Reina menggeleng, "Nggak, kenapa?""Nggak apa-apa, cuma perasaan sudah lama banget nggak ketemu dia. Ajak dia ke sini makan malam ya kalau ada waktu."Reina yang sadar maksud pembicaraan Lyann langsung memberi tahu Lyann apa yang Revin katakan padanya terakhir kali."Bu Lyann, Revin itu sudah menganggapku seperti seorang teman, jadi tolong jangan menyulitkannya."Teman?Lyann sudah tua, dia tidak mungkin salah menilai. Mana mungkin dia tidak melihat perasaan Revin terhadap Reina?Mungkinkah Revin berhenti mengejar Reina karena Maxime ada di rumah?Begitu terpikir hal ini, Lyann jadi mengkhawatirkan Reina."Iya. Tapi Nana, kamu harus lebih memikirkan dirimu sendiri. Kamu hamil lagi sekarang. Bagaimana kamu bisa mengurus begitu banyak anak sendirian?""Aku punya uang sekarang, nggak usah takut," kata Reina optimis.Kepedulian yang dibicarakan Lyann bukan berarti meminta seorang untuk menjaganya, tapi dia mau Reina mendapatkan cinta dan kebahagiaan.Lyann tahu kalau Reina sudah mengambil
Setibanya di Kota Simaliki, Reina menemui Sisil dan saat ini mereka berada di luar gedung Grup Rajawali.Reina duduk di kedai kopi terdekat Grup Rajawali sambil menunggu Sisil. Sisil membawa perekam sehingga bisa melaporkan berita pada Reina setiap saat.Reina bersandar di kursi sambil meminum kopi dan menatap gedung Grup Rajawali yang menjulang tinggi.Reina melamun, sampai dia tidak sadar ada seseorang berdiri di hadapannya."Reina!"Reina menoleh dan melihat orang yang berdiri di hadapannya adalah teman baik Marshanda, Jocelyn."Kok kamu ada di sini?" Awalnya Jocelyn tidak percaya kalau yang dilihatnya adalah Reina, tapi begitu dia mendekat, ternyata benar-benar Reina."Kenapa aku nggak boleh di sini?"Reina menganggap pertanyaannya lucu.Jocelyn pun menjawab dengan kesal, "Dasar nggak tahu malu! Gara-gara kamu Marsha sampai nggak bisa muncul lagi di publik, sedangkan kamu masih terus berada di Kota Simaliki."Reina tidak menyangka di saat seperti ini akan ada orang yang masih membe
Langit tiba-tiba mendung.Reina memperhatikan Treya dan Sisil mengobrol di kejauhan.Deron berdiri di sampingnya sambil memegang payung.Meski dia tidak tahu apa yang terjadi pada Reina, Deron bisa merasakan bahwa Reina sedang bersedih.Sisil hendak menjelaskan bahwa dia hanyalah seorang asisten, ketika suara Reina terdengar di telinganya, "Sisil, pura-pura jadi aku dan ladeni dia."Sisil pun menyetujui ajakan Treya untuk mengobrol."Kalau begitu, mari kita bicara.""Ya."Keduanya pergi ke restoran kelas atas terdekat.Reina dan Deron duduk di samping ruangan mereka dan diam-diam mendengarkan percakapan Treya dari seberang."Master Rei, Syena dan aku sama-sama sangat menyukai lagumu. Berapa pun harga yang Anda minta, kami akan bayar selama Anda menjual hak eksklusif lagu itu pada kami."Treya yang selama ini cinta mati dengan uang, kini sangat peduli dengan putrinya yang lain.Hati Reina terasa seperti ditusuk jarum.Reina berkata pada Sisil, "Jawab, laguku nggak bisa dibeli dengan uan
"Keluar." Reina langsung mengusirnya dan tidak peduli bagaimana Maxime masuk."Resepsionis bilang semua kamar penuh. Aku nggak tahu harus menginap di mana lagi."Maxime berkata dengan sedikit wajah memelas."Sekarang 'kan bukan musim liburan, kok bisa penuh?"Sambil bicara, Reina menelepon resepsionis untuk bertanya.Reina agak panik.Tiba-tiba Maxime sudah berada di sampingnya, "Mungkin karena sebentar lagi Tahun Baru, jadi penuh.""Kalau begitu kamu cari hotel lain aja."Reina tidak percaya semua hotel di kota ini sudah penuh."Aku nggak mau pergi."Maxime langsung menolak dan mencondongkan tubuh ke arah Reina, "Susah payah akhirnya aku dapat tempat ini, masa kamu tega membiarkan orang buta keluar mencari hotel lain malam-malam begini?"Reina mungkin khawatir kalau pria di hadapannya ini hanya orang biasa, tapi ini Maxime yang punya begitu banyak pengawal dan bawahan.Reina meremas ujung baju Maxime dan menyeretnya keluar pintu."Ayo kita cari hotel lain."Maxime tidak menyangka Rein
