Beranda / Romansa / Rindu Yang Terpendam / Rindu Yang Terpendam Episode Sembilan

Share

Rindu Yang Terpendam Episode Sembilan

Penulis: Bilqis Sahara
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-27 12:31:42

PoV Evan Part 1

Evan Saputra Herlambang. Anak tunggal dari pasangan Airlangga Herlambang dan Lisa Suliswati. Terlahir dari keluarga yang berada membuat hidupnya hampir di katakan sempurna. Menjadi salah satu pemain basket terbaik dengan postur tubuh tinggi dan kulit putih membuat banyak gadis yang antri ingin mendapatkan hatinya. Tapi sayang ia berbeda dari pria lain. Baginya cinta adalah ibadah, kenapa ia mengatakan demikian karena ia sangat menghormati bundanya, menyakiti perempuan sama halnya ia menyakiti hati bundanya, itu sebabnya jika ia memiliki kekasih ia tak pernah melirik gadis lain apalagi sampai mendekatinya. Berawal dari kedatangan siswa pindahan di sekolahnya yang sama-sama kelas sepuluh tapi mereka berbeda kelas, Evan sepuluh satu sedangkan siswi pindahan itu sepuluh 2 di situlah kisah cintanya di mulai.

"Hay, boleh kenalan?." Ucapnya tersenyum manis sambil mengulurkan tangannya. 

Gadis di depannya itu pun segera meraih tangan Evan sambil tersenyum hingga memperlihatkan kedua lesung pipinya.

"Evan Saputra Herlambang."

"Aku Kirana Amelia, panggil saja Kirana."

Dari perkenalan itulah timbul benih-benih cinta di antara mereka. Hari-hari mereka lewati dengan bahagia, hingga saat penaikan kelas sebelas Evan dikejutkan dengan pernyataan teman sekelasnya.

"Van, kamu masih jalan nggak dengan Kirana?". Tanya salah satu teman sekelasnya.

"Iya, memangnya kenapa?." Evan pun terlihat bingung.

"Kemarin saat aku dan Siska jalan ke mall, kami melihat Kirana jalan dengan cowok lain mereka terlihat sangat mesra"

"Hahahaha mungkin kalian salah lihat kali?."ucapnya sambil tertawa. 

"Ya sudah kalau tidak percaya."ucap kedua temannya sambil memanyunkan bibirnya.

Evan memang tak mudah percaya pada perkataan orang lain kecuali ia menyaksikannya sendiri. Ia tak mau hubungannya hancur hanya karena kesalah pahaman.

"Sayang, besok ke rumah yuk bunda pengen kenalan katanya." Ucap Evan ketika sedang bersama Kirana di taman.

"Hhhmmm besok ya?."

"Iya kenapa, ngga bisa ya?."wajah Evan kini murung.

"Bisa dong, masa nggak."

Mereka pun akhirnya tertawa bersama. Keesokan harinya, Evan menghubungi Kirana untuk memastikan bahwa ia akan datang ke rumahnya hari ini.

"Semoga saja bunda dan Kirana cocok agar kami bisa selalu bersama. Ia sangat mencintai gadis itu bahkan ia sudah berencana akan melamarnya jika kelak ia telah sukses.

"Halo sayang, hari ini kamu jadikan datang ke rumah ? Bunda udah masak loh untuk menyambut kedatangan kamu."

Pemilik suara di seberang sana pun hanya terdiam lalu beberapa detik kemudian ia kembali berbicara.

"Maaf ya hari ini aku tidak bisa datang, aku lagi sakit."

Evan yang mendengarnya seketika panik, orang yang ia sayangi ternyata sedang sakit "Tidak apa kok sayang, kan masih bisa lain waktu, nanti aku sampaikan ke bunda kalau hari ini kamu tidak jadi datang, aku kesitu ya jengukin kamu, mau di bawain apa?."

