Di penghujung malam, Eliza masih duduk di tepi karang membiarkan kakinya terhempas ombak. Sayup-sayup terdengar suara burung yang siap kembali ke persinggahannya. Mereka berarak beriringan seolah sedang menikmati senja sebelum matahari terbenam. Sesekali, Eliza menatap jarum jam di tangannya atau hanya sekedar meneguk coklat dingin yang dipesannya dari salah satu kafe di dekat pantai.Semenjak kedatanganya ke Bandung, Eliza melangkahkan kaki ke pantai. Baginya, alam lebih menenangkan saat masalah apa pun yang terjadi padanya. Isi kepala Eliza saat dipenuhi perasaan bersalah atas kepergiannya dari Jakarta meninggalkan Karan. Namun, dia juga ingin kembali menguatkan langkah mengambil keputusan besar dalam hidupnya.“Matahari tidak akan beranjak dari persinggahannya El, sekali pun kamu terus memandangnya sayu seperti itu. Sudahlah, ayo kita pulang!” ajak seseorang dari sebelahnya yang datang tiba-tiba membuyarkan lamunannya nun jauh di sana.Eliza mengalihkan pandangan menatah suara lela
Leukemia adalah kanker darah akibat tubuh terlalu banyak memproduksi sel darah putih abnormal. Leukemia dapat terjadi pada orang dewasa dan juga anak-anak. Sel darah putih merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh yang diproduksi di dalam sumsum tulang. Ketika fungsi sumsum tulang terganggu, maka sel darah putih yang dihasilkan akan mengalami perubahan dan tidak lagi menjalani perannya secara aktif.Leukemia sering kali sulit terdeteksi karena gejalanya menyerupai gejala penyakit lain. Oleh sebab itu, pemeriksaan sejak dini perlu dilakukan agar leukemia dapat ditangani. Leukemia dapat bersifat kronis dan akut. Pada leukemia kronis, kanker berkembang perlahan dengan gejala awal yang biasanya ringan. Sementara pada leukemia akut, perkembangan sel kanker terjadi sangat cepat dan gejalanya bisa memburuk dalam waktu singkat. Leukemia akut lebih berbahaya daripada leukemia kronis.Berdasarkan jenis sel darah putih yang terlibat, leukemia terbagi menjadi empat jenis utama. Leukemia limfob
Semenjak kepergian Eliza dari rumah, suasana rumah kembali sepi seperti sebelumnya. Tak terdengar lagi pertikain kecil antara Eliza dengan Karan atau sekadar percakapan sederhana saat makan. Karan juga lebih banyak menghabiskan waktu di luar daripada pulang ke rumah. Terkadang, dia kembali pada rutinitas gilanya main ke bar untuk sekadar minum atau menghabiskan malam. Hanya saja, yang berbeda dari sebelumnya Karan tidak lagi tergoda dengan gadis-gadis malam apalagi menghabiskan malam dengannya. Dia sadar bahwa janjinya kepada Eliza tidak akan diingkarinya lagi, dia tidak akan main perempuan apalagi melakukan perselingkuhan seperti sebelumnya. Cukup sekali dia melakukan hal itu, tidak ingin kebodohannya membuat Eliza semakin menjauh darinya. Namun, malam ini Karan tidak ke bar menghabiskan waktu. Dia pergi menemani Zoe ke sebuah acara pertunangan salah seorang temannya. Zoe sengaja mengajak Karan agar dia mendapatkan hiburan dan agar Karan tidak pergi ke club malam seperti biasanya.
