"Ibu, apa ini?" tanya Syena yang bingung."Syena, aku sudah pernah memberitahumu supaya nggak bohong sama aku, 'kan?" Liane bertanya dan menatap Syena dengan tenang.Kalau tidak ada informasi ini, Liane masih memilih memercayai Syena.Tapi sekarang, Liane sangat ragu apa dia sudah mendidik Syena dengan baik.Melihat ekspresi Liane yang begitu serius, Syena pun memeriksa berkas yang di lemparkan Liane padanya. Begitu Syena membacanya, tubuhnya langsung terasa lemas dan hampir jatuh ke lantai."Bu, ini semua ...."Liane langsung menyela Syena, dia tidak ingin Syena lanjut berbohong."Katakan yang sebenarnya dan jangan bohong lagi. Kamu pasti tahu cara mainku, 'kan? Aku hanya perlu nyuruh orang buat mengkonfirmasi informasi ini."Pertahanan Syena runtuh, tubuhnya lunglai dan ambruk ke lantai."Bu, maaf ... Aku sudah salah."Melihat Syena mengaku begitu cepat, Liane merasa kecewa."Jadi kamu sudah lama tahu kalau Treya itu ibu kandungmu?"Syena langsung menggeleng, "Aku baru tahu awal tahu
Energi setiap orang itu terbatas, Reina tidak punya waktu mengurusi Christy, jadi dia langsung turun ke bawah untuk sarapan dengan Riki.Setelah sarapan dan mengantar Riki ke sekolah, Reina siap berangkat kerja.Christy langsung menghadangnya."Kak, Kak Max sudah setuju?""Setuju apa?" tanya Reina dengan bingung."Itu lho, 'kan katanya kalau Kak Max setuju, kalian akan kerja di Grup Sunandar?" Christy terdiam sejenak sebelum melanjutkan dengan malu-malu, "Waktu itu Kak Reina juga setuju buat ngajak aku jadi asisten Kak Max."Reina baru ingat, oh soal ini."Kamu langsung tanya aja sama bibimu. Aku nggak kontak Maxime, jadi nggak tahu apa jawabannya."Christy mau komplain rasanya. Masa Reina nggak inisiatif nanya waktu diajak kerja di Grup Sunandar? Sungguh tidak berguna, wanita sepertinya memang pantas jadi ibu rumah tangga saja."Kalau nggak ada urusan lain, aku mau nulis lagu dulu.""Oke."Begitu Reina pergi, Christy langsung menelepon Joanna dan bertanya apa Maxime sudah setuju beker
Jess mengenakan pakaian formal dan terlihat sangat rapi."Nyonya Reina, Nona Christy, silakan lewat sini.""Oke."Jess memimpin jalan, sementara Reina dan Christy mengikuti dari belakang.Begitu Christy masuk, dia terpesona melihat gedung yang begitu megah dan tinggi, lalu mulai menyanjung Jess seperti yang dia lakukan pada orang lain, "Kamu asisten Kak Morgan ya? Cantik banget."Dengan wajah tegasnya, Jess menjawab dengan sopan."Makasih atas pujiannya."Christy orang yang sangat pintar bergaul, jadi tentu dia tidak tersinggung dengan sikap dingin Jess.Christy dengan berani berjalan di sisi Jess dan mengajaknya mengobrol, "Biasanya kamu sibuk banget ya? Kamu bertanggung jawab untuk mengatur jadwal Kak Morgan? Nanti kalau ada kerjaan yang aku nggak bisa, aku tanya-tanya sama kamu ya?"Jess berjalan dengan lembut dan gesit, tiba-tiba menghentikan langkah saat mendengar ucapan Christy. Dia menoleh dan memasang tampang dingin."Nona Christy, kerjaan kita nggak saling berhubungan. Kamu ak