"Makasih sayang tapi nggak usah, kamu jangan kesini ya, rumahku sedang kosong tidak enak dengan tetangga jika kita hanya berdua dalam rumah."

Ada rasa kecewa yang muncul di hati Evan, batinnya mengatakan jika Kirana sudah mulai berubah. "Ya sudah sayang kalau begitu, kamu istirahat saja ya, semoga lekas sembuh." Ia pun memutuskan sambungan teleponnya.

"Van bagaimana, Kirana jadi datang kan? Semuanya sudah bunda persiapkan sesuai dengan keinginan kamu." Ucap bundanya bersemangat.

"Maafkan Evan sudah merepotkan bunda, Kirana hari ini tidak jadi datang ia sedang sakit."

Ada rasa kecewa di hati bunda terpancar jelas dari raut wajahnya. Ia yang awalnya ceria seketika berubah murung saat mendengar pernyataan anaknya. Bagaimana tidak, ia ingin sekali bertemu dengan gadis yang membuat anaknya selalu bahagia setiap hari. Tapi apa mau di kata gadis itu sedang sakit.

"Ya sudah tidak apa sayang." Kembali wanita paruh baya itu menampakkan senyumannya berharap agar anaknya tak merasa bersalah lagi karena telah mengecewakannya."

Ting...

Satu pesan singkat yang masuk di ponsel Evan, pesan itu dari sahabatnya, Vano. "Bro, hari ini ada kerjaan nggak? Kalau nggak ada, temenin aku ke cafe, ada cewek nih yang mau ngajak ketemuan kan kamu tau sendiri aku tak punya modal."

Ya begitulah Vano selalu ingin terlihat keren tapi ia tak mempunyai modal. Evan pun tak mempermasalahkannya baginya sahabat sama pentingnya dengan keluarga karena sedari kecil Vano selalu menemaninya bahkan saat keluarganya hampir bangkrut.

"Oke jam berapa?" Evan pun memutar haluan. Yang tadinya menunggu kedatangan Kinara tapi tidak jadi datang karena sedang sakit, Evan pun memutuskan untuk menemani Vano ke cafe. "Hitung-hitung cari hiburan."batinnya.

15.30 sesuai perjanjian ia menemui Vano di cafe dan benar saja pria itu sudah datang lebih awal. Berhubung cewek yang mereka tunggu belum datang, Vano pun menjalankan aksinya.

"Bro, bagi duit dong?" ucapnya sambil cengengesan.

Seketika itu juga Evan mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah dari dompetnya. Ia memang sudah mempersiapkannya dari rumah karena ia hafal betul watak sahabatnya itu.

Ketika gadis yang mereka tunggu telah datang, betapa bahagianya Vano ternyata gadis itu sesuai dengan tipenya.

"Cantik juga, tapi lebih cantik Kirana." Batinnya.

Ia segera membuang jauh-jauh fikiran salahnya itu. Saat sedang makan bersama tiba-tiba saja ada suara yang tidak asing baginya.

"Yeeee selamat ulang tahun ya sayang."

Suara itu berasal dari sudut ruangan. Segera ia mengarahkan pandangannya kesana dan ternyata benar suara itu milik Kirana. Darahnya seketika terasa mendidih, gadis yang baru saja mengaku sakit saat menghubunginya ternyata berada di cafe yang sama. Ia sedang merayakan ulang tahun seorang lelaki. Tak terima dengan pengkhianatannya, Evan pun bergegas menuju ke meja gadis tersebut yang tak lain adalah Kirana.

"Hmmmm jadi begini orang yang katanya sakit? Pantas saja tak mau di jengukin."Ucap Evan Emosi.

Kehadiran Evan sontak membuat Kirana kaget ia tak menyangka jika Evan berada di cafe yang sama. 

"E-van?"ucap Kirana gugup.

