Sejak pertama kali membuka mata, ia mengamati setiap sudut kamar yang bukan tempatnya dikurung. Ruangan ini minimalist membuatnya terasa nyaman, udara segar menguar saat dirinya membuka jendela. Pemandangan asri langsung menyambur penglihatannya, tiba-tiba suara pintu berdecit membuatnya menoleh.
"Ternyata kamu sudah bangun, ayo makan! sudah beberapa jam kamu tertidur," ajak Farhan menaruh makanan di meja yang tersedia di kamar.
"Kita di mana?" tanya Nayla melangkah lalu duduk di kasur, ia tak boleh egois karena di dalam rahimnya ada janin yang butuh asupan.
"Di tempat aman," sahut Farhan acuh, lalu memberikan air putih, saat Nayla tersedak.
"Apa yang kau mau sebenarnya," kata Nayla kesal menggigit paha ayam dengan kasar.
"Kauu," sahutnya mendudukan bokongnya ke kasur.
"Ishhh, kau menyebalkan," sungut Nayla mengerucutkan bibirnya.
"Aku akan berusaha membuatmu, jatuh hati lagi," kekeh Farhan mengacak-acak rambut Nayla.
"Ak
Afnan disambut oleh para karyawan, ia hanya membalas dengan anggukkan. Menyuruh pria yang jemputnya untuk mendorong kursi roda, pergi ke ruangan suaminya, setelah sampai bersamaan dengan David keluar dari bilik itu."Hai, Nyonya," sapa David membungkukan tubuhnya lalu berdiri tegak lagi."Hai juga, suamiku ada di dalam?" tanya Afnan dibalas anggukan oleh David."Iya, Nyonya. Apa perlu saya antar ke dalam?" tanya David membuat Afnan menggelengkan kepalanya."Tak usah, kau kerjakan tugasmu saja." David mengangguk lalu pamit pergi, bersama pria yang mendorongnya. Sedangkan Afnan langsung membuka pintu lalu netranya menatap Arga yang sangat kacau."Mas Arga," panggil Afnan membuat lelaki itu menoleh lalu menatapnya."Kamu kok ke sini?" tanya Arga mendekat ke Afnan lalu berjongkok."Aku khawatir denganmu," sahut Afnan merapikan rambut Arga."Aku baik-baik saja," tutur Arga, membuat Afnan tersenyum mengetahui kebohongan suaminy
36 - Mendatangi rumah FarhanDavid diberi waktu dua hari, untuk mendapatkan informasi tentang mantan kekasih Nayla. Ia berdiri di ambang pintu, membawa berkas yang dicari Tuannya. Menunggu tamu Arga keluar, setelah mereka pergi. Dia masuk tak lupa mengucapkan salam, memberikan dokumen itu lalu pergi keluar. Baru saja Arga akan membacanya, suara dering ponsel membuat ia melihat nama yang tertera di layar benda pipih itu."Iya, ada apa sayang?" tanya Arga lembut saat mengetahui istrinya yang menvideo call."Gak ada apa-apa, udah makan belum?" tanya Afnan, menatap wajah suaminya yang tidak terlalu kacau seperti kemarin-kemarin."Nanti ya," ucap Arga, menggaruk kepalanya, sungguh istrinya selalu menelepon hanya menyuruhnya untuk makan."Gak ada nanti-nantian, ayo cepat makan! pergi ke kantin dan jangan mematikan video call sebelum makanan habis," perintah Afnan, membuat Arga menghela napasnya, melangkah keluar pergi ke kantin lalu memesan makanan
BAB 37SEPUPU MENYEBALKANSaat Anisa hendak berbicara lagi, sambungan telepon sudah terputus, memasukkan handphone ke saku lalu menatap Arga."Maaf Tuan, sambungannya dimatikan," ucap Anisa menatap Arga yang menghela napas berat."Kalau ada sesuatu, tolong kasih tau saya," turut Arga dibalas anggukan oleh Anisa."Saya pamit dulu, assalamualaikum," seru Arga lalu melangkah pergi meninggalkan Anisa yang berdiri menatap punggungnya.Mendengar suara deru mobil menghilang, Anisa langsung menjatuhkan tubuhnya di sofa lalu mengepalkan tangannya."Suara siapa tadi," gumam Anisa dengan mata memerah."Apa benar, suamiku sampai nekad menculik Nayla," ucapnya meraih vas bunga dan melemparnya."Apa kurangku Mas," teriak Anisa frustasi.Seseorang tersenyum melihat Anisa, setelah itu ia melangkah pergi menemui Tuannya.Bergantian duduk dan melajukan mobil, sesampai di kantor langsung mengantarkan Arga ke ruangannya.
Sebulan berlalu, David masih belum menemukan di mana Farhan membawa Nayla. Arga begitu frustasi, sudah banyak orang yang disuruh mencari istrinya, tetapi tidak ada hasilnya sampai sekarang. Arga menyandarkan tubuhnya di kursi, mata panda sangat terlihat karena lembur dan ia hanya tidur satu jam saja sehari. Afnan melangkah pelan, membawakan sup ayam untuk suaminya. Tubuhnya sehat, sudah tidak morning sick lagi. Dia pun beberapa hari yang lalu telah dizinkan untuk tidak memakai kursi roda. Mengetuk pintu lekas membukanya, terlihat Arga yang sangat kacau. Afnan meletakan mangkuk itu ke meja, mendekati Arga memejamkan mata tetapi tak tidur."Sayanggg," panggil Afnan membelai wajah suaminya dengan lembut.Arga perlahan membuka mata, penglihatnya langsung menangkap wajah rupawan sang istri. "Eh sayang, ada apa?" tanya Arga membenarkan duduknya."Ini aku buatkan sup, kamu makan ya," ucap Afnan mengambil mangkuk itu lalu menyuapi Arga setelah su
Farah tersenyum saat mengetahui hasil kerja kerasnya, ia duduk di kursi lalu meraih handphone.(Ayo ketemuan! aku sudah mendapatkan hasil sidik jari di benda-benda ini.) - Farah.Setelah mengirim pesan itu, melangkah keluar pergi ke kamar untuk membersihkan diri. Sehabis mandi, memilih pakaian pas untuk menemui pujaan hatinya. Meraih tas selempang memasukan hasil yang tadi ia taruh di meja."Aku pakai liptint warna apa ya," gumam Farah menatap pantulannya di cermin."Merah deh," ucap Farah lalu mengoleskan liptint itu di bibirnya.Suara notifikasi chat, membuat ia menoleh lalu meraih handphone.(Aku ke rumahmu.) - DavidSenyuman Farah makin merekah, ia langsung keluar dan turun untuk menonton televisi. Empat puluh dua menit akhirnya terdengar, suara deru mobil membuat Farah melihat ke kaca lalu membuka pintu menatap David keluar dari mobil."Haaai Beb," sapa Farah melambaikan tangannya, melihat David melangkah mendekat.
BAB 40FARHAN PERGI(Mas, kapan pulang?)(Pekiraan dokter, dua minggu lagi melahirkan.)(Mas, kamu pulangkan,)(Mas, kamu udah sebulan, di sana.)(Mas! Kamu bahkan tidak memberikanku nafkah batin.) - AnisaBunyi notifikasi pesan, membuat Farhan menggeram kesal karena istirahatnya terganggu. Meraih ponsel lalu membacanya, matanya menatap malas deretan chat dari sang istri. Beberapa detik kemudian, handphone Farhan berdering karena panggilan masuk dari Anisa. Ia lekas mengangkatnya."Ada apa?" tanya Farhan malas, tidak menjawab salam Anisa."Masss, kapan pulang? sudah sebulan di sana, apa perkerjaannya belum selesai?" tanya Anisa bertubi-tubi membuat Farhan lagi-lagi menggeram kesal."Walau sebulan aku tak pulang, tapi uang selalu kutranfer 'kan. Jadi apa masalahnya!" geram Farhan, membuat Anisa ragu-ragu untuk mengatakan hal selanjutnya.