"Kamu lagi ngurus kerjaan?" tanya Reina."Ya, Bos yang mengaturnya." Maxime menjawab tanpa mengubah ekspresinya.Miris sekali. Dulu Maxime hanya perlu menilai rencana kerja orang lain, tapi sekarang dia harus membuat rencana sendiri."Mungkin sebaiknya kamu ngomong ke Joanna supaya dia bisa kasih kamu kerjaan, atau ...."Sebelum Reina menyelesaikan kalimatnya, Maxime sudah menyela lebih dulu, "Nana, mulai sekarang kita nggak ada hubungannya dengan Keluarga Sunandar. Kamu itu keluargaku."Reina tercekat.Reina tidak merasa tersentuh dan menjawab, "Alasan aku kembali ke Kabupaten Sariang adalah karena dokter bilang kondisi fisik Bu Lyann sangat buruk dan mungkin nggak bisa bertahan sampai Tahun Baru nanti. Kalau nanti akhirnya Bu Lyann meninggal, aku juga nggak akan tinggal di sini. Cepat atau lambat kita akan berpisah, kamu bukan keluargaku."Kamu bukan keluargaku ....Hati Maxime terasa pedih. Dia pikir Reina tidak lagi ingin bercerai setelah keduanya mencoba tinggal bersama, ternyata
"Anda ... Bos Max?"Sisil yang tidak yakin pun bertanya ragu-ragu.Dia pikir setidaknya pria yang dia temui ini akan berusia lebih dari lima puluh tahun karena harta kekayaannya begitu besar.Reina yang sedang duduk di dalam mobil juga tercengang mendengar pertanyaan Sisil. Bos Max?Kemudian, Reina mendengar suara pria yang lembut dari seberang, "Ya, ini aku."Suara ini persis sama dengan suara Maxime.Hanya saja nadanya sangat lembut. Meski Maxime sekarang jauh lebih lembut, dia tidak pernah menggunakan nada selembut itu.Hati Reina tiba-tiba tersentak.Dari headset, dia bisa mendengar negosiasi Sisil dan Morgan.Semua kondisi yang Sisil sebutkan bisa dipenuhi bos misterius ini tanpa ragu-ragu.Reina mengepalkan tangannya erat-erat, jantungnya berdebar kencang.Pada akhirnya, Sisil tidak tahu harus berkata apa lagi karena bos besar di hadapannya ini menyanggupi semua permintaannya."Maaf, apa aku boleh tahu nama Anda?" Sisil bertanya sesuai instruksi Reina.Morgan terdiam sesaat, lalu
Nama ibu Marshanda pun muncul, Liane Yunandar.Satu jam kemudian, Reina mendapat semua informasi yang bawahannya temukan.Sebagai figur publik, informasi Syena dapat dengan mudah diselidiki.Yang menjadi perhatian Reina adalah apa hubungan antara dia dan Treya."Lima tahun lalu, Treya bertemu ayah Syena di luar negeri. Treya jatuh cinta pada ayah Syena dan menikah. Sekarang Treya adalah ibu tiri Syena."Ibu tiri ....Reina teringat dengan perkataan Treya tadi. Dia tidak percaya kalau Treya hanyalah ibu tiri.Dia tahu betul Treya itu orang seperti apa. Dia saja bisa bertindak begitu kejam dengan putri kandungnya, masa iya dia sebaik itu pada putri tirinya?"Bagaimana dengan ibu kandungnya?" Reina bertanya."Maksudmu Liane? Ayah Syena dianggap sebagai menantu yang menumpang hidup. Saat berada di Keluarga Yunandar, dia dan Liane juga nggak akur dan bercerai lima tahun lalu. Liane hanya punya seorang putri yaitu Syena dan Liane memperlakukannya dengan sangat baik, Syena minta apa pun pasti