Kirana pun bergegas berdiri sambil menjelaskannya, namun sayang Evan sudah terlanjur kecewa. Ia tak mau mendengarkan penjelasan Kirana. Kirana yang mulai emosi pun akhirnya mengeluarkan semua unek-unek yang ada di fikirannya.

"Ya memang benar aku telah berselingkuh."

Seketika wajah Evan pun memerah, kedua tangannya ia kepalkan hendak memukul tapi sayang niatnya itu ia urungkan karena ia tak sanggup menyakiti orang yang sangat ia kasihi. Perlahan ia mencoba meredam emosinya.

"Kenapa Kirana? Kenapa kamu tega melakukan ini?" Tanya Evan.

"Maafkan aku Van, tapi inilah kenyataannya, rasaku sudah tak ada lagi untukmu, aku bosan setiap saat hanya bersamamu, aku ingin bebas berteman dengan siapa saja."

"Tapi aku tidak pernah melarangmu berteman dengan siapa saja Kirana."ucapnya kembali geram.

"Memang tak pernah Van, tapi kehadiranmu setiap saat selalu datang menemuiku membuat tak ada celah untuk seseorang mendekatiku."

"Aku lakukan itu karena aku menyayangimu, aku ingin menjagamu Kirana." Tiba-tiba saja ada tetes bening yang jatuh dari sudut mata evan, hatinya kini benar-benar terluka.

"Tapi aku tidak suka itu Van, aku ingin bebas, Aku mau kita putus, aku harap kamu bisa menerimanya." Tanpa mendengar jawaban Evan, Kirana pun berlalu pergi meninggalkannya seorang diri.

Bersambung...

Bab terkait

  • Rindu Yang Terpendam   Rindu Yang Terpendam Episode Sepuluh

    PoV Evan Part 2Berbulan-bulan semenjak kejadian itu, Evan tak pernah lagi menemui Kirana. Ia selalu menghindar ketika gadis itu menampakkan dirinya. Seperti lelaki pada umumnya, Evan terlihat kuat tapi hatinya sangatlah rapuh. Ia sangat mencintai Kirana tapi apalah daya mempertahankan sesuatu yang bukan miliknya lagi ibarat pungguk merindukan rembulan. Setiap hari ia mencari kesibukan berharap kenangan-kenangan indah itu bisa hilang seiring berjalannya waktu. Hatinya benar-benar rapuh hingga setahun kemudian perlahan namun pasti ia bisa move on dari Kirana dan mencoba membuka kembali hatinya untuk cinta.Tanpa di sengaja, hari itu ia berpapasan dengan seorang gadis yang hendak mendaftar di sekolahnya, hatinya tiba-tiba bergetar. Mencoba memberikan senyuman termanisnya tapi sayang gadis itu tak menghiraukannya malah gadis itu meninggalkannya seorang diri "Kamu benar-benar manis berbeda dengan yang lain."batinnya.Semenjak saat itulah ia diam-diam mengikuti

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • Rindu Yang Terpendam   Rindu Yang Terpendam Episode Sebelas

    PoV Evan Part 3Sayang kebersamaan mereka tak bertahan lama. Evan harus melanjutkan pendidikannya di kota. Mereka pun akhirnya LDR. Sebelum berangkat ia meyakinkan pada hatinya jika ia akan kembali lagi demi Zahra. Ia pun berpesan kepada Zahra agar gadis itu menjaga mata dan hatinya.Setelah sampai di kota, Evan selalu menelfon Zahra. Memastikan bahwa kekasihnya itu dalam keadaan baik-baik saja. Bahkan mereka selalu bercanda untuk melepas rasa rindu, hingga tak menghiraukan waktu jika sekarang sudah tengah malam.Satu bulan, dua bulan, hingga tujuh bulan komunikasi mereka masih lancar. Hingga memasuki bulan ke delapan, hubungan mereka di uji. Evan yang ketika itu tengah duduk santai tiba-tiba di kagetkan dengan pernyataan sepupunya yang datang menghampirinya."Van, ini bukannya Zahra ya? Kok bahagia banget dengan lelaki ini." Tanya Sepupunya yang tak lain adalah Ria.Evan pun memastikan perkataan Ria dan ternyata benar gadis yang berada dalam foto

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • Rindu Yang Terpendam   Rindu Yang Terpendam Episode Dua Belas

    PoV Rini Part 1"Rin, aku mau kita putus." Ucap seorang lelaki yang sedang duduk bersama Rini di sebuah taman."Hahaha bercandanya nggak lucu Bram." Rini Hanya tertawa menanggapi pria itu yang tak lain adalah Bramantyo, kekasihnya."Tapi aku serius Rin, aku mau kita putus."Rini yang sedang minum minuman dingin tersedak kaget melihat ekspresi wajah kekasihnya yang benar-benar serius."Tapi kenapa Bram ? Memangnya aku salah apa, sampai kamu mau memutuskan hubungan ini?." Rini pun mulai menangis ia tak bisa lagi membendung air matanya."Kamu tidak salah kok Rin, cuma aku sudah bosan sama kamu." Dengan santainya Bram memberikan pernyataan tanpa memperdulikan perasaan Rini."Kamu gila ya Bram? Setelah apa yang telah aku berikan padamu kamu malah membuang ku begitu saja.""Justru itu Rin karena aku sudah mendapatkan semuanya makanya aku sudah bosan padamu, intinya aku mau kita putus, mulai hari ini kita sudah tidak ada hubungan lagi

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • Rindu Yang Terpendam   Rindu Yang Terpendam Episode Tiga Belas

    PoV Rini Part 2Mengetahui jika Zahra adalah kekasih Evan Rini pun memiliki rencana menggunakan Zahra agar bisa membuat lelaki itu hancur. Tapi sayang ia tak bisa melaksanakan rencananya seorang diri."Berfikir Rini, ayo berfikir." Ucapnya sambil mondar-mandir di dalam kamarnya. Sayang dalam waktu yang cukup lama ia tak bisa menemukan ide. Iapun akhirnya keluar dari kamar hendak mencari angin segar dan ternyata keberuntungan sedang berpihak padanya. Saat sedang berjalan menuju taman kompleks tempat ia tinggal, tidak sengaja ia mendengar percakapan seorang lelaki yang sedang kebingungan mencari biaya persalinan untuk istrinya kelak."Terima kasih Tuhan, ternyata engkau benar-benar menyayangiku sampai-sampai selalu membantuku dalam situasi apapun."batinnya. Ia pun segera mendekati lelaki itu."Hhhhmmm aku bisa kok bantu biaya persalinan isrtimu kalau kamu mau?."Lelaki itu pun segera membalikkan badannya saat mendengar seseorang menawarinya bantuan.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • Rindu Yang Terpendam   Rindu Yang Terpendam Episode Empat Belas

    "Rin, jangan bilang kalau gadis yang di maksud resepsionis hotel itu adalah kamu?" Tanya dr.Rayan menyelidiki.Rini hanya terdiam, ia tak tahu harus bercerita dari mana. Saat hendak menjelaskan tiba-tiba saja ponselnya berdering pertanda ada sebuah panggilan masuk. Sebuah nomor baru, tapi ia tahu nomor itu milik lelaki suruhannya."Ah sial, kenapa dia menelfonku di saat seperti ini?"batinnya. Ia pun bergegas menekan tombol merah namun beberapa detik kemudian nomor itu kembali menghubunginya. Saat sedang memperhatikan layar ponselnya tiba-tiba saja dr.Rayan merebut handphonenya, mengangkat teleponnya dan tak lupa ia pun menloudspeakernya."Halo bos, kapan kamu akan membayar bonusku? Aku sudah menjalankan sesuai dengan perintahmu, tentang wanita tua itu, itu bukan urusanku kan kamu yang mengaturnya agar seseorang datang ke kamar Zahra, jika dalam waktu dekat ini kamu tidak membayarku, ku pastikan rahasiamu akan terbongkar, jadi.... Belum selesai lelaki itu berbica

