Eliza sangat marah kepada Karan atas sikapnya, dia tidak terima jika Karan mempermasalahkan hubungannya dengan Sean. Hubungan Eliza dengan Sean bahkan tidak berlansung lama, sedangkan Karan dengan Ryn mengkhianatinya sebelum mereka menikah. Hatinya sangat sakit, tapi Eliza masih mau memaafkan dan memberikan Karan kesempatan.Hanya karena kehamilan Eliza, Karan terus menyudutkannya dirinya. Bukan hanya itu saja, dia memberikan tuduhan bahwa Eliza bukan hanya berhubungan dengan Sean melainkan dengan lelaki lain. Padahal Eliza tidak pernah melakukannya, sedangkan Karan sudah sering melakukan hal busuk itu di hadapan Eliza. Dia tidak teriman jika Karan menganggapnya wanita murahan.“El, dengarkan aku dulu! Kamu jangan begini, kita masih bisa membicarakan dengan baik-baik bukan?”“Apa yang akan kamu bicarakan kepadaku? Kamu terus menuduhku berselingkuh, menuduhku melakukan hal sepertimu. Kalau kamu tidak mau menerima anak ini, aku tidak akan mempermasalahkannya. Tapi, kalau kamu menghinaku
Zoe ingin mencegah Karan untuk datang ke rumahnya, tapi terlambat. Dia akan segera tiba saat itu juga, sementara dia juga tidak bisa berkata jujur kepada Eliza. Meskipun awalnya Zoe tidak setuju dengan keputusan Eliza untuk kembali kepada Karan. Namun kali ini, dalam keadaan hamil yang dibutuhkan Eliza tentu saja suaminya.Zoe membiarkan Karan datang tanpa memberitahu hal ini kepada Eliza. Dia berharap Eliza merubah keputusannya dan kembali kepada Karan, entah apa pun yang terjadi kepada mereka saat ini. Hati Zoe meyakini, bahwa Karan benar-benar akan berubah untuk kali ini. Dia berharap perasaannya tidak salah, sehingga Eliza tidak terluka untuk kesekian kalinya lagi. “Kamu berbicara dengan siapa, Zoe?” tanya Eliza setelah Zoe kembali.“Emh, enggak. Bukan siapa-siapa,” jawab Zoe ragu.Zoe ingin jujur bahwa dia bicara dengan Karan, dia juga sedang menuju ke sini untuk menjemput Eliza. Akan tetapi, itu akan mempekeruh keadaan, Eliza akan kabur dan tentu saja tidak akan membiarkan diri
Sekeras apa pun upaya Eliza melepaskan diri dari Karan, tetapi tangan Karan lebih kekar darinya dan tenaga Karan lebih kuat dari Eliza. Semua usaha itu percuma saja, Eliza tetaplah kalah olehnya. Zoe tidak bertindak, dia hanya diam saja menyaksikan semua itu. Dia berpikir bahwa dirinya tidak berhak ikut campur urusan Eliza dengan Karan.“Lepaskan aku, Karan! Aku tidak mau pulang denganmu.”“Aku masih suami sahmu, aku berhak atas dirimu sepenuhnya. Syariat memberikan aku izin sepenuhnya untuk menentukan hidupmu.”“Jangan membawa syariat hanya untuk mengekang hidupku, kamu tidak berhak untuk melakukannya. Sudah kukatakan, tidak ada yang perlu diperbaiki lagi dari pernikahan kita.”Tidak perduli dengan ucapkan Eliza, Karan menarik paksa Eliza untuk masuk mobil. Eliza tidak berhenti untuk berontak dan melakukan penolakan, tapi Karan tidak mengindahkan ocehan Eliza. Zoe merasa bersalah dengan apa yang terjadi, tapi dia tidak memiliki pilihan lain kecuali membiarkan Eliza menyelesaikan masa
