Hari yang di nantikan Jihan dan Adrian semakin dekat. Undangan sudah tersebar, persiapan sudah mencapai sembilan puluh lima persen. Jihan dan Ki Darma sudah berada di Jakarta menginap di sebuah hotel bintang 7 dan nantinya di ballroom hotel tersebut di adakan acara pertunangan. Sementara itu, Hanggoro dan Atik merasa sedih, sekaligus bahagia, akhirnya Clara {Jihan} dan Adrian bertunangan, tapi mereka sedih karena tidak bisa hadir. Hanggoro dan Atik bersepakat untuk nenunggu Clara sampai sembuh dari amnesia, biarlah Clara yang datang menemui mereka. Sementara itu Jihan dan Adrian sibuk mempersiapkan pertunangan yang akan di selenggarakan sangat mewah, tamu undangan yang kebanyakan klien dan patner kerja akan menghadiri pertunangan mereka, apalagi melibatkan kedua perusahaan besar, pasti acara akan sangat meriah. “Jihan, apa kamu sudah bilang sama EO nya untuk dekorasi memakai bunga tulip warna putih,” ucap Adrian. “Sudah, bahkan aku memesan sendiri di beberapa toko bunga, aku ingin
Setelah mendengar percakapan antara Jihan dan Adrian, Bram masuk ke dalam kamar, membuat Jihan dan Adrian terkejut. “Kamu bukan Jihan, tapi Clara,” seru Bram dengan nada tinggi. Hal itu membuat Adrian marah, lalu berdiri dan mendekati Bram dengan tatapan tajam. “Jangan ikut campur masalah ini, Jihan ataupun Clara, sudah tidak ada hubungannya denganmu!” bentak Adrian, kedua tangannya mengepal ingin rasanya dia meninju wajah Bram. “Kurang ajar kamu, Adrian,”balas Bram, Sambil melayangkan pukulan ke arah Adrian, dengan sigap Adrian menghindar, dan membalas pukulan. Mereka pun terlibat baku hantam, saling pukul dan saling tinju. Sementara Jihan yang bingung dengan perkataan Bram, hanya bisa menjerit ketakutan melihat dua pria di hadapannya saling pukul dengan brutalnya. “Hentikan, tolong Adrian, Pak Bram berhenti!” teriak Jihan. Jihan pun memberanikan diri mendekati mereka, dengan maksud untuk memisahkan perkelahian, tapi naas, tanpa sengaja pukulan Bram mengenai kepala Jihan, dan m
Setelah kejadian di kamar hotel, saat malam pertunangan Clara dengan Adrian, membuat Clara mengingat masa lalunya, semalam dirawat di rumah sakit dan ketika sadar Clara mengingat sebagian dari masa lalunya. Clara mengingat namanya, mengingat pernikahannya dengan Bramastio selama 6 bulan, Clara juga megingat semua keluarga Bram. Pagi itu setelah Ki Darma mengunjunginya di rumah sakit, Clara sendirian. Tiba-tiba Bram datang, ia ada dihadapan Clara, sungguh Clara tidak percaya semua ini terjadi setelah hatinya jatuh cinta pada Adrian, kini Clara dihadapkan pada Bram, walaupun mereka sudah bercerai tapi sisa-sisa kisah cinta masih tinggal di dalam hati. Clara masih bingung, ingatanya hanya kembali sebagian, ia mengingat pernikahannya dengan Bram selama enam bulan, Clara mengingat dengan jelas pernikahan yang bahagia penuh dengan cinta, tapi yang ia bingungkan, kenapa dirinya harus bercerai, pertanyaan itu, berusaha di ingatnya kembali tapi sia-sia. “Pagi, Clara,” sapa Bram pada
Setelah ada kesepakatan, Bram dan Clara menikah lagi, maka persiapan pernikahan pun dilaksanakan, Elin tersenyum puas, keinginannya untuk mempunyai menantu sederajatpun sebentar lagi akan terwujud, Ki Darma sudah menyetujuinya, tapi karena masalah kesehatan yang sedang menurun, Ki Darma tidak bisa menghadiri pernikahan Clara dan Bram. Lagi pula pernikahan dilaksanakan secara sederhana, hanya kerabat dan tetangga yang menghadirinya. Pagi itu segala persiapan sudah dilakukan, acara pernikahan dilaksanakan di kediaman Bram, rumah sudah di dekorasi dengan indahnya, bunga-bunga sudah menghiasi seluruh sudut rumah. “Mamah yakin mau menikahkan Clara dengan Kak Bram,” bisik Dinda kepada Elin. “Yakin, Clara itu, sekarang pewaris tunggal dari Ki Darma pemilik perkebunan Agro Darma Group,” jawab Elin pelan sambil tersenyum puas. “Lalu, bagaimana dengan Hanggoro, mantan narapidana itu?” sela Dinda, menatap Elin ragu. “Halah Clara saja tidak mengingatnya, dan mudah–mudahan seperti itu selaman
Sementara itu di lain tempat yaitu food court, Hanggoro dan Atik serta Adrian sedang duduk bertiga, wajah mereka tampak sedih dan murung. Apalagi Atik, sesekali ia mengusap air matanya yang terus saja mengalir tanpa bisa di hentikan. Beberapa kali ia mengambil tissu dan mengusapnya. Sedangkan Adrian hanya termenung, kedua tangannya memegang kepalanya, sesekali desahan terdengar, ada rasa kecewa yang menyayat hati, sementara Hanggoro hanya diam tak bersuara. “Adrian, kenapa kamu tidak berusaha membujuk Clara, supaya jangan menikah lagi dengan Bram,” ucap Bi Atik kesal. “Bi, Clara itu wanita dewasa punya keinginan dan perasaan, bukan anak kecil yang bisa di bujuk, rasa sayangnya pada Jose, yang membuat dia mengambil keputusan ini,” jawab Adrian. “Aku nggak rela, Clara bersama Bram lagi. Keluarga Bram telah banyak menyakiti kita,” gerutu Atik. “Sudahlah, kita tidak bisa berbuat apa-apa, aku berdoa semoga pernikahan Clara dan Bram batal,” ucap Hanggoro lirih. Sementara itu di dalam t
Jose sudah bersama dengan Clara dan Adrian lagi, malam itu di rumah Hanggoro semuanya berkumpul, dan mengadakan pesta sederhana untuk menyambut kembalinya Clara dan Jose. Tapi Clara sedikit murung, ia teringat dengan Ki Darma yang sendirian, tanpa keluarga. Bagaimana pun Ki Darma adalah kakeknya, walau beberapa bulan ini berusaha menjauhkan dirinya dengan Hanggoro, tapi Clara mengerti dengan maksud kakeknya itu, dan ia berniat mempertemukan Ayahnya dan Kakeknya. Clara memberanikan diri untuk berbicara dengan ayahnya. “Ayah, sebentar lagi Clara menikah, aku ingin sekali, Ayah berbaikan dengan Ki Darma,” ucap Clara dengan hat –hati. “Sebenarnya, Ayah sudah melupakan semua penghinaan yang dilakukan Ki Darma di masa lalu, tapi Ayah tidak yakin, kalau Ki Darma sudah memaafkan Ayah, apalagi Nilam sudah tiada,” jawab Hanggoro matanya nanar setiap kali mengenang masa lalu. Nilam, wanita yang sangat di cintainya itu harus pergi selama-lamanya, bahkan Hanggoro belum bisa membahagiakannya itu
Bramastio keluar dari penjara setelah menjalani masa tahan selama 3 bulan. Hatinya bukan hanya patah, karena Clara tidak lagi mencintainya, tapi juga ia sakit hati harus menerima kenyataan bahwa Clara lebih memilih bersama Adrian. Bramastio, melangkahkan kaki menuju ruang kerjanya. Raut mukanya terlihat kesal, dan memendam amarah. “Lina, cepat kumpulkan semua staff devisi untuk datang di ruang rapat!” perintah Bram pada sekretarisnya. “Baik, Pak,” jawab Lina. Lalu bergegas melaksanakan perintah Bram untuk mengumpulkan semua staff divisi di ruang rapat. Setelah semuanya terkumpul, Bramastio, CEO Swalayan Himawan Group meminpin rapat. “Aku ingin, mulai saat ini, kita memutuskan kerjasama dengan PT. Agro Darma Group,” kata Bram dengan tegas, raut mukanya terlihat menegang. Semua staff, juga terlihat terkejut, pasalnya kerjasama antara Swalayan Himawan dan Agro Darma sudah terjalin belasan tahun, hampir 100 persen suplay buah-buahnan di kirim dari Agro Darma. “Maaf Pak, sebaiknya k
“Bram, kamu keterlaluan, jangan libatkan Agro Darma, dengan masalah kita. Kamu tahu, aku sudah tidak lagi menjadi CEO Agro Darma Group, jadi jangan bawa Agro Darma Group dalam masalah pribadi kita!” bentak Clara, menahan amarah. “Aku sudah memutuskannya, dan hanya kamu yang dapat membatalkan keputusanku. Menikahlah denganku,” ujar Bramastio, dengan tangan menggenggam tangan Clara. Dengan cepat Clara menarik genggaman tangan Bram. ”Lepaskan!” bentak Clara. “Clara, kamu masih mencintailku ‘kan?” sela Bram. “Tidak, cintaku padamu sudah menghilang.” “Tapi aku masih mencintaimu.” “Hemmm cinta. Cinta seperti apa? Yang kamu tawarkan, cinta yang mudah rapuh, cinta yang mudah dikalahkan, cinta yang hancur dikala badai menerjang. Aku tidak butuh cinta seperti itu,” tukas Clara dengan tegas. “Clara, maafkan aku, beri aku kesempatan untuk membuktikan cintaku,” sela Bram. “Terlambat, cintaku padamu telah menghilang, ketika kamu meninggalkan aku dalam keadaan hamil, sekarang ada Adrian yan