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • Rindu Yang Terpendam   Rindu Yang Terpendam Episode Lima Belas

    Kedua lelaki itu kini saling bertatapan. Meraka sama-sama bingung karena mengucapkan nama Zahra secara bersamaan."Kamu kenal Zahra ?" Tanya dr.Rayan pada suami Sinta.Lelaki itu hanya terdiam. Ia bingung karena tak tahu bagaimana cara menjelaskan pada dr.Rayan dan istrinya."Mas, kamu kenal sama gadis ini ?" Tiba-tiba saja Sinta menyadarkannya dari lamunannya."Hhhmmm itu.. itu.. Saya kenal maksudnya saya tidak kenal," ucapnya terbata-bata.Membuat dr.Rayan dan istrinya terlihat bingung."Kalau bicara yang jelas dong mas, itu.. itu.. itu apa ?" Ucap Sinta. Kini ia mulai marah karena di buat penasaran oleh suaminya dan berfikir jika ada sesuatu yang di tutupi lelaki itu."Bukan begitu sayang, sebenarnya saya mengenal Zahra dari Rini.""Rini ? Siapa lagi gadis itu mas?".Mendengar nama adiknya di sebut membuat dr.Rayan naik pitam. Iapun segera mendekati lelaki itu dan menarik kerah bajunya."Jangan bilang jik

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • Rindu Yang Terpendam   Rindu Yang Terpendam Episode Enam Belas

    Lelaki itu kini berjalan menuju meja tempat Rini berada. Ia memang selalu mencari tahu keberadaan gadis itu karena sakit hati sebab Rini telah menipunya."Di cari kemana-mana ternyata kamu disini Rin ? Lagi bersenang-senang pula." Ucapnya sambil memegangi pipinya yang masih terasa sakit akibat pukulan keras dari dr.Rayan.Semua mata tertuju pada lelaki itu, terutama Evan dan kedua orang tuanya."Rini, siapa dia ?" ucap Evan menyelidiki."Astaga kenapa dia ada di sini ? Bisa kacau semua rencanaku di buatnya." Batin Rini.Ia benar-benar salah tingkah saat mengetahui jika lelaki yang menghampirinya adalah Arya, lelaki suruhannya untuk menjebak Zahra. Iapun mencoba mencari alasan dengan cara berpura-pura tidak mengenal lelaki itu."Saya tidak kenal sama orang ini Van, mungkin dia salah orang." Ucapnya sambil mengatur nafasnya."Hahahaha... Rini... Rinii." Arya hanya tertawa melihat Rini yang mulai salah tingkah. Iapun mencoba mendekati ga

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • Rindu Yang Terpendam   Rindu Yang Terpendam Episode Tujuh Belas

    Evan kini benar-benar panik, ia menangis sejadi-jadinya sambil memeluk Zahra."Dokter... Dokter... Tolong....!"ucapnya berteriak histeris."Sayang bangun, jangan begini, aku mohon, bangun sayang !" Ia kembali mengguncang tubuh Zahra namun tetap nihil, garis lurus yang berjalan di layar defibrilator tak kunjung berubah.Beberapa menit kemudian, dr.Linda di temani dua suster lainnya masuk ke ruang ICU tempat Zahra di rawat."Dokter tolong, tolong dokter !" ucap Evan memohon pada dr.Linda."Tenang pak, kami akan berusaha sebaik mungkin."Dr.Linda pun segera mengambil alat defibrilator untuk membantu menstabilkan detak jantung Zahra namun sayang berulang kali ia menempelkan alat defibrilator ke dada gadis itu hasilnya tetap sama, garis lurus di layar defibrilator tak kunjung berubah dan pada akhirnya Zahra pun di nyatakan telah tiada."Maaf pak, kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi takdir berkata lain, nona Zahra kini telah tiada,

