9 - Menikah
"Kamu cantik banget Nay," puji Afnan berdiri lalu mendekati Nayla, saat dirinya sudah selesai di dandani.
"Aku gugup Afnan," kata Nayla melirik Afnan yang disebelahnya.
"Rileks saja Nay," tutur Afnan memegang bahu Nayla lalu tersenyum saat mereka sama-sama menatap pantulan di cermin.
Setelah berbincang-bincang di kamar, terdengar suara Arga mengucapkan ijab kabul setelah itu kata sah terdengar.
Afnan tersenyum kaku, mengajak Nayla keluar. Mereka menuruni tangga ditatap oleh semua orang, ada yang berbisik membicarakan Afnan yang dimadu, cibiran untuk Nayla. Genggaman Afnan menguat menyalurkan kekuatan untuk sahabatnya yang terlihat gelisah, setelah sampai Nayla didudukan disamping Arga. Pria itu memasangkan cincin, mengecup kening Nayla dengan wajah datarnya. Tak ada senyuman di bibirnya, Nayla ia lekas meraih tangan Arga dan menciumnya takjim.Setelah akad selesai, ketiganya lekas menyambut tamu dan duduk di kursi pelaminan, ucapan selamat dilontarkan oleh tamu undangan walau dengan nada lembut atau sinis. Nayla memakluminya dia membalas dengan senyuman terbaiknya, Arga terpaku oleh bibir yang melengkuk dengan mata yang menyipit itu, cepat - cepat mengalihkan tatapan untuk menatap Afnan yang duduk disamping tentu atas perintahnya.🍁🍁Afnan Zakia POV🍁🍁
Ini keinginanku, tapiiiii, kenapa dada ini sesak sekali! saat mendengar suamiku mengucapkan ijab kabul kedua kalinya.
Nayla merasakan apa yang kurasakan saat Mas Arga memakaikan cincin dan mencium kening. Selesai akad mereka menyambut tamu, aku menyuruh keduanya untuk duduk di kursi pelamin, Mas Arga menggandengku untuk ikut naik, sempat menolak tapi tatapan itu meluluhkanku. Kami bersalaman pada orang - orang berpamitan pulang, ada mengucapkan selamat pada Nayla tetapi dengan nada lembut dan juga sinis. Sepertinya Nayla memakluminya, bersyukur memiliki saudari sepertinya. Namunnn, saat melihat Mas Arga terpaku melihat Nayla tanpa berkedip saat tersenyum, seperti ada berpuluh-puluh pisau menghujami dada. Sesak perih ingin segera pergi dari sini tetapi suamiku menatapku lalu tersenyum dan duduk disisiku. Hati ini menghangat saat dirinya mengecup pipi membuatku merona, Nayla melihatnya ia tersenyum lalu mengodaku. Waktu terus berputar, malam pun tiba para tamu sudah pulang. Lekas memerintahkan Mas Arga dan Nayla untuk ke kamarnya. Setelah itu bergegas masuk ruanganku merebahkan tubuh dipembaringan, netra ini terpejam tak lama air mata jatuh tanpa bisa dihentikan. Suara ketukan pintu menyadarkanku acap menghapus jejaknya dan membuka pintu, memaksakan tersenyum saat tau Bunda yang mengetuknya lalu mempersilakan masuk duduk di sofa."Nak, kami pamit pulangggg, tak bisa menginap karna banyak perkerjaan besok," pamit Bunda mengelus kepalaku.
"Iya Bun, hati-hati ya," jawabku mengecup pipinya.
"Bunda yakin kamu kuat!" ucapnya pilu sambil menitihkan air mata.
"Bunda jangan nangis! ini keinginan Afnan sendiri, aku yakin Bun kami bisa menjalani mahligai rumah tangga ini," ujarku menenangkan Bunda walau hati ini menjerit tak kuat.
"Ya sudah, Bunda udah ditungguin mereka." Mencium keningku lama dan segera diri ini mengecup punggung tangannya dengan takjim.
***
Dilain ruangan Arga dan Nayla masih terdiam membisu, tak ada yang memulai percakapan.
"Aku mau mandi," ucap Arga datar meraih handuk dan masuk ke kamar mandi tanpa menunggu jawaban Nayla.
