"Aku tahu kamu masih disini bersamaku. Terima kasih telah menjadi malaikat pelindungku. Aku merindukanmu."Tania mencoba menyapa lelaki itu namun suaranya terasa berat. Ia mencoba menggerakan tubuhnya namun sama sekali tak bisa karena masih terasa sakit.Lelaki itu membalikkan tubuhnya dan tersenyum memandangi Tania yang sedang bergetar ketakutan. Senyum lelaki itu tak berubah. Masih menawan seperti sebelum-sebelumnya."Mikeeeeee..."Teriak Tania kaget. Ia berteriak kaget dan terbangun dari lelapnya."Ya Tuhan, ternyata aku cuma mimpi."Tania mengusap wajahnya. Tak lupa juga ia memeriksa seluruh tubuhnya. Tak ada luka di lehernya. Tubuhnya ia gerakkan. Tak ada sakit yang ia rasakan."Ternyata aku cuman mimpi aneh," gumam Tania lagi. Ia kemudian bergerak turun dari ranjang dan berjalan ke arah sudut kamarnya. Ia menemukan sebotol air mineral di atas meja lalu menenggaknya.Sorot matanya ia tujukan ke dinding kamarnya. Dari sana, Mike tersenyum melihatnya. Dari sebuah gambar bisu yang di
"Bagaimana mungkin aku merasa seperti telah lama mengenalnya? Siapa dia? Mengapa aku merasa begitu dekat dengannya?"Seorang lelaki terdiam lesu di teras rumahnya. Tak henti-hentinya ia memaki hujan yang turun begitu deras dan telah membatalkan rencananya.Sebentar lagi hari akan gelap. Ia paling tidak suka bepergian malam-malam seorang diri. Apalagi esoknya adalah hari Senin.Setelah menunggu lama, hujan akhirnya reda setelah ia hampir membatalkan niatnya untuk pergi. Tanpa basa-basi, ia langsung bergegas menuju garasi mobil dan melesat pergi.Tinggal seorang diri, Nathan memang sudah terbiasa mandiri. Segala sesuatu selalu ia lakukan seorang diri. Ia tak pernah ingin merepotkan orang lain. Ojek online sekalipun.Ia sudah terbiasa pergi seorang diri. Ibunya membiarkannya tinggal seorang diri. Usianya pun masih muda. Karirnya pun melejit sehingga ia tak pernah kesulitan jika menginginkan sesuatu. Ibunya mempercayakan sebuah anak cabang perusahaan milik ibunya. Tetapi tidak tentang urus
"Bagaimana mungkin kamu tak marah? Sebenarnya apa yang terjadi? Apa maksud dari semua ini?"Setelah seharian menemani Kevin di cafe, Mega diantar pulang oleh Kevin ke kostnya. Mereka memang belum bisa tinggal serumah karena belum menikah.Siang malam Kevin standby di cafe miliknya lantaran persiapan untuk pernikahan mereka. Bandnya sendirilah yang mengisi live music di cafenya.Kevin tak mau membebankan semua ke orangtuanya lagi. Ia ingin membiayai sendiri pernikahannya. Semangat yang diajarkan alamarhum Mike padanya masih ia laksanakan hingga saat ini."Kamu pasti lelah, sayang. Langsung istirahat aja ya. Maaf udah ngrepotin kamu seharian di cafe," kata Kevin setelah Mega turun dari sepeda motornya."Gak apa-apa, sayang. Ini juga demi kita berdua," balas Mega sambil tersenyum.Kevin lalu mendekatkan bibirnya dan mengecup kening Mega sebelum ia pergi dan meninggalkan Mega seorang diri."Hati-hati, sayang. Jangan begadang lagi ya, langsung istirahat. Kamu juga pasti lelah banget."Kevi
