Eliza tidak dapat berkomentar apa pun setelah Sean memberikan penjelasan kepadanya. Meski sangat berat, Sean melepas Eliza dengan Karan dan mengorbankan hatinya. Sedangkan Eliza, memilih kembali kepada Karan setelah rasa sakit yang diberikan Karan padanya.Dia menyadari, meski sangat singkat hubungannya dengan Sean. Akan tetapi, Eliza sudah berkhianat dari suaminya. Keduanya memilih untuk tidak saling menyalahkan atas kesalahan masing-masing. Mereka memilih saling memaafkan dan kembali memulai hubungan pernikahan dalam versi terbaik mereka.Karan tahu, sebesar apa pun kesalahan Eliza yang sudah berkhianat darinya. Masih terlalu besar kesalahan Karan yang bahkan sudah mengkhianati Eliza sebelum keduanya menikah. Dia mendapati Eliza tetap menerima dan memaafkannya meski tahu Karan bersama Ryn. Hubungan pernikahan itu akhirnya mereka mulai kembali sebagaimana pasangan suami istri sebenarnya.“El, aku tidak bisa berlama-lama di sini. Nikmati kebersamaan kalian berdua, aku permisi.” Sean p
Eliza sudah bangun lebih awal, dia harus segera membersihkan dirinya setelah tragedi pertempurannya dengan Karan semalam. Entah ini sebuah hasrat atau kegilaan yang ada dalam diri mereka. Keduanya menghabiskan malam yang berbeda dari malam sebelumnya yang pernah dilewati.Tidak hanya itu saja, Karan juga tidak melakukan tindakan gila seperti yang pernah dia lakukan diawal malam pertamanya. Kali ini, Karan bertindak sangat hati-hati serta meminta persetujuan Eliza dalam tindakan dan gerakannya. Sepertinya, sebuah kesenangan yang diberikan Sean memberikan Eliza pelajaran dalam memuaskan pasangannya.Malam tadi seperti sebuah awal hubungan dan perubahan baru dalam pernikahan mereka. Tidak ada yang tersakiti dan menyakiti lagi, yang ada hanyalah kesenangan dan kepuasan didapatkan masing-masing. Sebuah perubahan baik yang membuat hari Eliza lebih baik pagi ini.“Setelah selang infusnya kamu lepas semalam, kondisimu sepertinya masih baik-baik saja. Jadi, kita perlu ke klinik atau tidak?” ta
Meskipun Eliza jelas mengatakan bahwa semua yang terjadi tidak ada hubungannya dengan Sean, tetap saja Karan sangat mencurigainya. Karan masih merasa bahwa Sean sedang membuat sebuah konspirasi yang melibatkan keluarganya untuk merebut Eliza kembali darinya. Bagi Karan, tidak mungkin Sean melepaskan wanita yang sudah didapatkannya begitu saja.Eliza masih wanita yang sama, saat keduanya bertemu. Dia tetaplah polos tanpa ada rasa curiga kepada siapa pun, meski terkadang dia menunjukkan kekuatannya. Hanya saja, Karan tidak ingin ada orang yang memanfaatkan kepolosan Eliza itu dan menjadikannya santapan. Lelaki seperti Sean baginya tidak akan menyerah begitu saja, tidak peduli wanita yang dicintainya akan menyukai atau tidak.Akan tetapi, Karan tidak mau membiarkan hal buruk terjadi. Dia akan berusaha untuk menjaga Eliza dari seseorang yang berusaha menyakitinya, entah apa pun taruhannya. Eliza pantas mendapatkan hal itu, sebuah kebahagian dan juga perlindungan. Setelah semua dilakukan o