Nayla mendengkus lalu berjalan ke arah meja rias dan mendudukan pinggulnya. "Jangan terlalu bermimpi Nayla!" Monolognya pada diri sendiri sembari melepaskan aksesoris di kepalanya.
Sehabis melepaskan kerudung, ia berdiri dan mulai meraih sleting dipunggungnya.
"Kenapa susah banget sih!" Gerutu Nayla, saat Arga keluar dari kamar mandi.
Pria itu memandang Nayla sebentar lalu melangkah mendekat dan membantu membukakan sleting gaun Nayla memperlihat punggung mulusnya.
"Sudah, sana mandi!" titah Arga berjalan ke lemari dan mengambil pakaiannya.
Nayla yang melihat Arga hanya memakai handuk dipinggangnya, membuat semburat pipi wanita itu memerah, ia segera memalingkan wajah dan meraih handuk berlalu ke kamar mandi.
🍁🍁Nayla Ramadhani POV🍁🍁
Lekas memasuki kamar mandi, meraih handuk dan melucuti pakaian masuk ke bathtub menikmati aroma cokelat kesukaanku. Selesai membersihkan diri, bangkit lalu memakai handuk.
Aku masih memejamkan mata, menghirup bau cokelat yang menguar. Afnan bahkan masih ingat sabun mandi kesukaanku."Ohhhh, shit! aku lupa membawa pakaian ganti," makiku, saat mencari pakaian di gantungan.
"Apa yang harus aku lakukan," gumamku mengigit jari.
"Aku malu, keluar hanya memakai handuk," batinku.
Lekas melangkah membuka pintu sedikit melihat keadaan, netraku tak menangkap Mas Arga, mungkin ia telah ke kamar Afnan, bodohnya diriku mengharapkan dirinya menunggu. Lekas keluar dan mencari pakaian di lemari.
"Apa yang kamu lakukan?" suara bariton itu membuatku membeku di tempat, cepat menoleh dan melihat suamiku sedang di dekat pintu.
Ia menutup pintunya dan mendekat, menatapku lekat dengan matanya melirik dari bawah sampai ke atas tepat di wajahku. Pipi ini memanas saat diperhatikan dirinya, perasaan apa ini?
"Apa yang kamu lakukan?" tanyanya lagi, membuatku tersadar dan mundur selangkah.
Ia menaikan alisnya saat melihatku mundur."Aku sedang mencari pakaianku," jawabku dengan suara terbata-bata.
"Bajumu masih dikoper, apa kamu lupa?" tanyanya membuatku ingin membenturkan kepala ke dada bidangnya, huhhhhh, masih muda kenapa aku sudah pikun.
"Sana pakai bajumu," perintahnya, membuatku kecewa, apa yang aku harapkan, diberi nafkah batin? sudah diberi nafkah lahir saja bersyukur.
"Apa yang kamu pikirkan Nayla! aku melihatmu sering melamun," ucap Arga menghempaskan bokongnya ke ranjang.
"Bukan apa-apa kok, aku pakai baju dulu ya," ucapku meraih baju di koper dan segera masuk ke ruang ganti.
Setelah selesai memakai pakaianku, segera menetralkan dekat jantung, lalu berusaha bersikap biasa saja, melangkah pelan dan membuka pintu. Penglihatanku langsung menangkap Arga yang sedang duduk di ranjang sambil memainkan laptopnya. Perlahan tapi pasti aku mendekat dan duduk di dekatnya, netra kami bertemu, sorot matanya seperti berujar maaf. Aku segera memalingkan wajah dan melirik layar laptop yang menyala.
"Apa yang kamu kerjakan?" tanyaku.
"Ohhhh, ini aku sedang edit naskah punya Afnan, dia fokus buat isi ceritanya, aku yang editnya kita kerja sama," ucap Arga membanggakan Afnan secara tidak langsung.
Aku tersenyum kaku lalu mengangguk, "ahhhh, ternyata kamu editor Afnan gitu?" tanya mencairkan suasana.
Ia mengangguk antusias. "Iya, aku senang membantu Afnan, agar dia tak kelelahan." Sambil mengembangkan senyuman yang tak pernah ia tunjukan kepadaku.
