Share

PERTEMUAN

Penulis: Putri putri
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-14 12:25:31

“Rin, ini uang yang Bapak janjikan,” ucap Bapak sembari meletakkan setumpuk uang berwarna biru yang masih diikat dengan pita berlogo bank milik negara beserta beberapa lembar uang berwarna merah di atasnya.

“Coba hitung dulu, kira-kira cuku apa enggak. Kalo kurang nanti Bapak tambahin lagi,” imbuhnya.

Tanpa menjawab, Rini dengan cepat menyambar uang tersebut dan mulai menghitungnya. Sesekali ia melirik pada Bapaknya yang dengan saksama memperhatikannya.

“Cukup, Pak!” Rini merapikan kembali uang tersebut dan mengikatnya dengan karet.

“Ya sudah, apa kamu sudah mencari informasi tentang Tanto?”

Rini mengangguk.

“Apa Bapak perlu turun tangan?” tanya Bapak serius.

“Ja-jangan dulu, Pak! Semoga aku bisa mengatasi hal ini sendiri.”

Rini tetap belum berani mengatakan siapa Tanto yang sebenarnya pada orang tuanya. Selain karena tak mau Bapaknya salah paham, ia juga belum tahu akan seperti apa pertemuannya dengan anak mantan tetangganya nanti.

Begitu juga dengan Bapak yang juga memberikan kes
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • SAYUR KENTANG LIMA RIBU   KESEMPATAN

    Semenjak pertemuan mereka kala itu membuat banyak perubahan dalam hidup Rini dan Tanto. Meskipun dipisahkan oleh jarak, tak menjadi halangan bagi keduanya untuk lebih dekat. Ponsel Rini yang awalnya dibeli hanya untuk mendukung usahanya kini beralih fungsi menjadi alat penghubung dengan lelaki yang kini berhasil mewarnai hari-harinya. [Selamat pagi...]Sembari mengucek mata, Rini membaca pesan yang rutin Tanto kirimkan setiap pagi. Walaupun dengan kata yang sama, tetap saja menimbulkan getaran aneh di hatinya.[Pagi juga, jangan lupa sarapan.]Dengan cepat Rini membalas pesan tersebut sebelum ia beranjak dari tempat tidur. Seperti itulah rutinitas mereka setiap hari yang tak pernah melewatkan sedetik pun waktu untuk saling berbalas pesan. Mungkin ini terlalu berlebihan, mengingat usia mereka yang tak lagi muda, namun tak ada satu pun hal yang bisa menghalangi perasaan cinta yang tumbuh dan berkembang dengan sendirinya di hati mereka.“Rin, jangan hapean terus, itu anakmu udah nungg

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-14
  • SAYUR KENTANG LIMA RIBU   PENYELAMAT

    “Nduk, besok kamu pergi-pergi apa tidak?” tanya Bapak yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar. Rini yang tadinya sedang berbicara dengan Tanto lewat telepon dengan sigap segera membalikkan ponselnya dan meletakkan sembarang di atas bantal. Ia takut mendapat banyak pertanyaan dari Bapak saat memergoki dia berbicara dengan seorang lelaki.“E-enggak, Pak. Ada apa, ya?” jawab Rini.“Laki-laki yang nanyain kamu waktu itu, besok mau datang. Sekiranya mau menolak, kamu bisa bilang sendiri sama dia.”“Kenapa enggak Bapak aja yang menolak? Bilang aku belum siap, atau enggak diperbolehkan anak kan bisa.”Rini memberengut kesal. Ia geram, sebenarnya siapa lelaki yang telah lancang ikut menambah masalah hidupnya. “Bisa, tapi kalo nanti tiba-tiba kamu nggandeng lelaki lain, mau ditaruh mana muka Bapak? Kalo kamu bicara sendiri kan enak.”“Sebenarnya dia siapa sih, Pak?” tanya Rini penasaran.“Teman sekolah kamu dulu, sama dengan kamu, dia duda beranak dua. Istrinya meninggal lima tahu yang lalu saa