"Entahlah, aku merasa Mike masih selalu ada di dekatku. Mengikutiku kemanapun aku pergi." Tania langsung menuju cafe milik Kevin dan Mega setelah selesai bekerja. Kali ini ia benar-benar ingin bertemu dengan kedua sahabatnya itu. Ia ingin menceritakan semua kejadian aneh yang akhir-akhir ini membuatnya bingung dan merasa bahwa Mike masih hidup. Tania langsung mendorong pintu cafe setelah ia tiba disana. Ia tak peduli dengan tatapan kaget sebagian pengunjung yang sedang menikmati hidangan mereka. Tania langsung menemui Mega dan Kevin yang sedang sibuk. "Aku gak tau harus memulai ceritaku dari mana. Tapi, aku beneran butuh kalian. Kalian harus tahu ini...." Tania tiba-tiba muncul dan menyerang Mega dan Kevin dengan keresahan yang sedang ia rasakan saat ini. "Tan, tenang dulu. Kamu minum aja dulu ya, baru cerita." Mega memberikan Tania segelas air mineral dan memberikan kode kepada Kevin untuk meninggalkan kesibukannya sebentar dan menemui mereka berdua. Tania menenggak segelas a
"Siapa kalian? Mengapa aku seperti telah lama mengenal kalian? Dan gadis ini, mengapa aku selalu merasa sangat dekat dengannya? Ada apa ini? Apa yang sebenarnya telah terjadi padaku? Siapa aku?" Setelah mencoba beberapa kali, tetap saja tak ada jawaban. Yosep dan Maria mulai khawatir. Tidak seperti biasanya Tania mengabaikan telepon dari kedua orangtuanya. Maria hendak mencoba sekali lagi namun Yosep membatalkannya. Gawai ditangan istrinya itu ditariknya lalu diganti dengan sebuah pelukan. Lukas tahu istrinya sudah mulai tak tenang memikirkan putrinya. "Bu, tenanglah dulu. Nanti kita coba lagi, ya. Tania mungkin sedang sibuk," bisik Yosep lembut sambil mengusap punggung istrinya. Maria kemudian menatap mata suaminya itu kemudian menempelkan kepalanya ke dada bidang suaminya. Ia tak lagi kuasa menahan air matanya. Ia benar-benar mengkhawatirkan Tania. "Baru kali ini Tania tidak menjawab telepon kita, Yah. Padahal sudah berkali-kali kita meneleponnya." Yosep tak mengatakan apa-apa.
"Non scholae sed vitae discimus: bukan untuk sekolah tetapi untuk hidup kita belajar - pepatah kuno bahasa latin" Hari yang ia tunggu-tunggu: mendaftar kuliah. Semangatnya luar biasa. Mike melangkah penuh semangat melewati pintu gerbang kampus - menyapa beberapa orang yang lewat lalu berjalan terus menuju sekretariat pendaftaran penerimaan mahasiswa baru. Semoga saja tak banyak yang antri di dalam sana karena ia harus buru-buru pulang, batinnya. Hari ini jadwal Mike shift siang dan ia tidak boleh terlambat. Jika terlambat, ini menjadi pertama kalinya ia terlambat datang ke tempat kerja. Mike bekerja sebagai seorang Satuan Pengamanan (Satpam) pada sebuah hotel ternama di kota ini. Gaji ia bekerja disini lumayan untuk dia membiayai kuliahnya sendiri dan juga untuk keperluan mendadak Ibunya di kampung. Menjadi anak semata wayang bukanlah hal mudah. Tambah lagi ayah - tulang punggung keluarga - telah pergi untuk selama-lamanya dan Ibu ia tinggalkan sendirian di kampung mengurus petern
Semester pertama telah ia lalui dengan nilai yang memuaskan. Dan sekarang, waktu liburan akan ia isi dengan kesibukan bekerja tanpa ada izin cuti sedikitpun seperti yang ia lakukan ketika dalam masa ujian karena ia butuh waktu untuk fokus menghadapi ujian. Hubungan pertemanannya dengan Mega berjalan baik. Selalu pulang bersama-sama setelah jam kuliah selesai. Kadang mereka menyempatkan diri singgah ke taman untuk sekedar duduk berdua dan saling berbagi cerita. Semuanya berjalan seperti biasa. Mike sama sekali tak ada perasaan lebih pada Mega - ia sudah seperti saudari semata wayang bagi Mike, selalu ada di saat Mike butuh bantuannya. Tugas kuliah pun kadang dikerjakan bersama-sama. Tapi Mike tak tahu seperti apa perasaan Mega padanya. Sama sekali ia belum melihat ada tanda-tanda bahwa Mega menyimpan rasa suka padanya. Mega memang selalu pandai menyembunyikan perasaannya - seperti waktu itu ketika ia harusnya kecewa ketika Mike sudah janji akan mengantarnya pulang tetapi karena Mike
