Benar saja, Reina memang melihat Syena yang sedang dikelilingi oleh sekelompok orang.Sedangkan Treya tersingkir di pojokkan.Reina langsung buang muka dan berkata, "Ayo pergi.""Oke."Di sisi lain, Treya berdiri dengan canggung di tengah kerumunan dan mau meminta Syena membantunya. Tetapi tiba-tiba ada orang yang mendorongnya ke depan.Treya pun jatuh. Orang-orang yang lewat cuma meliriknya dan tidak membantunya.Perutnya tiba-tiba terasa begitu sakit seperti tertusuk pisau. Treya berusaha berdiri, tapi tidak sanggup.Treya menatap Syena. Dia sedang sibuk memberi tanda tangan dan berfoto dengan para penggemar.Treya cuma bisa merangkak dan berusaha menggapai pegangan kursi untuk tumpuannya bisa kembali berdiri. Tiba-tiba, terdengar suara seseorang."Nyonya Treya, apa Anda butuh bantuan?"Treya tertegun, mengangkat kepalanya dan menatap wajah dingin Reina.Pupil matanya tiba-tiba menyusut, ingin sekali rasanya dia masuk ke lubang di tanah untuk bersembunyi."Ngapain kamu di sini? Aku n
Reina masih ingat waktu kecil, dia pernah terjatuh dari lereng bukit saat mencoba memetik bunga untuk Treya. Waktu itu Treya malah menyilangkan tangan di dada dan berkata, "Nana, ayo usaha, bangun sendiri! Kamu harus belajar untuk jadi mandiri."Waktu itu barulah Reina paham kalau arti kata mandiri di mata ibunya ternyata beda dengan apa yang dipahami Reina.Reina menarik Alana pergi dan Treya di belakang mereka terus mengumpat."Dasar berengsek! Kamu nggak akan mati tenang!"Bukan cuma Alana, orang luar yang tidak mengenal siapa Reina dan Treya bahkan bisa bergidik saat mendengar perkataan ini.Bagaimana bisa seorang ibu mengutuk putrinya sendiri tidak akan mati tenang?Di luar gedung teater, Reina berdiri cukup lama menyambut angin malam yang berembus. Akhirnya dia berkata pada anggota staf yang lewat, "Ada orang yang jatuh di dalam."Entah apa Treya akan terbantu atau tidak, yang jelas Reina punya niat yang tulus.Alana tahu hati Reina begitu lembut, dia pun merangkul lengan Reina,
"Ibu sudah baikkan?" Syena duduk di samping ranjang rumah sakit.Saat Treya melihat Syena masih menemaninya hingga larut malam, ketidakpuasannya tadi langsung menghilang."Iya, sudah baikkan. Maaf ya hari ini sudah ngerepotin kamu.""Nggak masalah, 'kan Ibu itu ibu kandungku, sudah seharusnya aku berbakti sama Ibu."Syena memegang tangan Treya, lalu berkata, "Bu, ada sesuatu yang sudah dari dulu mau aku bicarakan sama Ibu, cuma aku takut Ibu berpikir macam-macam.""Ada apa? Bilang aja.""Menurutku dengan kondisi Ibu sekarang, apa nggak sebaiknya Ibu menyiapkan wasiat?"Syena berusaha bersikap bijaksana.Treya tentu paham maksud Syena. "Tapi 'kan dokter bilang selama aku rajin berobat, aku bisa hidup dua tahun lagi.""Ibu jangan panik, tentu aku berharap Ibu bisa hidup lama, makin bagus kalau bisa lebih dari dua tahun. Cuma, kita 'kan tetap perlu berjaga-jaga untuk ke depannya.""Coba kalau misalnya kejadian hari ini terulang, kalau sampai terjadi sesuatu yang parah, aku bahkan nggak ta
