14 - Malam pertama yang tertunda

14 - MALAM PERTAMA YANG TERTUNDA

Matahari mulai tenggelam perlahan, muncul bulan mengantikannya, langit gelap hanya rembulan dan beberapa bintang yang menerangi alam semesta.  Nayla termenung di kamar menikmati indahnya malam, dengan lingerie yang di siapkan Kakak madunya, tetapi ditutupi candigar panjang. Suara pintu berdecit membuyarkan pikiran Nayla. Membuatnya menoleh ke asal suara, senyuman merekah saat tahu siapa yang datang. Lekas berlari berhamburan dipelukkan suaminya, Arga terkejut segera menutup pintu kamar lalu membalas pelukan Nayla tak lupa mengelus rambut istrinya.

"Akhirnya, Mas pulang juga," tutur Nayla melepaskan pelukkannya.

"Mas pasti pulang dong, kan ada bidadari Mas yang menunggu," goda Arga mencubit kedua belah pipi Nayla.

"Ahhhhh, Mas, sakit," keluh Nayla menangkup pipinya sambil mempautkan bibir.

Arga terkekeh lalu mencubit hidung mancung Nayla, mengoyangkan ke kanan - kiri.

 "Mengemaskannya istriku ini. Udah ya, aku mau mandi dulu," ucap Arga pamit melepaskan cubitnya menaruh tas dan meraih handuk berjalan ke kamar mandi.

Wajah Nayla memerah dipuji seperti itu, ia  menghempaskan tubuh ke kasur dan bermain ponsel mengirim pesan dengan Afnan.

***

Di sisi lain, Afnan baru saja selesai mengerjakan naskahnya, ia segera bangkit lalu melangkah ke ranjang mendengar handphone-nya berbunyi. Menjatuhkan bokong ke kasur dan bersandar, meraih ponsel membaca pesan masuk.

[Malam kakak maduku tersayang😚] - Nayla

[Malam adikku, kenapa kamu chat aku? rindu ya😜] - Afnan

[Tau aja, biasanya kita jam segini nonton bareng diruang keluarga.] - Nayla

[Abis pulang kalian juga bisa seperti biasa kok, sekarang kamu fokus bikin dede bayi aja 😛 ] - Afnan

[Ihhhhh, apaan sih! Udah ya, Mas Arga udah selesai mandinya.] - Nayla

Afnan segera menaruh ponsel-nya setelah menerima balasan pesan Nayla, ia menghela napas dalam lalu mengembuskannya pelan, tersenyum sedikit demi sedikit menerima takdirnya walau hati masih terbesit rasa cemburu.

"Ya rabbbb, semoga Nayla cepat hamil, aku ingin sekali mengendong bayi walau bukan dari rahimku tak apa, yang penting dari benih Mas Arga." Afnan memejamkan mata sambil menadahkan tangan berdoa setelah selesai, lekas mematikan lampu dan menyalakan lampu tidur berbaring tak lupa membaca doa sebelum tidur.

***

Arga keluar dengan handuk melilit di pinggangnya, ia melihat Nayla yang berbaring sambil bermain handphone.   Nayla senyum-senyum sendiri membuatnya penasaran dengan langkah lebar mendekat, Nayla mengetahui suaminya sudah selesai segera mengirim chat lalu menaruh ponsel-nya di nakas.

"Lagi chattingan ama siapa? Kok senyum-senyum gitu," tanya Arga menghempaskan bokongnya di sisi ranjang.

"Afnan," jawab Nayla sekenannya, ia segera bangkit menuju lemari mencari pakaian tidur untuk suaminya.

"Ini Mas, pakaiannya," menyodorkan setelan baju tidur ke hadapan Arga.

Arga menaikkan satu alisnya, lalu berdiri. "Untuk apa pakaian ini, jika aku nanti akan membukannya. " Melepaskan candigar yang dipakai Nayla.

"Aku ingin memakanmu sekarang," bisik Arga seksual lalu mengendong Nayla ke tempat tidur meminta haknya sebagai suami.

Setelah pergulatan,mereka terkulai lemas di kasur saling berpelukkan. Arga tak henti-henti menghujami Nayla dengan kecupan  diparasnya, rambut yang dimainkan.

"Terimakasih, telah menerimaku apa adanya," tutur Nayla lirih mengingat mahkotanya telah dirampas oleh kekasihnya dulu, yang sekarang sudah jadi mantan.

Senyuman terukir di bibir tebal Arga. "Tidurlahhhh, ini sudah larut malam, besok kita joging bareng sesuai keinginanmu," ujar Arga menarik selimut sampai bahu Nayla.

Terlelap bersamaan hening malam menjadi saksi bisu rasa yang sudah tumbuh dan berkembang.