"Ohhhh, semangat ya," ucapku, "aku mau tidur." Merangkak ke sampingnya dan menarik selimut.
🍁🍁 Author POV🍁🍁
Arga menaruh laptopnya di nakas, lalu ikut berbaring disamping Nayla, ia memeluk pinggang rampingnya, Nayla berbalik menatap manik mata Arga yang menatapnya tajam. Pria itu mendekatkan wajahnya kepada Nayla, tetapi seperti tau isi hati Arga, Nayla menutup bibirnya membuat Arga terkejut.
"Aku tau kamu belum siap, akupun sama. Jadiii, mendingan kamu ke kamar Afnan pasti dia sedang menangis," ucapnya berusaha tegar sambil memamerkan gigi rapinya.
Arga sempat terkejut lalu tersenyum mengecup kening Nayla. "Maaffff, dan terimakasih, aku ke kamar Afnan ya," pamit Arga beranjak dari kasur dan keluar kamar.
10 - Masakan NaylaArga masuk ke kamarnya, terlihat Afnan yang tertidur disajadah masih memakai mukena, senyuman terukir di bibir. ia mendekat dan mengendong Afnan membopong ke kasur dengan hati-hati. Menatap paras ayu sang istri, dirinya membelai pipi Afnan dengan sayang lalu mengecupnya. Merasa terusik Afnan membuka matanya, dan mengerjap lucu saat netra coklat terangnya menangkap wajah Arga. Senyum sendu terpatri di bibir ranumnya."Bahkan aku berhalusinasi, saat dirimu sedang bersama Nayla," gumam Afnan.Arga mengecup bibir Afnan lalu tersenyum. "Apa setelah ini kamu akan berpikir aku halusinasimu hmmm," ujarnya.Afnan mengerjap lagi lalu mengucek matanya. "Aku beneran Mas Arga, bukan halusinasiku?" tanya lagi sambil meraba wajah prianya, dibalas anggukan."Harusnya kamu di kamar Nayla! ini malam pertama kalian, pasti Nayla menunggumu," geram Afnan bangun dan mendorong Arga untuk keluar dari kamarnya.Pria itu berbalik lalu memelu
11 - Membagi waktu🍁🍁 Muhammad Arga Derimawan🍁🍁Lekas masuk kamar, mengganti baju dengan pakaian kerja. Meraih tas lalu keluar, mataku menatap Afnan yang tengah berbincang bersama Nayla, dia berpakaian rapi bukannya yang tadi lagi. Netra kami beradu, cepat melangkah mendekat menatap mereka bergantian."Aku pergi kerja dulu ya," ucapku pamit."Mas, antar Nayla ke tempat kerjanya," pinta Afnan memegang lenganku."Ayo," jawabku singkat lalu mengecup kening Afnan, sehabis itu berjalan duluan ke mobil di susul Nayla.Kami masih terdiam membisu di mobil, tanganku menyalakan mesin dan lekas melaju dengan kecepatan sedang."Mas," panggil Nayla pelan, membuatku berdehem sebagai jawaban."Maaf soal tadi, aku gak tau," ucapnya tulus sambil melihatku."Tak apa, Mas aja yang berlebihan. Mas minta maaf juga ya," ucapku menatapnya sebentar lalu fokus lagi ke jalan."Iya Mas."Setelah sampai tujuan, segera pamit tak l
12 - KetahuanSebulan sudah mereka menjalani mahligai rumah tangga, Arga pria itu menuruti perkataan Afnan yang tidur tiga hari bersamanya dan tiga hari bersama Nayla. Hatinya mulai tersentuh, perlakuan dan tingkah istri keduanya sangat berbeda dengan Afnan. Jika Afnan wanita itu jarang bercanda bersamanya, kalau Nayla hampir setiap saat ia selalu dijahili. Raut wajah yang selalu ceria diparas yang manis, membuat jantung mulai berpalu saat bersama. Dia tak mau mengecewakan Afnan, telah membagi cinta. Tapi dirinya juga harus adilkan? sudah tiga puluh hari ia mendzholimi istrinya tak memberikan nafkah batin, dia selalu memikirkan dosa yang terus dibuat, tetapi perlahan hati mulai menerima sedikit demi sedikit nama istri mudanya terukir di relung. Pagi ini sangat cerah, Afnan perempyan itu sibuk dengan perkakas dapur memasak makanan untuk sarapan, setelah selesai lekas menaiki kamar dan memanggil suaminya dan Nayla."Mas bangun," ucapnya lembut sambil mengelus rambut