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27

Bab terbaru

  • Rindu Yang Terpendam   Rindu Yang Terpendam Episode Dua Puluh Enam

    Wanita paruh baya itu segera mengambil handphonenya yang berada di tasnya. Bergegas ia menghubungi putrinya untuk memastikan keberadaannya saat ini. Sudah berapa kali ia menelfonnya namun Rini sama sekali tak menjawabnya. "Ya Allah Rini, Kamu di mana nak ?". Batinnya sambil memegangi dadanya yang terasa sakit. Ia sangat mencemaskan putrinya itu. Bagaimana jika ada seseorang yang menangkapnya lalu menghakimi putrinya ? "Ah tidak-tidak." Segera ia membuang jauh fikirannya itu. Iapun kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas kemudian menuju ke ruangan di mana suaminya di rawat. Fikirannya hari ini benar-benar kacau. Terlalu banyak kejadian yang membuat ia ingin menyerah saja. Belum sampai di tujuan, ponselnya berdering. Sebuah panggilan masuk dari nomor yang ia tunggu-tunggu, yaitu nomor Rini. "Halo sayang, kamu di mana nak?", Ucapnya lembut. Ia tak ingin mengasari anak gadisnya itu karena jika ia melakukannya, resikon

  • Rindu Yang Terpendam   Rindu Yang Terpendam Episode Dua Puluh Lima

    "Hay !" Ucap Rini sambil tersenyum manis.Evan yang berada di posisi depan pun sontak terhempas ke belakang karena kaget. Begitu pun dengan bundanya dan Zahra. Segera ia memegang erat tangan Zahra dan meraih tangan bundanya lalu mereka pun mundur perlahan."Tetap tenang, aku tidak akan membiarkan siapapun menyakiti kalian." Ucap Evan menenangkan dua wanita yang berada di belakangnya, meskipun ia sendiri merasa takut. Namun ia tak mau memperlihatkan ketakutannya pada dua wanita yang sangat ia sayangi itu."Ups, maaf ya kalau sudah membuat kalian kaget." Ucap Rini santai."Mau apa kamu Rin ? Apa selama ini kamu tidak puas menyakiti Zahra ?" Tanya Evan tanpa basa-basi."Santai dong sayang, jangan marah-marah dulu, kita ini kan baru bertemu lagi, apa kamu tidak merindukanku ?" Ucap Rini sambil mendekati Evan.Perlahan ia meraba wajah Evan dengan pisau yang ia bawa kemudian ia mencium bibir Evan dengan lembut berharap Zahra akan marah melih

  • Rindu Yang Terpendam   Rindu Yang Terpendam Episode Dua Puluh Empat

    Sesampainya di parkiran Rini bergegas memperbaiki posisi mobilnya lalu kembali duduk di kursi samping pengemudi, takut jika mamanya curiga jika melihatnya."Untung saja mama belum datang, hhmm ternyata begini rasanya jika kita berhasil melakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain, rasanya sangat menyenangkan hahaha." Ucap Rini sambil tertawa puas."Rini !" Panggil mamanya dari samping mobilnya."Mama, sejak kapan mama berada di situ ?" Tanya Rini panik, ia takut jika mamanya mendengar ucapannya barusan."Baru saja sayang, kamu kenapa, kok wajahnya ceria sekali ?" Tanya wanita paruh baya itu penasaran."Hhmm tidak apa-apa kok mah, Rini cuma senang saja akhirnya bisa keluar dari rumah sakit dan tinggal bareng mama lagi." Ucap Rini beralasan."Oh gitu sayang, ya sudah ayo kita pulang, kamu harus banyak istirahat." Ucap mamanya sambil duduk di kursi kemudi. Kali ini wanita paruh baya itu yang membawa mobil karena keadaan Rini belum terlalu puli

