Candaan dan tawa di meja dekat meja bar sangat menarik perhatian Ikki. Seandainya saja bisa, ia ingin sekali bergabung bersama mereka. Bercanda dan tertawa bersama Ry adalah impiannya dalam dua tahun terakhir. Setelah ke pindahannya ke Hokkaido, ditambah kehilangan ponsel beserta data-data dan semua nomor di dalamnya, ia berubah menjadi cowok pendiam. Apalagi di sekolah tak ada satu pun cowok yang mau berteman dengannya. Masa-masa awal kepindahannya adalah yang tersulit. Ia sempat terpuruk, tapi tak ada seorang pun yang tahu. Ia terlalu pandai merahasiakannya. Kedua orang tuanya pun tidak menyadari perubahannya, aktingnya terlalu hebat.
Masuk ke perguruan tinggi, ia mulai bisa membuka diri, perlahan mulai bangkit dari keterpurukan. Tidak sama seperti masa SMA, di perguruan tinggi ia memiliki beberapa orang teman cowok. Salah satu dari mereka bersahabat dengannya. Sahabatnya juga yang menyarankan padanya untuk kembali ke kota ini jika ia memang benar-benar menyayangi cew
"Ruu, hari ini pulang bareng lagi mau nggak?"Ruu hanya mengangguk, tidak bisa menjawab dengan bersuara. Ia fokus pada pesanan pelanggan yang disodorkan Na padanya. Ia khawatir akan salah menyiapkan es krim jika menyahuti Ry."Na, ini pesanannya banyak banget." Ry mengamati memo yang diletakkan Ruu tepat di depannya. "Ada berapa orang yang mesan?" tanyanya sambil terus mengamati kertas kecil berisi tulisan Na. Kertas kecil itu hampir penuh, padahal Na menulisinya dengan huruf kecil-kecil.Na memggeleng. "Nggak, kok, Ry. Yang beli cuman dua orang." Na menoleh, mengintip pelanggan yang memesan banyak es krim melalui bahunya. "Itu, mereka cuman dua orang, tapi mesannya empat mangkuk varian rasa yang beda-beda setiap mangkuk."Ry mengikuti arah pandang Na. Dia memutar tubuh, sepasang alisnya terangkat melihat sepasang pelanggan yang duduk berseberangan. Dilihat dari interaksi dan cara m
"Hah? Apaan?"Pekik terkejut itu tak hanya berasal dari Keiya seorang saja, tapi juga ketiga temannya yang lain. Sementara Mina dan Shoun sudah duduk di salah satu sofa yang ada di tempat itu. Sofa itu bukan sofa baru, tapi sofa yang sudah usang. Ada banyak lubang di bantalan tempat duduknya. Meskipun begitu, sofa tersebut masih bisa diduduki."Maksud Sie apa, sih?" tanya Rin kurang paham. Dia merapikan rambutnya yang tertiup angin. "Apanya yang nggak mau nyakitin? Aku nggak paham, deh!" Kepalanya menggeleng."Aku udah ngejelasin, ya, Rin." Sie menatap Rin malas. "Ngulang itu nggak gratis, lho."Rin menatapnya dengan mata memicing. Sejak dulu sampai sekarang, ternyata Sie tetap saja menyebalkan."Astaga, minta ditraktir cewek!" Go menjitak kepala Sie. "Apa nggak malu tuh?" tanyanya menyindir. Dirangkulnya bahu Sie, menyeretnya menuju lapangan basket di pojok sana.Tak hanya Go, tetapi Keiya juga ikut-ikutan mend
Ry tersenyum lebar, memejamkan mata menikmati usapan hangat Ruu di puncak kepalanya.Kemesraan Ry dan Ruu hanya ditanggapi dengan senyum oleh semuanya yang duduk mengelilingi meja tersebut. Begitu juga beberapa pengunjung yang melihat. Namun, tidak demikian bagi cowok yang duduk di depan meja bar. Cowok itu menempelkan punggung pada sisi meja, menatap ke arah meja Ry dan teman-temannya dengan wajah mengeras. Kedua tangannya terkepal kuat menyaksikan Ruu yang mengacak rambut Ry.Seharusnya ia yang berada di sana. Seharusnya dirinya yang duduk di sebelah Ry, bukan cowok menyebalkan sok tampan yang bernama Ruu. Sayangnya tadi ia terlambat beberapa detik. Ruu lebih cepat menghampiri meja Ry dibandingkan dirinya. Ia sedang mengantarkan pesanan pelanggan tadi ketika Ry memasuki Mobieus sehingga Ruu yang menghampiri meja Ry lebih dulu. Ruu yang mencatat pesanan Ry dan teman-temannya, Ruu juga yang membawakan pesanan mereka. Ia kalah cepat. Sialan!"Ikki ken
Sebenarnya hari ini Ry tidak berniat untuk pergi ke Mobieus. Dia sudah memberitahu Ruu jika sepulang sekolah akan langsung pulang ke rumah saja. Nanti malam, setelah Ruu tiba di rumah sepulang dari bekerja mereka berencana untuk berhubungan melalui panggilan video. Namun, itu semua hanya rencana yang gagal setelah Rin menyeretnya ke dalam kereta yang akan mengantarkan mereka ke prefektur di mana Mobieus berada. Alasan Rin sangat klise, mereka menghibur Mina yang seharian ini tampak manyun.Memang benar apa yang dikatakan Rin, Mina memang terlihat tidak ceria seperti biasa hari ini. Saat di kelas tadi juga dia terlihat lebih banyak melamun. Diajak bicara tidak menyahut, begitu juga saat istirahat. Seperti biasa, setiap istirahat mereka akan menghabiskan waktu di atap gedung sekolah. Setelah memakan bekal mereka akan bercanda seperti biasa. Namun, hari ini tanggapan Mina sangat dingin, dia tidak tertawa mendengar lawakan Sie yang super receh, tidak menegur saat Rin berdeb
Rin hanya memutar mata melihat pemandangan itu. Gaya pacaran romantis Ry begitu berbeda dengan gaya pacaran antara dia dan Go. Mereka berdua lebih banyak menghabiskan waktu di lapangan basket. Bertanding basket lebih menyenangkan daripada harus terus mengobrol sampai mulut berbusa. Lalu, bagaimana dengan gaya pacaran anak pintar seperti Mina dan Shoun? Rin melirik sahabatnya, berdecak melihat Mina yang kembali melamun. Dia semakin yakin jika Mina memang memiliki masalah."Mina." Rin memanggilnya sambil mencolek bahunya. "Tuh, 'kan,.Mina bengong lagi!" Dia mendengkus kesal melihat Mina berjengit.Mina meringis. Dia melamun lagi. "Maaf, Rin," katanya kikuk. Dia bergerak serba salah. Sungguh, Mina tidak bermaksud untuk membuat sahabat-sahabatnya terlibat dalam masalahnya, karena itu dia tidak memberitahu mereka. Namun, sepertinya dia salah, mereka memiliki naluri yang tajam sehingga dapat mengetahui apa yang terjadi padanya."Mina ada masalah sama
Tiga mangkuk besar es krim dengan tiga warna berbeda sudah tersedia di atas meja, tepat di depan tiga orang cewek yang menatap mangkuk es krim dengan mata berbinar. Es krim itu mereka dapatkan secara percuma. Kak Sento yang baik memberikannya sebagai hadiah atas prestasi yang diperoleh Rin dan tim basketnya. Meskipun hanya berhasil meraih juara kedua, tapi itu adalah hasil yang sangat gemilang untuk tim yang baru pertama kali ikut pertandingan antar sekolah."Selamat menikmati!" Ruu tersenyum, duduk di samping Ry setelah mengatakan itu. Ia mengantarkan pesanan mereka, Kak Sento langsung yang memintanya. Kak Sento ingin memberikan pelayanan khusus pada Rin dan teman-temannya. Oleh karena itu, ia yang disuruh untuk melayani mereka. Hadiah yang sangat istimewa bagi pelanggan yang juga istimewa."Ruu, kok, tau kalo aku mau pesan es krim ini?" tanya Ry setelah menelan es krim yang tadi memenuhi mulutnya. Dia mengerjap beberapa kali merasakan dingin di pangkal li
Di bagian kanan kedai es krim dekat dengan meja bar, kegembiraan anak-anak Banzare Gakuen masih berlangsung. Mereka bercanda, dan melakukan kegembiraan lainnya. Begitu kontras dengan yang terjadi di bagian kiri kedai. Ikki duduk seorang diri di depan meja bar yang di jaga oleh Kao. Ia.merasa lebih nyaman duduk di depan Kao daripada di depan Ran. Sebagai mana cewek lainnya, Ran sangat cerewet. Dia lebih berisik dari cewek-cewek pada umumnya. Sangat suka menyuruh-nyuruh dan memerintah seenak jidatnya sendiri. Ran tidak peduli jika ia sedang ingin menenangkan diri. Dadanya bergemuruh melihat Ry tertawa bersama teman-temannya, terlebih Ruu juga bergabung bersama mereka.Jadi, Ruu juga berteman dengan sahabat-sahabat Ry. Tidak masalah Ruu mendapatkan poin lebih itu, meskipun sebenarnya hatinya meronta, tapi ia masih dapat menerima. Ia sudah mendapatkan kartu as yang akan menamatkan riwayat Ruu. Mungkin sekarang Ruu masih dapat tertawa bersama teman-teman Ry, besok atau beber
Senyum miring menghiasi wajah tampan Ikki. Saat Ruu sedang bersenang-senang bersama Ry dan teman-temannya, ia sudah menyusun rencana untuk memisahkan mereka. Maksudnya, merebut miliknya kembali. Bukan mengadukan hubungan backstreet Ry dan Ruu kepada orangtua Ry karena hal itu tidak mungkin ia lakukan. Tidak mungkin ia menemui orangtua Ry sekarang, mereka tidak akan percaya jika ia langsung mengatakan tentang kebenaran itu. Ia sudah memiliki rencana lain, yang tidak melibatkan para orang dewasa. Sebenarnya ide itu muncul dari perkataan Ran yang tidak sengaja didengarnya. Ruu seorang playboy yang takluk pada pesona seorang Ry Yamazuki. Itu adalah sesuatu yang sangat menarik. Bagaimana jika sifat playboy Ruu tidak benar-benar terkubur? Bagaimana jika dia kembali tergoda untuk memacari cewek lain selain Ry? Sesuatu yang sangat mungkin, bukan? Tak mungkin seseorang dapat menghilangkan sifat buruknya dalam sekejap. Itu yang diyakininya selama ini. Tak hanya sifat buruk, tetapi semuanya, te