Kuntilanak putih yang terus menerus mengikuti Danny berdiri di depan pintu dapur. Danny hanya bisa berdiri mematung sambil menatapnya. 'Astaga ini kunti, kayanya seneng banget ganggu hidup orang! Ada masalah hidup apa sih'
"Hihihihihihihihi!"
"Mau apa ngikutin terus?" tanya Danny. Dia sedang dalam misi menyelamatkan Galang, dia tidak boleh diganggu oleh mahkluk yang niatnya tidak jelas seperti kuntilanak ini.
"Hihihihihihihihihi!"
Lagi-lagi kuntilanak di depannya hanya tertawa. Awalnya membuat Danny takut, namun pengalaman bertemu dengan genderuo, tukang sate dan kuntilanak berkali-kali nampaknya membuat mahasiswa itu menjadi lebih terbiasa. Dia tidak menyadari sesuatu bahwa mulai saat ini indra ke enamnya akan terbuka.
Danny kemudian mengalihkan cahaya senter handphone ke atas tangga. Dalam hati dia berkata, 'terserah deh kuntilanak ini mau ngapain. Mendingan cari Galang sama Lun
"Tunggu! Memang boneka itu kenapa? Renatta ke mana?" tanya Danny.Dia sama sekali tidak mengerti situasi yang terjadi. Sejak tadi Danny terkunci di luar rumah. Dia pun ke sini tanpa dijelaskan apapun oleh Galang. Hanya satu perintahnya, bawa Luna ke sini."Aku membanting boneka terkutuk itu efeknya dia memasuki raga ibuku," ucap Galang.Luna dan Danny berhadapan. Di tengah cahaya remang-remang sinar handphone terlihat jelas wajah mereka yang khawatir."Kok bisa-bisanya? Kamu waras kan bro?" tanya Danny lagi. Dia tahu ada sesuatu setelah ini. Boneka itu bukankah terkutuk? Mengapa temannya tiba-tiba punya ide konyol untuk membanting boneka tersebut.Galang menghela nafas panjang. Dia pun sadar apa yang dia lakukan benar-benar bodoh. "Aku pun tidak tahu kenapa, aku hanya lelah. Ibuku tiba-tiba tak sadarkan diri. Kemudian terjadilah seperti ini. Renatta pun terkena dampaknya. Entah mengapa aku merasa bahwa boneka itu mengincarnya.""Aku setuju A
"Dan!" panggil Galang. Dia berada tepat di bagian paling depan rombongan. Mereka saling berpegangan tangan agar tidak tersesat satu sama lain."Kenapa?" tanya Danny."Yang bisa beladiri kan kamu ya, kok jadi saya sih yang berada paling depan?" tanya Galang.Danny nyengir. Untungnya karena cahaya remang yang berasal dari handphone jadi membuatnya tidak terlihat. "Daripada Luna yang dibelakang? Mau kalau dia ilang?""Hmm," jawab Galang.Mereka akhirnya tetap melaju menuruni tangga. Beruntung sekali sedari tadi Bella tidak terlihat. Hebat juga ibunda Galang tersebut, sejak Renatta menghilang sosoknya pun benar-benar tidak terlihat.Akhirnya mereka sampai ke dapur. Galang melihat sekeliling. Dia merasa cemas baik Renatta, ibunya maupun boneka itu benar-benar tidak terlihat. Apakah mereka benar-benar baik-baik saja?"Sudah ketemu ka Garamnya?" tanya Luna."Harusnya sih di sini, coba kamu cari di antara lemari bawah!" pinta Galang.