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-15
  • SAYUR KENTANG LIMA RIBU   TERLEWATI

    Rini sudah bangun sejak dua jam yang lalu, padahal ini masih jam empat kurang padahal biasa setiap ia bangun jam lima saja masih meminta waktu tambahan lima menit untuk kembali terpejam atau sekedar menggeliat kan badan. Untuk membuang waktu, memutuskan dan membersihkan rumah.“Temanmu jadi ke sini, Rin?” tanya lelaki yang sudah rapi memakai sarung dan peci dan bersiap berangkat ke masjid.“I-iya, Pak. Lagi di jalan.”Tanto sudah berada dalam perjalanan sejak semalam, ia mengirim pesan setiap dua jam untuk mengabarkan posisi terakhirnya.Matahari sudah semakin terik saat Rini tengah sibuk mondar-mandir di kamarnya. Sesekali ia mematut dirinya di depan cermin untuk memindai penampilannya. Sepuluh menit yang lalu Tanto baru saja mengirim pesan jika ia akan sampai setengah jam lagi.Dada Rini berdegup lebih kencang saat mendengar deru mobil masuk ke halaman rumah. Ia langsung menengok melalu jendela kamarnya dan melihat sebuah mobil yang sudah pernah ia lihat sebelumnya. Rini memindai p

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-17
  • SAYUR KENTANG LIMA RIBU   TAHAN

    “Rini!” Seorang wanita yang menenteng tas belanjaan menatap tajam pada Rini yang tengah asyik mencoba beberapa macam perhiasan. “Hay, Mbak Farida, mau belanja, ya? Sila enggak ikut, Mbak?”“Enggak, males bawa ke pasar. Jajannya banyak. Eh kamu lagi ngapain? Nemenin Ranti lagi?” Farida celingukan mencari kakak Rini.“Enggak, Mbak. Aku Cuma mau beli cincin, kok.” Rini menunjukkan sebuah cincin bermata putih yang bertengger di jari manisnya yang otomatis membuat Farida menelan ludah. Sebagai wanita yang biasa membeli perhiasan emas, Farida pasti tahu kelas dan harga cincin yang Rini pakai.Hari ini Tanto mengajak Rini membeli cincin sebagai simbol jika ia telah mengikat Rini sebagai calon istri. Nanti malam keluarga Tanto akan datang untuk melamar secara resmi kepada keluarga Rini sebelum mereka semua kembali ke kota. Sebenarnya bukan lamaran, hanya pertemuan dan perkenalan dua keluarga. Juga untuk membicarakan pernikahan yang akan digelar sekitar tiga bulan lagi. Tak berniat mengulur

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-17
  • SAYUR KENTANG LIMA RIBU   AKHIRNYA

    “Argghh...!”Budi berteriak sembari melempar ponselnya kasar setelah melihat gambar undangan bertuliskan nama mantan istrinya dan nama seseorang yang sudah ia kenal dari pesan yang kakaknya kirimkan. Walaupun sudah tak ada ikatan dengan Rini, tapi hatinya seolah tak rela jika ada lelaki lain bersanding dengan Ibu dari anak-anaknya. Budi memperhatikan ponselnya sekali lagi, ia membaca dengan saksama kata demi kata di dalamnya dan terus berharap jika nama dalam foto itu adalah wanita yang pernah dinikahinya. Budi merebahkan diri di atas ranjang, ia menatap nanar langit-langit rumah yang tiba-tiba bergambar seorang wanita berwajah teduh dengan senyum menawan yang telah dikenalnya sejak remaja. Bayangan wanita berwajah sembab yang menggendong seorang bayi dan menuntun seorang anak kecil tiba-tiba muncul dibenaknya, saat itu hatinya benar-benar hancur. Namun tekadnya untuk membahagiakan keluarga membuatnya harus tetap tega meninggalkan mereka.Awalnya semua berjalan sebagaimana mestinya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-18
  • SAYUR KENTANG LIMA RIBU   BELUM SEPENUHNYA BERAKHIR