  • Rindu Yang Terpendam   Rindu Yang Terpendam Episode Dua Puluh Tiga

    Rini tampak tenang berada di pelukan mamanya. Hanya wanita paruh baya itu yang mengerti akan dirinya. Meskipun sekarang ia bagaikan singa yang kelaparan tapi ia tetap tenang ketika bersama dengan mamanya agar wanita paruh baya itu tidak merasa takut saat dekat dengannya."Ma, maafkan Rini ya, selama ini Rini telah menyusahkan mama." Ucap Rini lembut. Hati kecilnya bergetar melihat mamanya yang begitu tegar. Kali ini ia benar-benar tulus meminta maaf pada mamanya karena ia baru tahu jika yang di alami mamanya sama halnya yang ia alami beberapa tahun yang lalu."Tidak apa-apa kok sayang." Ucap wanita paruh baya itu sambil menahan air matanya."Setelah ini kita mau kemana mah ? Apa kita akan kembali ke rumah lagi, Rini tidak mau tinggal serumah dengan papa." Ucap Rini tegas.Dari awal wanita paruh baya itu memang sudah menduga, jika akhirnya Rini akan membenci papanya setelah ia tahu semuanya. Namun apa mau dikata, nasi telah menjadi bubur, semua telah terja

  • Rindu Yang Terpendam   Rindu Yang Terpendam Episode Dua Puluh Dua

    Hampir satu jam dr.Linda menunggu dr.Rayan sadar dan akhirnya lelaki yang ada di depannya itu mulai membuka matanya perlahan. Memegang kepalanya yang terasa sakit kemudian mengarahkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Dr.Linda yang melihatnya pun merasa senang."Dokter, kamu sudah bangun ?" Tanya dr.Linda pelan sambil tersenyum.Bukannya menjawab pertanyaan dr.Linda, dr.Rayan malah bertanya kembali karena ia bingung kenapa tiba-tiba ia berada di ruangan dr.Linda."Dr.Linda, kenapa aku bisa ada di ruanganmu ?" Tanya dr.Rayan sambil mencoba duduk.Segera dr.Linda membantunya untuk duduk dan menjelaskan apa penyebabnya sehingga ia bisa berada di ruangannya."Terima kasih dr.Linda, kamu memang sahabatku yang paling baik, semalam aku sudah tidak bisa lagi mengendalikan diriku hingga mengkonsumsi berbagai macam obat." Ucap dr.Rayan sambil menundukkan kepalanya.Ada rasa nyeri di hati dr.Linda saat mendengar ucapan lelaki yang berada di depannya.

  • Rindu Yang Terpendam   Rindu Yang Terpendam Episode Dua Puluh Satu

    Hampir semalaman Evan tak bisa memejamkan matanya. Ia selalu kepikiran dengan kejadian tadi."Bodohnya aku, aarrhh... Maafkan aku Ra, aku hampir saja menghancurkan masa depanmu." Batin Evan sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.Segera ia berbaring kembali di sofa, memejamkan matanya namun hasilnya tetap nihil, ia tak bisa terlelap hingga pukul lima pagi. Setelah itu barulah ia bisa memejamkan matanya namun baru sebentar ia tertidur tiba-tiba ia terbangun kembali saat mendengar ponselnya berdering berulang kali. Sebuah panggilan masuk dari bundanya."Assalamualaikum bunda." Ucapnya Evan sopan."Wa'alaikum salam sayang, bagaimana kabar kalian, apa kalian baik-baik saja ?" Tanya bundanya."Alhamdulillah kami baik bund, cuma...Evan tak melanjutkan kata-katanya, ia takut jika bundanya mengetahui kejadian semalam ia pasti akan sangat kecewa karena dari dulu wanita paruh baya itu selalu mewanti-wanti anaknya agar ia tidak melakukan hal yang belu

