"Ayah hanya terharu, ternyata kini ayah bisa melihatnya. Ayah sangat senang sekarang, setelah tahu kalau kehidupannya di Indonesia sangat bahagia,"
Untuk kesekian kalinya Yura terus menerus mencibir dan memaki dalam hati. Jika dia harus kembali mengingat kalimat yang diucapkan ayahnya sore tadi di rumah sakit.
Cih, bahagia?
Bisa-bisanya Ayahnya berkata seperti itu dihadapan Yura. Tanpa sedikitpun dia memikirkan nasib Yura selama ini atas perbuatannya.
Yeon Jin sudah menceritakan semuanya pada Yura. Tentang seorang wanita bernama Puji Arini yang begitu dia cintai. Wanita yang harus menderita karena sikapnya yang tidak bertanggung jawab.
Arini yang saat itu terpaksa harus melanjutkan hidupnya hanya seorang diri. Setelah sebelumnya, Arini rela meninggalkan seluruh keluarganya di Bandung, demi bisa bersama-sama dengan Yeon Jin. Bahkan wanita itu sampai rela menggadai agamanya sendiri demi Yeon Jin.
Meski pada akhirnya, Yeon Jin hanya mampu memberinya kekecewaan yang mendalam. Itulah sebabnya Yeon Jin membawa lari salah satu anak kembar mereka demi meringankan hidup Arini yang pasti akan kesulitan jika harus mengurus dua bayi sekaligus sendirian.
Yeon Jin mencintai Arini, hanya saja jeratan hukum yang mengincar dirinya membuat dia mau tak mau harus cepat-cepat bertindak. Sebelum semuanya terlambat. Yeon Jin tidak mau jika dirinya harus dipenjara di negara asing akibat kasus narkoba yang menjeratnya. Sebab kasus itu termasuk kasus berat dimana hukumannya adalah hukuman mati.
Jadilah Yeon Jin menjelma menjadi sosok ayah yang tidak adil dalam memperlakukan anak kandungnya sendiri.
Yeon Jin memang mengurus dan membesarkan Yura dengan penuh kasih sayang selama ini. Tapi semua kebaikan dan segala perhatian Yeon Jin sirna di kala Yura tahu bahwa dirinya telah menjadi korban ketidakadilan sang Ayah.
Yura harus rela menelan pil pahit kehidupan bahkan di saat usianya masih remaja, tepat di saat dirinya menjadi alat pelunas hutang-hutang ayahnya sendiri.
Awalnya Yura menolak. Dia kabur dari rumah ketika orang-orang suruhan rentenir itu hendak membawanya. Beberapa minggu Yura hidup terlunta-lunta di jalanan seorang diri. Sampai akhirnya takdir juga yang membuatnya harus tercebur ke dalam jurang penderitaan.
Yura berhasil tertangkap.
Ancaman demi ancaman Yura terima setelahnya, bahkan nama Seo Jun menjadi daftar pertama orang yang akan di bunuh oleh si rentenir jahat itu jika Yura tidak bersedia menuruti perintah lelaki itu.
Yura pun menyerah.
Dia merelakan tubuhnya diperjualbelikan layaknya barang yang tak berharga.
Dan hal itu masih terus berlanjut hingga saat ini.
Penderitaan Yura memang tak berujung.
Entah sampai kapan hidupnya harus terus menerus tercekik dalam kubangan lumpur prostitusi online itu, Yura tidak tahu. Yang jelas, semua hal itu cukup membuat Yura mengerti, bahwa ternyata Ayahnya memang tak pernah menganggapnya sebagai seorang anak selama ini.
"Kalau memang Ayah hanya menyayangi Ibu dan anak ayah yang ayah tinggalkan bersama ibu di Indonesia, lalu untuk apa Ayah membawaku ke Busan? Kenapa ayah tidak membuangku saja di jalanan waktu itu? Atau kalau perlu, kenapa ayah tidak bunuh saja aku sekalian? Kenapa ayah? Kenapa? Ayah sangat tega padaku... Sampai hati bisa-bisanya ayah bilang, sekarang ayah bahagia? Ayah bahagia melihat katrina hidup bahagia? Lalu bagaimana denganku ayah? Bagaimana dengan kehidupanku? Kenyataannya, sedari aku kecil, ayah memang tidak pernah benar-benar menyayangikukan? Aku tidak akan tinggal diam ayah! Ayah sudah memperlakukanku tidak adil selama ini. Katrina juga harus merasakan penderitaan yang aku rasakan! HARUS!!! Ini, janjiku pada Ayah!!!"
Itulah serentetan kalimat panjang yang Yura tumpahkan pada ayahnya saat dirinya berada di rumah sakit tadi sore. Kini Yura puas bisa melampiaskan seluruh amarahnya yang selama ini terpendam kepada Ayahnya sendiri.