    “Kalo ngamplopnya cuma sepuluh ribu enggak usah ambil sate, nanti yang punya hajat rugi,” bisik Wulan pada wanita bergamis merah yang tengah menambahkan dua tusuk sate pada piring yang telah terisi nasi, lauk pauk dan tujuh tusuk sate.Wanita itu berbalas melirik kemudian berlalu sambil memasukkan satu tusuk sate ke dalam mulutnya.Wulan mengentak-entakkan kakinya saat perkataannya tak diindahkan oleh Sari. Wanita itu terus bersafari memakan semua menu yang di sediakan. Wulan beralih menatap tajam pada wanita berbaju batik yang tengah mengambil makanan sembari menggandeng seorang anak perempuan yang juga memegang piring. Dia lebih parah lagi karena ia mengisi piring anaknya sama penuh dengan makanan di piringnya seolah porsi mereka sama. Padahal Wulan yakin perut anaknya yang kecil itu tak akan muat menampung makanan sebanyak itu. Benar-benar tak tahu malu!Sadar tak bisa berbuat apa-apa akhirnya Wulan pasrah, ia membiarkan tetangganya berpesta sesukanya. Ia yakin jika semua orang ya

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-19
  • SAYUR KENTANG LIMA RIBU   SABAR

    [Hei, tukang cungkil kelapa. Jangan ganggu aku terus. Aku mau tidur]Ari tersenyum setelah membaca pesan yang Juwita kirimkan, ia tersenyum geli karena meskipun marah-marah, tapi teman sekelasnya itu tetap membalas pesannya sejak siang. Sebagai remaja belasan tahun yang baru saja merasakan cinta monyet membuat keduanya hampir setiap hari berbalas pesan. Ada saja topik pembicaraan yang mereka obrolkan setiap hari.Juwita yang mempunyai wajah cantik dan kulit putih sangat kontras dengan Ari yang berkulit sawo matang dan wajah sedikit garang. Menjadi pekerja keras sejak kecil membuat penampilan remaja yang baru menginjak kelas dua SMP itu terlihat lebih dewasa dari usianya. Apalagi sejak pindah ke rumah kakeknya ia ikut bekerja sebagai tukang cungkil kelapa di rumah tetangganya yang mempunyai usaha pembuatan kopra putih. Walaupun awalnya hanya bermain-main saja, namun setelah mendapatkan upah yang menurutnya lumayan, hal itu menjadi kegiatan rutin yang Ari lakukan selain membantu mama d

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-20
  • SAYUR KENTANG LIMA RIBU   CIUT

    “Kamu gila ya, Mas! Ini tabungan buat lahiran anak kita, kenapa kamu pake enggak bilang-bilang, hah?” bentak Ningsih pada lelaki yang kini tengah lahap memakan makanannya.“Duit-duit aku, terserah aku dong mau ngabisin,” jawab Budi santai sembari terus memasukkan makanannya ke dalam mulut.“Aku enggak pernah ngelarang kamu ngirim uang ke anak-anak kamu, tapi enggak perlu sebanyak itu, kan? Ingat, sebentar lagi anak kita lahir.”“Aku kan kerja, besok juga dapat uang lagi. Enggak usah sok drama kayak aku enggak pernah kasih duit, deh! Lagian selama ini duitku kan sama kamu semua. Kamu enggak lupa, kan?”“Iya, tapi sekarang berbeda, sekarang kita butuh uang lebih banyak. Kamu tahu, kan, kalo biaya lahiran di sini mahal? Lagian di tempat terpencil kayak gini, apa-apa serba duit. Kamu mikir enggak, sih?”Ningsih menghentak-hetakkan kakinya, ia geram pada suaminya karena telah lancang memakai uang yang susah payah ia kumpulkan untuk mengirimi anaknya. Selama ini mereka jarang sekali berten