"SARAH!" tenggorokan Chriestie seakan tercekat menyebutkannya. Sarah sudah dianggap sebagai adiknya sendiri. Bagaimana bisa jika ternyata dialah dalang di balik semua peristiwa mistis ini.Sarah tersenyum kepada Chriestie. Di sebelahnya, rekannya masih mengenakan tudung yang menutupi sebagian wajahnya. Membuat Chriestie tidak tahu siapa rekannya tersebut."Kaget?" tanya Sarah."Selama ini aku pikir semua hal di luar logika itu karena Luna! Ternyata kamu!" ucap Chriestie. Di dalam hatinya dia merasa bersalah kepada Luna. Karena sudah menuduhnya yang tidak-tidak. Andai saja dia tahu sedari awal bahwa Sarah yang berulah, tentu saja dia tidak akan menyakiti Luna. "Kenapa kamu bisa seperti ini Sarah?"Sarah mendekat. "Semua ini karena Luna!""Memang apa yang sudah dilakukan oleh Luna?" Chriestie menaikan alisnya. Dia heran dengan perubahan sifat dari Sarah. Sarah yang dia tahu adalah anak yang manis. Kenapa sekarang menjadi seperti ini."Ka Chrie
"Kok merinding ya!"Danny berkali-kali menengok ke belakang, kali ini mahasiswa itu sedang berada di kamar Bella. Sesuai rencana, mereka akan mencari keberadaan fisik dari boneka dan hantu boneka Anastasia yang bersemayam di dalam tubuh Bella. Namun dia benar-benar merasa diikuti kali ini. Dia memang belum pernah bertemu dengan ibunda Galang, ketika dalam keadaan kesurupan. Hanya saja mendengar cerita dari Galang dan Luna membuatnya ketakutan sendiri. Terlebih keadaan Renatta yang tidak baik-baik saja membuatnya terkadang berfikiran sensitif."Tenang Dan, di tangan ada sepelastik garam. Kalau misalnya ada hantu tinggal lempar aja!" ucapnya meyakinkan diri sendiri. Sayangnya keadaan tersebut tidak berlangsung lama. Tiba-tiba saja dia terdiam. Terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu. "Eh nanti kalau misalnya ketemu, garamnya dilempar sekalian plastiknya apa dibuka dulu ya?"Saat sedang memikirkan garam, dari belakang tempatnya berdiri, terdengar seseorang yang
Galang yang semula mencoba melepaskan cengkraman Bella kini mulai pasrah. Dia menatap ibunya dengan kasih sayang lembut. Dia percaya ibunya menyayanginya. "Mah..., ini Ga... lang....!"Mahasiswa itu mencoba berbicara kepada ibunya. Meskipun butuh tenaga ekstra. Secara ajaib ketika Galang bersuara tiba-tiba saja cengkraman Bella mengendur. Galang melihat sinar mata ibunya berubah. Dia kemudian berjalan mundur dan memegang kepalanya. Kemudian menatap Galang kembali."La.... rii... nak....!" ucap Bella parau.Galang menggeleng. "Aku ga akan ninggalin mama dan Renatta lagi! Mama harus ngelawan setan boneka itu keluar dari tubuh mama!"Tiba-tiba saja Bella berteriak, "AAAAAGGGGGHHHHHHHHHHHH!"Teriakan itu membuat sekujur tubuh tubuh Galang merinding. Dia melihat ibunya diam berdiri dalam posisi yang mengerikan. Kemudian tiba-tiba saja dia bergumam dalam bahasa yang dia tidak mengerti."Bahasa Belanda!" pekiknya. Di dalam hatinya Galang tahu bahwa
Luna mendapatkan tugas mencari di lantai atas. Dia masih berada di lorong, sebelum akhirnya memutuskan akan masuk ke pintu yang mana."Ke mana ya mencarinya?" tanya Luna. Namun matanya menangkap sinar bulan yang masuk lewat jendela lantai dua. Tempat itu adalah kamar Renatta. Seakan tersihir dia langsung masuk ke sana.Tuk... tuk... tuk...Suara sepatu Luna terdengar menggema di lantai dua. Entah mengapa cahaya bulan itu seakan-akan menyihirnya. Ada apa dengan Luna? Kenapa dia sangat tertarik dengan yang namanya cahaya bulan?Setelah berjalan akhirnya Luna sampai ke dekat jendela. Matanya terbuka lebar. Di bawah rumah Galang dia melihat banyak orang. Seakan-akan mereka sedang melakukan kegiatan di siang hari. Tunggu bukankah ini sekitar jam dua atau jam tiga pagi. Luna kembali membuka matanya lebar-lebar. Ternyata itu bukanlah manusia melainkan para arwah yang sedang melakukan berbagai macam kegiatannya.Sejak mata ketiganya terbuka, Luna tidak per