Lima belas menit yang lalu Keke baru saja pamit untuk pulang. Kini Yura sudah berada di dalam apartemennya. Dia baru saja selesai mandi. Tubuhnya kini hanya berbalut handuk tipis yang pendek.
Yura baru saja hendak berpakaian, saat sebuah dering ponsel menyita perhatiannya. Yurapun menunda aktifitasnya semula lalu beralih pada ponsel itu. Ponsel milik Reyhan.
Lagi dan lagi, my wife memanggil...
Sebuah panggilan Video.
Seharian ini ponsel itu memang terus menerus berdering. Bahkan pesan yang masukpun cukup banyak. Rencananya selepas mandi Yura baru akan mengembalikan ponsel itu kepada pemiliknya. Tapi, saat dia kembali melihat gambar Katrina yang terpampang di layar ponsel itu, tiba-tiba Yura mendapat sebuah ide bagus.
Dengan cekatan, Yura memakai masker wajah untuk menutupi wajahnya. Lalu dia sedikit memelorotkan handuknya kebawah supaya buah dadanya yang ranum terlihat sedikit menonjol keluar.
Yura mengambil posisi berdiri di depan pintu kamar mandi.
Dia mengangkat panggilan Video itu.
Yura tersenyum dibalik masker wajah yang menutupi sebagian wajahnya. Kini Yura seolah-olah sedang bercermin di depan layar ponsel itu. Melihat wajah sang saudara kembarnya yang terlihat syok dan kaget saat menatap layar ponsel milik suaminya kini ada di tangan Yura.
Hingga setelahnya, Yura mendengar sebuah kalimat dingin dari wanita bernama Katrina itu. Tepat saat ke dua bola mata wanita itu saling bertatapan dengan bola mata Yura.
"Siapa kamu? Ini ponsel Reyhan, suamiku! Dimana suamiku?"
Bingo!
Langkah awal yang bagus, Yura! Pekiknya senang dalam hati.
*****
"Siapa kamu? Ini ponsel Reyhan, suamiku! Dimana suamiku?" ucap Katrina dengan perasaan kaget luar biasa. Saat dia melihat siapa orang yang kini menggenggam ponsel Reyhan dan mengangkat Video Call darinya.
Katrina tidak dapat menangkap dengan jelas wajah wanita itu karena tertutup masker wajah. Tapi yang dia lihat, kini wanita itu hanya menggunakan handuk yang bahkan hampir melorot di bagian dadanya yang ukurannya memang cukup besar.
"Perkenalkan, aku Yura. Aku tetangga sebelah apartemen Reyhan. Salam kenal. Maaf kalau aku lancang mengangkat panggilan videomu, soalnya Reyhan sekarang sedang ada di kamar mandi, sebentar, aku panggilkan dulu?"
Katrina melihat di dalam video itu, Yura seperti mengetuk-ngetuk pintu dibelakangnya sambil berteriak dengan nada bicara yang terdengar manja, "Reyhaaann... Ini ada telepon dari istrimu? Aku buka ya pintunya?"
Katrina menggeleng pelan nyaris tidak percaya. Perempuan berhijab hitam itu menelan salivanya sendiri yang mendadak pahit.
Pasti wanita itu sedang bersandiwara!
Pasti ini tidak benar!
Tidak, ini tidak benar!
Astagfirullah...
Katrina terus beristigfar dalam hati, saat dilihatnya wanita itu membuka pintu kamar mandi dan melongokkan kepalanya ke dalam kamar mandi. Hingga setelahnya wanita itu kembali menutup pintu kamar mandi dan kembali beralih pada Video callnya dengan Katrina.
"Maaf, ya. Kata Reyhan nanti kamu telepon lagi saja, dia belum selesai mandi,"
Belum selesai wanita di video itu bicara, Katrina sudah lebih dulu mematikan panggilan videonya.
Mata bening perempuan muslim itu tiba-tiba memanas, sepanas hatinya.
Katrina terus beristigfar, mencoba untuk tidak larut dalam beribu pikiran buruk tentang suaminya. Meski hatinya kini dirundung cemas berlebih dan ketakutan yang luar biasa.
Hingga akhirnya, Katrina mengirim sebuah pesan untuk suaminya.
*****
Tawa Yura pecah seketika saat tiba-tiba video call itu diputus secara sepihak bahkan tanpa ada say good bye atau kata-kata terima kasih, apalagi kalimat salam sebagai penutup percakapan mereka.
"Katanya wanita muslim bercadar? Tapi kenapa gayamu sangat tidak sopan? Main putus-putus panggilan begitu saja. Kaget ya?" Yura berbicara sambil terus menatap lurus layar ponsel ditangannya, dimana gambar Katrina terpampang di sana.