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-20

Bab terbaru

  • SAYUR KENTANG LIMA RIBU   EKSTRA PART : THE END

    “Maaf Sayang, bukannya ingin berkhianat, tapi aku—“Bagus tak bisa melanjutkan kata-katanya. Ia terus menatap nisan dihadapannya dengan penuh rasa bersalah. Seminggu terhitung sejak hari ini ia akan melangsungkan pernikahan dengan Kayla, wanita yang telah ia pilih menjadi ibu sambung bagi Adiba.“Cintaku tetap sama dan namamu akan kutempatkan pada bagian yang paling spesial dihatiku selamanya. Semoga kamu mengerti.”Terkadang kata hati tak sejalan dengan pikiran. Dua minggu yang lalu, ia nekat meminang Kayla dan memintanya menjadi bagian dari hidupnya.“Terima kasih sudah mau menerima undangan kami Kay,” ucap Bagus pada sosok wanita yang kini memakai topi lebar yang digunakan untuk melindungi wajahnya dari terik matahari.“Sama-sama, Mas. Aku senang kalian mau ngajak aku.”Atas permintaan Adiba, Bagus sengaja mengajak Kayla liburan ke pantai untuk merayakan hari ulang tahun Adiba yang ke enam. Meski hanya liburan sederhana namun kali ini terasa spesial karena ada seorang wanita bera

  • SAYUR KENTANG LIMA RIBU   EKSTRA PART : HARI BARU

    Bagus menyentuh gundukan tanah merah yang rutin ia kunjungi setiap minggu sejak lima tahun yang lalu. Sebuah bunga lili putih ia letakkan di sana sebelum ia duduk dan berdoa untuk wanita yang telah lama meninggalkannya. “Hai Mama, Diba datang lagi.” Bocah berbaju kuning itu berbicara pada batu nisan yang ia anggap sebagai rumah Mamanya. “Maaf Sayang, mungkin setelah ini kami akan jarang datang, semoga kamu mengerti. Kami akan pindah ke kampung seperti harapanmu dulu. Bukannya kami ingin meninggalkanmu, tapi kami ingin menjalani hidup baru tanpa bayang-bayang masa lalu di sana,” ucap Bagus mengelus lembut nisan mendiang istrinya. Lima tahun telah berlalu, Bagus merasa sudah saatnya ia membenahi hidupnya. Ia yakin Andin tak akan suka jika dirinya terus-terusan terbelenggu dengan masa lalu. Setelah berpikir ribuan kali, Bagus memutuskan untuk mencari tempat yang lebih tenang untuk menata hidupnya kembali, tentu saja dengan Adiba—putri kesayangannya, buah cintanya bersama Andin, bocah m

  • SAYUR KENTANG LIMA RIBU   TAMAT

    “Bagus, kamu langsung ke rumah sakit, Andin pendarahan.”Bagaikan tersambar petir disiang bolong, kabar yang baru saja diberikan Papa mertuanya berhasil membuat hatinya hancur berkeping-keping. Bagaimana mungkin istrinya tiba-tiba mengalami pendarahan, padahal beberapa jam yang lalu saat ia akan pergi ke kantor wanita itu terlihat biasa saja. Tak menunggu lama, Bagus segera memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit yang mertuanya sebutkan. Ia tak peduli lagi dengan meeting penting yang beberapa menit lagi akan diadakan atau tender yang mungkin akan hilang karena saat ini yang terpenting adalah menemui Andin secepatnya.Tulang-tulang ditubuh Bagus serasa rontok saat pertama kali ia memandang wanita yang kini terbaring lemah di atas bangkar dengan beberapa alat yang memenuhi tubuh dan wajahnya.“Jangan lupa bahagia, Sayang.” Kata-kata itu terus terngiang saat wanita itu pagi tadi mengantarkannya berangkat kerja. Tak seperti biasanya, Andin memeluknya cukup lama dan m