Maxime tidak bertanya lagi.Dia kembali ke kamar.Lusa adalah Hari Tahun Baru dan semua orang libur. Maxime tidak harus bekerja dan Riko tidak harus pergi ke sekolah.Reina membawa Maxime ke sebuah kamar kecil, "Ada yang mau kubicarakan padamu."Mereka tidak sadar kalau Riko sedang menguping di luar pintu."Ada apa?" Maxime berdiri di depannya, sosoknya yang tinggi menghalangi sebagian besar cahaya."Aku sudah pikirkan baik-baik. Ayo kita cerai."Reina tahu tindakan ini kurang bijak. Dia memang tidak seharusnya meminta cerai saat Maxime amnesia, tetapi Reina tidak mau kehilangan anaknya.Maxime terdiam untuk waktu yang lama.Reina tahu Maxime tidak mungkin langsung setuju, jadi dia menambahkan, "Sebenarnya dari dulu yang orang yang kamu suka itu bukan aku, tapi seorang artis cantik. Kalian berdua adalah cinta pertama satu sama lain.""Kalau kamu cerai sama aku sekarang, dia pasti akan terima kamu balik. Aku jamin nanti kalau ingatanmu sudah balik, kamu pasti nggak akan menyesal."Maxim
Sebenarnya, ini bukan menjelaskan semuanya dengan jelas, tetapi menempatkan identitas dengan jelas bahwa Ari tidak pantas untuk Reina dan dia tidak lebih baik dari Maxime.Sekarang, Ari merasa sangat bersalah, "Bu Reina, kita akan bertemu lagi lain kali. Kali ini, aku yang mentraktirmu dan Tuan Maxime."Maxime segera membalas, "Nggak perlu. Saat datang, aku sudah bayar."Dia tidak mau menerima traktiran dari saingan cintanya, dia juga bukan orang yang suka gratisan.Ari makin malu, lalu mengangguk mengerti sebelum pergi bersama orang tuanya.Setelah dia pergi, Reina menghela napas panjang, merasa masih belum pulih dari semua kejutan yang baru saja terjadi."Apa maksudnya ini?" Reina bergumam pada dirinya sendiri.Maxime menatapnya dengan ramah. "Sudah percaya 'kan kamu sekarang?"Reina menghela napas, masih sedikit tidak percaya."Apa mungkin Ari mengarang jawaban yang barusan?"Dia tidak mengerti kenapa seorang selebriti pria populer menyukai seorang wanita yang lebih tua beberapa tah
"Bu, jangan konyol." Ari membela Reina, "Itu masalahku sendiri, nggak ada hubungannya sama dia."Ari memang penurut dan pengertian sejak kecil, kecuali untuk urusan jatuh cinta dan menikah.Melihatnya membela wanita lain, hati Retno jadi makin tidak nyaman, lalu melampiaskan kemarahannya pada Reina."Namamu Reina?" tanya Retno sambil menatapnya tajam. "Apa suamimu tahu tentang hubunganmu dengan Ari?"Kata-kata dingin Retno terus terlontar, "Kamu sudah menikah, punya anak dan terlihat sedikit lebih tua dari Ari. Jadi, kamu harusnya sangat pandai dalam memanipulasi laki-laki muda, bukan? Menurutmu, apa yang akan suamimu lakukan kalau aku memberitahunya semua ini?"Jika orang ini bukan ibu Ari, Reina pasti sudah membalas tanpa ampun."Tante, aku nggak memanipulasi anak Tante, jadi jangan bicara sembarangan tentangku. Usia anak Tante sudah dua puluhan, bukankah dia punya pendapat sendiri?" kata Reina dengan tegas.Ari mendengarkan percakapan antara Reina dan ibunya sendiri, mengerti bahwa
Sudut mulut Imran bergerak pelan, apakah itu kabar baik?"Lalu bagaimana sekarang?"Mereka berharap bisa bertemu dengan calon menantu mereka hari ini, tetapi tidak disangka semuanya tidak seperti yang mereka bayangkan.Retno berpikir sejenak, lalu menjawab, "Karena anak kita lebih suka yang sudah menikah, kenapa kita nggak carikan janda saja untuknya?"Raut wajah Imran terlihat makin aneh."Kamu nggak lagi bercanda?""Di zaman sekarang ini, bercerai bukanlah masalah besar." Retno berpikiran terbuka. "Yang penting anak kita bisa cepat menikah dan memberi kita cucu."Imran tidak menolak atau membantah.Dia hanya diam saja.Retno menganggapnya sebagai jawaban persetujuan darinya."Ayo. Karena ini salah paham, kita pulang saja." Imran berdiri.Pada saat itulah dia tiba-tiba mendengar Ari berkata lagi, "Bu Reina, apa kamu dan Tuan Maxime rujuk? Kamu sudah yakin nggak mau mempertimbangkan yang lain?"Reina sedikit bingung dengan pertanyaan yang tiba-tiba itu."Kenapa kamu tanya begitu?""Mak