Di dalam kantor CEO.Morgan menatap Reina yang masuk dengan lembut. "Kupikir kamu nggak akan datang.""Aku jadi nggak enak hati. Cuma kerja tiga jam tapi bisa belajar banyak," ucap Reina dengan tulus."Ayo duduk." Morgan langsung mempersilakan Reina.Reina berjalan menuju sofa dan duduk.Morgan secara pribadi menuangkan segelas air untuk Reina. "Nanti kalau ada yang nggak ngerti atau nggak bisa, langsung tanya aku aja ya, kayak kita dulu."Reina mengambil minuman yang dituangkan Morgan dengan malu-malu."Terima kasih."Reina menyesap minumannya, lalu berkata, "Sekarang kamu boleh kasih tahu aku nggak apa kerjaanku?""Boleh dong."Reina dan Morgan asyik mengobrol di dalam kantor CEO. Christy yang menunggu di luar pun mulai merasa bosan.Jess juga meninggalkannya karena harus lanjut kerja.Christy yang tidak punya kegiatan pun hanya bisa berjalan mengelilingi ruangan yang luas, lalu mengirim pesan pada Ekki. "Kak Ekki, aku lagi sama Kak Reina nih di Grup Rajawali. Gila kantornya gede ban
Ekki hanya diam mendengarkan komentar sinis Maxime. Dia tahu bosnya ini cuma asal bicara, tapi tidak berani benar-benar melakukannya.Ekki pun meminta Christy untuk menjaga Reina dengan baik dan memberitahunya jika terjadi sesuatu."Oke," jawab Christy dengan satu kata.Reina sudah paham dengan tugasnya, dia hanya perlu mengikuti Morgan. Kalau ada rapat penting, Reina bisa membuat notulensi dan melakukan pengaturan lainnya.Ketika keluar dari kantor Morgan, dia melihat Christy mengobrol gembira dengan seseorang. Sekilas, Reina melihat nama 'Kak Ekki' di layar ponselnya.Reina ingat, sepertinya hari ini dia akan pergi makan malam dengan Ekki.Benar saja, setelah Reina dan Christy pergi ke kantor di sebelahnya, Christy berkata pada Reina, "Kak Reina, malam ini aku nggak pulang ya, aku ada janji sama sahabatku."Tidak pulang semalaman?Reina jadi terpikir macam-macam dan berkata, "Oke, hati-hati ya.""Jangan khawatir."Setelah itu Christy mulai duduk di kursi kantor, mengoleskan lipstik d
Akhirnya Christy mengenakan pakaiannya sendiri.Tidak lama setelah dia pergi, seorang gadis sampai di depan pintu Vila Magenta.Reina berjalan keluar dan menatap gadis itu. Dia memiliki wajah yang manis dan matanya begitu cerah. Dia adalah tunangan Ekki, Gaby Lathiya.Di mata wanita, tunangan Ekki ini lebih cantik dari Christy."Halo, Nona Gaby." Reina menyapanya.Gaby juga langsung menyadari sosok Reina, dia langsung mengulurkan tangannya ke arahnya, "Anda ... Nyonya Reina?"Sejujurnya, Gaby menjadi sangat tertarik setiap kali mendengar Ekki bercerita tentang Keluarga Sunandar. Tidak disangka hari ini akan tiba di mana dia bisa bertemu dengan para aktor yang sesungguhnya."Ya. Namaku Reina, tapi kamu bisa manggil aku Nana.""Salam kenal, aku Gaby."Gaby tidak rendah diri di depan Reina. Semua 'kan manusia, tidak ada yang lebih mulia dari siapapun.Reina menatap Gaby dengan saksama. Awalnya dia ingin membawa Gaby ke Restoran Romansa untuk melihat kelakuan Ekki. Tapi setelah melihat sos
"Halp, ngapain telepon?" tanya Gaby sambil menahan amarah di hatinya.Suara Ekki di seberang telepon terdengar lembut, "Gaby, malam ini aku harus lembur, mungkin jam 11 baru bisa pulang.""Oh, 'kan kamu sudah ngasih tahu tadi. Ngapain bilang lagi?""Takutnya kamu lupa."Ekki sangat lembut saat berhadapan dengan Gaby, tidak sekaku saat menghadapi orang lain."Oke, hati-hati ya. Jangan sampai tergoda sama wanita nakal di luar sana.""Hahaha, oke, oke! Siap sayang, muah!"Gaby menutup telepon.Baru pertama kali nih Reina mendengar Ekki berbicara semanja itu.Tampaknya Ekki sangat menyukai Gaby, Reina cuma bisa berharap Ekki bisa menjaga dengan tulus perasaan ini dan tidak menjadi pria berengsek."Lihat, masih aja bohongin aku! Sekarang aku mau labrak dia ke Restoran Romansa!""Aku ikut," kata Reina."Oke."Keduanya punya tujuan yang sama, jadi mereka duduk di mobil yang sama menuju Restoran Romansa.Para tamu yang hendak makan di sini harus reservasi lebih dulu dan karena ini adalah resto
