Reina bisa mendengar suara Riki yang biasanya manja, sekarang terdengar waspada. Reina pun langsung menjelaskan, "Hari ini Mama sibuk banget, jadi lupa telepon Riki. Maaf ya, besok Mama ke sana, oke?"Riki pun menghela napas lega dan menjawab dengan patuh, "Nggak apa-apa Ma, Mama urusin kerjaan aja.""Aku baik-baik aja kok di rumah sakit, Mama nggak usah repot-repot ke sini."Kalau dulu, Riki pasti akan bertingkah genit dan memohon pada Reina untuk datang menemaninya sekarang.Reina merasa sangat tertekan sesudah mendengar jawaban Riki.Reina pun memutuskan untuk meluangkan waktu menjenguk Riki besok.Sesudah mengobrol sebentar, Reina menutup telepon.Sesudah menutup telepon, dia berbaring di sofa untuk beristirahat.Tiba-tiba seseorang yang bertubuh tinggi besar berdiri di depannya dan menghalangi cahaya.Reina mengernyit dan membuka matanya. Entah sejak kapan Maxime sudah berdiri di depannya."Ada apa?" Reina bertanya dengan ragu."Kamu beneran cuma jalan-jalan sebelum makan tadi?" M
Reina terlalu malas menggubris Maxime. Reina menarik selimut dengan marah dan membungkus dirinya sendiri lalu membiarkan Maxime berbaring di pinggir kasur."Ya sudah kalau kamu mau tidur di sini, tidur aja begini."Sesudah mematikan lampu, Reina pun tertidur tidak lama kemudian.Mendengar napas Reina sudah melembut, Maxime pun menarik Reina ke dalam pelukannya.Keesokan harinya, waktu Reina bangun dia langsung menabrak dada kekar Maxime.Reina membuka matanya perlahan, mengangkat kepalanya dan langsung berhadapan dengan wajah tampan Maxime.Reina bergerak perlahan untuk melepaskan diri dari pelukan Maxime, setelah memastikan pria itu masih terjaga, Reina pun memakai jaket dan berdiri.Begitu Reina membuka pintu kamar, ternyata Lyann kebetulan lewat di depan pintunya.Lyann menatapnya dengan hangat."Nana, sini. Ibu mau bicara denganmu."Reina agak malu, Lyann pasti salah paham.Reina ikut Lyann kembali ke kamarnya dan menjelaskan, "Maxime yang nggak mau balik ke kamarnya, kami nggak ng
Akhirnya Alana baru tahu kalau sikap Maxime berubah hanya saat berhadapan dengan Reina seorang.Namun, nada bicara Maxime ke Lyann bisa dibilang cukup bersahabat, Maxime memang berubah.Tidak berselang lama, tim dokter datang sambil membawa berbagai peralatan medis mutakhir.Alana kagum, "Nana, kamu yang cari semua ini?""Maxime yang nyari." Reina menjawab dengan jujur.Reina masih tidak tahu bahwa alasan dia bisa mendatangkan para dokter ahli ini karena Maxime.Lyann tahu, tapi Maxime memintanya untuk tidak memberi tahu Reina.Dia tidak mau Reina terpaksa bersamanya karena merasa utang budi.Justru karena itulah Lyann yakin Maxime sudah berubah.Seharian ini Lyann menghabiskan waktunya menjalani perawatan medis oleh para ahli.Setelah pemeriksaan selesai, dokter ahli tersebut memberi tahu Reina, "Nona Reina, penyakit Bu Lyann tidak mungkin sembuh, tapi kita bisa mengoperasinya untuk memperpanjang umurnya.""Oke, kapan kita bisa operasi?""Perlu minum obat dulu untuk sementara waktu, n
Sekretaris Joanna ikut menggeleng. "Aku juga nggak tahu, foto ini juga diambil susah payah oleh orang suruhan kita. Reina selalu dikawal oleh pengawal Tuan Maxime, orang suruhan kita nggak bisa mendekat."Sejak Maxime mendapati Joanna sedang menyelidiki Reina dan Riko, orang suruhan Joanna tidak berani mendekati tempat tinggal Reina.Joanna menatap foto itu. Sekarang dia merasa masih begitu banyak hal yang belum dia ketahui."Terus periksa, aku mau lihat apa ada rahasia lain yang disembunyikan Reina.""Ya."...Di sisi lain, Reina dan Alana hanya bisa mengajak Riki bermain beberapa jam saja. Karena kondisi fisik Riki yang lemah, mereka pun langsung kembali ke rumah sakit.Mereka sepakat untuk membawa pulang Riki beberapa hari sebelum Tahun Baru Imlek.Sesudah meninggalkan rumah sakit dan duduk di dalam mobil, Alana pun menghibur Reina, "Nanti kalau bayimu sudah lahir, artinya Riki bisa dapat donor tali pusar. Setelah dioperasi, Riki akan normal seperti Riko."Reina mengangguk.Dia meng