Reina dan Maxime tiba di dalam restoran sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Maxime menerima telepon dan keluar sebentar.Melihatnya dari kejauhan, Ari langsung berjalan cepat ke arahnya.Setelah sampai di tempat itu, dia melihat sekeliling dan bertanya, "Katanya Tuan Maxime datang juga, di mana dia?""Oh, dia keluar sebentar buat jawab telepon," jawab Reina.Mendengar itu, Ari mengangguk dan duduk di seberang Reina.Dia tidak menyadari bahwa saat ini orang tuanya sedang duduk di ruang sebelah.Orang tua Ari senang saat melihat orang yang ditemui putra mereka adalah seorang wanita dan memiliki penampilan yang khas."Ternyata dia sudah punya pacar, tapi menyembunyikannya dari kita," kata Imran.Retno bertanya bingung, "Apa kamu nggak merasa wanita ini agak familier? Sepertinya aku pernah melihatnya di suatu tempat."Sebelumnya, Ari dan Reina pernah digosipkan dan berita keduanya menjadi pemberitaan hangat.Pada waktu itu, Retno sempat melihat foto profil Reina di berita."Memang n
Ibu kota.Keluarga Yinandar sangat meriah seperti biasa, Naria takut kedua orang tua itu kesepian, jadi meminta Reta untuk kembali lebih awal untuk menemani mereka merayakan Tahun Baru.Begitu Reina dan yang lainnya tiba, keduanya terlihat sangat gembira.Keempat cicit kecil itu memanggil mereka, kemudian mereka memberi keempatnya hadiah.Reina melihat bahwa mereka tidak bisa memegang semua hadiah itu dengan tangan mereka."Kakek, Nenek, kenapa beli banyak hadiah begini?""Kami senang karena mereka datang. Setiap kali kami melihat sesuatu yang bagus dan menyenangkan, kami berpikir untuk membelinya dan menyimpannya untuk mereka."Reina tidak berkata apa-apa lagi saat mendengar ini.Reina meminta keempat anaknya bermain bersama kakek dan neneknya, kemudian dia dan Maxime bisa keluar jalan-jalan, lalu sorenya menemui Ari....Rumah Ari.Ayah dan ibunya memegang banyak foto perempuan cantik dan menyerahkannya kepadanya. "Coba lihat."Ari hanya melirik mereka dan mengalihkan pandangannya."
"Ya."Riko mengiakan dengan sangat patuhDia menguap dan menyuruh ketiga adiknya untuk bangun.Kedua adiknya yang paling kecil langsung bangun, tetapi Riki yang selalu bersikap malas tidak mau bangun."Hoaam, Kak, aku masih ingin tidur. Kamu balik dulu saja, aku mau tidur sambil peluk Mama."Reina tidak bisa menahan tawa saat melihat adegan ini."Ya, kalian istirahat di sini dulu saja." Reina tidak tega berpisah dengan beberapa anak.Rasanya sangat bahagia bisa bersama anak-anak.Namun, Maxime berkata dengan tidak sabar, "Cepatlah."Riki beranjak dari lantai dengan gusar saat mendengar suara marah papanya."Ayo pergi." Dia menepuk lipatan di tubuhnya. Ternyata dia sudah bangun sejak tadi, dia hanya sengaja tidak ingin meninggalkan tempat itu.Reina melihat tanpa daya saat keempat anaknya pergi. Lalu, dia menggerutu kepada Maxime, "Kamu kenapa, sih? Kenapa ngusir mereka begitu?"Maxime bergegas menghampirinya dan memeluknya."Kalau ada mereka, bagaimana kita bisa punya waktu berdua?"".