Dan tak lama setelah itu, Yura mendapati sebuah pesan baru yang masuk, Yurapun membaca pesan itu.
My wife
Minggu depan, aku dan Akmal akan menyusulmu ke Busan.
Yura terdiam cukup lama setelah membaca isi pesan itu. Hingga setelahnya ide-ide lain bermunculan memenuhi isi kepalanya.
Ide-ide yang luar biasa hebat.
Drama percintaannya dengan laki-laki bernama Reyhan akan segera dimulai.
Nyatanya, memiliki kemampuan akting itu sungguh mengasyikan.
Pikir Yura membatin dengan senyuman miring yang tersungging di bibirnya yang tipis.
*****
Reyhan baru selesai mandi dan berpakaian. Dia terlihat terburu-buru melakukan aktivitasnya itu di dalam apartemennya. Pikirannya terus tertuju pada Katrina.
Sejak kemarin malam dia tidak bisa menghubungi istri dan anaknya sebab ponselnya yang tertinggal di apartemen Yura, tetangga sebelah apartemennya. Tadi sore sepulang kantor Reyhan langsung mendatangi apartemen Yura, tapi sepertinya Yura belum kembali ke apartemennya. Bahkan Reyhan sampai bulak-balik menunggu kepulangan Yura, hingga akhirnya dia kelelahan dan ketiduran di sofa apartemennya.
Reyhan bangun saat hari sudah gelap, bahkan sepatu kantornyapun belum sempat dia buka.
Dia kaget setengah mati saat dilihatnya jam ditangannya yang sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Maka dari itu, Reyhan langsung buru-buru mandi dan berganti pakaian lalu mendatangi apartemen Yura untuk mengambil ponselnya.
Reyhan jadi dibuat terkejut untuk kedua kali saat dia baru saja membuka pintu apartemennya dan mendapati seorang wanita sudah berdiri di depan pintu apartemennya.
"Yura?" pekik Reyhan tertahan.
Posisi mereka yang cukup dekat terlebih dengan pakaian minim yang dikenakan Yura cukup membuat Reyhan jadi salah tingkah. Tapi Reyhan langsung memalingkan tatapannya ke arah lain. Dia juga berjalan mundur beberapa langkah, untuk menjaga jarak.
"Maaf, aku ganggu ya?" tanya Yura pelan. Dia tersenyum di balik masker yang menutupi wajahnya.
"Oh, tidak. Aku baru mau mampir ke apartemenmu. Kupikir ponselku kemarin tertinggal disana, sebab aku sudah mencarinya di apartemenku tapi tidak ada," ucap Reyhan apa adanya. Reyhan sangat jengah dan jadi terlihat canggung melihat penampilan Yura malam ini. Jelas, dia tidak bisa terus menerus memalingkan wajahnya karena saat ini, Yura berdiri tepat di batas pintu apartemennya. Reyhan jadi serba salah.
"Ini ponselmu." Yura memberikan ponsel Reyhan yang disambut lega oleh laki-laki itu.
"Maaf ya baru aku kembalikan. Soalnya, aku juga baru tahu tadi selepas mandi kalau ponselmu ada di atas meja apartemenku. Tadi pagi, aku berangkat pagi-pagi sekali ke rumah sakit. Untungnya aku punya dokter spesialis kulit yang bisa menghilangkan dengan cepat luka-luka di tubuhku. Walau masih ada yang terlihat sedikit di bagian bawah dadaku, tapi tak apalah, nanti juga hilang." jelas Yura lagi.
Reyhan hanya menyambutnya dengan senyuman tipis dan anggukan kepala. Sebenarnya dia ingin Yura cepat-cepat pergi meninggalkan apartemennya. Tapi dia juga tidak enak hati jika harus mengusirnya. Sangat tidak etis bukan? Jadilah Reyhan harus lebih bersabar sebentar.
"Kamu sedang sibuk tidak?" tanya Yura lagi.
"Hah?" Reyhan mulai gagal fokus. Sampai tidak memperhatikan apa yang diucapkan Yura.
"Malam ini, kamu sedang sibuk tidak?" Yura kembali mengulang kalimatnya. Dia memilin helaian rambutnya dengan jari telunjuk. Lalu dia bersandar di tiang pintu apartemen Reyhan dengan sedikit menaikkan kaki kanannya ke atas hingga telapak kakinya bertumpu pada tiang pintu. Dan hal itu membuat belahan pakaiannya yang minim jadi terbuka lebar dan menampakkan lebih jelas pangkal paha Yura yang mulus. Bahkan kalau sedikit lagi dia menaikkan kakinya lebih ke atas ada kemungkinan celana dalam yang dikenakan wanita itu pasti terlihat oleh Reyhan.