Semenjak pertikaian Eliza dengan Karan, mereka hanya beraktivitas masing-masing tanpa ada percakapan seperti biasanya. Duduk di meja makan tanpa bicara, sibuk dengan makanan masing-masing. Karan menyadari bahwa dirinya memang melakukan kesalahan, sehingga Eliza masih enggan bicara dengannya.Meskipun Eliza memilih memaafkan dan memberikan kesempatan kepada Karan. Tetap saja, itu tidak membuat suasannya berubah. Eliza masih enggan banyak bicara dengan Karan, sebab dia tahu hal itu hanya akan menimbulkan pertikaian. Hal yang semula terlihat baik-baik saja, seketika menjadi asing.Saat Karan menghabiskan waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya, Eliza memilih untuk duduk di depan kolam renang seorang diri. Suasana malam membuatnya lebih tenang, daripada melihat Karan yang hanya akan membuat hatinya terluka. Eliza tidak pernah lupa kalimat menyudutkan yang Karan lontarkan tadi siang padanya.“Sudah malam, kamu tidak istirahat? Sekarang kamu tidak hanya menjaga kesehatan untuk dirimu sendiri
Semenjak terror yang terjadi di malam itu, Karan mulai sibuk mencari tahu pelakunya. Semua cctv di rumah sudah diperiksa, tapi tak ada satu pun cctv yang memperlihatkan siapa pelakunya. Karan berusaha berpikir positif, tetapi hatinya meyakini bahwa pelaku sebenarnya adalah orang dalam. Namun, tak ada seorang pun yang bisa dia curigai, sebab memang tak ada pegawai di rumahnya yang menujukkan sikap mencurigakan.Sementara itu, Eliza masih bergelut dengan isi pikirannya. Dia tidak tahu harus tetap mempertahankan kehamilannya atau membiarkan anak itu tidak lahir. Hanya saja, sisi keibuannya berbicara agar Eliza mempertahannya, entah siapapun nanti yang menjadi ayah biologi sang bayi.Meskipun saat ini Karan mulai menerima kondisi Eliza, tetap saja pikiran Eliza tidak benar-benar tenang. Bagaimanapun juga, tidak akan mudah bagi seorang lelaki menerima anak yang bukan darah dagingnya sendiri. Eliza sendiri tidak tahu, ini anak Karan atau Sean. Dia mulai menyadari dan menyesali bahwa perbuat
Malam yang sepi sunyi diiringi dengan suara jangkrik terus saling bersahutan dengan katak, ini pertanda sedang musim hujan. Bercampur dengan dinginnya malam yang menusuk hingga ke sendi-sendi tulang menguasi tubuh. Bulan hadir menerangi gelapnya malam ditambah dengan gemerlap indahanya bintang menghiasi langit.Indah dan sangat menanjubkan malam itu, apalagi duduk berdua bersama kekasih saling memadukan cinta kasih di sebuah tempat indah. Eliza dan Karan memang duduk bersama memandangi langit yang sama. Karan merangkul tubuh kekasihnya, sementara Eliza menyandarkan kepala di dada Karan. Keduanya saling memeluk erat, melepaskan perasaan keduanya yang akan kembali terpisah.Rindu yang kelak hanya akan tersimpan dalam diri masing-masing tanpa saling bertemu. Berat, ketika akhirnya Eliza memutusankan meninggalkan Karan. Begitu pula dengan Karan yang lebih berat melepaskan istrinya jauh dari dirinya, apalagi dalam keadaan hamil. Keduanya berpisah untuk saling menguji cinta dan kesetiaan ma
Pagi menjelang, langit bercahaya terang bersamaan dengan suara kicuan burung yang berterbangan menyambut indahnya pagi. Sang surya mulai tampak menyambut datangnya pagi penuh keceriaan. Pelangi pun ikut hadir di pagi itu tampak indah menawan. Jarang sekali ada pelangi, tetapi pagi ini pelangi hadir memberikan warna penuh keelokan.Hanya saja, indahnya hari seakan tak berempati bagi Karan. Justru, hari ini merupakan sebuah hari kehancuran yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Keputusan yang sudah disampaikan oleh Eliza tidak berubah lagi. Dia tetap dengan keinginan untuk berpisah sementara dengan Karan.Suami mana yang tidak kecewa berada jauh dari sang istri, apalagi keduanya baru saja memulai hubungan setelah bertikai. Akan tetapi, Karan juga tidak ingin memaksa Eliza merubah keputusannya. Dia hanya berharap, usai mengasingkan diri ini keduanya dapat kembali memperbaiki pernikahan mereka. Suatu perjumpaan yang kelak akan membuat mereka bahagia bersama selamanya.“Aku berangkat, k