"Luna!" Galang segera berlari menuju lantai atas. Di pintu kamar ibunya tergeletak di lantai. Sementara di dalam ruangan Luna sedang berdiri mematung. Pemandangan itu tampak mengerikan. Dengan segera Galang merangkul ibunya. Dia kemudian menyentuh tenguk lehernya. Masih ada nafas di sana. Dia terlihat sedikit lega. Ibunya terlihat tertidur pulas. Meskipun dengan wajah yang berantakan. Dia langsung menggendong Bella kemudian membaringkannya di atas kasur Renatta. Kemudian dia berpaling melihat Luna. Gadis itu masih berdiri mematung. Dia tidak berjalan mendekat. Namun dari postur tubuhnya terlihat jelas Galang sedang dalam keadaan waspada. Duk... duk... duk... Suara derap langkah terdengar dari tangga. Tidak lama kemudian Danny terlihat di depan pintu. Dalam suasana gelap tersebut satu-satunya cahaya hanya berasal dari luar kamar. Wajah Danny bergantian menengok ke Galang dan Luna. "Luna kamu gapapa? Aku denger kamu teriak tadi," ucap Danny. Gadis itu t
"Jenny!" ungkap Bayu. "Dialah yang harus kita cari."Chriestie menelan ludahnya. Sejak berbagai peristiwa mengerikan yang dia alami. Baru kali ini dia bertemu dengan Jenny. Hantu tanpa kepala yang diceritakan oleh Nanny awal dia datang ke sini. Hantu yang menyebabkan Bayu, Danny dan Galang berburu sesuatu ketika dulu yang akhirnya merengut nyawa salah satu dari mereka."Diakah penyebab semua ini?" pekik Chriestie.Bayu hanya terdiam. Kemudian hantu Asih mendekat ke arah Jenny. Chriestie terkejut Asih yang bersimbah darah dan menyeramkan terlihat menunjukan wajah cantik saat berhadapan dengan Jenny."Bagaimana bisa?" Chriestie terkejut. Sampai dia menurutupi mulutnya dengan tangan untuk mengungkapkan perasaannya."Kami para hantu bisa menunjukan bentuk apapun yang kami mau," ucap Bayu. "Apakah kamu pernah berfikir mengapa aku tidak menunjukan sosok ketika nyawaku terengut seperti halnya yang lain?"Chriestie terdiam. Dia baru menyadari Bayu t
"Christie!" sambil berteriak, Bayu langsung berlari menuju dua orang mencurigakan tersebut. Tanpa berbasa basi, dia segera mendorong salah satu diantara mereka yang menggenggam pisau.Mencegah Bayu, satu orang lainnya langsung menarik lengan mahasiswa tersebut. Sempat Bayu terhuyung dan kehilangan keseimbangan sebentar hingga akhirnya dia terjatuh. Beruntungnya pisau yang berada di tangan salah satu dari mereka langsung terhempas.Bruk!Salah satu tudung hitam memukul pipi Bayu. Erangan kesakitan keluar dari mulut mahasiswa tersebut. Sementara Chriestie masih tertidur pulas. Entah apa yang menyebabkan gadis itu sama sekali tidak terganggu dengan suara berisik dari sekelilingnya. Seakan-akan Chriestie dibuat mimpi indah yang membuatnya tidak akan pernah bangun."Christie bangun!"Bayu telah berteriak sekuat tenaga. Namun sayangnya semua percuma. Gadis itu tidak bergerak sedikit pun. Mambuat Bayu sempat berfikir jika memang Chriestie jangan-jangan sudah meninggal. Tudung hitam itu kemb
"Firasatku berkata ada yang tidak beres Nanny!" ucap Bayu.Nanny masih berkeliling di dalam bangunan tua. Tidak hanya Bayu sebetulnya, dia pun merasakan hal yang sama. Ada sesuatu yang tidak beres di sini."Bukankah Galang berkata bahwa dia benar-benar melihat Chriestie?" Nanny mencoba untuk mengkonfirmasi kembali."Benar Nanny, dia bilang sendiri kalau Chriestie ke sini. Tapi aku benar-benar tidak melihatnya. Yang membuat aku merasakan ada hal yang tidak beres adalah ini!" Bayu menunjuk atas makam yang basah oleh darah. "Ini benar-benar tidak beres!""Karena itulah nak, aku melarang kalian untuk ke sini!" ungkap Nanny. "Inilah hal yang berbahaya. Makam ini adalah makam incaran sekelompok tertentu. Sebelum belanda datang, ada yang bilang tempat ini adalah tempat sakral untuk upacara tertentu! Setiap tahunnya, akan diadakan tumbal. Kemudian tidak lama kerabatku membeli tanah ini. Dan di sinilah dia pun mengakhiri nyawanya!"Bayu tercegang mendengar perkataan Nanny. Jadi tanah yang dia