BAB 41BODYGUARD"Ternyata banyak yang menginginkan suamiku," ucap Afnan pura-pura terkejut sambil menutup mulut dengan tangan."Walau banyak yang menginginkanku, aku hanya mencintai kamu dan Nayla," ucap Arga memeluk istrinya tak lipa mengecup kening Afnan."Aku tau," sahut Afnan membalas memeluk Arga."Pelukan aja terus, kaya teletabis," sindir David menatap malas kedua sejoli."Kau iri aja! Makanya nikahin tuh si Farah, kayanya ngebet ama sama kamu," seru Arga melepaskan pelukannya, lalu duduk di sofa lagi diikuti Afnan."Najis! mendingan aku tidak menikah sekalian, Jika hanya ada wanita itu di dunia." David menggeram kesal apalagi mengingat kejadian disaat ia mengambil hasil."Hahaha, kasian sekali diporotin," kelakar Arga membuat dirinya dicubit Afnan."Apaan sih sayang, sakit tau," rengek Arga mengelus pinggangnya yang dicubit."David, nanti uang yang kamu keluarkan diganti oleh suamiku," seru Afnan membuat Da
BAB 42SIKSAAN FARHANFarhan langsung memencet bel dengan tidak sabaran saat sampai di rumahnya, beberapa menit kemudian Anisa membuka pintu. Netranya membulat melihat suaminya pulang, langsung tersadar lalu mencium punggung tangan Farhan."Mass, beneran pulang?" tanya Anisa terbata-bata."Iyaaaa," sahut Farhan malas, melangkah masuk ke dalam meninggalkan Anisa yang tengah menutup pintu dan gerbang saat mengetahui jika itu terbuka."Mass, mau minum apa?" tanya Anisa berjalan dengan susah payah karena perut yang sudah buncit, karena hamil tua tinggal menunggu janinnya keluar dari rahim dan melihat dunia."Buatkan aku kopi, gendut!" ejek Farhan menatap Anisa yang tersenyum kecut lalu melangkah ke dapur.Anisa menyeduhkan kopi dengan menitihkan air mata, ia mengaduknya sambil bergumam, "aku gendut juga karena hamil anakmu, Mas.""Gendut cepat! aku haus," teriak Farhan membuat Anisa tersentak dan cepat-cepat membawa kopi itu ke ruang
75 - Sebuah Janji "Kenapa kalian dia saja?" tanya Afnan melirik semuanya. "Eh, ayoo makan," ajak Nayla dengan suara gugup, membuat Afnan menatapnya curiga. "Nayla!" panggil Afnan membuat wanita itu mengembuskan napas lalu membalas tatapan Afnan. "Ada apa, Mbak? ayoo makan, ini enak lho," ujar Nayla merasa tatapan Afnan semakin membuatnya sesak. "Kalian sembunyiin apaan?" tanya Afnan lagi, menatap semua orang yang berada di dalam. "Ayo sayang, katanya mau makan, makanan ini," seru Arga hendak menyuapi Afnan tetapi wanita itu tolak. "Massss, jawab pertanyaanku!" Arga mengembuskan napasnya kasar, lalu bersandar di dinding. "Rahimmu diangkat, kamu tidak akan bisa hamil lagi," ucap Arga seperti petir menyambar ke diri Afnan, wanita itu diam membuat semua orang khawatir. "Apa! Kamu pasti bohong 'kan, Mas!" raung Afnan dengan matanya sudah banjir dengan air yang terus berjatuhan. "Mbak, kamu harus ikh
74 - Mereka anak kitaSenyuman terpatri di bibir Arga, saat mendapatkan telepon dari istri keduanya, bahwa Afnan sudah sadar semenjak koma. Ia melangkah dengan tergesa - gesa sambil menuntun anak - anaknya, karena Leon dan Leana ingin berjalan."Ayo Nak, kita harus cepat - cepat ke ruangan Bund, soalnya Bunda sudah bangun dari tidur panjangnya," jelas Arga berusaha agar anak - anaknya melangkah lebih cepat."Wah, Unda uda angun, Eana engen enger cuala Unda," kata Leana dengan girang sambil loncat - loncat."Iya sayang, Ayah juga rindu suara Bunda," sahut Arga dibalas anggukan oleh Leana.Setelah sampai Arga langsung membuka pintu, matanya melihat Afnan tengah makan disuapi Nayla."Mas," ucap Afnan spontan dengan mata berkaca - kaca, terlihat sorot rindu dari manik keduanya."Sayang, akhirnya kamu bangun," ucap Arga lalu melangkah bersama Leana dan Leon mendekati brankar Afnan."Mas rindu kamu," kata Arga lalu meraih