13 - Bulan maduDi sinilah Nayla dan Arga sekarang, pulau pribadi miliknya tempat bulan madu saat bersama Afnan. Ternyata istrinya menyiapkan sama persis dengannya dulu. Tangan Arga menggengam jemari Nayla membuat wanita itu sedikit terkejut, karena terpesona dengan tempat honeymoon mereka, dan suaminya mengajak melangkah. Matanya terus berlarian melihat sekitar, tak sengaja tersandung dengan sigap Arga memegang pinggang ramping Nayla agar tak terjatuh."Hati - hati, lain kali jangan liat ke mana -mana cukup lihat jalan dan aku saja," ucap Arga memegang tangan Nayla lalu mengajaknya jalan lagi.Nayla melangkah sambil mencerna ucapan Arga, semburat merah merambat di pipinya saat mengerti perkataan suaminya. Masuk ke Villa D grup berjalan ke kamar utama setelah sampai duduk di ranjang."Ahhhh, megah sekali Villanya," gumam Nayla membaringkan tubuhnya."Kamu suka?" tanya Arga ikut tiduran dan memeluk istrinya.Nayla mengangguk menatap
14 - MALAM PERTAMA YANG TERTUNDAMatahari mulai tenggelam perlahan, muncul bulan mengantikannya, langit gelap hanya rembulan dan beberapa bintang yang menerangi alam semesta. Nayla termenung di kamar menikmati indahnya malam, dengan lingerie yang di siapkan Kakak madunya, tetapi ditutupi candigar panjang. Suara pintu berdecit membuyarkan pikiran Nayla. Membuatnya menoleh ke asal suara, senyuman merekah saat tahu siapa yang datang. Lekas berlari berhamburan dipelukkan suaminya, Arga terkejut segera menutup pintu kamar lalu membalas pelukan Nayla tak lupa mengelus rambut istrinya."Akhirnya, Mas pulang juga," tutur Nayla melepaskan pelukkannya."Mas pasti pulang dong, kan ada bidadari Mas yang menunggu," goda Arga mencubit kedua belah pipi Nayla."Ahhhhh, Mas, sakit," keluh Nayla menangkup pipinya sambil mempautkan bibir.Arga terkekeh lalu mencubit hidung mancung Nayla, mengoyangkan ke kanan - kiri."Mengemaskannya istriku ini. Udah
15 - SALING MELENGKAPIEmpat hari sudah mereka menjalani honeymoon versi dulu Afnan dan Arga lakukan, wanita itu benar-benar membikinnya sama persis. Sore baru saja tiba, menunggu Afnan yang kukuh ingin menjemput mereka. Melangkah bersamaan keluar bandara, suara familiar memanggil nama keduanya membuat langsung menoleh ke asal suara. Senyuman mengembang di bibir, Nayla meraih tangan Arga agar ikut berlari mendekat ke Afnan. Cepat melepaskan saat sudah dekat dan berhamburan ke pelukkan Kakak madunya."Nay, aku merindukanmu," gumam Afnan mengurai pelukkannya."Aku juga rindu sama kamu," sahut Nayla dramatis tak mau kalah.Suara deheman membuat keduanya yang melepas rindu menoleh."Kamu gak kangen ama aku? Cuma Nayla aja nih yang dipeluk," ucap Arga mengedipkan matanya genit.Afnan menukikan alisnya dengan tangan yang mengetuk dagunya gaya orang sedang berpikir. "Kangen gak ya," gumam Afnan."Enggak kayanya," lanjut Afnan lalu segera menari