Reina dan Gaby berada di ruang privat di samping ruang privat Christy dan Ekki.Untuk menyenangkan Reina, manajer sengaja meletakkan kaca satu sisi di ruangannya.Ekki dan yang lainnya tidak bisa melihat situasi di ruangan Reina, tapi Reina bisa dengan jelas melihat Ekki dan Christy.Entah disengaja atau tidak, yang jelas begitu masuk ke dalam ruang privat Christy langsung melihat taburan mawar di lantai dan meja yang terhias dengan begitu indah. Christy pun langsung merangkul lengan Ekki."Wah Kak Ekki, lihat deh bagus banget 'kan!"Gaby yang berada di seberang Reina, hampir melompat ketika melihat adegan ini."Sialan!"Untung Ekki masih sadar diri dan melepaskan genggaman Christy dari lengannya."Nona Christy, ayo duduk dan makan. Katanya banyak yang mau kamu tanyain ke aku?"Christy menarik kursi dan duduk di sebelah Ekki."Bukannya duduk di seberang, malah duduk di sebelah," gumam Gaby dengan suara rendah.Ekki tidak tahu kalau dia sedang diawasi oleh tunangannya dan Reina. Dia jug
"Nona Reina." Jess memanggilnya terlebih dahulu.Reina mengangguk dan menuntun kedua anaknya berjalan ke arah mereka.Kedua anak itu dengan sopan memanggil mereka, "Om Erik, Tante Jess.""Hmm." Jess tersenyum, menunjukkan senyuman lembut.Erik juga tersenyum. "Kita baru sebentar nggak bertemu, kalian sudah tambah tinggi rupanya."Dulu, ketika berada di luar negeri, Erik pernah bertemu kedua anak ini beberapa kali saat mengikuti Revin. Jadi, dia cukup akrab dengan keduanya.Kedua anak itu juga memiliki cukup akrab dengannya."Om Erik kapan punya anak? Hari ini kami ikut Mama ke rumah sakit dan melihat bayi yang dilahirkan Tante Alana, lucu sekali." Riki bertanya sambil mengedipkan mata.Mendengar kata anak, wajah Erik dan Jess langsung berubah.Namun, semua itu menghilang dengan cepat.Erik terbatuk-batuk dua kali. "Hal semacam ini nggak bisa dipaksakan, nggak boleh buru-buru juga.""Oh." Riki sepertinya mengerti, dia pun mengangguk. "Om Erik dan Tante Jess harus lebih semangat. Setelah
Alana sengaja menggoda Riki. "Riki, kenapa kamu bilang begitu? Aku dan mamamu sudah seperti kakak adik, jadi wajar saja kalau kami jadi mak comblang anak kami sendiri. Bukankah kamu sering melihat itu di drama TV?""Jangan khawatir, kali ini Tante memang belum melahirkan anak perempuan, tapi lain kali Tante baka berusaha lebih keras lagi agar bisa melahirkan anak perempuan yang cantik. Saat itu tiba, aku akan menikahkannya denganmu, ya? Kamu sangat pengertian, pasti kamu akan memperlakukannya dengan baik, bukan?"Riki jauh mudah ditipu ketimbang Riko. Berpikir bahwa Alana berencana akan melahirkan anak perempuan di kemudian hari, dia langsung merasa ngeri."Tante Alana, aku ... mungkin aku nggak akan nikah."Dia ketakutan sampai punya pikiran untuk tidak menikah.Reina menggodanya, "Tapi bukannya kamu pernah bilang kalau Talitha cantik? Katamu, siapa yang bisa nikah sama dia, orang itu pasti sangat bahagia.""Hah? Kamu suka punya seseorang yang kamu suka?" Alana memasang wajah terkejut