Ketika Morgan pergi, dia melewati ruang tamu, melewati Aarav dan Daniel."Kamu baru pulang, apa sudah mau pergi lagi?" Daniel bertanya saat melihat Aarav akan keluar rumah."Hmm," jawab Morgan singkat.Daniel mengerutkan keningnya. "Jangan pergi, tunggu sampai makan nanti."Morgan tidak sependapat, bersikap seakan tidak mendengar perkataannya dan terus melangkahkan kakinya keluar rumah.Sikapnya membuat Daniel merasa canggung.Aarav yang berada di sampingnya memperhatikan semuanya dalam diam. Dia menyesap tehnya, lalu berkata, "Anak-anak sudah besar, jadi suka memberontak. Rendy juga sering membuatku kesal, jadi jangan ambil pusing.""Hmm." Daniel mengangguk."Kalau nggak ada yang lain, kami akan pulang dulu. Aku minta tolong kepadamu untuk bicara dengan Max terkait kerja sama ini." Aarav berhenti sejenak, lalu menambahkan, "Bagaimanapun juga, kamu itu ayah Max, kepala keluarga.""Kak, jangan khawatir."Daniel mengantarnya pergi.Sebenarnya Daniel tidak bodoh, mana mungkin dia tidak ta
Daniel mengangguk berulang kali. "Tentu saja, Kak."Setelah mengatakan itu, sebagai orang tua yang baik, dia langsung melangkah mendekati Tommy."Tommy, kalau kamu nggak mau pakai topeng ini, kamu nggak perlu memakainya."Daniel memaafkan Tommy atas nama Riko tanpa menanyakan apa yang terjadi hari itu.Riko mengerti orang seperti apa kakeknya, dia pun tidak marah.Tommy segera melepaskan topeng Siluman Babi itu dari wajahnya. Dia menginginkan topeng Raja Kera, siapa yang menginginkan topeng Siluman Babi.Aarav pura-pura memelototinya. "Tommy, cepat bilang terima kasih sama Kakek.""Terima kasih, Kakek.""Ini bukan apa-apa, nggak perlu berterima kasih," kata Daniel sambil tertawa.Aarav memperhatikan bahwa situasi di sini begitu harmonis dan bahagia, jadi dia mengutarakan tujuan kedatangannya."Max, karena kita keluarga, aku nggak akan basa-basi. Aku dengar IM Grup memiliki proyek di luar negeri yang membutuhkan penghubung? Bagaimana pendapatmu tentang perusahaan kita?"Maxime tahu bahw
"Ayah, kalau Ayah benar-benar ingin berubah, lebih baik bersikap baik pada Ibu dulu, itu yang utama." Maxime mengatakan ini dari lubuk hatinya yang terdalam. "Apa Ayah ingat, saat aku dan Reina ingin bercerai, bukankah Ayah menasihatiku biar nggak cerai dengannya atau aku akan menyesal nantinya.""Saat ini, apa Ayah menyesal?" tanya Maxime.Wajah Daniel sedikit menegang.Dalam hal hubungan dan perasaan, pihak yang menyaksikanlah yang akan sadar lebih jelas.Pada awalnya, dia bisa melihat sekilas bahwa Reina adalah menantu yang baik, dia pun memperlakukan Maxime dengan baik. Jika Maxime menceraikannya, dia pasti tidak akan bisa menemukan orang lain yang akan memperlakukannya dengan baik.Demikian pula, Maxime juga menerapkan situasi ini kepada ayahnya."Sayangnya, aku dan ibumu sudah tua dan berbeda darimu saat itu. Kamu nggak ngerti."Daniel masih tidak bisa melepaskan harga dirinya dengan meminta rujuk.Maxime sadar akan hal ini dan tidak mencoba membujuknya lebih jauh."Oh ya, bagaim