"Kamu mau buat manusia dari tumpukan daun lagi?" Maxime tiba-tiba bertanya.Maxime ingat Reina sangat menyukai hujan karena daun akan berguguran dan dia bisa membuat manusia dari tumpukan daun. Dulu Maxime selalu menghina sikap kekanak-kanakkan Reina.Reina tidak menyangka Maxime akan mengusulkan membuat manusia daun. "Nggak ah, di luar terlalu dingin, lagian itu mainan anak-anak."Maxime tercekat.Reina pun masuk. "Aku mau istirahat, kamu keluar sana."Reina pikir Maxime akan menolak keluar seperti semalam, tidak disangka kali ini pria itu patuh dan keluar kamar.Reina menghela napas lega karena tidak perlu mengusirnya. Dia langsung mengunci pintu dan mengganjal pintunya dengan meja.Tidak lama setelah berbaring di kasur, Reina pun terlelap.Keesokan harinya.Waktu Reina bangun, hujan sudah reda dan matahari mulai bersinar.Reina membuka tirai jendela dan kaget saat melihat manusia daun mini tak terhitung jumlahnya di halamannya.Reina yang begitu terkejut langsung membuka jendela dan
Hening ....Setelah beberapa saat, Joanna baru menjawab, "Ya, benar."Syena tersenyum menyindir, "Ngomong-ngomong, dia itu putri ibu tiriku lho. Sebagai kakak, aku belum pernah ketemu dia sejak aku pulang."Ada kalimat yang tepat untuk menggambarkan situasi mereka saat ini. Baik Joanna atau Syena adalah wanita licik, untuk apa pura-pura di depan satu sama lain?Joanna menerima Syena tentu setelah menyelidiki latar belakangnya. Joanna memastikan Treya tidak mungkin menjadi vampir penghisap kekayaannya, selain itu Joanna menghormati ibu kandung Syena, Liane.Dia tidak mau menantu perempuannya yang lain sama tidak bergunanya seperti Reina."Ke depannya pasti banyak kesempatan untuk ketemu. Yuk, makan." Joanna tersenyum, tapi jelas terlihat dia tidak mau membicarakan Reina.Syena sengaja bersikap demikian karena mau menguji bagaimana calon ibu mertuanya memperlakukan menantu perempuan tertua. Sekarang tampaknya setelah nanti masuk ke Keluarga Sunandar, Syena bisa mengendalikan kekuatan eko
Hari sudah malam saat Reina dan Maxime sampai di kediaman utama Keluarga Sunandar.Pelayan membukakan pintu untuk mereka, "Tuan Maxime, Nona Reina. Makan malam sudah siap dan hanya menunggu kalian."Maxime bertanya pada pelayan itu tanpa ekspresi, "Kamu panggil istriku apa?"Maxime ingat sebelum amnesia, dia sudah memberi tahu semua pelayan bahwa Reina adalah Nyonya Muda Keluarga Sunandar.Ketika pelayan itu mendengar teguran ini, dia menunduk dan langsung mengubah kata-katanya."Nyonya Muda."Pelayan itu bukannya lupa pesan Maxime yang dulu. Hanya saja sekarang Morgan yang berkuasa atas rumah ini dan dari dulu para pelayan sudah menindas Reina, mereka masih belum bisa mengubah kebiasaan mereka.Reina tidak menyangka Maxime akan membelanya. Reina terkejut dan melihat Maxime dari sisi yang berbeda.Keduanya turun bersama dari mobil dan datang ke ruang makan.Morgan dan Syena sudah tiba lebih dulu. Syena masih agak kesal karena kejadian siang tadi.Tatapannya langsung tertuju pada Reina.
Syena juga berdiri dan mau ikut mengantar, tetapi Morgan menghentikannya. "Syena, tunggu aja di sini sampai aku balik."Morgan berujar dengan lembut dan Syena juga tidak enak hati membantah di depan Joanna.Meski begitu dalam hati sebenarnya Syena sangat tidak terima. Jelas-jelas sebentar lagi mereka akan bertunangan, harusnya Morgan mengantarnya ke kamar dulu.Sesudah Morgan pergi, Syena mencubit telapak tangannya kuat-kuat.Di luar, di malam yang gelap, hujan turun lebat dan angin bertiup kencang.Reina pikir Morgan hanya akan mengantar sampai pintu depan, jadi dia tidak menolak. Reina hanya meremas ujung baju Maxime karena entah kenapa pandangannya jadi kabur, Reina bahkan tidak bisa melihat jalan di depan dengan jelas.Reina mencubit dirinya sendiri untuk tetap fokus.Maxime tahu Morgan mengikuti mereka. Dia pun mengulurkan tangan untuk meraih tangan Reina yang terasa hangat.Reina tersentak dan hendak menarik tangannya, tapi Maxime menggenggamnya lebih erat dan berkata pada Morgan
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba