Beranda / Thriller / Rumah Atmaja / 3. Indikator Cinta

Share

3. Indikator Cinta

Penulis: Bai_Nara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Baiklah anak-anak. Sekarang Ibu mau bermain tanya jawab dengan kalian,” ucapku.

“Apa yang kalian tahu tentang larutan asam?”

Salah seorang siswa mengangkat telunjuknya.

“Iya, Rahma, silahkan kamu kemukakan jawabanmu,” pintaku.

“Asam adalah larutan yang memiliki rasa asam, pH<7, dalam air akan menghasilkan ion H+ (ion hidrogen), mengkorosi besi dan mengubah kertas lakmus biru menjadi merah,” terang Rahma.

“Sip, bagus, Mbak Rahma. Coba sebutkan 5 contoh asam dalam kehidupan sehari-hari!” lanjutku.

“Saya, Bu guru. Contohnya asam klorida, asam asetat, asam sulfat, asam nitrat, dan asam sulfida,” terang siswa bernama Ardi.

“Kalau pada makanan, ada yang bisa menyebutkan contohnya?” Aku melanjutkan pertanyaanku.

“Asam jawa, jeruk, mangga, hampir semua buah yang asam, Bu guru,” lanjut Ardi.

“Iya pinter. Nah kalau

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Rumah Atmaja   4. Nyiur Penjaga Palang

    “Siamo...”“Siamo...”“Baik anak-anak semua. Halo Pigeon? Gimana kabar kalian?” tanyaku.“Baik, Bu guru, luar biasa,” jawab mereka kompak.“Oke. Mulai hari ini kita semua akan berjuang semaksimal mungkin untuk mendapat hasil terbaik. Ibu tidak menuntut apapun dari kalian. Hanya pinta Ibu, lakukan yang terbaik yang kalian bias,” Begitulah kata-kata yang kusampaikan kepada regu PMR Wira di sekolahku.Kami menyebut diri kami sebagai 'The Pigeon' yang artinya merpati. Yap, hari ini selama empat hari ke depan, kami akan mengikuti kegiatan Jumpa Bakti Gembira (JUMBARA) PMR Mula Madya dan Wira tingkat kabupaten di daerah.Khusus yang menginap dan mendirikan tenda adalah anggota PMR Madya (SMP) dan PMR Wira (SMA).Setiap kontingen sekolah yang mengikuti jumbara terdiri dari 20 peserta boleh campur atau sejenis.

  • Rumah Atmaja   5. Pusat Gravitasi

    Hari ini sekolah sedang sibuk mengurusi persiapan untuk perpisahan Pak Tono yang akan dilaksanakan besok, sekaligus acara penerimaan guru baru pengganti beliau. Aku kebagian tugas sebagai pembawa acara. Maklum kata Pak Kepsek itu, guru single harus dipasang di depan biar ada yang ngelirik.“Haduh Pak Kepsek, Anda kok selalu saja benar. Padahal aku tuh pingin banget jadi seksi wara wiri aja, aku masih sangat capek sehabis kegiatan jumbara minggu lalu sebenarnya. Belum lagi persiapan olimpiade Kimia yang akan dilaksanakan kurang dari satu bulan mendatang,” Gumamku dalam hati.Sebenarnya guru Kimia yang sudah PNS ada 2 orang, Pak Harjo dan Bu Sumi. Hanya saja menurut mereka, lebih baik aku saja yang mendampingi, hitung-hitung sebagai latihan juga.Aku bisa memaklumi karena aku adalah guru yang paling muda dari semuanya. Kasihan juga mereka berdua. Pak Harjo sudah lumayan tua dan beberapa tahun lagi akan pensiun sedangkan Bu Sumi, anak bungsunya

  • Rumah Atmaja   6. Hukum Aksi Reaksi

    Aku menyusuri koridor sekolah menuju ruang guru. Masih sepi, sepertinya banyak yang belum datang. Sesekali aku menjawab sapaan para siswa. Hingga sampailah aku di ruang guru.“Assalamu'alaikum,” sapaku.“Wa'alaikumsalam,” jawab beberapa guru yang berada di ruangan.“Nah, kalo ini namanya Bu Lily. Masih single loh Pak! Anaknya Bapak Husein,” kata Bu Retno, guru bahasa Indonesia.Aku mengedarkan pandangan mataku pada beliau dan rasanya aku ingin kabur menggunakan pintu Doraemon. Karena di dekat beliau ada sesosok makhluk yang kehadirannya paling tidak kuharapkan.“Bu Lily, ini loh kenalan sama Pak Ricky!” sambung Bu Retno lagi.Entah apa yang merasuki orang itu. Dengan Percaya dirinya dia berjalan ke arahku lalu mengulurkan tangan. Mau tidak mau, aku mengulurkan tanganku untuk menyambut jabatan tangannya.“Alfaricky Ramadhan,”“Lilyana Be

  • Rumah Atmaja   7. Gelombang Cinta

    “Semangat, Lily Sayang. Pokoknya petikin yang banyak mangganya,” pinta Resa sang bumil ngidam.“Iya, Non. Tenang aja, ini aku petikin yang banyak,”Saat ini aku, Resa juga Mbak Ning sedang berada di rumah Resa. Niatnya kita mau makan rujak bersama. Mumpung sedang classmeeting jadi santai. Hehehe...“Ini cabenya mau berapa?” tanya Mbak Ningsih yang bertugas mengulek sambel.“Lima biji, Mbak!” seru Resa,“Enggak kepedesen ini, Res?” tanya Mbak Ning lagi.“Enggak, malah aku maunya sepuluh, hehehe...” jawab Resa sambil cengengesan.“Aku mau beli es batu dulu ya, guys. Kayaknya enak deh sambil minum es teh. Temenin aku yuk, Mbak Ning!” ajakku.“Siap. Ly, kita beli es batu dulu sama sekalian kerupuk. Kamu pokoknya mesti petikin mangganya yang banyak ya!” Pinta Mbak Ning“Oke. Tenang aja. Serahk

  • Rumah Atmaja   8. Awas! Virus Mendekat.

    “Pokoknya aku enggak mau pisah sama kamu! Aku cinta sama kamu!”“Cinta? Kamu enggak cinta sama aku. Kamu cuma terobsesi sama aku,”“Aku beneran cinta sama kamu. Hiks...hiks... Jangan tinggalin aku! Lagian kamu udah ninggalin dia demi milih aku. Pasti dia enggak mau balikan sama kamu lagi,”“Salah satu hal terbodoh yang aku lakukan adalah ninggalin dia demi memilih kamu. Aku bodoh karena aku enggak bisa lihat mana yang beneran tulus sama aku,”“Emangnya kamu pikir dia mau balik sama kamu. Hah?”“Aku enggak peduli. Aku akan terus berusaha buat merebut hatinya kembali. Dulu dia yang berjuang sekarang biar aku yang berjuang. Tinggalkan aku. Jangan ganggu aku lagi. Semoga kamu bisa dapat yang lebih dari aku,““Tidaaaaaakkkkk ...”Kumenangis ... Membayangkan....Malam ini, kami berempat sedang berkumpul di ruang

  • Rumah Atmaja   9. Geometri Hati

    Jikalau kita melihat sebuah bangun ruang berbentuk kubus dengan mudah kita akan mengukur panjang rusuknya. Dari situ akan mudah pula menghitung volume 'isi/ruang' dari kubus tersebut.Berbeda dengan sebongkah hati manusia. Bahkan panjangnya saja tak bisa kita kira, apalagi untuk mengetahui seberapa banyak 'isi' yang mampu ditampungnya.Entah isi itu berupa rasa bahagia, sedih, benci maupun cinta. Kamu dapat mengetahui geometri sebuah bangun ruang namun tak dapat menerka geometri ruang hatimu. Ckckck. Sedih.***“Guys. Lihat arah jam sepuluh. Pak Ricky itu,”“Mana mana?”“Ugh... Ya Allah, ganteng banget,”“ So cool. Ganteng pula,”“Item manis, macho pokoknya,”“Hooh, kayak Babang Rio Dewanto,”“Muka dinginnya ya Allah, pengin rasanya aku lelehkan sama cintaku,”“Semoga

  • Rumah Atmaja   10. Segitiga Cinta Apa Cinta Segitiga?

    “Lily Sayang. Cepat keluar, Nduk!” Lengkingan maut Mama mulai menyapa pagi hariku.“Iya, Mama. Kenapa sih? Masih jam setengah 6 juga. Lagian Lily masih dandan ini,” Sahutku sedikit kesal.“Cepetan! itu udah ditunggu,” Suara mama terdengar dari ambang pintu kamar.“Ditunggu Papa kan’? Kayak enggak biasa ditunggu Papa sarapan aja,”“Udah cepetan gih ke ruang tamu, jangan lama-lama!” Mama langsung pergi setelah menyuruhku ke ruang tamu.Heran. Kenapa wajah Mama tampak berseri seperti mendapat jatah bulanan lebih dari Papa. Aku pun segera mengakhiri aktivitas dandan dan segera menyambar tas punggung kesayangan.Niatnya mau berangkat pagi sekali biar tidak jadi dijemput. Semalaman aku tak bisa tidur nyenyak memikirkan apa yang dikatakan Ricky. Aku takut. Karena aku tahu dia itu sangat nekat orangnya.Sesampainya di ruang tamu, aku kaget. Shock. Kenapa orang yang bar

  • Rumah Atmaja   11. Nymphaea alba VS Eichhornia crassipes

    “Jadi bapak/ibu guru demikianlah manfaat bapak/ibu jika menabung atau mengajukan kredit bersama kami. Kami akan memberikan diskon sebanyak 9% untuk setiap peminjaman. Sekaligus souvenir cantik dari kami,” Demikian presentasi dari pegawai sebuah bank swasta terkenal yang ada di daerahku.Wow, speechless. Ini Mutia yang itu kan? Hohoho... Bagaimana caranya seorang lulusan pendidikan Matematika jadi pegawai bank? Kok aku jadi kepo ya? Tau ah. Pusing.Aku melirik melalui pantulan kaca yang bertengger di mejaku, cermin itu mengarah ke belakang. Kenapa dia? Bukannya harusnya senang, ceweknya dateng. Tapi lihat, mukanya tetap datar saja. Ckckck. Tak mau berlama-lama di ruangan dengan dua mantan, dimana yang satu mantan pacar dan yang satu lagi mantan pepacor 'perebut pacar orang'.Aku segera keluar ruangan menuju kantin. Lapar guys. Mumpung jam kosong, aku ke kantin bersama Resa dan Mbak Ning. Kami bertiga memutuskan memak

Bab terbaru

  • Rumah Atmaja   35. Ekstra Part 2

    Aku hanya bisa menahan kekesalanku. Demi Allah, ingin rasanya meluapkan segala amarahku tetapi aku memilih diam. Aku tak mau mempermalukan diriku sendiri. Cukup dia yang tidak tahu malu, bukan aku.Saat ini sedang diadakan reuni angkatan matematika beberapa angkatan. Mas Ricky tentu saja datang bahkan dialah ketuanya. Aku, ikut datang tentu saja. Selain karena di rumah aku tidak ada kegiatan apa-apa, aku juga rindu sama ketiga anakku.Ina sekarang menjadi dosen di almamaterku. Iya, dia jadi dosen kimia. Sementara adiknya Ana, kini sedang menempuh S2 matematika. Sementara Gamma, dia kuliah di Undip ambil teknik kimia. Eh, aku lupa bilang ya, kalau aku udah jadi nenek-nenek. Udah punya cucu cowok satu usianya kini tiga tahun. Meski udah beruban dan kerutan dimana-mana tetep gerakanku masih gesit. Makanya cucuku manggil aku neli alias nenek lincah."Dek. Kok gak makan?" Sebuah suara terdengar dan sedikit mengagetkanku."Males.""Eh, itu so

  • Rumah Atmaja   34. Ekstra Part 1

    Aku baru saja memarkirkan motorku di halaman rumah. Kulirik jam tanganku, pukul lima lewat lima menit. Segera saja aku masuk ke dalam rumah.Aku mengedarkan pandang mata. Tumben sepi, ngomong-ngomong duo krucilku mana? Mungkin sedang jalan-jalan dengan Eyang Kakung dan Eyang Putrinya. Jadi, aku memutuskan ke kamar dan segera mandi.“Bunda,”Aku tersenyum menatap ke arah dua gadis cilik, mereka langsung berlari ke arahku. Si sulung sampai lebih dulu, adiknya pun menyusul.“Bunda, Ina kangen,” ucap si sulung yang kini berusia tujuh tahun.“Ana juga kangen, bunda,” ucap si nomer dua. Alkana Betania Mehrunissa adalah nama yang kami berikan untuk putri kedua kami yang kini berusia tiga tahun.“Bunda juga kangen sama kalian,” ucapku dan memeluk keduanya.Kami bertiga masih berpelukan seperti Telletubies. Pelukan kami terhenti karena suara salam dari satu-satunya lelaki dalam keluarga ini.