  • SAYUR KENTANG LIMA RIBU   LEMAH

    “Capek?” Bagus mengelus lembut perut Andin yang mulai membuncit.“Heem.” Andin menyeruput jus mangganya hingga tandas lalu beralih memandang Bagus.Saat ini mereka baru saja pulang dari rumah Rini dan Tanto untuk menghadiri selamatan yang diadakan karena kedua anaknya hamil bersamaan. Tak hanya selamatan, Andin dan Fira juga harus bertukar baju seperti kata orang tua zaman dahulu yang masih dipercaya oleh Rini. Meski hanya naluri, namun Rini hanya ingin memohon keselamatan untuk kedua menantunya.“Masih mual?”Andin mengangguk.Sejak awal kehamilan, Andin memang mengalami mual dan muntah yang cukup parah. Ia bahkan hampir tak bisa meminum air putih jika lidahnya merasakan air tanpa perasa. Sebagai gantinya setiap saat ia akan meminum jus buah atau teh manis agar asupan cairan ditubuhnya tetap terjaga.“Mau makan? Mama bawakan rendang tadi.”Andin mengangguk semangat.Tak hanya kesulitan minum, untuk urusan makan pun Andin terbilang cukup susah. Wanita itu bahkan bisa memuntahkan semu

  • SAYUR KENTANG LIMA RIBU   KEJUTAN

    “Kapan kamu akan resign? Papa nanyain terus tuh!” Andin mengantarkan Bagus yang akan berangkat kerja sampai halaman rumah.“Aku belum bicara sama atasan,” lirih Bagus.“Kok gitu? Kamu enggak mau terima tawaran Papa?” “Mau sih, tapi—““Tapi apa?”“Enggak apa-apa. Aku berangkat kerja dulu, baik-baik di rumah, nanti sore kita ke rumah Mama.” Bagus mencium kening, pipi kanan, pipi kiri dan yang terakhir mengecup bibir istrinya sekilas.Andin hanya tersenyum melihat tingkah suaminya yang mulai berani menunjukkan kemesraannya berbeda dengan awal-awal menikah yang terlihat begitu pemalu dan tak berkutik jika berada di luar kamar.Andin memutuskan kembali masuk ke dalam rumah setelah mobil hitam yang dikendarai Bagus meninggalkan halaman. Ia melangkah menuju ruangan kamar yang berada tepat di sebelah kamarnya yang telah disulap menjadi ruang kerjanya. Dari kamar bernuansa krem inilah Andin setiap hari berkutat dengan laptop untuk berkoordinasi dengan beberapa teman yang menjalankan usahanya.

  • SAYUR KENTANG LIMA RIBU   AGRESIF

    I⁹Andin menyunggingkan senyum melihat tangan kekar yang kini memeluknya erat. Embusan nafas hangat terasa menyapu kepalanya membuatnya enggan beranjak dari posisinya. Ia memejamkan mata mengingat aktivitasnya semalam yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata saat lelaki yang kini mendekapnya berhasil mendapatkan mahkota yang paling ia jaga selama hidupnya.“Udah bangun?” bisik Bagus tepat ditelinga Andin.“Heem.” Bukannya melepaskan tangannya, Bagus malah mengeratkan pelukannya. Aroma sampo yang sejak semalam menguar dihidungnya membuatnya enggan untuk beralih posisi. Bahkan jika bisa ia ingin berada dalam posisi seperti ini setiap saat. Entah kebaikan apa yang telah ia lakukan semasa hidup, hingga ia bisa mendapatkan istri secantik Andin. Seorang wanita yang seharusnya hanya ada dalam angannya namun kini nyata menjadi miliknya. “Terima kasih.” Bagus menghujani kepala istrinya dengan kecupan bertubi-tubi.Tidak ada kata yang bisa mengungkapkan kebahagiaannya saat ini. Bagus merasa