Tanu langsung menggunakan uang itu untuk menambah modal perusahaan.Dia juga tidak paham apa yang terjadi akhir-akhir ini. Bisnisnya tidak terlalu untung, tapi juga tidak terlalu rugi.Belakangan ini, apapun yang diproduksi atau dioperasikan perusahaannya pasti akan tersabotase. Sebagian besar mitranya sudah direbut oleh perusahaan bernama Grup IM.Treya tidak tahu kalau setelah Syena mengambil semua uangnya, tidak berapa lama, uang sebanyak itu pun ludes tidak bersisa....Keesokan harinya.Sebuah berita menduduki puncak daftar berita panas. "Penari terkenal internasional membawa ibu tirinya yang sakit ke gedung opera."Berita yang tertulis di artikel itu adalah tentang bagaimana Syena bekerja tanpa lelah dan mencoba berbakti pada ibu tirinya dengan membawanya ke gedung opera.Saat penyakit ibu tirinya kumat, Syena tidak takut kotor. Dia sendiri yang mengantarkan ibu tirinya kembali ke rumah sakit.Reina yang sudah bangun juga membaca berita itu, entah mengapa dia merasa ironis.Karen
"Kak, sudah terima, 'kan? Aku transfernya semalam, jadi harusnya sekarang Kakak sudah terima," ucap Diego.Reina yang mendapat notifikasi uang masuk pun menjawab, "Ya, sudah kuterima.""Oke deh. Nanti kalau Kakak butuh uang, bilang aja ya sama aku. Gimana juga, aku 'kan adik kandungmu. Darah akan selalu lebih kental dari air, 'kan?" Diego terlihat sangat ramah.Reina belum pernah melihat Diego bersikap seperti ini.Dia agak terkejut dan bingung. apa Diego benar-benar berubah? Apa dia sudah lebih dewasa?Tidak ada yang lebih menginginkan ikatan darah dan keluarga daripada Reina. Reina dan Diego adalah saudara kandung seayah dan seibu. Kalau Diego memang ingin berubah, Reina akan mempertimbangkan untuk menerima Diego sebagai adiknya."Semoga kamu benar-benar sudah berubah."Reina menutup telepon.Reina tidak akan memaafkan Diego semudah itu. Harus dicatat, adiknya ini pernah mau menjualnya pada pria tua demi uang.Reina masih melamun saat tiba-tiba Maxime masuk dan meletakkan setumpuk ku
Tidak sampai setengah jam, Ekki mendapati kalau Reina lagi-lagi menerima telepon lagi dari Morgan.Maxime benar-benar kecewa mendapati adiknya terus mencoba menghancurkan hubungannya dengan Reina berulang kali!Maxime pun bertekad, setelah berhasil menyeret Grup Yunandar dalam lubang kematian, dia tidak akan lagi bersikap sopan pada Morgan dan akan memberinya pelajaran keras supaya dia tidak berani mencari Reina lagi.Di hari-hari berikutnya, Grup Yunandar masih belum bisa bernapas lega meski sudah menyuntikkan dana. Sebaliknya, banyak pemegang saham yang menjual sahamnya dan banyak eksekutif yang mengundurkan diri.Saham Grup Yunandar anjlok dan karyawan pun mulai bergosip."Hei, kantor kita lagi dalam masalah ya? Dua hari yang lalu aku lihat Pak Denilson mengemasi barang-barang, lalu pergi.""Ya, bos departemen kami juga menyerahkan surat pengunduran diri dan berpesan supaya kami langsung mencari pekerjaan baru.""Kenapa bisa begini?"Pusat Grup Yunandar ada di luar negeri. Awalnya T
Sesampainya di rumah Keluarga Yunandar.Tanu keluar untuk menyambut mereka berdua, "Makanannya sudah siap. Ayo kita masuk dan makan.""Ayah nggak perlu sungkan begitu. Kalau ada apa-apa, langsung bilang aja sama Morgan." Syena tersenyum.Syena sungguh mengira Morgan begitu perhatian padanya.Morgan juga berkata, "Om Tanu, kata Syena Om mencariku karena ada sesuatu? Nggak apa-apa, kita ngobrol persoalan Om dulu aja.""Kalau gitu ... kita ngobrol di meja makan ya." Tanu mempersilakan mereka dengan penuh senyum.Setelah duduk di meja makan, sembari makan, Tanu perlahan menceritakan bahwa sejak dia kembali, ada orang yang menargetkan perusahaannya.Tanu bersikap bijaksana dan tidak mengungkapkan semua kesulitannya.Lagipula, Morgan masih calon menantu. Kalau sampai Morgan berubah pikiran dan tidak jadi menikah dengan Syena setelah tahu bobroknya Keluarga Yunandar, bagaimana?"Ya begitulah. Dibilang masalah besar ya bukan, tapi juga bukan masalah kecil." Tanu mengamati perubahan ekspresi Mo