Yura tersenyum puas dalam hati melihat tampang lugu laki-laki dihadapannya sekarang yang terlihat mulai gelisah.
"Ada apa? Kenapa diam?" Yura kembali bicara.
"Eh, ma-maaf, aku cuma tidak enak kalau kita bicara di sini dalam kondisimu, yang..."
"Oh, yasudah kalau begitu kita bicara di dalam saja," Yura memotong kalimat Reyhan dan tanpa basa basi lagi dia langsung melangkah masuk ke dalam apartemen Reyhan, tapi sayang, langkahnya langsung di tahan oleh Reyhan saat itu juga.
"Bukan itu maksudku, Yura." Reyhan reflek menyentuh ke dua bahu Yura dengan ke dua tangannya. Posisi tubuh mereka kini sungguh dekat bahkan hampir saling berhimpitan. Reyhan kembali menelan salivanya sendiri, entah sudah yang keberapa kalinya. Tapi satu hal yang dia rasakan sekarang, saat lagi dan lagi tatapan matanya harus bertubrukan dengan tatapan Yura. Reyhan selalu teringat pada Katrina.
Dalam lubuk hatinya Reyhan jadi penasaran seperti apa sebenarnya wajah asli wanita bernama Yura ini? Kenapa dia selalu mengenakan masker untuk menutupi wajahnya? Reyhan sungguh dibuat bingung. Meski pertanyaan itu tak cukup berani untuk dia tanyakan pada Yura. Reyhan hanya tidak ingin membuat Yura tersinggung, tapi yang pasti, Reyhan tahu kalau Yura memiliki alasan kenapa dia selalu memakai masker wajah setiap kali dia keluar dari apartemennya.
Yura terus menatap lurus wajah Reyhan. Dia terus berusaha sekuat tenaga untuk tetap tenang dan fokus pada rencananya semula, karena sekarang dia merasa jantungnya hampir saja copot. Aroma tubuh laki-laki dihadapannya itu sungguh maskulin. Membuatnya jadi terbuai. Terlebih dengan rambutnya yang terlihat masih setengah basah, Reyhan sungguh sempurna.
Yura melangkahkan kakinya hanya dengan satu langkah kecil. Dan HAP!
Tubuhnya dan tubuh Reyhan sudah menyatu sempurna. Bahkan tangan Yura kini sudah melingkar di leher Reyhan.
"Ja-jangan seperti ini Yura! Tolong jaga sikapmu! Sopan sedikit! Aku sudah berkeluarga!" tegas Reyhan. Dia melepas cepat ke dua lengan Yura dari lehernya. Dan menarik sebelah tangan Yura untuk membawa wanita itu ke luar dari dalam apartemennya.
"Maaf kalau sikapku agak kasar. Aku hanya ingin kamu lebih menghormatiku sebagai seorang laki-laki beristri. Dan tolong perbaiki cara berpakaianmu. Kalau sikapmu seperti ini, yang ada cuma merugikan dirimu sendiri. Kamu akan dianggap rendah oleh laki-laki lain yang melihatmu. Wanita itu akan lebih dihormati dengan rasa malu yang dimilikinya. Wanita itu akan lebih di segani jika dia bisa menjaga sikap dan penampilannya terlebih dihadapan laki-laki yang bukan mahramnya. Aku yakin kamu itu adalah seorang wanita yang cantik, makanya kamu selalu menutup wajahmu dengan maskerkan? Supaya wajah cantikmu tidak dapat dinikmati oleh sembarang laki-laki. Tapi, dirimu akan lebih terlihat cantik jika kamu bisa menutup keseluruhan tubuhmu, bukan hanya wajahmu saja. Mengerti Yura?" ucap Reyhan dengan wajah setengah marah. Dia jengah terhadap perilaku Yura yang begitu agresif.
Yura tertegun untuk beberapa saat.
Kalimat itu jelas lebih menohok dari kalimat manapun yang pernah dia dengar. Bahkan lebih menusuk dari sekedar perkataan laki-laki hidung belang yang seringkali memanggilnya dengan sebutan 'Jalang', 'pelacur', atau bahkan 'wanita piaraan'.
"Baiklah, aku minta maaf. Dan terima kasih, atas pertolonganmu kemarin malam." ucap Yura kemudian.
"Iya, sama-sama."
Yura hendak pergi, tapi langkahnya tertahan begitu dia teringat sesuatu. Yura pun kembali berbalik.
"Dan satu lagi, aku ingin meminta maaf karena tadi secara tidak sengaja, akibat salah pencet, aku malah mengangkat panggilan video dari istrimu, tapi dia langsung menutup kembali telepon itu sebelum aku sempat menjelaskan. Aku takut nanti dia salah paham. Maaf ya, Reyhan. Katakan pada istrimu, aku tidak ada maksud apapun tadi."