16 - NgidamMereka menjalan kehidupannya dengan ceria, seperti malam ini ketiganya menonton acara komedi yang membuat tertawa terbahak-bagida"Ahhhh, mukanya kaya badut," ucap Afnan memegang perutnya yang sakit karena terlalu lama tertawa."Hahahaha, iya Mbak, lucu!" seru Nayla, wanita itu mulai memanggil Afnan dengan sebutan Mbak karena teguran dari Ibunda Afnan."Sudah ah, ini udah mau jam sebelas malam. Ayo tidur," ajak Arga mematikan televisi dan menarik kedua istrinya.Mereka melangkah beriringan saat sudah sampai ke kamar Nayla semuanya berhenti, Arga memegang kedua belah pipi istri keduanya dan mengecup keningnya beberapa detik."Selamat tidur bidadariku, jangan lupa mimpiin aku ya," kata itu terlontar dari bibir tebalnya, mereka selalu bergantian mengantar tidur sesuai jadwal yang sudah ditentukan."Iya Mas," sahut Nayla tersenyum tipis."Selamat tidur chubby," ucap Afnan mencubit pipi adik madunya."Ihhhh, sakit Mbak," r
17 - Rumah sakitNayla beranjak lalu menghampiri mereka, yang sedang berbincang dan duduk di samping Afnan."Apa kabarmu Nay?" tanya Aldi melihat menantu keduanya."Baik Pah," sahut Nayla senyuman terukir di bibirnya."Tubuhmu agak berbeda ya?" tanya Sekar memperhatikan badan menantunya."Ha! Berbeda gimana Mah?" tanya Nayla bingung menatap tubuhnya."Ohhhh, mungkin karena dia akhir-akhir ini porsi makannya menambah Mah," sahut Afnan mengingat Nayla akhir-akhir ini banyak makan."Oh gitu, Mama, Papa izin ke toilet dulu ya," ujar Sekar bangkit lalu menarik tangan Aldi agar mengikutinya.Setelah kepergian mertuanya, Nayla melirik Afnan yang tengah minum air. Wanita itu segera memegang bahu Kakak madunya dan berujar, "Mbak, aku pengin jeruk peras buatanmu, tolong buatkan ya, pleaseeee," pinta Nayla menangkupkan tangannya lalu menatap dengan puppy eyes."Iya aku buatkan, kamu menggemaskan sekali," kekeh Afnan mencubit kedua pip
75 - Sebuah Janji "Kenapa kalian dia saja?" tanya Afnan melirik semuanya. "Eh, ayoo makan," ajak Nayla dengan suara gugup, membuat Afnan menatapnya curiga. "Nayla!" panggil Afnan membuat wanita itu mengembuskan napas lalu membalas tatapan Afnan. "Ada apa, Mbak? ayoo makan, ini enak lho," ujar Nayla merasa tatapan Afnan semakin membuatnya sesak. "Kalian sembunyiin apaan?" tanya Afnan lagi, menatap semua orang yang berada di dalam. "Ayo sayang, katanya mau makan, makanan ini," seru Arga hendak menyuapi Afnan tetapi wanita itu tolak. "Massss, jawab pertanyaanku!" Arga mengembuskan napasnya kasar, lalu bersandar di dinding. "Rahimmu diangkat, kamu tidak akan bisa hamil lagi," ucap Arga seperti petir menyambar ke diri Afnan, wanita itu diam membuat semua orang khawatir. "Apa! Kamu pasti bohong 'kan, Mas!" raung Afnan dengan matanya sudah banjir dengan air yang terus berjatuhan. "Mbak, kamu harus ikh
74 - Mereka anak kitaSenyuman terpatri di bibir Arga, saat mendapatkan telepon dari istri keduanya, bahwa Afnan sudah sadar semenjak koma. Ia melangkah dengan tergesa - gesa sambil menuntun anak - anaknya, karena Leon dan Leana ingin berjalan."Ayo Nak, kita harus cepat - cepat ke ruangan Bund, soalnya Bunda sudah bangun dari tidur panjangnya," jelas Arga berusaha agar anak - anaknya melangkah lebih cepat."Wah, Unda uda angun, Eana engen enger cuala Unda," kata Leana dengan girang sambil loncat - loncat."Iya sayang, Ayah juga rindu suara Bunda," sahut Arga dibalas anggukan oleh Leana.Setelah sampai Arga langsung membuka pintu, matanya melihat Afnan tengah makan disuapi Nayla."Mas," ucap Afnan spontan dengan mata berkaca - kaca, terlihat sorot rindu dari manik keduanya."Sayang, akhirnya kamu bangun," ucap Arga lalu melangkah bersama Leana dan Leon mendekati brankar Afnan."Mas rindu kamu," kata Arga lalu meraih