Sejak Syena mendapatkan uang pribadi Treya, dia tidak pernah lagi mengunjungi Treya, atau bahkan menelepon sekali pun.Treya tinggal sendirian di rumah sakit yang dingin dan rindu sekali pada Syena."Syena, Ibu kangen. Kapan kamu datang jenguk Ibu?""Bu, aku benar-benar minta maaf. Belakangan ini aku sibuk banget, nanti aku ke sana kalau sudah selesai ngurus urusanku ya, nggak apa-apa, 'kan?" Syena berkata dengan acuh tak acuh.Sinar mata Treya pun meredup, "Oke.""Sekarang tiap hari kamu sibuk ...."Sebelum Treya selesai bicara, Syena sudah menutup telepon.Treya menatap telepon yang ditutup dengan tatapan kecewa.Hari ini, putri suster yang ditugaskan merawat Treya datang dan saat ini sedang mengobrol, "Bu, sekarang aku sudah punya uang. Ibu nggak perlu melakukan pekerjaan seperti ini lagi. Biar aku yang menghidupimu.""Nggak apa-apa, Ibu masih muda kok, masih kuat.""Tapi aku khawatir sama Ibu. Ini Ibu pegang dulu uang ini. Ibu harus jaga diri baik-baik, makan yang enak dan jangan s
"Nona Reina." Jess memanggilnya terlebih dahulu.Reina mengangguk dan menuntun kedua anaknya berjalan ke arah mereka.Kedua anak itu dengan sopan memanggil mereka, "Om Erik, Tante Jess.""Hmm." Jess tersenyum, menunjukkan senyuman lembut.Erik juga tersenyum. "Kita baru sebentar nggak bertemu, kalian sudah tambah tinggi rupanya."Dulu, ketika berada di luar negeri, Erik pernah bertemu kedua anak ini beberapa kali saat mengikuti Revin. Jadi, dia cukup akrab dengan keduanya.Kedua anak itu juga memiliki cukup akrab dengannya."Om Erik kapan punya anak? Hari ini kami ikut Mama ke rumah sakit dan melihat bayi yang dilahirkan Tante Alana, lucu sekali." Riki bertanya sambil mengedipkan mata.Mendengar kata anak, wajah Erik dan Jess langsung berubah.Namun, semua itu menghilang dengan cepat.Erik terbatuk-batuk dua kali. "Hal semacam ini nggak bisa dipaksakan, nggak boleh buru-buru juga.""Oh." Riki sepertinya mengerti, dia pun mengangguk. "Om Erik dan Tante Jess harus lebih semangat. Setelah
Alana sengaja menggoda Riki. "Riki, kenapa kamu bilang begitu? Aku dan mamamu sudah seperti kakak adik, jadi wajar saja kalau kami jadi mak comblang anak kami sendiri. Bukankah kamu sering melihat itu di drama TV?""Jangan khawatir, kali ini Tante memang belum melahirkan anak perempuan, tapi lain kali Tante baka berusaha lebih keras lagi agar bisa melahirkan anak perempuan yang cantik. Saat itu tiba, aku akan menikahkannya denganmu, ya? Kamu sangat pengertian, pasti kamu akan memperlakukannya dengan baik, bukan?"Riki jauh mudah ditipu ketimbang Riko. Berpikir bahwa Alana berencana akan melahirkan anak perempuan di kemudian hari, dia langsung merasa ngeri."Tante Alana, aku ... mungkin aku nggak akan nikah."Dia ketakutan sampai punya pikiran untuk tidak menikah.Reina menggodanya, "Tapi bukannya kamu pernah bilang kalau Talitha cantik? Katamu, siapa yang bisa nikah sama dia, orang itu pasti sangat bahagia.""Hah? Kamu suka punya seseorang yang kamu suka?" Alana memasang wajah terkejut
Tepatnya, Diego lah yang berutang kepada Reina.Hanya saja, Diego memiliki ayah yang baik. Dulu, Anthony memperlakukan Reina dengan sangat baik, jadi Reina tidak tega menyakiti putra satu-satunya yang dia tinggalkan di dunia ini."Ke depannya terserah dia." Reina berkata dengan lesu....Salju pun mencair dan waktu pun berlalu dengan cepat.Alana melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat menggemaskan.Tuan Besar Jacob hampir jatuh pingsan karena terlalu bahagia setelah melihat cicitnya.Untungnya, dia berada di rumah sakit dan butuh banyak usaha dari staf medis agar bisa menyelamatkannya.Pada saat itulah Jovan menyadari bahwa kakeknya tidak berpura-pura sakit, kesehatannya memang sudah tidak seperti dulu lagi."Kakek, istirahat yang cukup dan jangan terlalu terpancing emosi," kata Jovan sambil duduk di depan ranjang rumah sakit kakeknya.Tuan Besar Jacob melambaikan tangannya. "Aku baik-baik saja, jangan mengkhawatirkanku. Kamu sudah jadi seorang ayah, jadi harus terus menemani Al
Diego bersulang untuk Reina dan Maxime, lalu bersulang untuk seluruh anggota Keluarga Libera.Saat ini, orang-orang Keluarga Libera tidak akan berani mengatakan apa pun, bahkan Nyonya Liz sendiri.Semua orang tahu bahwa uang dan kekuasaan adalah hal yang paling penting dalam masyarakat sekarang.Para tamu memiliki pemikiran mereka sendiri, hanya Sophia yang ingin bersulang untuk para kerabat dan teman-teman Diego.Dia sangat gugup sampai dia tidak sadar bahwa semua orang di pesta ini memiliki pemikiran yang berbeda.Setelah selesai, dia dan Diego mengantar Reina dan Maxime kembali.Reina tidak tahan lagi dan mengatakan, "Antar sampai sini saja. Kamu masih harus mengantar tamu-tamu pebisnismu selagi ada waktu."Sophia merasa aneh, para pebisnis?Bukankah Diego mengatakan kalau mereka semua temannya?Diego terlihat canggung dan mengedipkan mata ke arah Reina, bermaksud memberitahunya untuk tidak berbicara terlalu banyak, takut Sophia akan tahu.Namun, Reina justru melakukannya dengan sen
Nyonya Liz mencoba membuat Reina marah, kemudian membuat tamu yang hadir berpikir bahwa Reina tidak bisa bersikap dewasa karena membuat masalah dengan orang tua.Reina tersenyum lembut. "Bagaimanapun juga, ini masalah hidup dan mati, jadi tentu saja aku harus mengingatnya.""Selain itu, pada saat itu Nona Tia masih muda, tetapi Nyonya Liz dan kedua putranya sudah dewasa. Harusnya kalian tahu mana yang benar dan mana yang salah, bukan?""Tapi saat itu, alih-alih mendidik Nona Tia, kalian malah bilang aku pantas diperlakukan seperti itu. Kalian juga membuatku berdiri di tengah salju yang dan membeku sepanjang malam. Saat itu terjadi, aku baru berusia sepuluh tahun." Reina mengucapkan kata-kata ini dengan kesedihan di dasar matanya.Mendengar ini, mereka yang hadir langsung mengerti mengapa Reina tidak mau mengakui kedua putra dari Keluarga Libera."Mereka melakukan itu sama anak berusia sepuluh tahun! Nggak manusiawi sekali!""Wah, Keluarga Libera bisa sukses juga karena mengandalkan Kel
Ketika Reina hanyalah putri yang tidak menonjol di Keluarga Andara, kedua om-nya ini bukan hanya memperlakukannya dengan buruk, tetapi juga membiarkan putri mereka menggertaknya.Sekarang, dia telah menjadi pewaris Keluarga Yinandar, kaya dan berkuasa, mereka malah menyanjungnya. Lucu sekali.Reina tidak akan melakukan apa yang mereka inginkan dan tidak segan dengan mereka."Om? Apa kalian nggak salah? Ibuku nggak punya saudara kandung."Satu kalimat ini membuat wajah kedua anak laki-laki Keluarga Libera memerah dan terlihat sedikit kikuk.Mereka yang awalnya mengira bahwa keduanya adalah om Reina pun kelu."Ternyata rumit juga hubungan keluarga mereka. Pantas saja, aku nggak pernah dengar kalau Keluarga Yinandar punya dua anak laki-laki, karena mereka hanya punya satu anak laki-laki.""Keluarga Yinandar memang hanya punya satu anak laki-laki, tapi itu hanya anak angkat. Aku nggak tahu kesalahan apa yang dia lakukan sampai dipenjara di usia muda.""Kalau begitu, dua orang dari Keluarga
Diego membawa Sophia mendekati Reina dan Maxime, melewati Tia dan Nyonya Liz tanpa menyapa mereka berdua.Nyonya Liz mengerutkan kening tidak senang. Namun, Diego adalah cucu kesayangannya, jadi dia tidak bisa marah kepadanya.Reina mengangguk pada Diego."Hmm."Diego berkata, "Ayo, aku akan membawa kalian masuk.""Nggak perlu. Kamu dan Sophia bisa bawa nenekmu masuk. Aku dan Maxime bisa sendiri," kata Reina.Mana mungkin Reina tidak memahami apa yang ada di dalam pikiran Diego?Dia ingin membawanya dan Maxime masuk hanya ingin menunjukkan wajahnya kepada para pengusaha kaya itu.Diego sedikit canggung saat mendengar ini. Sekarang, dia baru menyadari keberadaan neneknya dan Tia."Kak, Nenek, kalian juga sudah datang? Ayo masuk," katanya.Nyonya Liz mengangguk. "Ya, ayo masuk."Mereka berjalan bersama ke dalam hotel.Diego dengan penuh perhatian berdiri di samping Reina dan Maxime, sementara Sophia menemani Nyonya Liz dan Tia."Kak, aku senang kalian bisa datang hari ini." Diego berkata
Lusa pun tiba.Reina dan Maxime menghadiri pernikahan Diego seperti yang telah dijanjikan.Reina mengira tidak banyak orang di dalam hotel, tetapi ketika sampai di pintu masuk, dia melihat beberapa pengusaha kaya juga datang.Reina bertanya-tanya, "Kenapa tamunya banyak sekali? Apa ada orang lain yang juga lagi melangsungkan pernikahan?"Begitu dia dan Maxime turun dari mobil, manajer hotel langsung menyambut mereka."Nyonya Reina, Tuan Maxime, kalian benar-benar datang?""Apa maksudnya?" tanya Reina sambil mengerutkan kening."Oh, Tuan Diego bilang akan menikah, Nyonya dan Tuan Maxime akan datang. Jadi, saya datang untuk menyambut kedatangan kalian." Manajer mengulurkan tangannya. "Kalian bisa lihat-lihat, kalau ada yang kurang, kalian bisa memberitahu saya."Mendengar manajer mengatakan ini, apa yang tidak bisa dimengerti oleh Reina?Rasanya seperti Diego memanfaatkannya dan Maxime sebagai alat untuk berteman dengan orang kaya dan terkenal."Sekarang aku tahu kenapa dia juga memintam
"Apa orang tua Hanna tahu tentang hal ini?" Maxime bertanya lagi."Pasti nggak tahu," jawab Reina.Mendengar itu, Maxime terdiam selama beberapa saat, lalu melanjutkan, "Jangan ikut campur sama masalah ini."Dia tahu bahwa orang tua Hanna mendesak Hanna untuk segera menikah. Namun mereka tidak akan menerima anak yatim piatu sebagai menantu mereka."Ya, aku mengerti."Reina dan Hanna hanyalah teman biasa, jadi Reina juga tidak akan ikut campur.Dia tidak bisa tidur lagi, jadi memutuskan untuk bangun.Maxime memeluknya dan tidak mau melepaskannya. "Tidurlah sebentar lagi.""Nggak bisa tidur." Reina menepis tangannya tanpa daya. "Aku mau bangun, aku mau kerja."Dia hanya ingin fokus untuk mengurus Grup Yinandar.Maxime terpaksa melepaskan tangannya karena takut Reina akan marah.Reina segera bangkit dari tempat tidur, tidak berani berada di dalam kamar tidur lebih lama lagi.Kenapa sebelum ini dia tidak sadar kalau Maxime memiliki kebiasaan bermalas-malasan di tempat tidur?...Sebelum Re