  • Rumah Atmaja   33. Epilog

    POV LilyTiga bulan sudah aku berstatus menjadi seorang istri dari Alfaricky Ramadhan. Alhamdulillah aku bahagia. Walaupun masalah rumah tangga selalu ada, tapi sampai saat ini kami masih bisa melewatinya.Kami dalam perjalanan ke Purwokerto, mau memeriksakan diri ke dokter. Seminggu ini Mas Ricky mengalami gejala mual-mual parah setiap pagi. Tak ada sesendok nasi pun yang bisa masuk. Kalau dipaksa pasti muntah. Bahkan bubur ayam yang biasanya menjadi sarapan favoritnya ditolak mentah-mentah.Akhirnya kami memaksanya ke dokter. Saat di bawa ke dokter yang praktek di Jatilawang, beliau malah menyarankan aku untuk diperiksa. Bahkan memberikan rujukan dokter siapa saja yang bisa aku hubungi. Karena menurut dugaan dokter Anwar, suamiku terkena gejala 'ngidam' alias aku hamil.Setelah itu, aku langsung memborong 5 testpeck dan paginya kucoba semua dan hasilnya dua garis semua. Alhamdulilah. Karena itulah hari ini kami dalam perjalanan ke dokter k

  • Rumah Atmaja   32. Kamulah Takdirku

    POV RickyDini hari aku terbangun. Kurasakan seseorang berada dalam dekapanku. Istri tercinta sekaligus cinta pertamaku. Seorang gadis istimewa yang membuatku jatuh cinta sampai gagal move on.Pikiranku berkelana ke masa lalu. Bagaimana pertemuan pertama kami, hingga kami bisa pacaran lalu akhirnya putus. Semua masih terekam jelas dalam memori ingatan.Kuingat hari-hari setelah putus dengannya adalah hari terberat bagiku. Salahku juga, kenapa aku lebih perhatian pada Mutia daripada pacarku sendiri. Ini semua karena permintaan Tante Fania. Seorang janda yang rumahnya masih satu kompleks dengan rumahku. Hanya karena rasa simpati yang berlebihan justru jadi bumerang untukku.Mutia sangat gencar menemuiku dan memintaku jadi pacarnya setelah aku putus dari Lily. Bahkan beberapa kali memohon sambil berurai air mata. Aku menolak dengan tegas bahkan menjauhinya. Apalagi setelah mengetahui sifat asli dari Tante Fani

  • Rumah Atmaja   31. Obrolan Pagi

    Aku menggeliat mencoba membuka mata. Merasakan ada seseorang yang menyentuhkan tangannya pada pipiku.“Bangun, Sayang.”“Hem,” Aku menatap suamiku yang masih bertelanjang dada. Ya Tuhan nikmat-Mu sungguh luar biasa.“Bangun. Tuh denger suara ngaji di masjid sudah kedengaran. Bentar lagi subuh. Ayok mandi junub!” Dia membangunkanku sambil memainkan hidung mancungnya pada ujung hidungku. Geli sekali.Akhirnya aku bangun dan mencoba duduk, sedikit meringis. Kemudian menatap sekeliling kamar. Berantakan sekali, baju yang semalam kami pakai berantakan di lantai, kertas tissu yang menumpuk di tempat sampah bahkan ada sedikit yang bernoda merah, belum lagi rambutku yang awut-awutan. Ah, malu sekali.“Kenapa hem? Masih sakit?”Aku hanya menggeleng.“Mandi yuk! Mau bareng apa mau sendiri-sendiri?” tanyanya dengan seringai menggoda.“Sendiri aja, Mas.”“

  • Rumah Atmaja   30. Pertama Kalinya

    Aku menghembuskan nafas lelah. Hari ini capek sekali. Tamu yang datang benar-benar tak ada henti-hentinya.Selepas ashar, banyak teman SD, SMP dan SMA-ku yang datang. Termasuk Fida dengan membawa gandengan baru. Syok aku dibuatnya. Waktu itu dia datang ke rumah dan curhat kalau mau pisah dengan suaminya, padahal mereka sudah punya anak berusia 2 tahun. Alasannya karena tidak ada kecocokan.Selepas isya, kami pun masih kedatangan tamu. Sekarang malah kebanyakan tamunya Mas Ricky. Ada salah satu tamunya yang sangat ganteng. Sama gantengnya dengan suamiku. Bedanya kalau suamiku kulitnya eksotis tapi kelihatan macho, kalau yang ini putih bersih kaya Lee Min Ho, ahohoho.“Bukan muhrim. Enggak usah kayak gitu mandangnya!” Pak suami mulai cemburu.“Habisnya dia ganteng, Mas. Kayak Lee min Ho,” bisikku.Dia menatapku tajam. Aku meringis. Aduh salah ngomong nih.“Oh ya, Ky. Aku rencana mau balik juga ke kampung,” k

  • Rumah Atmaja   29. Ijab Sah

    Suara berisik di dapur rumah menandakan penghuninya sedang sibuk. Ya, hari ini keadaan di rumahku sibuk sekali. Semua orang nampaknya begitu sibuk.Mama sibuk memberikan instruksi sedangkan Papa menyambut tamu. Bahkan Lala pun sibuk. Iya, sibuk selfi dan pasang segala aktivitas di rumah ke akun sosmednya.Lalu aku? Aku sedang duduk cantik menikmati elusan terampil si ahli henna pada kedua telapak tangan. Ya, besok aku akan menikah. Akhirnya jodohku fixed ketemu di usiaku yang genap ke-26 sebulan yang lalu.Ternyata jodoh memang seunik itu. Aku dan Mas Ricky. Uhuk... Setelah kejadian di pantai beberapa bulan yang lalu dimana tanpa sadar aku memanggilnya 'Mas' jadinya keterusan hingga sekarang.Kalau diingat-ingat konyol sekali. Aku mengenalnya saat usia 15 tahun, pacaran diusia 17 tahun lalu putus setelah 3 tahun pacaran gara-gara kesalah pahaman yang disengaja. Iya disengaja oleh Mutia. Sebel aku kalau ingat sama dia. T

  • Rumah Atmaja   28. Birunya Cinta

    “Uh, seger banget anginnya ya, Ly?”“Heem,” ucapku sambil sesekali mencium pipinya gemas.“Wah, kamu kayaknya seneng banget, Ly? pakai acara cium-cium juga,”“Hehe, habis dianya lucu. Pipinya gembul lagi,”“Ya iyalah, anak aku gitu. Ya kan, Aurora?” Resa mencubit gemas putrinya yang sudah berusia delapan bulan.Saat ini kami sedang menikmati semilir angin di Jetis. Pulang sekolah, aku langsung menuju ke Jetis. Sebelumnya aku ke rumah Resa untuk meminjam bajunya. Malas soalnya kalau harus pakai seragam keki ke pantai.“Noh, lihat,” bisik Resa.“Apa?” Aku pun ikut berbisik.“Ada orang yang kesel rupanya. Kayak pengin nyemprot orang,”“Iya. Kamu yang bakalan disemprot,” Kami terkikik.Aku sesekali melirik Ricky yang memilih duduk sangat jauh dari kami berdua. Jangan lupakan muka kesalnya. Ya. Akhi

  • Rumah Atmaja   27. Elektron Cinta

    Saat ini aku sedang berkutat di dapur, mencoba membersihkan cumi-cumi dari tintanya. Setiap libur, aku sering bereksperimen. Mencoba memasak hal yang aneh-aneh dan agak rumit. Minggu kemarin aku mencoba memasak rica-rica ayam, kali ini aku mencoba memasak cumi saus tiram. Mama sudah tahu kebiasaanku ini.“Nah, gitu. Wanita mau punya jabatan apapun tetep harus bisa masak. Biar suaminya betah,” Mama selalu ngomong begitu, tapi tidak berlaku untuk Lala, karena itu anak selalu punya argumen.Sambil memasak, aku berdendang lagu Caka milik Novi Ayla. Oh, jangan lupakan gerakan seluruh badan, goyang sana-goyang sini. Aseeekkkk. Mama sering menegurku. Katanya ora ilok atau pamali masak sambil nyanyi tapi tak kugubris.Aku pun mematikan kompor setelah yakin rasa masakanku sudah pas, sip. Tinggal eksekusi dan minta saran dari sang koki utama yaitu Mama. Aku pun memasukkan hasil masakanku ke dalam mangkok, berbalik badan dan tara ....

DMCA.com Protection Status