Tepatnya, Diego lah yang berutang kepada Reina.Hanya saja, Diego memiliki ayah yang baik. Dulu, Anthony memperlakukan Reina dengan sangat baik, jadi Reina tidak tega menyakiti putra satu-satunya yang dia tinggalkan di dunia ini."Ke depannya terserah dia." Reina berkata dengan lesu....Salju pun mencair dan waktu pun berlalu dengan cepat.Alana melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat menggemaskan.Tuan Besar Jacob hampir jatuh pingsan karena terlalu bahagia setelah melihat cicitnya.Untungnya, dia berada di rumah sakit dan butuh banyak usaha dari staf medis agar bisa menyelamatkannya.Pada saat itulah Jovan menyadari bahwa kakeknya tidak berpura-pura sakit, kesehatannya memang sudah tidak seperti dulu lagi."Kakek, istirahat yang cukup dan jangan terlalu terpancing emosi," kata Jovan sambil duduk di depan ranjang rumah sakit kakeknya.Tuan Besar Jacob melambaikan tangannya. "Aku baik-baik saja, jangan mengkhawatirkanku. Kamu sudah jadi seorang ayah, jadi harus terus menemani Al
Diego bersulang untuk Reina dan Maxime, lalu bersulang untuk seluruh anggota Keluarga Libera.Saat ini, orang-orang Keluarga Libera tidak akan berani mengatakan apa pun, bahkan Nyonya Liz sendiri.Semua orang tahu bahwa uang dan kekuasaan adalah hal yang paling penting dalam masyarakat sekarang.Para tamu memiliki pemikiran mereka sendiri, hanya Sophia yang ingin bersulang untuk para kerabat dan teman-teman Diego.Dia sangat gugup sampai dia tidak sadar bahwa semua orang di pesta ini memiliki pemikiran yang berbeda.Setelah selesai, dia dan Diego mengantar Reina dan Maxime kembali.Reina tidak tahan lagi dan mengatakan, "Antar sampai sini saja. Kamu masih harus mengantar tamu-tamu pebisnismu selagi ada waktu."Sophia merasa aneh, para pebisnis?Bukankah Diego mengatakan kalau mereka semua temannya?Diego terlihat canggung dan mengedipkan mata ke arah Reina, bermaksud memberitahunya untuk tidak berbicara terlalu banyak, takut Sophia akan tahu.Namun, Reina justru melakukannya dengan sen
Nyonya Liz mencoba membuat Reina marah, kemudian membuat tamu yang hadir berpikir bahwa Reina tidak bisa bersikap dewasa karena membuat masalah dengan orang tua.Reina tersenyum lembut. "Bagaimanapun juga, ini masalah hidup dan mati, jadi tentu saja aku harus mengingatnya.""Selain itu, pada saat itu Nona Tia masih muda, tetapi Nyonya Liz dan kedua putranya sudah dewasa. Harusnya kalian tahu mana yang benar dan mana yang salah, bukan?""Tapi saat itu, alih-alih mendidik Nona Tia, kalian malah bilang aku pantas diperlakukan seperti itu. Kalian juga membuatku berdiri di tengah salju yang dan membeku sepanjang malam. Saat itu terjadi, aku baru berusia sepuluh tahun." Reina mengucapkan kata-kata ini dengan kesedihan di dasar matanya.Mendengar ini, mereka yang hadir langsung mengerti mengapa Reina tidak mau mengakui kedua putra dari Keluarga Libera."Mereka melakukan itu sama anak berusia sepuluh tahun! Nggak manusiawi sekali!""Wah, Keluarga Libera bisa sukses juga karena mengandalkan Kel
Ketika Reina hanyalah putri yang tidak menonjol di Keluarga Andara, kedua om-nya ini bukan hanya memperlakukannya dengan buruk, tetapi juga membiarkan putri mereka menggertaknya.Sekarang, dia telah menjadi pewaris Keluarga Yinandar, kaya dan berkuasa, mereka malah menyanjungnya. Lucu sekali.Reina tidak akan melakukan apa yang mereka inginkan dan tidak segan dengan mereka."Om? Apa kalian nggak salah? Ibuku nggak punya saudara kandung."Satu kalimat ini membuat wajah kedua anak laki-laki Keluarga Libera memerah dan terlihat sedikit kikuk.Mereka yang awalnya mengira bahwa keduanya adalah om Reina pun kelu."Ternyata rumit juga hubungan keluarga mereka. Pantas saja, aku nggak pernah dengar kalau Keluarga Yinandar punya dua anak laki-laki, karena mereka hanya punya satu anak laki-laki.""Keluarga Yinandar memang hanya punya satu anak laki-laki, tapi itu hanya anak angkat. Aku nggak tahu kesalahan apa yang dia lakukan sampai dipenjara di usia muda.""Kalau begitu, dua orang dari Keluarga