"Nanny, apakah nanny masih kuat?"Bayu menggopong badan Nanny yang mulai menggigil. Perempuan itu mulai menunjukan tanda-tanda tidak sehat. Dia sedang benar-benar kedinginan. Kabut di luar sangatlah tebal, selain itu kabutnya juga menusuk kulit. "Tenang saja nak, badanku tetap bugar seperti saat aku masih muda!" Nanny berbicara sambil tersenyum. Sayangnya itu tidak bisa menutupi fakta bahwa perempuan tua itu kedinginan. Bayu berhenti sebentar, kemudian dia membuka jaketnya. Dia menyipirkannya ke punggung Nanny. "Semoga jaket ini bisa membuat Nanny terhindar dari dingin sebentar.""Bukankah kamu juga kedinginan nak?" tanya Nanny. Dia memegang tangan Bayu yang juga sedang kedinginan."Aku masih muda Nanny, aku masih bisa tahan!" ucap Bayu.Mereka berdua kemudian melanjutkan perjalanan. Meski sudah tertutup kabut, bayang-bayang bangunan sudah cukup terlihat."Sebentar lagi sampai nak! Kita harus memutar ke arah belakang. Di sanalah pintu masuk bangunan tersebut!" Nanny menerangkan kepa
"Danny?! Sob?! Where are u ganteng?" Galang berteriak memanggil sahabatnya tersebut. Namun nihil tidak ada suara jawaban."Bayu?! Kamu masih di sini?" Galang kembali berteriak untuk memastikan sahabatnya satu lagi."Ya bung!" jawab Bayu.Nanny yang sedari tadi diam akhirnya mulai bersuara. "Apakah Danny terpisah dari kita nak?""Ya Nanny!" kedua mahasiswa itu menjawab bersamaan.Galang menggigit bibirnya. Dia khawatir dengan sahabatnya. Tapi tidak hanya Danny yang sedang dalam bahaya, keberadaan Chriestie juga belum terlihat. Dia mengambil nafas dalam-dalam. Apa yang harus dia lakukan sekarang?Bayu kemudian menepuk pundak Galang. "Mungkinkah kita harus berpencar?""Tapi-!" Galang terdengar ragu. Bagaimana jika ini terakhir kalinya mereka bertemu. Bagaimana jika sahabatnya hilang selamanya. Lagipula jika mereka berpencar lagi, bukankah kejadian ini akan lebih parah?"Kamu mencari Danny, aku mencari Chriestie!" ucap Bayu. Belum sempat Galang memprotes, Bayu sudah melanjutkan perkataann
Kukk.. kuk... kuk...Suara burung hantu terdengar di telinga. Danny berkali-kali melihat tangannya. Meskipun gelap dia melihat bulu kuduknya berdiri. Dia pun merasa ada yang tidak beres di kebun ini."Karena kabutnya tebal. Jangan saling terpisah ya!" pinta Nanny.Kebun belakang memang tergolong luas. Nanny sempat bercerita kalau pada zaman Belanda, kebun ini adalah area perkebunan karet yang luas. Ada juga beberapa tanaman lain. Orang Belanda yang mendiaminya adalah kepala perkebunan. Karena itu areanya lumayan cukup luas.Galang sendiri melihat ke kanan dan kiri. Di sana tidak hanya manusia yang berjalan. Ada keanehan di sini, terutama karena ini bertepatan dengan bulan purnama. "Aneh sekali bulan purnama bersinar terang tapi kabut muncul tebal sekali.""Memangnya itu aneh bro?" tanya Danny."Entah. Rasanya aneh saja sih!" ungkap Galang.Bayu sedari tadi hanya diam. Dia memikirkan Chriestie. Namun ada hal yang menjanggal. Dia merasa tujuan yang mereka tuju salah."Teman-teman. Aku m