73 - Nestapa terguncangDua tahun kemudian ...Seorang pria dengan telaten menyisir rambut istrinya, yang masih terbaring di brankar. Tubuh wanita itu kurus, surainya semakin panjang, tetapi matanya masih betah terpejam selama dua tahun ini."Sayang, kapan kamu membuka mata? aku sangat merindukanmu, anak kita juga," ucapnya pelan, sungguh ia tak sanggup rasanya, saat mendengar perkataan dokter tadi pagi."Apakah kamu tidak menyayangi kami? kenapa tertidur terlalu lama, ini sudah mau dua tahun sayang. Ayo buka matamu," pintanya lagi, lalu mengecup pipi yang tirus itu."Leana, sebentar lagi ulangtahun lho, bersama Leon, ayo bangun kita rayakan bersama," bujuknya menggenggam lengan wanita yang terpasang infus. "Tolonggggg, bangunlah. Kami sangat merindukanmu," bisiknya ditelinga sang istri."Aku salat dulu, ya. Di sini kok sambil menunggu adikmu dan anak kita," ujarnya melangkah ke toilet untuk berwudhu.***"S
72 - KecelakaanNayla tengah berbincang di cafe milik sahabatnya yaitu Zahra, ia sesekali meneguk kopi dengan perlahan. Sebenarnya dia menahan sesuatu terlihat dari wajahnya yang pucat."Duh, kenapa perutku sakit dan mulas ya, pinggangku juga terasa panas," erang Nayla memegang perutnya."Mungkin kamu mau melahirkan, Nay. Ayo kita cepat - cepat ke rumah sakit," ajak Zahra ia lekas membantu sahabatnya berjalan lalu dia antar menggunakan mobilnya."Rasanya semakin sakit, Zah," rengek Nayla, ia bergerak dengan gelisah."Sabar Nay, coba kamu telepon Mbakmu, kasih tau kalau mau lahiran," perintah Zahra, Nayla mengangguk ia segera merogoh tas mencari ponselnya dan menelepon Afnan."Assalamualaikum, Mbak," ucap Nayla sambil menahan rasa sakit yang hilang timbul."Walaikumsalam, ada apa Nay? kok kamu kaya ke sakitan gitu," sahut Afnan khawatir."Sepertinya aku mau lahiran, Mbak. Aku dan Zahra sedang dalam perjalan ke rumah sakit,
71 - kebahagiaanArga menatap puas seseorang yang berada dibalik jeruji besi, ia melangkah lalu mengulas senyum saat Farhan bangkit dan mendekatinya."Lepaskan aku sialan! beraninya kau memasukanku ke sini!," maki Farhan menatap tajam Arga, membuat pria itu terkekeh."Kau pantas disana, dan siap - siap pergi ke pengadilan agar tau selama apa kau tempat ini," kelakar Arga sambil terus memegang perutnya, karena tidak kuat dengan tawanya yang tak berhenti."Aku pergi, tidak ada waktu berurusan denganmu," ucap Arga sinis lalu pergi meninggalkan Farhan yang sangat marah.***Setelah Farhan menjalani persidangan, akhirnya di dijatuhkan hukuman penjara selama sebelas tahun. Faresta tidak bisa membantu sama sekali, karena pengacara yang dibawa Anisa dan Nayla sangat hebat.Pria itu sudah dikawal oleh polisi saat mendekati Anisa yang tengah menggendong Haidar, ia mengulas senyum."Selamat kau menang, Anisa," ujar Farhan menatap Haid