73 - Nestapa terguncangDua tahun kemudian ...Seorang pria dengan telaten menyisir rambut istrinya, yang masih terbaring di brankar. Tubuh wanita itu kurus, surainya semakin panjang, tetapi matanya masih betah terpejam selama dua tahun ini."Sayang, kapan kamu membuka mata? aku sangat merindukanmu, anak kita juga," ucapnya pelan, sungguh ia tak sanggup rasanya, saat mendengar perkataan dokter tadi pagi."Apakah kamu tidak menyayangi kami? kenapa tertidur terlalu lama, ini sudah mau dua tahun sayang. Ayo buka matamu," pintanya lagi, lalu mengecup pipi yang tirus itu."Leana, sebentar lagi ulangtahun lho, bersama Leon, ayo bangun kita rayakan bersama," bujuknya menggenggam lengan wanita yang terpasang infus. "Tolonggggg, bangunlah. Kami sangat merindukanmu," bisiknya ditelinga sang istri."Aku salat dulu, ya. Di sini kok sambil menunggu adikmu dan anak kita," ujarnya melangkah ke toilet untuk berwudhu.***"S
72 - KecelakaanNayla tengah berbincang di cafe milik sahabatnya yaitu Zahra, ia sesekali meneguk kopi dengan perlahan. Sebenarnya dia menahan sesuatu terlihat dari wajahnya yang pucat."Duh, kenapa perutku sakit dan mulas ya, pinggangku juga terasa panas," erang Nayla memegang perutnya."Mungkin kamu mau melahirkan, Nay. Ayo kita cepat - cepat ke rumah sakit," ajak Zahra ia lekas membantu sahabatnya berjalan lalu dia antar menggunakan mobilnya."Rasanya semakin sakit, Zah," rengek Nayla, ia bergerak dengan gelisah."Sabar Nay, coba kamu telepon Mbakmu, kasih tau kalau mau lahiran," perintah Zahra, Nayla mengangguk ia segera merogoh tas mencari ponselnya dan menelepon Afnan."Assalamualaikum, Mbak," ucap Nayla sambil menahan rasa sakit yang hilang timbul."Walaikumsalam, ada apa Nay? kok kamu kaya ke sakitan gitu," sahut Afnan khawatir."Sepertinya aku mau lahiran, Mbak. Aku dan Zahra sedang dalam perjalan ke rumah sakit,
71 - kebahagiaanArga menatap puas seseorang yang berada dibalik jeruji besi, ia melangkah lalu mengulas senyum saat Farhan bangkit dan mendekatinya."Lepaskan aku sialan! beraninya kau memasukanku ke sini!," maki Farhan menatap tajam Arga, membuat pria itu terkekeh."Kau pantas disana, dan siap - siap pergi ke pengadilan agar tau selama apa kau tempat ini," kelakar Arga sambil terus memegang perutnya, karena tidak kuat dengan tawanya yang tak berhenti."Aku pergi, tidak ada waktu berurusan denganmu," ucap Arga sinis lalu pergi meninggalkan Farhan yang sangat marah.***Setelah Farhan menjalani persidangan, akhirnya di dijatuhkan hukuman penjara selama sebelas tahun. Faresta tidak bisa membantu sama sekali, karena pengacara yang dibawa Anisa dan Nayla sangat hebat.Pria itu sudah dikawal oleh polisi saat mendekati Anisa yang tengah menggendong Haidar, ia mengulas senyum."Selamat kau menang, Anisa," ujar Farhan menatap Haid