"Apapun akan aku lakukan untuk bisa bersamamu, bahkan melawan dunia jika harus." Mike meraih handphonenya - memeriksa beberapa pesan waslap yang masuk. Beberapa pesan hanya berupa broadcast renungan harian Katolik. Ada juga pesan grup yang hanya ucapan selamat pagi. Tapi jarinya seketika berhenti pada sebuah pesan dari Mega. Tidak biasanya pagi-pagi sekali Mega sudah mengirim pesan. Mike mengkliknya - ia tertegun melihatnya. Benarkah ini ? SENJA ada yang berbeda pada senja yang temaram semilir angin membelai mesra aku mematung - tatapanku hampa pada baris-baris awan yang saling mengejar di udara ada yang aneh aku jelas merasakannya aku yakin aku tak salah ya, aku telah jatuh cinta pada lelaki yang mengisi hari-hariku bermalam-malam lalu masih tiada masih hampa disini di hati kecilku namun kini tiba-tiba mencekik leherku cinta; rasa itu datang tiba-tiba aku tahu aku salah aku tahu kamu marah, tak suka harusnya ia tiada tapi aku manusia biasa tak kuasa menghalau ma
"Genggam erat tanganku dan jangan kau lepas. Aku akan semakin mencintaimu setelah ini. Percayalah."Pagi-pagi sekali Tania sudah bangun, membantu Ibu Icha memasak di dapur. Selain menyiapkan sarapan untuk pak Ujad suami ibu Icha dan Adhari anaknya, mereka juga masak untuk para pelanggan bu Icha yang bekerja di pabrik.Rasanya sudah lama sekali Tania tidak melakukan aktivitas itu lagi. Selama hidup di Jakarta, ia tak pernah memasak sebanyak ini. Makan pun selalu dibeli dari warung, sesekali memasak sendiri di kost tapi itu juga hanya sayur dan ikan.Tania tak lupa juga mengabari Novy, temannya bahwa hari ini ia akan melakukan penelitiannya. Semalam setelah sampai, ia lupa mengabari Novy karena saking seriusnya mengobrol dengan keluarga barunya."Eneng, hampura ibu teh teu bisa temanin eneng," kata bu Icha di sela-sela menyediakan sarapan ke atas meja.Tania hanya mengangguk kecil. Ia memang tak harus mem
Setelah melewati perjalanan yang panjang dan melelahkan, Tania akhirnya tiba di tempat tujuannya, Desa Margaluyu. Waktu kira-kira pukul 16.37 WIB.Berkat bantuan salah seorang teman kampusnya yang merupakan putri kelahiran Desa Margaluyu, Tania akhirnya bertemu dengan Kepala Desa setempat dan dia akhirnya diantar oleh istri bapak Kepala Desa menuju rumah Ibu Icha Nur Aida, salah satu tetangga dari Novi, temannya.Perjalanan yang melelahkan namun terbayar lunas dengan sambutan hangat dari keluarga Ibu Icha. Ibu Icha adalah seorang ibu rumah tangga, usianya 56 tahun. Ia tinggal bersama suami dan seorang anak laki-lakinya yang masih duduk di bangku SMA. Suaminya bernama pak Ujad Sudrajad.Mereka memiliki sebuah warung nasi yang menjadi tempat langganan para karyawan pabrik susu, PT. Nusantara Agri Sejati Dairy Farm. Jarak pabrik susu itu tak jauh dari rumah ibu Icha - hanya melangkahkan kaki sekitar tujuh langkah, kita sudah menginjakkan kaki di area pabrik s
Mike PoVMike telah siap di meja piketnya dan akan menjalankan tugasnya seperti biasa sebagai seorang security. Wajahnya tak menunjukan sama sekali ada keceriaan disana - ia masih memikirkan rencananya yang sudah gagal dan juga tantangan yang Tania berikan padanya.Tak berpikir panjang lebar, ia merogohkan tangan ke dalam sakunya lalu mengeluarkan handphonenya. Ia mencari nama Mega pada kontak lalu menelepon Mega."Halo, Mike. Ada apa?" Tanya Mega setelah menjawab telepon dari Mike.Mega tak menunggu waktu lama untuk menjawab telepon dari Mike karena handphonenya sedang berada di tangannya."Mega, apakah aku mengganggumu?" Tanya Mike cepat."Tidak, Mike. Ada apa?" Tanya Mega balik."Sepertinya rencana kita telah gagal, Mega. Tania akan pergi ke Sukabumi beberapa hari ke depan," kata Mike dengan suara datar."Berarti ulang tahunnya dia tidak di Jakarta?" Tanya Mega sambil mengernyitkan dahinya."Ya, Mega. Aku tak tahu lagi harus bagaimana," jawab Mike masih dengan suara datar."Apakah
Tania PoVHari yang melelahkan. Betapa tidak? Setelah lama berargumen dengan dosen pembimbingnya, akhirnya pengajuan judul skripsi Tania disetujui.Dengan wajah berseri, Tania melangkah meninggalkan ruangan dosen pembimbingnya. Ia memutuskan untuk langsung kembali ke kostnya.Tania tidak mau menunggu lagi - satu atau dua minggu kedepan, ia akan meninggalkan hiruk-pikuk kota Jalarta dan pergi ke luar kota.Untuk metode penelitian lapangan (empiris), Tania akan pergi ke daerah pelosok untuk mempelajari Perkembangan Gizi Ibu dan Anak Balita - dan tentu saja, ia akan merayakan ulang tahunnya disana.Tania memilih Desa Margaluyu, salah satu desa yang berada di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat.Tania merebahkan tubuhnya, tangannya meraih handphone dan mengirim sebuah pesan waslap pada Mike. Ia harus mengabari Mike - tak biasanya ia memutuskan untuk terlebih dahulu mengabari Mike tentang kabar baik ini."Mike, bagaimana hari-harimu? Lama tak bertemu ya. Aku harap k
Seperti biasa setelah pulang dari kampus, Mike mengajak Mega untuk singgah ke Taman Kenangan. Ia beruntung, hari ini Mega menyetujuinya - mereka kembali meski tak seperti dulu.Mega tentu saja menjaga jarak karena ia sekarang adalah kekasih Kevin. Kembali ke taman adalah salah satu hal yang akhir-akhir ini ingin ia lupakan namun karena Mike memaksanya, ia mengiyakan meskipun dalam hatinya menolak."Aku ingin berbicara denganmu, Mega. Kali ini saja. Kembali ke taman bersamaku," rengek Mike ketika keluar dari ruangan kelas tadi.Sesampainya mereka di taman, Mega tak menunggu Mike yang sedang memarkirkan sepeda motornya. Ia berjalan terlebih dahulu, toh tidak kemana-mana, pasti di tempat yang sama.Mega menunjukan aura tak berseri sama sekali. Mike menyadarinya namun ia masa bodoh. Ia tahu Mega sedang berusah menjaga jarak karena sekarang Mega adalah kekasih Kevin, temannya.Mega bukan lagi gadis bodoh yang masih mengharapkan cintanya, ia ki
Laura meletakan segelas susu ke atas meja lalu melangkah ke ranjang tidurnya. Disana masih ada Mike yang masih tidur dengan pulasnya.Entah apa yang ia mimpikan semalam dalam tidurnya, pagi-pagi sekali Laura sudah bangun dan langsung membersihkan dirinya. Ia sengaja masih mengenakan tanktop yang semalam ia kenakan.Layaknya seorang istri, Laura menyediakan segelas susu yang telah ia letakkan di atas meja. Laura memegang pundak Mike, menggoyang pelan - membangunkannya.Mike kaget dan membuka matanya, ia melihat Laura duduk di hadapannha. Ia mengusap matanya, lalu memberikan senyuman pada Laura. Laura membalas senyumnya."Kamu mengagetkanku, Laura," kata Mike setelah mengumpulkan kembali sebagian nyawanya."Bangunlah, Mike. Sudah pagi. Kamu harus ke kampus hari ini, bukan? " sahut Laura sambil berdiri meninggalkan Mike yang masih duduk di ranjang.Laura sengaja meninggalkannya karena lelaki itu masih telanjang dada. Dadanya yang bi