BAB 70MEMINTA RESTUDavid berjalan ke ruangan CEO, untuk bertemu Arga. Melangkah dengan santai, lalu membuka pintu tanpa mengetuk pintu, membuat Arga yang tengah fokus kesal karena terganggu."Awas jika membawa berita tidak penting," ancam Arga menaruh berkas di meja, ia menatap kesal ke arah David yang sudah dihadapannya."Kau harus menaikan gajiku," ucap David sombong, lalu menarik kursi untuk di duduki."Cepatlah katakan! aku ingin segera menyelesaikan pekerjaanku," seru Arga."Farhan sudah ditangkap, dia sekarang di kantor polisi," kata David membuat bibir Arga melengkung membentuk senyuman."Baguslah, nanti kutranfer uangmu, sebagai hadiah," ujar Arga membuat David langsung tersenyum."Terimakasih, Bro. Sekalian kasih gue cuti dong," ucap David senang."Nanti, bantu aku mengerjakan ini semua. Baru kuberi cuti beberapa hari," seru Arga, David mengangguk semangat."Nanti aku bantu, agar cepat selesai." Dav
BAB 69FARHAN DITAHANFarhan menyeringai, dirinya sudah berada di Indonesia. Malam ini ia beristirahat ke hotel, esok pagi akan langsung ke rumah mantan mertuanya. Lekas membersihkan diri lalu merebahkan tubuh di kasur dan memejamkan mata menunggu hari besok. Bulan berganti matahari, pria itu tengah bersiap - siap."Tunggu Ayah, sayang," ucap Farhan, setelah merasa sudah rapi, ia melangkah keluar hotel lalu mengemudi bertemu Haidar."Sialan! segala pake macet," maki Farhan memukul setir.***Arga dan istri - istrinya tengah sarapan, mereka fokus ke makanan sampai Nayla berkata sesuatu."Mas," panggil Nayla membuat Arga yang tengah makan akhirnya menatapnya."Iya, ada apa? kamu ingin sesuatu?" tanya Arga bertubi - tubi membuat kedua wanitanya terkekeh."Tidak. Aku hanya ingin bertanya, seperti penjaga bertambah ya?" tanya Nayla mengeluarkan rasa penasarannya."Memang? aku tidak memperhatikannya," seru Afnan dib
BAB 68POLISI KE RUMAHAnisa terkejut saat ada polisi yang berjaga di rumah orang tuanya, ia segera bersalaman dengan mereka lalu bertanya."Maaf, Pak. Ada apa ya?" tanya Anisa hati - hati, Atha sudah tahu jika ada polisi berarti Farhan akan pulang karena Arga tak akan melepaskan pria yang menculik istrinya."Maaf, Nyonya. Saya disini menunggu Tuan Farhan pulang untuk kami bawa ke kantor dengan laporan dia dalang penculikan istri Tuan Arga," jelas polisi itu, membuat Anisa mengangguk mengerti."Ayoo masuk dulu," tawar Anisa dibalas gelengan oleh mereka."Tidak Nyonya, saya hanya mau bilang mau mengawasi rumah Nyonya, itu saja." Polisi itu menolak tawaran Anisa."Ya sudah, saya masuk ke dalam dulu," ucap Anisa dibalas anggukan oleh beberapa polisi."Nis, aku pamit pulang ya," ucap Atha memberikan Haidar pada Anisa."Iya, makasih sudah mentraktir Haidar," kata Anisa tulus sambil mengulas senyuman."Iya, assalamualaiku
BAB 67Kemarahan"Aku 'kan hanya menggodamu saja, tidak serius ingin kopi pahit," ujar Atha membuat Anisa mengerucutkan bibirnya."Pokoknya kamu harus habiskan! titik." Anisa langsung bangkit saat mendengar suara tangisan Haidar, meninggalkan Atha yang terbengong melihat tingkahnya."Harusnya tadi aku tidak mengodanya," keluh Atha lalu menyeruput kopi dan mengeryit tidak suka karena pahit sekali.Anisa lekas mengambil Haidar dari box bayi, lalu menyusuinya karena anaknya sudah mulai terbiasa lagi meminum ASI membuat dirinya bahagia. Sehabis itu ia membawa Haidar keluar, melihat Atha yang tengah memainkan ponsel-nya dan kopi sudah habis hanya tinggal ampasnya saja."Kopinya sudah habis?" tanya Anisa membuat Atha menoleh."Sudah, demi dirimu," sahut Atha bangkit lalu mengambil Haidar dari gendongannya."Dih, kamu yang pingin," ketus Anisa lalu mendaratkan bokongnya di sofa dan memakan cemilan."Hmmm." Atha hanya menyah