Di penghujung malam, Eliza masih duduk di tepi karang membiarkan kakinya terhempas ombak. Sayup-sayup terdengar suara burung yang siap kembali ke persinggahannya. Mereka berarak beriringan seolah sedang menikmati senja sebelum matahari terbenam. Sesekali, Eliza menatap jarum jam di tangannya atau hanya sekedar meneguk coklat dingin yang dipesannya dari salah satu kafe di dekat pantai.Semenjak kedatanganya ke Bandung, Eliza melangkahkan kaki ke pantai. Baginya, alam lebih menenangkan saat masalah apa pun yang terjadi padanya. Isi kepala Eliza saat dipenuhi perasaan bersalah atas kepergiannya dari Jakarta meninggalkan Karan. Namun, dia juga ingin kembali menguatkan langkah mengambil keputusan besar dalam hidupnya.“Matahari tidak akan beranjak dari persinggahannya El, sekali pun kamu terus memandangnya sayu seperti itu. Sudahlah, ayo kita pulang!” ajak seseorang dari sebelahnya yang datang tiba-tiba membuyarkan lamunannya nun jauh di sana.Eliza mengalihkan pandangan menatah suara lela
Usai melakukan pemeriksaan, dokter memberikan izin Eliza untuk pulang dan menjalankan rawat jalan. Laura cukup terkejut mendengar kenyataan yang sedang dijalani oleh Eliza. bertahun-tahun lamanya mereka berpisah, tetapi pertemuan ini justru tidak akan bertahan lama.Aku akan baik-baik saja, Tante. Jangan menyalahkan Karan karena hal ini, semua bukan salahnya. Aku yang salah karena tidak teratur mengkonsumi obat-obatan dan melakukan pengobatan.Mengapa kamu tidak pernah menceritakan hal ini pada kami? Setidaknya dengan itu kami akan memberikan pengobatan yang jauh lebih baik.Tante, sebelum perusahaan Karan gulung tikar, Karan sudah memberikan aku pengobatan yang terbaik. Karan suami yang bertanggung jawab, aku saja sebagai istrinya tidak patuh dan memilih kabur dari rumah.Jangan berlebihan memberikan pembelaan padanya. Kamu tidak akan menghadapi situasi seperti ini jika benar suamimu ini bertanggung jawab.Karan memutar rodanya, dia menyadai bahwa yang dikatakan oleh Laura benar. Kal
Eliza menggelengkan kepalanya, dia tidak memperhatikan Karan. Tentu saja lelaki itu hanya duduk di kursi tanpa beranjak dan tidak mengejar dia seperti biasanya. Eliza menghela napas panjang, tidak tahu harus kembali ke rumah dokter Sean atau tetap melanjutkan perjalanan pulang."Kenapa kamu tidak bicara sejak awal, Sean?""Kamu tidak bertanya padaku, kupikir kamu sudah tahu sebelum akhirnya pergi saat itu. "Tubuh Eliza bergetar hebat, dia memilih masuk mobil dan meminta sang sopir untuk mengantarkannya kembali ke rumah dokter Sean. Sementara itu, dokter Sean hanya menarik napas panjang dan kembali melajukan mobilnya. Dia harus membawa mobilnya ke bengkel agar segera diperbaiki kerusakannya.Saat tiba di rumah dokter Sean, dia melihat Karan sedang melanjukan kursi roda seorang diri. Benar saja yang dikatakan oleh dokter Sean, bahwa suaminya kini tidak dapat berjalan dengan sempurna. Eliza segera menghampiri Karan.Aku bantu dorong, Karan, pintanya.Karan hanya menatap tanpa memberikan
