Agni memotong ucapan Arfan

  • SEBATAS ISTRI FIGURAN   39. Kedatangan Arfan

    Kemudian pandangan Fika berpusat pada Hilmi, "Ini adalah kompensasi yang akan di terima olehmu sebagai ganti dari bayi itu. Jumlah keseluruhan uang yang ada di dalam koper ini senilai 1 Miliar sesuai yang tertera dalam lembaran perjanjian itu. Jadi, dengan uang ini kamu akan hidup lebih layak lagi dan kamu pasti bisa membeli rumah yang jauh lebih bagus dari rumah yang bagaikan kandang kambing ini." ujarnya dengan kalimat ejekan di akhirnya membuat ibu pemilik kontrakan yang juga ada disana menahan geram akan ucapan Fika yang sangat merendahkan rumah kontrakan miliknya."Cih!" Hilmi meludah ke hadapan Fika, "Sekalipun seluruh isi dunia ini kamu berikan sebagai pengganti bayiku, jangan harap aku akan memberikannya!""Sebaiknya lekas berikan bayi itu, atau aku telepon polisi sekarang, tak hanya dirimu, mereka semua," tunjuk Fika pada orang-orang selain para pengikutnya, "Akan ikut terseret ke dalam penjara!" Lanjutnya menakuti Hilmi.Braakkk!!!Suara pintu yang di dobrak oleh salah satu

DMCA.com Protection Status