  • Rindu Yang Terpendam   Rindu Yang Terpendam Episode Dua Puluh

    Seketika Zahra menundukkan kepalanya lalu memegang kembali tangan Evan dengan erat."Maaf kak Rayan tapi aku tidak bisa membalas perasaanmu, aku hanya mengganggapmu sebagai seorang kakak tidak lebih, kamu kakak terbaik yang aku punya, jangan rusak tali persaudaraan kita dengan cinta, aku tak mau jika suatu saat nanti hubungan cinta itu bermasalah kamu akan meninggalkanku atau bahkan membenciku, aku tidak mau kehilangan kamu kak." Ucap Zahra memberi pengertian pada dr.Rayan. Ia berharap semoga saja setelah ini hubungan mereka tidak renggang.Namun saat mendengar pernyataan Zahra, dr.Rayan hanya terdiam. Ada luka perih di hatinya mendengar gadis yang sangat ia cintai menolaknya di depan keluarganya. Tanpa sepatah kata iapun pergi meninggalkan ruangan Zahra dengan perasaan yang sangat kecewa."Kamu.. kamu benar-benar gadis tidak tahu diri." Ucap lelaki paruh baya itu dengan emosi sambil menunjuk-nunjuk ke wajah Zahra.Selepas kepergian dr.Rayan dan papanya,

  • Rindu Yang Terpendam   Rindu Yang Terpendam Episode Sembilan Belas

    Seketika suasana di ruangan Zahra menjadi tegang saat dr.Linda melihat kondisi Rini."Sus, tolong panggil perawat yang lain dan ambil brankar untuk membawa gadis ini ke UGD." Perintah dr.Linda pada salah satu perawat yang berada di dekatnya.Dr.Linda sangat panik, ia takut terjadi sesuatu yang tak diinginkan pada Rini. Ia tahu betul jika gadis yang berada di depannya itu adalah adik dari dr.Rayan, lelaki yang selama ini ia sukai namun sampai detik ini lelaki itu masih menganggapnya hanya sebatas rekan kerja, tak lebih."Baik dok." Ucap salah satu perawat sambil berlalu.Beberapa menit kemudian perawat wanita yang tadinya pergi kini kembali bersama dua perawat lelaki lainnya. Kedua perawat lelaki itu pun mengangkat Rini ke brankar lalu membawanya ke UGD. Ketika sampai di UGD segera dr.Linda melakukan tindakan.Sementara di ruangan Zahra, gadis itu menangis ketakutan. Ia trauma akan serangan Rini barusan namun meskipun begitu ia tid

  • Rindu Yang Terpendam   Rindu Yang Terpendam Episode Delapan Belas

    Dr.Rayan hanya berdiri terpaku di dekat pintu. Ia tidak pernah menyangka jika dirinya akan menyaksikan pemandangan yang membuat hatinya terluka. Niat hati ingin menjadi orang yang pertama membuat Zahra bahagia ketika gadis itu sudah sadar, tetapi karena tugas di lain rumah sakit akhirnya ia meninggalkannya tapi dengan pantauan rekan kerjanya, dr.Linda.Saat gadis itu sadar dr.Linda mengabarinya, tapi ia lupa memberi tahu jika ada seorang lelaki yang selalu menemani Zahra ketika ia tugas di rumah sakit lain.Dengan perasaan yang bahagia dr.Rayan pun menuju rumah sakit HARAPAN BUNDA tempat ia bekerja ketika tugasnya selesai di rumah sakit lain. Tak lupa ia membawa buah-buahan dan seikat mawar merah untuk Zahra. Ia berniat untuk mengungkapkan perasaannya pada gadis itu. Namun sayang harapan tinggallah harapan, saat ia melihat seorang lelaki tengah bersama Zahra. Mereka bahagia sangat bahagia bahkan ia tak pernah melihat Zahra sebahagia itu.Tulang-tulangnya terasa

DMCA.com Protection Status