"Kamu yakin?" Wajah Bayu langsung berubah menjadi pucat. Sebagai pacarnya tentu saja keselamatan orang yang dia sayang adalah segalanya. "Apakah kita tidak sepatutnya memeriksa kamar Chriestie terlebih dahulu? Siapa tahu kamu salah lihat Lang!""Tapi dia masuk ke hutan Bay!" ungkap Galang. Sama seperti Bayu wajah Galang pun panik. Tadinya dia berniat untuk menyusul Chriestie sendiri ke kebun. Tapi dia memikirkan Bayu. Sehingga akhirnya mahasiswa itulah yang pertama kali dia kabari.Saat sedang terjadi keributan. Danny keluar dari kamarnya. "Kalian ngapain bro? Jam dua pagi astaga! Tidur woy tidur. Besok ada mata kuliah pak Herman. Galak betul dia. Takut aku!"Bayu dan Galang akhirnya saling tatap. Mereka kemudian berteriak secara bersamaan. "Chriestie berjalan ke kebun sendirian!"Danny langsung membuka mulutnya lebar. Dia langsung berlari. "Kalau gitu tunggu apa lagi kalian! Cepat kejar bodoh!"Mereka bertiga lari dengan tergesa-gesa. Sampai akhirnya mereka sadar pintu terkunci."Duh
"Jangan marah-marah dulu lah bung! Kamu bantu aku untuk membawa dia kembali ke kamarnya. Setelah itu aku akan menceritakan semuanya!" ucap Galang."Kalau gitu biar aku aja yang gendong dia!" pinta Bayu.Galang mengangguk. Dia memperhatikan sahabatnya. Ternyata Bayu yang dia kenal bucin kepada Chriestie. Sebetulnya sih ingin mengejek tapi dia tahan dulu.Satu menit berlalu sampai akhirnya Bayu menengok Galang."Apa?" tanya Galang."Bantu sob, berat ternyata dia!" ucap Bayu."Dibilang juga apa! Makanya gak usah sok menjadi seorang pangeran dong!" Galang tidak bisa menolak untuk mengejek Bayu.Akhirnya mereka berdua membopong Chriestie kembali ke kamarnya. Seolah-olah tidak ada apapun yang terjadi tadi malam."Jadi ceritakan semuanya!" pinta Bayu."Sebaiknya di luar Bay! Jangan sampai dia terbangun!" ucap Galang.Mereka akhirnya menuju kamar Galang. Namun ternyata yang terbangun pada saat itu bukan hanya Bayu dan Galang. Ada satu orang lagi yang berada di sana."Sarah, sebaiknya kamu tid
"Gengs aku merinding ya!" Danny mendekap tubuhnya sendiri. sembari berkata "hiyy" dia pun merasakan kengerian dan hal aneh."Rasanya kaya rumah ini diincar ga sih?" tanya Bayu.Mereka saling berpandangan satu dengan yang lain. Ketiganya merasakan hal yang sama. Seperti nyawa mereka sedang dalam bahaya."Apa kita harus bilang ke Nanny dan yang lain?" Bayu bertanya kembali."Jangan dulu kayanya! Takut mereka khawatir. Kita lihat dulu aja situasinya," ucap Galang."Benar. Apalagi di sini ada cewe sekarang. Kalau mereka khawatir dan panik ga asik!" ucap Danny."Yasudah kita bertiga sepakat ya buat nyembunyiin hal ini, tapi kalau nanti ada sesuatu buat kedepannya. kita langsung susun rencana lagi!" Galang berkata dengan penuh tenaga. Dua sahabatnya yang lain langsung menggangguk. Mereka hanya bisa berharap bahwa kedepannya akan baik-baik saja.***Kriing....Telepon di rumah berbunyi. Nanny yang kala itu berada di ruangan yang sama langsung mengangkatn
"Hah? Megang tangan?!"Dari mereka bertiga justru Danny yang terlihat panik. Padahal sebelumnya dia adalah orang yang seakan paling berani dan tidak percaya dengan hal mistik."Ja-jangan bercanda!?" ucapnya.Dari sela-sela pandangan dibalik kabut. Mata mereka langsung menerawang ke arah lengan Bayu. Benar saja, sebuah tangan panjang dan berkeriput terlihat di sana. Ketiganya langsung bergetar. Sementara Bayu hanya bisa diam dengan muka yang pucat.Tidak lama kemudian seseorang muncul dari balik kabut. Rambutnya putih beruban dengan lengan yang sudah berkeriput. Mereka bertiga terkejut melihatnya."Na-nanny!?" ucap mereka bertiga serempak."Anak-anak nakal! Sudah kubilang tidak usah mencari tahu lebih jauh. Ayo semuanya kalian kembali!" ucap Nanny. Dibandingkan kaget, mereka bertiga malah terlihat bergembira ketika melihat kedatangan Nanny. "Syukurlah itu hanya Nanny!" ucap Galang. "Aku pikir hantu!" sergah Bayu. "Kalian cepat kem