  • SAYUR KENTANG LIMA RIBU   DUA HATI

    “Sah.”Kata itu menggema diruang aula yang telah disulap menjadi tempat ijab kabul sekaligus resepsi pernikahan Andin dan Bagus. Semua orang menengadahkan tangan bersamaan dengan lantunan doa oleh salah penghulu yang bertugas menikahkan Andin dan Bagus.Suasana haru sekaligus bahagia tercipta saat semua orang yang datang menjadi saksi bersatunya dua manusia berbeda jenis itu dalam ikatan pernikahan yang sah menurut agama juga negara.“Cuit, cuit!”Suara riuh seketika terdengar saat kedua mempelai saling berhadapan dan Andin mencium tangan Bagus yang dibalas dengan kecupan lembut yang cukup lama di dahi Andin.“Kopi susu!”“Black and white.”Warna kulit keduanya yang kontras memang menjadi hal yang paling diperhatikan oleh semua yang datang terutama teman-teman Andin dan Bagus. Kulit Andin yang seputih susu benar-benar tak bisa menyatu jika disandingkan dengan warna kulit Bagus yang dominan sawo matang. Namun itulah indahnya takdir Tuhan yang menciptakan rasa bernama cinta yang bahkan

  • SAYUR KENTANG LIMA RIBU   BERTEMU LAGI

    “Wow!”Andin memandang takjub hamparan ladang yang terbentang dihadapannya. Kebun yang bersebelahan dengan sungai dan tepat berada di tepi jalan desa itu sedang ditumbuhi tanaman pepaya yang sudah berbuah. Jumlah pohon yang diperkirakan lebih dari seratus batang itu berjajar rapi serta buahnya yang lebat menjadi pemandangan menarik bagi Andin yang baru pertama kali melihatnya.Bagus menggandeng tangan istrinya menyusuri ladang sembari melihat secara langsung perkembangan tanaman yang biasanya hanya bisa ia lihat lewat gambar atau video yang dikirimkan oleh sang penggarap. Sedangkan Andin malah sibuk memvideo langkah demi langkah kebersamaannya dengan Bagus yang baginya terasa romantis.“Ini punya kamu?” tanya Andin disela langkahnya.“Punya Ayah tepatnya,” jawab Bagus sembari memetik buah yang sudah mulai menguning.“Siapa yang menggarap?”“Ada, nanti kita temui dia.”“Terus hasilnya?” “Aku enggak tahu, itu semua urusan Ayah, lagian ini Cuma hiburan buat Ayah dari pada tanahnya jadi

  • SAYUR KENTANG LIMA RIBU   MALU

    “Sah!”Suara itu lirih terdengar bersamaan dengan suara isak tangis orang-orang di sekitarnya. Air mata Bagus yang sedari tadi ia tahan akhirnya luruh bersamaan dengan diangkatnya jenazah sang kakek ke dalam keranda. “Selamat, Nak. Kakek sudah tenang sekarang, ikhlas ya, Nak.” Beberapa saudara terutama Riyati langsung merengkuh Bagus dan Andin ke dalam pelukannya.Sedih dan bahagia tercipta bersamaan dengan dimulainya prosesi pemberangkatan jenazah oleh sang pemuka agama. Tak kurang dari sepuluh menit akhirnya jenazah kakek dibawa ke pembaringan terakhirnya diiringi semua anak, cucu dan saudara yang menyayanginya.Bagus masih tetap bersimpuh di depan gundukan tanah basah bertabur bunga dihadapannya. Sebelah tangannya menggenggam erat tangan seorang wanita yang baru saja dinikahinya. Meski hanya pernikahan di bawah tangan, tapi secara agama mereka telah sah menjadi suami istri.“Selamat jalan, Kek. Maaf Bagus datang terlambat. Kenalkan ini Andin, istri Bagus. Maaf Bagus terlambat men

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status