Sebuah takdir telah merubah kehidupan Eliza, siapa sangka bahwa gadis sebatang kara yang telah lama kehilangan sang ibu kemudian menjadi seorang pewaris tunggal keluarga Bagaskara. Lelaki yang dianggap Eliza adalah pewaris tunggal, ternyata hanya seorang anak angkat. Dia berusaha membuat Eliza tunduk, tetapi kenyataan akhirnya mengungkapkan siapa sebenarnya Aaryan Bagaskara.Seorang sopir bernama Bayu telah membawa Eliza pada sebuah rumah mewah berwarna putih abu-abu. Pemilik rumah tak lain adalah seorang dokter muda yang pernah terlibat scandal dengan dirinya. Namun kali ini, Eliza datang bukan menemui sang dokter melainkan mencari keberadaan Karan.Sudah satu bulan terakhir ini dia menghilang dari Karan, tentu saja satu kata maaf takkan mudah membuat Karan melupakan rasa kecewanya. Akan tetapi, Eliza tidak akan pernah menyerah hingga dia kembali meyakinkan Karan mengenai kepergiannya saat itu.Permisi, apakah dokter Sean ada di rumah? tanya Eliza kemudian usai seorang wanita paruh b
Satu bulan kemudian, setelah perjuangan cukup panjang bagi Eliza memenuhi permintaan Aaryan untuk mengemulihkan kembali perusahaan. Usaha yang dilakukan Eliza membuahkan hasil memuaskan, Bagaskara hotel kembali maju seperti sebelumnya bahkan lebih ramai. Dalam satu bulan terakhir, Eliza sudah bekerja keras untuk membangun kembali kehancurahan yang disebabkan oleh Aaryan.Namun, di hari kemenangan itu dia harus menerima kenyataan pahit bahwa Bagaskara tidak bisa diselamatkan dari serangan jantung yang kambuh seketika hingga merenggut nyawanya. Akan tetapi, Eliza merasa bahwa kematian itu tidak wajar, dia menduga ada seseorang yang sengaja membuat Bagaskara serangan jantung hingga merenggang nyawa. Sayang sekali, Eliza tidak bisa membuktikan semua itu hingga ia memilih bungkam dan tidak membahasa itu di hadapan keluarga yang telah berkabung.“Aku sudah menyelesaikan semua urusanku denganku, Aaryan. Itu artinya sekarang juga aku boleh meninggalkan rumah ini dan kembali kepada suamiku.”“
Seperti yang sudah Eliza janjikan kepada Aaryan, bahwa dirinya akan membantu memulihkan perusahaan. Benar yang ditakutkan oleh Bagaskara, ditangan Aaryan perusahaan tidak akan berjalan dengan baik. Belum lama Bagaskara masuk rumah sakit, semua sudah luluh lantak. Karyawan juga mengeluh dengan keadaan ini, beberapa dari mereka sudah ada yang mengundurkan diri dari hotel.“Apa yang dilakukannya? Hanya mengurusi perusahaan saja tidak becus. Dia hanya bisa tidur dengan wanita, menghamilinya lalu pergi tanpa memberikan apapun kepada wanita tersebut. Kemudian, dia melanjutkan kembali rutinitas mabuk dan main wanitanya. Dasar lelaki gila!”Eliza menggerutu kesal kepada Aaryan usai mempelajari semua berkas yang diberikan oleh Aaryan mengenai perusahaan Bagaskara Hotel. Usai menyekapnya di gudang hari itu, tiba-tiba saja hari ini Eliza telah disulap Aaryan menjadi wanita cantik nan elegant. Entah apa yang sudah Aaryan jelaskan kepada karyawan, mereka tampak menyambut Eliza dengan hangat tanpa
“Arrgghhtt!!! Sakit sekali kepalaku,” pekik Eliza seraya mencoba membuka matanya. Eliza membuka mata, melihat ke sekeliling yang dipenuhi kegelapan. Tangannya terikat dengan posisi duduk di atas kursi. Bajingan, Aaryan telah melakukan kejahatan ini hanya untuk memenuhi hasratnya. Dia sengaja menggunakan uangnya untuk memeras Eliza dan menindas dirinya. “Aaryan, keparat!!! Lepaskan aku!!!” pekik Eliza dengan kencang. Teriakan Eliza berhasil memanggil Aaryan kehadapannya. Benar memang yang diduga oleh Eliza, bahwa semua ini adalah perbuatan Aaryan. Lelaki itu sangat licik, dulu dia menyelamakan dirinya atas perbuatan keji Broto, sekarang justru perilakunya lebih bajingan dari Broto sendiri. “Kenapa berteriak sayang? Sudah kukatakan agar kamu menuruti semua permintaanku bukan justru membantahnya. Ini adalah hukuman atas sikap berontakmu.” “Aku bahkan belum menjawab apapun, tapi kamu sudah menyiksaku seperti ini.” “Eliza, aku sangat tahu sifat licikmu. Bukankah dulu kamu berusaha ka