Tidak ingin terjadi hal yang serius kepada Eliza, Karan segera membawanya ke klinik terdekat Dia bertolak yang tadinya akan pulang, terpaksa Eliza harus dilarikan ke klinik. Zoe yang juga ikut melihat Eliza pingsan, dia meminta izin kepada Karan untuk menemaninya ke rumah sakit.Sesampainya di klinik terdekat yang tidak begitu jauh dengan perusahan Karan, dokter segera menangasi kondisi Eliza. Berhubung Eliza dalam keadaan darurat, dia tidak melewati antrian. Karan meminta perawat agar dokter segera menanganinya.“Pasien mengalami kekurangan cairan, tubuhnya sangat lemah,” ujar dokter seraya meminta perawat untuk memasangkan selang infus ke tubuh Eliza.“Beruntung segera dilarikan di sini, jika tidak pasien bisa lebih buruk lagi kondisinya,” lanjut dokter.Karan hanya mengangguk, sementara itu Eliza sudah mulai membuka mata setelah hilang kesadaran sejak di kantor tadi. Melihat hal itu Karan menjadi lebih lega, dia khawatir jika Eliza semakin parah. Padahal yang baru saja keluar dari
Karan terdiam di koridor klinik setelah Zoe meninggalkan dirinya. Hatinya membenarkan apa yang dikatakan oleh Zoe padanya, mengenai kehancuran hidup Eliza akibat ulahnya. Akan tetapi, mengingat sesuatu terjadi pada Eliza saat ini membuat Karan bimbang. Sebelah hatinya tidak rela jika harus membesarkan anak yang bukan darah dagingnya sendiri.Karan pamit kepada perawat untuk keluar sebentar, sementara Eliza masih harus dirawat sebentar sampai tubuhnya lebih baik. Setelah mendapatkan izin, Karan segera meninggalkan klinik tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada Eliza. Dia berpikir akan menemui seseorang untuk membicarakan kondisi Eliza saat ini.Tak ingin membuang-buang waktu, Karan segera menancap gas menuju sebuah tempat. Tidak begitu jauh dari klinik tempat Eliza dirawat, ada klinik lain tempat seseorang praktek. Karan pergi menemui seseorang tersebut, tentu saja dia seorang dokter yang tidak asing bagi semua orang.“Karan! Sejak kapan kamu datang?” sapa seorang dokter tampan pemil
Eliza sangat marah kepada Karan atas sikapnya, dia tidak terima jika Karan mempermasalahkan hubungannya dengan Sean. Hubungan Eliza dengan Sean bahkan tidak berlansung lama, sedangkan Karan dengan Ryn mengkhianatinya sebelum mereka menikah. Hatinya sangat sakit, tapi Eliza masih mau memaafkan dan memberikan Karan kesempatan.Hanya karena kehamilan Eliza, Karan terus menyudutkannya dirinya. Bukan hanya itu saja, dia memberikan tuduhan bahwa Eliza bukan hanya berhubungan dengan Sean melainkan dengan lelaki lain. Padahal Eliza tidak pernah melakukannya, sedangkan Karan sudah sering melakukan hal busuk itu di hadapan Eliza. Dia tidak teriman jika Karan menganggapnya wanita murahan.“El, dengarkan aku dulu! Kamu jangan begini, kita masih bisa membicarakan dengan baik-baik bukan?”“Apa yang akan kamu bicarakan kepadaku? Kamu terus menuduhku berselingkuh, menuduhku melakukan hal sepertimu. Kalau kamu tidak mau menerima anak ini, aku tidak akan mempermasalahkannya. Tapi, kalau kamu menghinaku
Zoe ingin mencegah Karan untuk datang ke rumahnya, tapi terlambat. Dia akan segera tiba saat itu juga, sementara dia juga tidak bisa berkata jujur kepada Eliza. Meskipun awalnya Zoe tidak setuju dengan keputusan Eliza untuk kembali kepada Karan. Namun kali ini, dalam keadaan hamil yang dibutuhkan Eliza tentu saja suaminya.Zoe membiarkan Karan datang tanpa memberitahu hal ini kepada Eliza. Dia berharap Eliza merubah keputusannya dan kembali kepada Karan, entah apa pun yang terjadi kepada mereka saat ini. Hati Zoe meyakini, bahwa Karan benar-benar akan berubah untuk kali ini. Dia berharap perasaannya tidak salah, sehingga Eliza tidak terluka untuk kesekian kalinya lagi. “Kamu berbicara dengan siapa, Zoe?” tanya Eliza setelah Zoe kembali.“Emh, enggak. Bukan siapa-siapa,” jawab Zoe ragu.Zoe ingin jujur bahwa dia bicara dengan Karan, dia juga sedang menuju ke sini untuk menjemput Eliza. Akan tetapi, itu akan mempekeruh keadaan, Eliza akan kabur dan tentu saja tidak akan membiarkan diri