Reyhan sempat memaki dalam hati. Tapi dia tetap menyunggingkan seulas senyum tipis seraya mengangguk kecil pada Yura, sampai akhirnya Yurapun kembali ke apartemennya.
Kalimat Reyhan tadi masih terus terngiang ditelinga Yura. Kalimat itu nyaris menghipnotis Yura hingga dalam sekejap dia seolah terlupa pada niatnya semula. Dan akhirnya, dia hanya bisa mengukir senyum kaku diwajahnya. Yura kehabisan kata-kata, terlebih dia jadi mati gaya.
Nyatanya, Reyhan bukan tipe laki-laki yang biasa dia jumpai selama ini. Reyhan bukan tipe laki-laki yang bisa tunduk dan patuh jika sudah diperlihatkan sebuah pemandangan bagus yang seharusnya mampu membuat laki-laki itu terangsang, yaitu kemolekan tubuhnya. Reyhan bukan tipe laki-laki seperti itu. Reyhan bukan tipe laki-laki yang gampang tergoda.
Mungkin itulah alasan Reyhan memilih Katrina menjadi istrinya. Karena Katrina sempurna. Dia wanita muslim yang taat beragama. Dia wanita muslim yang bisa menjaga dirinya dari tatapan liar laki-laki buas yang berkeliaran bebas di luar sana. Dia juga wanita muslim yang ternyata sangat beruntung memiliki suami sesempurna Reyhan.
Entahlah, mengingat semua itu justru membuat Yura semakin membenci wanita itu.
Mengapa takdir begitu tega padanya?
Yura juga ingin merasakan apa yang kini dirasakan Katrina.
Yura juga ingin memiliki apa yang kini dimiliki Katrina.
Terlebih, Yura juga ingin dicintai seperti seorang Reyhan mencintai Katrina.
Kalau suka, silahkan tinggalkan jejak berupa komentar dan votenya ya...
Reyhan panik. Setengah berlari, dia beralih pada tas kantornya untuk mengambil charger. Diapun langsung mengisi ulang baterai ponselnya yang hampir sekarat. Bahkan tanpa sempat dia menutup kembali pintu apartemennya sepeninggal Yura tadi. Dia mulai menyalakan kembali ponselnya yang masih tersambung pada kabel charger. Hatinya benar-benar cemas. Dia takut Katrina akan salah paham padanya. Begitu ponselnya sudah kembali menyala, Reyhan langsung menghubungi Katrina saat itu juga. Panggilan pertama tidak ada jawaban. Panggilan kedua pun sama. Tapi Reyhan tidak mau menyerah. Dia terus mencoba memanggil dan memanggil lagi. Angkat, Trina... Angkat... Bisik Reyhan dalam hati. Dia benar-benar khawatir. Sampai pada panggilan ke dua puluh, Katrina tidak kunjung mengangkat Video Call dari R
Yura terlihat gelisah. Dia kehabisan akal. Dia bingung. Dia kalut. Dia frustasi. Karena itulah dia terus mundar-mandir kesana kemari tidak jelas sejak tadi di dalam apartemennya sendiri. Dia terus berpikir dan memutar otak untuk mencari cara jitu demi menaklukan hati Reyhan. Segala usaha sudah dia lakukan, segala cara sudah dia tempuh untuk mendekati Reyhan, tapi kenyataannya laki-laki itu memang ajaib, susah sekali di rayu atau di goda. Reyhan terus menolak ajakan Yura setiap kali Yura mengajak laki-laki itu keluar untuk sekedar berjalan-jalan berkeliling menikmati indahnya kota Busan. Jangankan berjalan berkeliling, bahkan saat Yura hanya mengajaknya untuk sekedar duduk-duduk dan mengobrol di loby apartemenpun, lelaki itu menolaknya dengan halus. Sejauh ini, Reyhan itu lebih sering mengurung diri sendirian di ap
"Rencanamu ini gila, Yura! Aku tidak setuju!" tegas Keke pada Yura. Keke baru saja memastikan apakah Yura benar-benar akan melancarkan aksi terlarangnya itu. Kini mereka sedang berada di dalam ruang make up aktris. "Aku tidak punya pilihan lain. Reyhan harus aku dapatkan sebelum wanita bernama Katrina itu datang ke sini," Yura berbicara tanpa menatap wajah Keke. Dia sudah tersesat oleh pesona Reyhan. Dia tidak mau gagal. "Jangan melampiaskan dendammu terhadap Soumi pada orang lain. Apalagi dia saudara kembarmu sendiri. Lagipula, Reyhan itu berbeda dengan Min Hyuk. Reyhan itu laki-laki baik. Jika rumah tanggamu pernah di rusak oleh orang lain, lantas, apa dengan merusak rumah tangga orang lain bisa membuat perasaanmu jadi lebih baik? Ayolah... Yura, jangan persulit hidupmu sendiri," "Tapi aku mencintai Reyhan. Katrina sudah memiliki segalanya yang bahkan tidak satu pun aku miliki. Lalu, apa salah jika aku hanya mengingin