Diego membawa Sophia mendekati Reina dan Maxime, melewati Tia dan Nyonya Liz tanpa menyapa mereka berdua.Nyonya Liz mengerutkan kening tidak senang. Namun, Diego adalah cucu kesayangannya, jadi dia tidak bisa marah kepadanya.Reina mengangguk pada Diego."Hmm."Diego berkata, "Ayo, aku akan membawa kalian masuk.""Nggak perlu. Kamu dan Sophia bisa bawa nenekmu masuk. Aku dan Maxime bisa sendiri," kata Reina.Mana mungkin Reina tidak memahami apa yang ada di dalam pikiran Diego?Dia ingin membawanya dan Maxime masuk hanya ingin menunjukkan wajahnya kepada para pengusaha kaya itu.Diego sedikit canggung saat mendengar ini. Sekarang, dia baru menyadari keberadaan neneknya dan Tia."Kak, Nenek, kalian juga sudah datang? Ayo masuk," katanya.Nyonya Liz mengangguk. "Ya, ayo masuk."Mereka berjalan bersama ke dalam hotel.Diego dengan penuh perhatian berdiri di samping Reina dan Maxime, sementara Sophia menemani Nyonya Liz dan Tia."Kak, aku senang kalian bisa datang hari ini." Diego berkata
Lusa pun tiba.Reina dan Maxime menghadiri pernikahan Diego seperti yang telah dijanjikan.Reina mengira tidak banyak orang di dalam hotel, tetapi ketika sampai di pintu masuk, dia melihat beberapa pengusaha kaya juga datang.Reina bertanya-tanya, "Kenapa tamunya banyak sekali? Apa ada orang lain yang juga lagi melangsungkan pernikahan?"Begitu dia dan Maxime turun dari mobil, manajer hotel langsung menyambut mereka."Nyonya Reina, Tuan Maxime, kalian benar-benar datang?""Apa maksudnya?" tanya Reina sambil mengerutkan kening."Oh, Tuan Diego bilang akan menikah, Nyonya dan Tuan Maxime akan datang. Jadi, saya datang untuk menyambut kedatangan kalian." Manajer mengulurkan tangannya. "Kalian bisa lihat-lihat, kalau ada yang kurang, kalian bisa memberitahu saya."Mendengar manajer mengatakan ini, apa yang tidak bisa dimengerti oleh Reina?Rasanya seperti Diego memanfaatkannya dan Maxime sebagai alat untuk berteman dengan orang kaya dan terkenal."Sekarang aku tahu kenapa dia juga memintam
"Apa orang tua Hanna tahu tentang hal ini?" Maxime bertanya lagi."Pasti nggak tahu," jawab Reina.Mendengar itu, Maxime terdiam selama beberapa saat, lalu melanjutkan, "Jangan ikut campur sama masalah ini."Dia tahu bahwa orang tua Hanna mendesak Hanna untuk segera menikah. Namun mereka tidak akan menerima anak yatim piatu sebagai menantu mereka."Ya, aku mengerti."Reina dan Hanna hanyalah teman biasa, jadi Reina juga tidak akan ikut campur.Dia tidak bisa tidur lagi, jadi memutuskan untuk bangun.Maxime memeluknya dan tidak mau melepaskannya. "Tidurlah sebentar lagi.""Nggak bisa tidur." Reina menepis tangannya tanpa daya. "Aku mau bangun, aku mau kerja."Dia hanya ingin fokus untuk mengurus Grup Yinandar.Maxime terpaksa melepaskan tangannya karena takut Reina akan marah.Reina segera bangkit dari tempat tidur, tidak berani berada di dalam kamar tidur lebih lama lagi.Kenapa sebelum ini dia tidak sadar kalau Maxime memiliki kebiasaan bermalas-malasan di tempat tidur?...Sebelum Re