Tak menunggu lama bagi Mike, ia segera menuruti permintaan Laura. Ia menggendong Laura dan membawanya ke ranjang. Tatapan matanya sedikitpun tak beralih dari tatapan mata Laura yang menatapnya dengan penuh nafsu saat ini.Mike lalu membuka bajunya dan membiarkan tubuhnya tak ditutupi apa-apa lagi. Batangnya yang sedari tadi sudah tegak sepenuhnya membuat tatapan Laura langsung berpindah ke situ. Mike mengabaikan perasaan malunya saat ini bahwa untuk pertama kalinya ia telanjang di hadapan seorang gadis. Ia juga tak peduli bahwa ukuran batangnya besar atau kecil menurut Laura.Nafsu telah mengalahkan semua itu dan ia tak bisa berbuat apa-apa lagi selain menyelesaikan apa yang harus ia selesaikan malam ini.Laura perlahan bangun dari ranjang dan mendorong tubuh Mike yang sudah tak mengenakan apa-apa lagi. Laura memang lebih berpengalaman jika dibanding dengan Mike meskipun pengalaman percintaaannya tidak didasari rasa cinta.Mike pasrah de
Tak bisa lagi menahan semuanya, Mike lalu menyambutnya, membalas dengan mesra ciuman Laura padanya kemudian mendorong tubuh Laura dengan lembut hingga terjatuh kembali ke ranjang.Dengan posisi seperti itu, siapapun lelaki yang memandangnya tentu tak akan menahan diri untuk segera menjamahnya saat itu juga.Mike perlahan naik ke atas ranjang, berniat untuk memangkas jarak diantara mereka berdua. Namun Laura memikirkan hal lain. Ia tidak ingin Mike yang mendominasinya.Laura tahu betul bahwa Mike belum pernah melakukan hal ini sehingga dirinyalah yang harus memulainya. Ia dapat melihat dengan jelas keraguan dari tatapan Mike padanya.Laura kemudian bangun dari ranjang lalu menarik Mike ikut bersamanya. Perlahan, ia menggiring Mike mengikutinya kembali ke ruang tamu, kembali ke atas sofa.Jari telunjuk Laura menyentuh dengan lembut dan manja pada dada bidang Mike, bergerak pelan membentuk sebuah garis tak lurus lalu secepat kilat mendorong Mike agar jatuh dan duduk ke atas sofa.Mike ha
Mike mendehem pelan. Ia memegangi resleting jaket dan menariknya ke bawah, membuka jaketnya. Ia menuruti saran Laura karena ia memang merasa gerah.Namun ia merasa gerah bukan karena hawanya panas di dalam kamar Laura melainkan situasi yang belum pernah ia rasakan: berdua dengan seorang gadis yang berpakaian seksi di hadapannya.Sementara Laura masih tetap tenang pada posisinya. Tanpa mereka sadari sudah satu jam berlalu. Mereka masih berkutat dengan perasaan masing-masing.Laura merasa malu terhadap dirinya sendiri yang berani menampakan lekuk tubuhnya sedangkan Mike, kegusaran nampak jelas di wajahnya. Ia telah mandi keringat semenjak masuk ke dalam kamar hotel Laura.Kata-kata Laura terakhir masih terekam jelas. Ia berharap, Tania tidak akan meninggalkannya sama seperti apa yang Laura lakukan padanya.Ia tidak menyalahkan Laura dalam hal ini. Ia mendukung Laura, baginya apa yang dilakukan sebagai anak untuk menyelamatkan orang tuanya yang dililit hutang sudah tepat.Perpisahan Laur