Suasana kantor sore itu sudah sepi. Tapi Seo Jun belum juga mau beranjak dari kursi kerjanya di ruangan meeting. Seo Jun membaca kembali isi surat yang di berikan Keke kepadanya. Teruntuk Seo Jun. Selama dua minggu ke depan tolong awasi gerak gerik Yura dengan seorang laki laki tetangga apartemennya. Aku ada keperluan mendesak selama dua minggu ke depan. Untuk sementara waktu tugasku sebagai asisten pribadi Yura akan kuserahkan pada orang lain dulu. Aku sudah menghubungimu berkali-kali tapi tidak ada jawaban. Aku tahu kamu masih marah pada Yura, tapi Yura membutuhkanmu Seo Jun. Kunjungilah Yura di apartemennya selagi kamu ada waktu senggang. Hibur dia Seo Jun, seperti dulu kamu selalu memberinya perhatian. Yura merindukanmu. Aku
Seorang laki-laki dengan bahasa tubuhnya yang lemah gemulai dan feminim, terlihat histeris saat melihat seorang wanita masuk ke dalam salon miliknya. "Hai, Yura? Apa kabar? Sudah lama kamu tidak mampir? Hm, mentang-mentang sudah menjadi selebriti ngetop, somse deh," sapa Min Ho, alias Mimi. Dia termasuk salah satu Hair Stylish yang cukup populer di kalangan aktris dan aktor di Industri hiburan Korea. Bahkan salonnya sudah masuk ke dalam daftar lima salon terbesar di Korea. Mimi terlihat begitu sumringah menyambut kedatangan Yura. "Hari ini aku merasa sangat baik. Coba lihat, aku baru saja selesai berbelanja. Nanti malam, aku ada kencan spesial," bisik Yura. Dia tersenyum lebar. Mimi memperhatikan seluruh belanjaan Yura. Banyak sekali memang. Lalu pandangan Mimi mulai jatuh pada sosok Yura. Sepanjang sejarahnya dia mengenal sosok Yura, Yura itu termasuk dalam salah satu daftar aktris korea yang di bilan
"Saya sudah melihatnya di Bandara. Dia datang bersama empat orang wanita dewasa dan tiga orang balita, Nona Yura. Mereka baru saja keluar dari Bandara. Sepertinya mereka baru akan memesan taksi. Saya akan menghampiri mereka dan menawarkan jasa taksi pada mereka." "Oke, terima kasih. Pastikan hubungi aku kembali saat kalian sudah sampai di parkiran gedung apartemenku," "Baik, Nona Yura." Klik. Percakapan di telepon itu pun di putus. Yura menatap pantulan dirinya sekali lagi di depan cermin. Yura dengan pakaian lengkapnya ala wanita muslim kebanyakan, berwarna serba hitam dengan cadar yang menutupi wajah cantiknya. Apa ini benar-benar diriku sekarang? Sungguh seperti mimpi saja! Pikirnya membatin. Yura pun melangkah ke arah pintu apartemennya setelah dia mengambil tas tangan dan koper palsunya. Dia
"Katrina?" ucap Reyhan senang sekaligus tak percaya. Dia melongok keluar tak ada siapa-siapa lagi. Itu artinya, Katrina hanya datang seorang diri. "Mana Akmal?" tanya Reyhan seraya menutup pintu apartemennya. Dia mengikuti langkah istrinya yang mulai berjalan memasuki apartemennya. Reyhan pun tak lupa menarik koper Katrina dan membawanya ke dalam kamar. "Akmal masih demam. Besok kalau dia sudah membaik, Luwi akan menyusulku ke sini membawa Akmal," "Tapikan kamu masih harus menyusui Akmal? Kenapa kamu malah meninggalkan Akmal yang sedang sakit, Trina?" tanya Reyhan yang dibuat bingung oleh sikap istrinya. "Ketika kamu melihat dengan mata kepalamu sendiri saat suamimu tiba-tiba dipeluk oleh wanita lain, apa aku masih harus tetap berdiam diri? Aku sudah mengirimkanmu pesan kalau aku akan datang hari ini. Jadi aku tidak akan ingkar janji," Ternyata benar dugaan Reyhan. K