Sementara itu, Eliza masih berbaring di atas ranjang rumah sakit, dokter belum memberikan izin untuk pulang setelah memberikan kabar mengenai kondisi terakhirnya. Beberapa kali penyakitnya kambuh, itu karena pikiran Eliza benar-benar tidak terkendali mengingat penyakit yang dideritanya. Keberadaan di Bandung justru memperburuk kondisinya dan juga hubungannya dengan Karan, lelaki yang dengan setia menunggunya di Jakarta. Ditemani oleh dokter Sean yang setia menemani Eliza dan membantu semua keperluannya. Sesekali, Sean menyerahkan urusan itu kepada suster saat dirinya sedang bertugas. Namun, Sean selalu menyempatkan waktu melihat keadaan Eliza. Hanya saja, kondisi Eliza semakin memburuk, semua itu karena Eliza tidak mau menyentuh makanan apa pun yang diberikan. Sean sangat khawatir dengan kondisi Eliza saat ini, dia ingin mengabarkan hal ini kepada Karan agar dia datang menemaninya. Akan tetapi, Sean sudah terikat janji kepada Eliza untuk menyembunyikan ini dari Karan sementara waktu
PLAK!!! Tamparan keras itu mendarat di wajah Sean seketika, tetapi Sean tidak memberikan perlawanan apa pun atas tindakan yang dilakukan oleh Karan. Karan hanya tahu bahwa Sean dan Eliza bertemu di Bandung, dia menduga bahwa kepergian Eliza ke Bandung untuk menemui Sean. Karan berpikir bahwa Eliza beralasan pergi untuk memilih bersama Sean. “Kamu janji akan menjauh dari Eliza, tapi apa yang kalian lakukan di belakang saya? Kalian…” “Kalian apa, Karan? kamu pikir pertemuan ini memang sengaja dilakukan? Kamu pikir Eliza ke Bandung untuk menemui saya? Tidak! Itu tidak benar.” “Lalu, apa yang kamu lakukan di sini?” “Saya dipindah tugaskan oleh pihak rumah sakit, saya juga tidak tahu kalau Eliza ke sini.” “Itu hanya alibimu saja, saya yakin kamu sudah membuat rencana dengan Eliza.” Sean sudah muak dengan tuduhan-tuduhan Karan selama ini, bahkan dia tidak memberikan perlawanan saat Karan memukulnya. Akan tetapi, kali ini Sean tidak mau tinggal diam tanpa memberikan pembelaan terhadap
Rencana Eliza untuk menyembunyikan kondisinya kepada Karan, sebab Sean memberitahukan segalanya. Ada bahagia dan juga sedih ketika mengingat segalanya. Eliza bahagia adanya Karan bersama dirinya di akhir-akhir kehidupan, tetapi Eliza juga bersedih sebab Karan harus menyaksikan kesakitannya.Namun, kehadiran Karan merubah segalanya bagi Eliza. Dia tidak lagi harus bertikai dengan dokter Sean perkara obat-obatan ataupun makanan yang tidak disentuhnya. Karan terus membujuk Eliza agar dia mau mengkonsumsi semua yang disarankan dokter kepadanya termasuk pengobatan kemoterapi untuknya.Mau tidak mau, Eliza akhirnya mengalah dan tidak lagi bersikeras dengan sikapnya. Dia akhirnya menurut meskipun terasa berat baginya melakukan semua itu. Dokter sudah menjelaskan bahwa penyakitkan tidak akan sembuh, pengobatan itu hanya memperlambat kanker menyerang tubuhnya. Akan tetapi, semua itu tidak akan memulihkan kesehatannya.“Sayang banget kalau uang itu habis hanya untuk pengobatan penyakitku yang t
PRANG!!!Pagi-pagi sekali Karan terbangun seraya mengucek mata, sesuatu yang jatuh membangunkan tidurnya. Dia melihat sekeliling, rupanya Eliza menjatuhkan nampan yang tersimpan di atas nakas. Karan segera bangkit untuk membantu membereskan barang yang berantakan dibuat Eliza.“Apa yang kamu perlukan? Kenapa tidak membangunkanku?”“Aku hanya ingin mengambil air, kamu sedang tertidur. Aku tidak tidak mau membangunkanmu, semalam kamu tidur terlalu larut.”“Setidaknya kamu bisa meminta bantuanku jika membutuhkan sesuatu, minumlah! Aku akan bereskan semuanya.”“Maaf, aku merepotkanmu lagi. Seharusnya kamu tidak ada di sini, Karan. Pekerjaanmu di Jakarta terbangkalai, kamu tidak perlu menyulitkan diri sendiri dengan menemaniku di sini.”“Kamu bicara apa, Eliza. Kenapa harus meminta maaf? Lagi pula ini sudah menjadi tanggung jawabku berada di sini menemanimu. Perihal urusanku di Jakarta, aku sudah bicarakan ini dengan Zoe dan dia yang akan menghandle segalanya.”“Sebaiknya jangan memberikan
Karan akhirnya memilih untuk pergi Jakarta tanpa Eliza, sudah tidak ada waktu untuk berdebat dengannya lagi. Dia juga tidak bisa memaksa Eliza untuk pulang dalam keadaan saat ini, dokter belum memberikan izin untuk melakukan rawat jalan. Lagi pula, Eliza yang tidak mau dirujuk ke Jakarta untuk melakukan pengobatan di sana.Awalanya keadaan kantor juga dalam kendali yang baik, tapi mendadak proyek yang sedang dijalankan Karan bermasalah. Hal itu mengharuskan Karan untuk kembali ke Jakarta lebih cepat daripada yang seharusnya. Usai mendapatkan penjelasan dari Zoe, akhirnya Karan mengambil keputusan untuk kembali hari itu juga.Bukan hal mudah bagi Karan meninggalkan istrinya bersama seorang lelaki bekas selingkuhannya. Hal sama juga dikhawatirkan oleh Karan, bahwa skandal itu akan berulang dan berujung pada sesuatu yang jauh lebih buruk dari sebelumnya. Berbeda dengan Karan yang saat ini tidak tahu lagi keberadaan Ryn semenjak ingatannya pulih, gadis itu benar-benar menghilang.“Hai Zoe
Usai melakukan pemeriksaan, dokter memberikan izin Eliza untuk pulang dan menjalankan rawat jalan. Laura cukup terkejut mendengar kenyataan yang sedang dijalani oleh Eliza. bertahun-tahun lamanya mereka berpisah, tetapi pertemuan ini justru tidak akan bertahan lama.Aku akan baik-baik saja, Tante. Jangan menyalahkan Karan karena hal ini, semua bukan salahnya. Aku yang salah karena tidak teratur mengkonsumi obat-obatan dan melakukan pengobatan.Mengapa kamu tidak pernah menceritakan hal ini pada kami? Setidaknya dengan itu kami akan memberikan pengobatan yang jauh lebih baik.Tante, sebelum perusahaan Karan gulung tikar, Karan sudah memberikan aku pengobatan yang terbaik. Karan suami yang bertanggung jawab, aku saja sebagai istrinya tidak patuh dan memilih kabur dari rumah.Jangan berlebihan memberikan pembelaan padanya. Kamu tidak akan menghadapi situasi seperti ini jika benar suamimu ini bertanggung jawab.Karan memutar rodanya, dia menyadai bahwa yang dikatakan oleh Laura benar. Kal
Eliza menggelengkan kepalanya, dia tidak memperhatikan Karan. Tentu saja lelaki itu hanya duduk di kursi tanpa beranjak dan tidak mengejar dia seperti biasanya. Eliza menghela napas panjang, tidak tahu harus kembali ke rumah dokter Sean atau tetap melanjutkan perjalanan pulang."Kenapa kamu tidak bicara sejak awal, Sean?""Kamu tidak bertanya padaku, kupikir kamu sudah tahu sebelum akhirnya pergi saat itu. "Tubuh Eliza bergetar hebat, dia memilih masuk mobil dan meminta sang sopir untuk mengantarkannya kembali ke rumah dokter Sean. Sementara itu, dokter Sean hanya menarik napas panjang dan kembali melajukan mobilnya. Dia harus membawa mobilnya ke bengkel agar segera diperbaiki kerusakannya.Saat tiba di rumah dokter Sean, dia melihat Karan sedang melanjukan kursi roda seorang diri. Benar saja yang dikatakan oleh dokter Sean, bahwa suaminya kini tidak dapat berjalan dengan sempurna. Eliza segera menghampiri Karan.Aku bantu dorong, Karan, pintanya.Karan hanya menatap tanpa memberikan
Sebuah takdir telah merubah kehidupan Eliza, siapa sangka bahwa gadis sebatang kara yang telah lama kehilangan sang ibu kemudian menjadi seorang pewaris tunggal keluarga Bagaskara. Lelaki yang dianggap Eliza adalah pewaris tunggal, ternyata hanya seorang anak angkat. Dia berusaha membuat Eliza tunduk, tetapi kenyataan akhirnya mengungkapkan siapa sebenarnya Aaryan Bagaskara.Seorang sopir bernama Bayu telah membawa Eliza pada sebuah rumah mewah berwarna putih abu-abu. Pemilik rumah tak lain adalah seorang dokter muda yang pernah terlibat scandal dengan dirinya. Namun kali ini, Eliza datang bukan menemui sang dokter melainkan mencari keberadaan Karan.Sudah satu bulan terakhir ini dia menghilang dari Karan, tentu saja satu kata maaf takkan mudah membuat Karan melupakan rasa kecewanya. Akan tetapi, Eliza tidak akan pernah menyerah hingga dia kembali meyakinkan Karan mengenai kepergiannya saat itu.Permisi, apakah dokter Sean ada di rumah? tanya Eliza kemudian usai seorang wanita paruh b
Satu bulan kemudian, setelah perjuangan cukup panjang bagi Eliza memenuhi permintaan Aaryan untuk mengemulihkan kembali perusahaan. Usaha yang dilakukan Eliza membuahkan hasil memuaskan, Bagaskara hotel kembali maju seperti sebelumnya bahkan lebih ramai. Dalam satu bulan terakhir, Eliza sudah bekerja keras untuk membangun kembali kehancurahan yang disebabkan oleh Aaryan.Namun, di hari kemenangan itu dia harus menerima kenyataan pahit bahwa Bagaskara tidak bisa diselamatkan dari serangan jantung yang kambuh seketika hingga merenggut nyawanya. Akan tetapi, Eliza merasa bahwa kematian itu tidak wajar, dia menduga ada seseorang yang sengaja membuat Bagaskara serangan jantung hingga merenggang nyawa. Sayang sekali, Eliza tidak bisa membuktikan semua itu hingga ia memilih bungkam dan tidak membahasa itu di hadapan keluarga yang telah berkabung.“Aku sudah menyelesaikan semua urusanku denganku, Aaryan. Itu artinya sekarang juga aku boleh meninggalkan rumah ini dan kembali kepada suamiku.”“
Seperti yang sudah Eliza janjikan kepada Aaryan, bahwa dirinya akan membantu memulihkan perusahaan. Benar yang ditakutkan oleh Bagaskara, ditangan Aaryan perusahaan tidak akan berjalan dengan baik. Belum lama Bagaskara masuk rumah sakit, semua sudah luluh lantak. Karyawan juga mengeluh dengan keadaan ini, beberapa dari mereka sudah ada yang mengundurkan diri dari hotel.“Apa yang dilakukannya? Hanya mengurusi perusahaan saja tidak becus. Dia hanya bisa tidur dengan wanita, menghamilinya lalu pergi tanpa memberikan apapun kepada wanita tersebut. Kemudian, dia melanjutkan kembali rutinitas mabuk dan main wanitanya. Dasar lelaki gila!”Eliza menggerutu kesal kepada Aaryan usai mempelajari semua berkas yang diberikan oleh Aaryan mengenai perusahaan Bagaskara Hotel. Usai menyekapnya di gudang hari itu, tiba-tiba saja hari ini Eliza telah disulap Aaryan menjadi wanita cantik nan elegant. Entah apa yang sudah Aaryan jelaskan kepada karyawan, mereka tampak menyambut Eliza dengan hangat tanpa
“Arrgghhtt!!! Sakit sekali kepalaku,” pekik Eliza seraya mencoba membuka matanya. Eliza membuka mata, melihat ke sekeliling yang dipenuhi kegelapan. Tangannya terikat dengan posisi duduk di atas kursi. Bajingan, Aaryan telah melakukan kejahatan ini hanya untuk memenuhi hasratnya. Dia sengaja menggunakan uangnya untuk memeras Eliza dan menindas dirinya. “Aaryan, keparat!!! Lepaskan aku!!!” pekik Eliza dengan kencang. Teriakan Eliza berhasil memanggil Aaryan kehadapannya. Benar memang yang diduga oleh Eliza, bahwa semua ini adalah perbuatan Aaryan. Lelaki itu sangat licik, dulu dia menyelamakan dirinya atas perbuatan keji Broto, sekarang justru perilakunya lebih bajingan dari Broto sendiri. “Kenapa berteriak sayang? Sudah kukatakan agar kamu menuruti semua permintaanku bukan justru membantahnya. Ini adalah hukuman atas sikap berontakmu.” “Aku bahkan belum menjawab apapun, tapi kamu sudah menyiksaku seperti ini.” “Eliza, aku sangat tahu sifat licikmu. Bukankah dulu kamu berusaha ka
“Maaf, aku tidak bermaksud berbohong. Tadi aku memang mencari dokter Sean dan bertemu dengannya di kantin rumah sakit. Dia juga tidak mau berbicara apapun denganku, jadi aku makan saja di sana,” jawab Eliza seraya duduk di pinggiran ranjang tempat Karan berbaring.“Sejak kapan kamu memanggilnya dokter Sean?” tanya Karan lagi dengan surut mata yang tampak aneh.“Masih saja saja cemburunya gak terkontrol, lagi juga tidak terjadi apapun antara aku dengannya.”“Aku hanya bertanya, lagi pula untuk apa mencemburuinya. Sean sudah banyak membantuku bahkan sebelum kecelakaan ini terjadi.”“Baiklah, aku tidak akan mencari lelaki lain lagi selain kamu. Sudahlah ya, kurangi berpikir burukmu aku mau kamu segera pulih. Ada hal yang harus kita selesaikan, aku juga tidak mau berlama-lama melihatmu sakit. Nanti gak ada yang marah-marah lagi sama aku seperti dulu.”Hari pertama Karan membuka mata di luar dugaan Eliza, lelaki itu sungguh sangat kuat dan hebat. Dia tidak tampak lemah seperti saat koma, h
Jari Eliza tertahan saat akan melepaskan diri, spontan saja Eliza menatap ke arah sumber suara tersebut. Tanpa berpikir panjang lagi, Eliza segera mendekap tubuh lemah yang terbaring itu. Matanya yang sayu tampak berusaha membuka dengan sempurna. Suaranya tertahan oleh alat pernapasan yang terpasang.Lelaki yang dia tinggalkan begitu saja, kemudian jalan hidupnya harus berakhir di rumah sakit berhari-hari bahkan dalam hitungan bulan. Memang ini bukan kali pertama Karan masuk rumah sakit, dia pernah melewati kecelekaan sebelumnya. Akan tetapi, kecelakaan yang Karan alami saat ini sangat berbeda.“Karan, benarkah ini kamu? aku tidak sedang bermimpi lagi bukan?” seru Eliza seraya menyentuh lembut wajah Karan.“Aku sudah bangun, seperti yang kamu lihat,” jawab Karan dengan suara lirih bahkan hampir tak terdengar.Air mata Eliza jatuh tak tertahankan lagi, dia menangis bahagia dapat melihat wajah lelakinya. Melihat hal itu, Karan perlahan menggerakkan tangannya untuk menghapus butiran beni
Eliza segera memesan ojek online agar segera tiba di rumah sakit. Tentu saja, dia tidak boleh datang terlambat untuk menyelamatkan Karan. Bagaimanapun kondisi Karan sekarang dan sebagaimanapun kesalahan yang telah dilakukannya saat itu, kehilangan Karan bukan hal yang diinginkan Eliza.“Karan, bertahanlah! Aku akan segera datang dan membujuk mereka agar tidak melepaskan semuanya. Bertahanlah demi aku, demi pernikahan kita,” batin Eliza seraya terisak tangis.Eliza menyeka air mata yang mulai membasahi pipinya, sepanjang perjalanan menuju rumah sakit dia terus berdoa memohon kepada Tuhan agar suaminya dapat diselamatkan. Baginya, ada hal yang belum mereka selesaikan. Sebab itulah, Eliza tidak ingin kehidupannya berakhir tragis dengan kehilangan sang suami disebabkan oleh kematian.Segera Eliza berlari menuju ruangan Karan di rawat usai tiba di rumah sakit. Dia terlihat sangat panik dan ketakutan. Hatinya semakin hancur ketika melihat dokter dan beberapa perawat mendorong tubuh lemah Ka