BAB 70MEMINTA RESTUDavid berjalan ke ruangan CEO, untuk bertemu Arga. Melangkah dengan santai, lalu membuka pintu tanpa mengetuk pintu, membuat Arga yang tengah fokus kesal karena terganggu."Awas jika membawa berita tidak penting," ancam Arga menaruh berkas di meja, ia menatap kesal ke arah David yang sudah dihadapannya."Kau harus menaikan gajiku," ucap David sombong, lalu menarik kursi untuk di duduki."Cepatlah katakan! aku ingin segera menyelesaikan pekerjaanku," seru Arga."Farhan sudah ditangkap, dia sekarang di kantor polisi," kata David membuat bibir Arga melengkung membentuk senyuman."Baguslah, nanti kutranfer uangmu, sebagai hadiah," ujar Arga membuat David langsung tersenyum."Terimakasih, Bro. Sekalian kasih gue cuti dong," ucap David senang."Nanti, bantu aku mengerjakan ini semua. Baru kuberi cuti beberapa hari," seru Arga, David mengangguk semangat."Nanti aku bantu, agar cepat selesai." Dav
BAB 69FARHAN DITAHANFarhan menyeringai, dirinya sudah berada di Indonesia. Malam ini ia beristirahat ke hotel, esok pagi akan langsung ke rumah mantan mertuanya. Lekas membersihkan diri lalu merebahkan tubuh di kasur dan memejamkan mata menunggu hari besok. Bulan berganti matahari, pria itu tengah bersiap - siap."Tunggu Ayah, sayang," ucap Farhan, setelah merasa sudah rapi, ia melangkah keluar hotel lalu mengemudi bertemu Haidar."Sialan! segala pake macet," maki Farhan memukul setir.***Arga dan istri - istrinya tengah sarapan, mereka fokus ke makanan sampai Nayla berkata sesuatu."Mas," panggil Nayla membuat Arga yang tengah makan akhirnya menatapnya."Iya, ada apa? kamu ingin sesuatu?" tanya Arga bertubi - tubi membuat kedua wanitanya terkekeh."Tidak. Aku hanya ingin bertanya, seperti penjaga bertambah ya?" tanya Nayla mengeluarkan rasa penasarannya."Memang? aku tidak memperhatikannya," seru Afnan dib
BAB 68POLISI KE RUMAHAnisa terkejut saat ada polisi yang berjaga di rumah orang tuanya, ia segera bersalaman dengan mereka lalu bertanya."Maaf, Pak. Ada apa ya?" tanya Anisa hati - hati, Atha sudah tahu jika ada polisi berarti Farhan akan pulang karena Arga tak akan melepaskan pria yang menculik istrinya."Maaf, Nyonya. Saya disini menunggu Tuan Farhan pulang untuk kami bawa ke kantor dengan laporan dia dalang penculikan istri Tuan Arga," jelas polisi itu, membuat Anisa mengangguk mengerti."Ayoo masuk dulu," tawar Anisa dibalas gelengan oleh mereka."Tidak Nyonya, saya hanya mau bilang mau mengawasi rumah Nyonya, itu saja." Polisi itu menolak tawaran Anisa."Ya sudah, saya masuk ke dalam dulu," ucap Anisa dibalas anggukan oleh beberapa polisi."Nis, aku pamit pulang ya," ucap Atha memberikan Haidar pada Anisa."Iya, makasih sudah mentraktir Haidar," kata Anisa tulus sambil mengulas senyuman."Iya, assalamualaiku
BAB 67Kemarahan"Aku 'kan hanya menggodamu saja, tidak serius ingin kopi pahit," ujar Atha membuat Anisa mengerucutkan bibirnya."Pokoknya kamu harus habiskan! titik." Anisa langsung bangkit saat mendengar suara tangisan Haidar, meninggalkan Atha yang terbengong melihat tingkahnya."Harusnya tadi aku tidak mengodanya," keluh Atha lalu menyeruput kopi dan mengeryit tidak suka karena pahit sekali.Anisa lekas mengambil Haidar dari box bayi, lalu menyusuinya karena anaknya sudah mulai terbiasa lagi meminum ASI membuat dirinya bahagia. Sehabis itu ia membawa Haidar keluar, melihat Atha yang tengah memainkan ponsel-nya dan kopi sudah habis hanya tinggal ampasnya saja."Kopinya sudah habis?" tanya Anisa membuat Atha menoleh."Sudah, demi dirimu," sahut Atha bangkit lalu mengambil Haidar dari gendongannya."Dih, kamu yang pingin," ketus Anisa lalu mendaratkan bokongnya di sofa dan memakan cemilan."Hmmm." Atha hanya menyah