Setelah mendapat pesan dari Keke, Seo Jun langsung berniat mendatangi Yura ke apartemen sang adik angkatnya itu.Namun anehnya, ketika dia datang ke sana, Seo Jun justru mendapati sesosok wanita bercadar yang keluar dari dalam apartemen itu.*"Assalamualaikum, maaf anda cari siapa?" tanya si wanita bercadar yang baru saja keluar dari apartemen Yura."A-aku mau mencari Yura, setahuku ini apartemen Yura, adik angkatku," jawab Seo Jun sedikit terbata."Maaf, saya baru dua hari tinggal di sini dan tidak tahu menahu soal Yura," jawab si wanita bercadar tadi.Hingga setelahnya Seo Junpun memilih untuk pamit.*Lelaki itu pergi menuju pusat informasi untuk mempertanyakan mengenai kepemilikan apartemen milik sang adik."Tapi itu memang nomor apartemen Nona Yura, Pak. Dia belum pindah d
Semburat cahaya mentari menyembul dari balik jendela yang tak tertutup sempurna oleh gorden. Kelopak mata seorang wanita mengernyit saat titik cahaya itu menembus korneanya. Dia pun membuka matanya. Menguceknya pelan. Dia menatap ke arah samping dimana sang pangeran hatinya seharusnya tertidur di sana. Namun tak ada seorang pun di ranjang itu selain dirinya. Bahkan saat dia menyapu seluruh ruangan kamar sederhana itu, tak juga ditemukannya sosok suami tercintanya. Perlahan tapi pasti, dia pun bangkit dari tempat tidur dengan sedikit kepayahan. Perut buncitnya membuat ruang geraknya mulai terbatasi. Ya, itu semua karena kehamilannya kini sudah memasuki usia tujuh bulan.
Hidayah, memang hanya milik Allah SWT. Maka sejatinya, tak pantas bagi kita mencap seseorang adalah musuh abadi islam hanya karena dirinya seorang kafir atau hanya karena dirinya adalah seorang pendosa. Kita, manusia yang amat lemah ini, tak paham bagaimana skenario perjalanan hidup seseorang. Dan Yura membuktikannya. Cahaya Islam merasuk ke dadanya, bahkan dengan cara yang tak pernah dia sangka-sangka.Yura, yang dulunya adalah seorang pelacur kelas atas, yang bahkan dalam satu malam bisa melakukan zina dengan beberapa pelanggan yang membookingnya.Yura, yang dulunya adalah seorang pendengki yang bahkan dengan tega menghalalkan segala cara hanya untuk menghancurkan rumah tangga saudara kembarnya sendiri.Yura, yang dulunya bahkan tak tahu bagaimana caranya
Yura telah sadar dari koma. Meski kondisinya masih sangat lemah. Seo Jun terus menemani Yura sepanjang hari, bahkan Seo Jun hampir menghabiskan seluruh waktunya di rumah sakit untuk menjaga Yura saat Yura sudah di pindah ke dalam ruang perawatan.Semakin hari kondisi Yura berangsur pulih dan luka operasi di alat kelaminnya pun sudah mengering dan tinggal menunggu proses pemulihan lebih lanjut. Awalnya, Yura sempat terpukul saat mendengar berita bahwa dirinya keguguran, namun berkat semangat dan perhatian yang diberikan pihak keluarga Katrina yang juga telah menjadi keluarganya, kesedihan Yura bisa sedikit terobati, bahkan saat dilihatnya Seo Jun yang terus menerus berada di sisinya, seperti tak mengenal lelah, suaminya itu terus mendampingi Yura memberinya semangat, membuat Yura terharu.Yura sangat bersyukur atas semua ka
Setelah tragedi berdarah itu berlangsung, pihak pemerintahan Korea langsung mencopot jabatan Goh Kun Ling sebagai perdana Menteri di Korea Selatan sebelum terjadinya aksi anarkis warga korea yang geram atas aksi kejam Jimmy yang kini menjadi berita terpanas di Korea. Di mana Jimmy tengah mencemarkan nama baik Korea Selatan di mata dunia dengan memperkosa secara terang-terangan seorang wanita muslim asal Indonesia bernama Katrina Kania Ifana.Wibowo Hadi Sastro Sudiro selaku Bapak Mertua dari Katrina jelas tidak bisa tinggal diam saat mendengar berita itu terkuak ke media. Hadi beserta jajaran pemerintahan Indonesia, langsung mendatangi Korea untuk menuntut pemerintahan Korea yang dianggapnya telah lalai menjaga keselamatan warga negara asing di negaranya.Dan hal ini semakin menjadi pukulan keras untuk pemerintahan Korea,