“Maaf, aku tidak bermaksud berbohong. Tadi aku memang mencari dokter Sean dan bertemu dengannya di kantin rumah sakit. Dia juga tidak mau berbicara apapun denganku, jadi aku makan saja di sana,” jawab Eliza seraya duduk di pinggiran ranjang tempat Karan berbaring.“Sejak kapan kamu memanggilnya dokter Sean?” tanya Karan lagi dengan surut mata yang tampak aneh.“Masih saja saja cemburunya gak terkontrol, lagi juga tidak terjadi apapun antara aku dengannya.”“Aku hanya bertanya, lagi pula untuk apa mencemburuinya. Sean sudah banyak membantuku bahkan sebelum kecelakaan ini terjadi.”“Baiklah, aku tidak akan mencari lelaki lain lagi selain kamu. Sudahlah ya, kurangi berpikir burukmu aku mau kamu segera pulih. Ada hal yang harus kita selesaikan, aku juga tidak mau berlama-lama melihatmu sakit. Nanti gak ada yang marah-marah lagi sama aku seperti dulu.”Hari pertama Karan membuka mata di luar dugaan Eliza, lelaki itu sungguh sangat kuat dan hebat. Dia tidak tampak lemah seperti saat koma, h
Jari Eliza tertahan saat akan melepaskan diri, spontan saja Eliza menatap ke arah sumber suara tersebut. Tanpa berpikir panjang lagi, Eliza segera mendekap tubuh lemah yang terbaring itu. Matanya yang sayu tampak berusaha membuka dengan sempurna. Suaranya tertahan oleh alat pernapasan yang terpasang.Lelaki yang dia tinggalkan begitu saja, kemudian jalan hidupnya harus berakhir di rumah sakit berhari-hari bahkan dalam hitungan bulan. Memang ini bukan kali pertama Karan masuk rumah sakit, dia pernah melewati kecelekaan sebelumnya. Akan tetapi, kecelakaan yang Karan alami saat ini sangat berbeda.“Karan, benarkah ini kamu? aku tidak sedang bermimpi lagi bukan?” seru Eliza seraya menyentuh lembut wajah Karan.“Aku sudah bangun, seperti yang kamu lihat,” jawab Karan dengan suara lirih bahkan hampir tak terdengar.Air mata Eliza jatuh tak tertahankan lagi, dia menangis bahagia dapat melihat wajah lelakinya. Melihat hal itu, Karan perlahan menggerakkan tangannya untuk menghapus butiran beni
Eliza segera memesan ojek online agar segera tiba di rumah sakit. Tentu saja, dia tidak boleh datang terlambat untuk menyelamatkan Karan. Bagaimanapun kondisi Karan sekarang dan sebagaimanapun kesalahan yang telah dilakukannya saat itu, kehilangan Karan bukan hal yang diinginkan Eliza.“Karan, bertahanlah! Aku akan segera datang dan membujuk mereka agar tidak melepaskan semuanya. Bertahanlah demi aku, demi pernikahan kita,” batin Eliza seraya terisak tangis.Eliza menyeka air mata yang mulai membasahi pipinya, sepanjang perjalanan menuju rumah sakit dia terus berdoa memohon kepada Tuhan agar suaminya dapat diselamatkan. Baginya, ada hal yang belum mereka selesaikan. Sebab itulah, Eliza tidak ingin kehidupannya berakhir tragis dengan kehilangan sang suami disebabkan oleh kematian.Segera Eliza berlari menuju ruangan Karan di rawat usai tiba di rumah sakit. Dia terlihat sangat panik dan ketakutan. Hatinya semakin hancur ketika melihat dokter dan beberapa perawat mendorong tubuh lemah Ka