Sekeras apa pun upaya Eliza melepaskan diri dari Karan, tetapi tangan Karan lebih kekar darinya dan tenaga Karan lebih kuat dari Eliza. Semua usaha itu percuma saja, Eliza tetaplah kalah olehnya. Zoe tidak bertindak, dia hanya diam saja menyaksikan semua itu. Dia berpikir bahwa dirinya tidak berhak ikut campur urusan Eliza dengan Karan.“Lepaskan aku, Karan! Aku tidak mau pulang denganmu.”“Aku masih suami sahmu, aku berhak atas dirimu sepenuhnya. Syariat memberikan aku izin sepenuhnya untuk menentukan hidupmu.”“Jangan membawa syariat hanya untuk mengekang hidupku, kamu tidak berhak untuk melakukannya. Sudah kukatakan, tidak ada yang perlu diperbaiki lagi dari pernikahan kita.”Tidak perduli dengan ucapkan Eliza, Karan menarik paksa Eliza untuk masuk mobil. Eliza tidak berhenti untuk berontak dan melakukan penolakan, tapi Karan tidak mengindahkan ocehan Eliza. Zoe merasa bersalah dengan apa yang terjadi, tapi dia tidak memiliki pilihan lain kecuali membiarkan Eliza menyelesaikan masa
Usai melakukan pemeriksaan, dokter memberikan izin Eliza untuk pulang dan menjalankan rawat jalan. Laura cukup terkejut mendengar kenyataan yang sedang dijalani oleh Eliza. bertahun-tahun lamanya mereka berpisah, tetapi pertemuan ini justru tidak akan bertahan lama.Aku akan baik-baik saja, Tante. Jangan menyalahkan Karan karena hal ini, semua bukan salahnya. Aku yang salah karena tidak teratur mengkonsumi obat-obatan dan melakukan pengobatan.Mengapa kamu tidak pernah menceritakan hal ini pada kami? Setidaknya dengan itu kami akan memberikan pengobatan yang jauh lebih baik.Tante, sebelum perusahaan Karan gulung tikar, Karan sudah memberikan aku pengobatan yang terbaik. Karan suami yang bertanggung jawab, aku saja sebagai istrinya tidak patuh dan memilih kabur dari rumah.Jangan berlebihan memberikan pembelaan padanya. Kamu tidak akan menghadapi situasi seperti ini jika benar suamimu ini bertanggung jawab.Karan memutar rodanya, dia menyadai bahwa yang dikatakan oleh Laura benar. Kal
Eliza menggelengkan kepalanya, dia tidak memperhatikan Karan. Tentu saja lelaki itu hanya duduk di kursi tanpa beranjak dan tidak mengejar dia seperti biasanya. Eliza menghela napas panjang, tidak tahu harus kembali ke rumah dokter Sean atau tetap melanjutkan perjalanan pulang."Kenapa kamu tidak bicara sejak awal, Sean?""Kamu tidak bertanya padaku, kupikir kamu sudah tahu sebelum akhirnya pergi saat itu. "Tubuh Eliza bergetar hebat, dia memilih masuk mobil dan meminta sang sopir untuk mengantarkannya kembali ke rumah dokter Sean. Sementara itu, dokter Sean hanya menarik napas panjang dan kembali melajukan mobilnya. Dia harus membawa mobilnya ke bengkel agar segera diperbaiki kerusakannya.Saat tiba di rumah dokter Sean, dia melihat Karan sedang melanjukan kursi roda seorang diri. Benar saja yang dikatakan oleh dokter Sean, bahwa suaminya kini tidak dapat berjalan dengan sempurna. Eliza segera menghampiri Karan.Aku bantu dorong, Karan, pintanya.Karan hanya menatap tanpa memberikan
Sebuah takdir telah merubah kehidupan Eliza, siapa sangka bahwa gadis sebatang kara yang telah lama kehilangan sang ibu kemudian menjadi seorang pewaris tunggal keluarga Bagaskara. Lelaki yang dianggap Eliza adalah pewaris tunggal, ternyata hanya seorang anak angkat. Dia berusaha membuat Eliza tunduk, tetapi kenyataan akhirnya mengungkapkan siapa sebenarnya Aaryan Bagaskara.Seorang sopir bernama Bayu telah membawa Eliza pada sebuah rumah mewah berwarna putih abu-abu. Pemilik rumah tak lain adalah seorang dokter muda yang pernah terlibat scandal dengan dirinya. Namun kali ini, Eliza datang bukan menemui sang dokter melainkan mencari keberadaan Karan.Sudah satu bulan terakhir ini dia menghilang dari Karan, tentu saja satu kata maaf takkan mudah membuat Karan melupakan rasa kecewanya. Akan tetapi, Eliza tidak akan pernah menyerah hingga dia kembali meyakinkan Karan mengenai kepergiannya saat itu.Permisi, apakah dokter Sean ada di rumah? tanya Eliza kemudian usai seorang wanita paruh b
Satu bulan kemudian, setelah perjuangan cukup panjang bagi Eliza memenuhi permintaan Aaryan untuk mengemulihkan kembali perusahaan. Usaha yang dilakukan Eliza membuahkan hasil memuaskan, Bagaskara hotel kembali maju seperti sebelumnya bahkan lebih ramai. Dalam satu bulan terakhir, Eliza sudah bekerja keras untuk membangun kembali kehancurahan yang disebabkan oleh Aaryan.Namun, di hari kemenangan itu dia harus menerima kenyataan pahit bahwa Bagaskara tidak bisa diselamatkan dari serangan jantung yang kambuh seketika hingga merenggut nyawanya. Akan tetapi, Eliza merasa bahwa kematian itu tidak wajar, dia menduga ada seseorang yang sengaja membuat Bagaskara serangan jantung hingga merenggang nyawa. Sayang sekali, Eliza tidak bisa membuktikan semua itu hingga ia memilih bungkam dan tidak membahasa itu di hadapan keluarga yang telah berkabung.“Aku sudah menyelesaikan semua urusanku denganku, Aaryan. Itu artinya sekarang juga aku boleh meninggalkan rumah ini dan kembali kepada suamiku.”“
Seperti yang sudah Eliza janjikan kepada Aaryan, bahwa dirinya akan membantu memulihkan perusahaan. Benar yang ditakutkan oleh Bagaskara, ditangan Aaryan perusahaan tidak akan berjalan dengan baik. Belum lama Bagaskara masuk rumah sakit, semua sudah luluh lantak. Karyawan juga mengeluh dengan keadaan ini, beberapa dari mereka sudah ada yang mengundurkan diri dari hotel.“Apa yang dilakukannya? Hanya mengurusi perusahaan saja tidak becus. Dia hanya bisa tidur dengan wanita, menghamilinya lalu pergi tanpa memberikan apapun kepada wanita tersebut. Kemudian, dia melanjutkan kembali rutinitas mabuk dan main wanitanya. Dasar lelaki gila!”Eliza menggerutu kesal kepada Aaryan usai mempelajari semua berkas yang diberikan oleh Aaryan mengenai perusahaan Bagaskara Hotel. Usai menyekapnya di gudang hari itu, tiba-tiba saja hari ini Eliza telah disulap Aaryan menjadi wanita cantik nan elegant. Entah apa yang sudah Aaryan jelaskan kepada karyawan, mereka tampak menyambut Eliza dengan hangat tanpa
“Arrgghhtt!!! Sakit sekali kepalaku,” pekik Eliza seraya mencoba membuka matanya. Eliza membuka mata, melihat ke sekeliling yang dipenuhi kegelapan. Tangannya terikat dengan posisi duduk di atas kursi. Bajingan, Aaryan telah melakukan kejahatan ini hanya untuk memenuhi hasratnya. Dia sengaja menggunakan uangnya untuk memeras Eliza dan menindas dirinya. “Aaryan, keparat!!! Lepaskan aku!!!” pekik Eliza dengan kencang. Teriakan Eliza berhasil memanggil Aaryan kehadapannya. Benar memang yang diduga oleh Eliza, bahwa semua ini adalah perbuatan Aaryan. Lelaki itu sangat licik, dulu dia menyelamakan dirinya atas perbuatan keji Broto, sekarang justru perilakunya lebih bajingan dari Broto sendiri. “Kenapa berteriak sayang? Sudah kukatakan agar kamu menuruti semua permintaanku bukan justru membantahnya. Ini adalah hukuman atas sikap berontakmu.” “Aku bahkan belum menjawab apapun, tapi kamu sudah menyiksaku seperti ini.” “Eliza, aku sangat tahu sifat licikmu. Bukankah dulu kamu berusaha ka
“Maaf, aku tidak bermaksud berbohong. Tadi aku memang mencari dokter Sean dan bertemu dengannya di kantin rumah sakit. Dia juga tidak mau berbicara apapun denganku, jadi aku makan saja di sana,” jawab Eliza seraya duduk di pinggiran ranjang tempat Karan berbaring.“Sejak kapan kamu memanggilnya dokter Sean?” tanya Karan lagi dengan surut mata yang tampak aneh.“Masih saja saja cemburunya gak terkontrol, lagi juga tidak terjadi apapun antara aku dengannya.”“Aku hanya bertanya, lagi pula untuk apa mencemburuinya. Sean sudah banyak membantuku bahkan sebelum kecelakaan ini terjadi.”“Baiklah, aku tidak akan mencari lelaki lain lagi selain kamu. Sudahlah ya, kurangi berpikir burukmu aku mau kamu segera pulih. Ada hal yang harus kita selesaikan, aku juga tidak mau berlama-lama melihatmu sakit. Nanti gak ada yang marah-marah lagi sama aku seperti dulu.”Hari pertama Karan membuka mata di luar dugaan Eliza, lelaki itu sungguh sangat kuat dan hebat. Dia tidak tampak lemah seperti saat koma, h
Jari Eliza tertahan saat akan melepaskan diri, spontan saja Eliza menatap ke arah sumber suara tersebut. Tanpa berpikir panjang lagi, Eliza segera mendekap tubuh lemah yang terbaring itu. Matanya yang sayu tampak berusaha membuka dengan sempurna. Suaranya tertahan oleh alat pernapasan yang terpasang.Lelaki yang dia tinggalkan begitu saja, kemudian jalan hidupnya harus berakhir di rumah sakit berhari-hari bahkan dalam hitungan bulan. Memang ini bukan kali pertama Karan masuk rumah sakit, dia pernah melewati kecelekaan sebelumnya. Akan tetapi, kecelakaan yang Karan alami saat ini sangat berbeda.“Karan, benarkah ini kamu? aku tidak sedang bermimpi lagi bukan?” seru Eliza seraya menyentuh lembut wajah Karan.“Aku sudah bangun, seperti yang kamu lihat,” jawab Karan dengan suara lirih bahkan hampir tak terdengar.Air mata Eliza jatuh tak tertahankan lagi, dia menangis bahagia dapat melihat wajah lelakinya. Melihat hal itu, Karan perlahan menggerakkan tangannya untuk menghapus butiran beni
Eliza segera memesan ojek online agar segera tiba di rumah sakit. Tentu saja, dia tidak boleh datang terlambat untuk menyelamatkan Karan. Bagaimanapun kondisi Karan sekarang dan sebagaimanapun kesalahan yang telah dilakukannya saat itu, kehilangan Karan bukan hal yang diinginkan Eliza.“Karan, bertahanlah! Aku akan segera datang dan membujuk mereka agar tidak melepaskan semuanya. Bertahanlah demi aku, demi pernikahan kita,” batin Eliza seraya terisak tangis.Eliza menyeka air mata yang mulai membasahi pipinya, sepanjang perjalanan menuju rumah sakit dia terus berdoa memohon kepada Tuhan agar suaminya dapat diselamatkan. Baginya, ada hal yang belum mereka selesaikan. Sebab itulah, Eliza tidak ingin kehidupannya berakhir tragis dengan kehilangan sang suami disebabkan oleh kematian.Segera Eliza berlari menuju ruangan Karan di rawat usai tiba di rumah sakit. Dia terlihat sangat panik dan ketakutan. Hatinya semakin hancur ketika melihat dokter dan beberapa perawat mendorong tubuh lemah Ka