Jimmy menarik kasar rambut Yura sampai lilitan rambut itu terlepas dari ikatannya. Hingga rambut panjang Yura kini tergerai bebas di balik punggungnya. Wanita itu meringis kesakitan."Ahh.. Lepas, sakit!" teriak wanita be'rok sepan itu yang terlihat kewalahan saat Jimmy menyeret tubuhnya secara paksa."Jimmy, hentikan! Aku yang kamu inginkan! Lepaskan Yura!" teriak seorang wanita bercadar yang kini berdiri di sisi Reyhan. Sementara Reyhan terus mendekap tubuh istrinya yang kian meronta-ronta dengan dekapan yang semakin kuat. Dia tidak akan mungkin melepas Katrina begitu saja. Meski, Reyhan merasa hatinya seolah teriris melihat perlakuan kejam Jimmy pada Yura saat ini. Bahkan Jimmy dengan kasar tengah menampar pipi Yura beberapa kali hingga pipi wanita itu biru lebam. Bahkan hidungnya kini mengeluarkan darah. Reyhan jelas m
Reyhan terperangah hebat saat mendapati kabar dari Pak Satoshi bahwa Katrina telah kabur dari Bandara saat dia baru saja memastikan bahwa Katrina dan Akmal kini sudah berada di dalam pesawat menuju Indonesia. Tapi nyatanya, pesawat itu belum juga berangkat sampai detik ini.Hari sudah gelap. Dan mereka semua belum menemukan titik temu atas masalah yang terjadi.Ini bukan kasus penyekapan pertama yang dilakukan oleh Jimmy Ling. Lima belas tahun lalu, laki-laki itu pun pernah melakukan aksi serupa di sekolahnya dan dengan jumlah tawanan yang lebih banyak dari sekarang. Saat itu pihak kepolisian bertindak gegabah dengan menyepelekan Jimmy yang di anggapnya masih di bawah umur sehingga mudah untuk di kelabui, meski setelahnya aksi pihak kepolisian mendapat kecaman keras karena sudah bertindak gegabah sampai mengakibatkan enam
Katrina berhasil meloloskan diri dari pantauan Pak Satoshi saat dirinya tadi pura-pura meminta izin ke toilet. Namun, kini dia kebingungan harus ke mana. Sebab jejak Reyhan berserta rombongan sudah tidak ada di parkiran bandara. Hingga setelahnya, Katrina mencoba kembali menghubungi Yura. Nyatanya, belum sempat Katrina memencet tombol panggil, Yura sudah lebih dulu meneleponnya. "Halo Yura? Kamu di mana sekarang? Kenapa sulit sekali menghubungimu?" cecar Katrina panik. Dia terus berjalan keluar area Bandara sebelum ada yang memergokinya berkeliaran bebas. "Aku dan Seo Jun di sekap oleh Jimmy, Trina. Sekarang aku sendirian, di hutan. Aku tidak tahu lagi harus kemana. Aku
Sebuah gedung tua berlantai tiga yang kondisinya sudah terbengkalai terlihat dari kejauhan.Seorang wanita berjalan mengendap-endap melewati rerimbunan pohon-pohon besar disekitarnya, serta rerumputan liar sebatas dada yang memuluskan rencananya untuk bisa memasuki gedung itu tanpa harus ketahuan oleh beberapa orang yang terlihat berjaga-jaga di sekitar lokasi.Hingga setelahnya dia menaiki tangga darurat di sisi kiri gedung yang terlihat sepi dari para penjaga itu. Karena kebanyakan dari mereka berkumpul di satu sudut pintu utama.Wanita itu kini mulai berjalan menyusuri beberapa koridor rumah sakit jiwa gonjiam yang konon katanya berhantu. Itulah sebabnya bangunan tua itu, kini tidak terurus semenjak terjadinya insiden berdarah pembunuhan sadis oleh dokter yang bekerja di rumah sakit itu sendiri.Amarah telah menguasai dirinya. Hingga membuatnya tidak lagi takut pada apapun. Kematian Ibunya menjadi alasa
Goh Kun Ling baru saja mendapat teguran keras dari pemerintah Korea atas terkuaknya berita mengenai ancaman yang telah dilakukan anaknya Jimmy terhadap anak dari seorang pejabat negara di Indonesia.Keamanan warga negara asing di Korea jelas menjadi tanggung jawab penuh pemerintahan korea. Terlebih karena Reyhan bukan warga biasa. Pihak KBRI di Seoul sudah melayangkan surat pernyataan tuntutan atas ketidaknyamanan yang di alami warga negaranya sebagai turis asing di Korea. Hal itu jelas berpengaruh buruk bagi nama baik negri ginseng tersebut. Terlebih atas pernyataan yang di buat langsung oleh Bapak Wibowo Hadi Sastro Sudiro di Indonesia yang berbicara dihadapan pers mengenai ancaman dan teror yang telah di terima oleh anaknya yang kini berada di Korea."Saya tidak akan tinggal diam jika sampai terjadi sesuatu menimpa anak dan menantu saya yang saat ini berada di Busan. Pemerintahan Indonesia akan segera mengambil tindakan tegas demi melin