Reina agak bingung."Apa maksudmu?""Jangan pura-pura bodoh. Kenapa Morgan memanggilmu Nana?" Mata Syena penuh amarah.Reina memberitahunya bahwa keduanya sudah saling kenal sejak mereka masih kecil.Syena tidak percaya semua hanya sesederhana itu. "Ngaku, kamu mau merebut Morgan dariku? Maxime sedang sekarat dan sekarang kamu mengincar Morgan? Benar?"Di mata Reina, sikap Syena ini sungguh tidak masuk akal."Aku sudah menikah dengan Maxime, ngapain aku merebut Morgan dari kamu?""Kamu pikir aku nggak tahu kalau kamu dan Maxime sudah bercerai?" Syena sangat panik begitu teringat Morgan yang memanggil nama mereka di saat mereka sedang berciuman. "Nggak ada orang yang berani merebut Morgan dariku, bahkan meski kamu putri Treya! Tunggu aja pembalasanku."Sesudah memaki Reina, Syena pergi dengan marah.Reina tidak menganggap serius kata-katanya. Lagian dia sudah tidak mungkin membuka cerita lama dan tidak pernah berpikir untuk kembali bersama Morgan.Reina kembali ke kamar dan mulai mengem
Tidak lama sesudah Reina pergi, Morgan melihat Syena berdiri tidak jauh dari situ dengan wajah marah dalam perjalanan pulang.Morgan teringat kejadian semalam dan sinar dingin melintas di matanya.Dia mendekat perlahan dan tanpa bicara."Kamu nggak mau jelasin apa-apa ke aku?" Syena masih belum tahu posisinya. Dia pikir setelah masuk ke Keluarga Sunandar, dia akan dimanjakan seperti seorang putri seperti di Keluarga Hinandar."Memang ada apa?" tanya Morgan.Syena tersedak, "Kita itu udah tunangan, aku itu tunanganmu! Masa aku nggak boleh nyentuh kamu?"Syena masih baik hati karena tidak menanyakan tentang Reina.Lagian, kalau ternyata Morgan mengaku dia menyukai Reina, Syena sendiri yang malu."Kan aku sudah bilang, nanti abis nikah aja." Morgan menjawab lembut, tapi terdengar kesal.Syena mengepalkan tangannya. "Ngapain kamu terlalu konservatif begini?"Rasa jijik Morgan terhadap Syena sudah mencapai puncaknya, untung Jess meneleponnya tepat saat amarahnya akan meledak.Sesudah meneri
Setelah itu Morgan memerintahkan para pengawalnya untuk membawa Syena pergi.Sebenarnya Syena ingin diantar oleh Morgan sendiri, tapi dia malu dan tidak merasa pantas karena hal yang terjadi padanya barusan.Morgan memperhatikan Syena yang pergi dalam diam, lalu melepas jaketnya, menyeka tangannya dan membuang jaket itu ke tempat sampah.Di sisi lain.Reina sudah kembali ke Kota Simaliki. Dia bersandar di kursi sambil memandang pemandangan di luar jendela. Suhu di dalam mobil yang lebih hangat membuat jendela kaca tampak tertutup lapisan kabut sehingga pemandangan di luar tidak terlihat jelas.Reina melihat kotak suvenir di pangkuannya dan penasaran akan benda di dalamnya.Di sana ada sebuah kotak indah seukuran telapak tangan. Reina membukanya dan langsung membelalak waktu melihat isinya.Di dalam kotak itu ada cincin perak yang sangat indah dan di dalamnya ada inisial nama Reina dan Maxime yang Reina ukir sendiri waktu mereka masih kecil.Cincin itu sepasang, satu untuk Reina dan sat
Mereka berdua duduk di dalam mobil dan menunggu hari gelap sampai anak buah Maxime bisa mencuri cincin itu.Sesampainya di rumah, Reina meletakkan tas hadiah itu di atas meja lalu pergi ke kamar Lyann untuk gantian jaga dengan suster.Setelah mendapat perawatan para ahli, semangat hidup Lyann sudah meningkat pesat. Kalau kondisinya terus stabil seperti ini, Lyann pasti bisa hidup beberapa tahun lagi.Mereka tidak melihat ada orang yang menyelinap masuk.Tidak lama kemudian, kotak berisi cincin itu dibawa ke Maxime.Ekki membukanya dan dari luar sudah tahu itu barang murah. "Murah sekali, nggak mungkin Tuan Morgan kasih hadiah kayak gini, 'kan?"Maxime tidak percaya Morgan akan memberikan benda seperti itu sebagai kenang-kenangan."Coba amati yang benar?"Ekki melihat dengan cermat dan mendapati bagian dalam cincin itu terukir huruf, XS&LNC."Sepertinya ini singkatan, XS, LNC. Ini ... inisial Bos dan Reina, 'kan?"Ekki tersenyum dan berkata, "Bos, jangan-jangan ini kejutan dari Nyonya?"
Maxime buru-buru masuk dan berpura-pura tidak tahu Reina ada di sana, lalu meletakkan tas suvenirnya.Reina bingung. "Kamu ngapain barang-barangku?"Reina melirik sekilas ke dalam tas suvernir itu dan kotak cincin itu masih ada di dalam."Kamu sudah lihat?" Reina bertanya lagi.Maxime berdiri diam dan menjawab, "Nggak, aku 'kan nggak bisa lihat."Reina tidak percaya. Jelas-jelas Maxime masuk sambil membawa tas ini, bisa jadi dia minta orang lain melihatnya."Kalau gitu kamu mau tahu apa isinya?" Reina sengaja menipunya.Alis tajam nan indah Maxime terangkat. "Nggak."Reina juga tidak marah. Dia duduk di sofa dan membukanya."Suvenir pemberian kakakmu lumayan mahal, liontin emas. Boleh kusimpan?"Maxime mendengarkan dalam diam. Dia sadar Reina sengaja berbohong padanya, tapi dia tidak bisa mengaku.Maxime mensugesti dirinya sendiri untuk tidak cemburu dengan apa yang dilakukan Reina dengan pria lain waktu dulu, namun dia tetap menjawab dengan nada kesal, "Oke."Melihat tingkah Maxime, R
Maxime mau menjelaskan bahwa tidak ada apa-apa antara dia dan Marshanda, tapi dia masih berpura-pura menderita amnesia."Nggak." Maxime menutup matanya lalu berkata, "Tidurlah."Reina keluar dari pelukannya agak dan tertidur dengan gelisah.Dia akan pergi ke rumah sakit untuk memeriksa kehamilan besok, jadi hari ini dia harus tidur nyenyak....Di sisi lain, di Rumah Sakit Kota Simaliki.Syena akhirnya bisa tenang.Ayahnya, Tanu, sudah mengirim orang untuk mencari tahu siapa yang melecehkan putrinya. Namun, Keluarga Hinandar sudah membuat banyak musuh jadi pelakunya tidak bisa cepat terungkap.Treya yang awalnya masih marah atas apa yang terjadi di pesta pertunangan langsung datang menjenguk begitu dapat kabar ini. "Syena, kamu nggak apa-apa?"Syena menatap Treya dengan jijik."Masih nanya? Punya mata nggak sih? Memang nggak bisa lihat?"Dulu Syena masih memberi muka pada Treya karena wanita ini sudah menikah dengan ayahnya selama lima tahun.Tapi begitu teringat putrinya Reina diam-di
Syena akhirnya mengerti mengapa ayahnya menikah dengan Treya.Awalnya dia pikir Treya hanya berusaha menyenangkannya, tapi sekarang Syena mengerti segalanya.Akhirnya dia juga mengerti kenapa Liane yang sudah berusia lebih dari setengah abad hanya punya seorang anak yaitu dirinya.Syena menatap sobekan kertas di tempat sampah, dia berdiri lagi dan dengan panik melemparkan sobekan kertas itu ke toilet kamar mandi lalu menyiramnya."Aku putri pengusaha wanita sukses, Liane. Bukan putri seorang aktor yang nggak berguna."Di mata Syena yang juga seorang penari, menjadi penari ternama dunia tidak sehebat jadi pengusaha wanita.Selain itu, dengan cara Liane bekerja dia juga bisa menjadi penari terkenal dengan uangnya yang tak berseri.Dibandingkan ibu rumah tangga seperti Treya, hanya Liane yang layak menjadi ibunya.Sesudah memikirkan semua ini, Syena memanggil Treya dan kali ini menatapnya dengan kelembutan yang palsu. "Bu, sudah kupikirkan baik-baik. Mulai sekarang, aku akan berbakti pada
Meski dalam hati Riki berpikir seperti itu, dia tetap berpura-pura. "Kamu aja yang mati! Papaku nggak mungkin mati, huhuhu! Kamu jahat!"Maxime tidak menyukai anak kecil, terutama yang ada di depannya. Maxime jadi kesal mendengar tangisan yang tiada henti ini."Jangan nangis.""Nggak." Riki terus menangis tanpa mengeluarkan air mata.Maxime tidak dapat melihat bahwa Riki hanya pura-pura menangis, Maxime pun merubah sikapnya karena takut waktu Reina sudah selesai periksa, dia malah melihat anaknya menangis. Reina pasti marah."Papamu belum mati.""Tapi kamu mengutuk papaku supaya mati! Huhuhu!" Riki menangis lebih keras.Maxime semakin sakit kepala, "Berhentilah menangis, aku cuma bercanda."Riki tidak menyangka ayah berengseknya ini akan mengalah. Riki melirik jam dan sadar kalau pemeriksaan mamanya sudah hampir selesai.Sepertinya ayah bajingannya ini sekarang takut pada mamanya, jadi Riki pun berniat memanfaatkannya."Kamu 'kan sudah besar, mana mungkin orang dewasa bercanda seperti
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba