Yang Riko maksud dengan nyebur adalah Maxime nyebur di sungai lalu menangkap ikan dengan tangan kosong.Riko sengaja ingin menyulitkan Maxime.Lyann juga menyadari akal bulus Riko dan hendak menolak saat tiba-tiba Maxime berkata, "Oke, malam ini aku pergi menangkap ikan."Reina terkejut, kenapa tiba-tiba Maxime mau menangkap ikan?Lyann tidak percaya, apalagi di musim hujan seperti ini air sungai kerap naik.Dalam hati Lyann hanya membatin, "Cih, sombong. Nggak takut apa kalau terjadi apa-apa?"Inilah faktanya kalau uang memang hampir bisa membeli semua hal di dunia ini.Hari itu juga, pukul 10 malam. Ada orang yang membawa ikan segar kesukaan Lyann hasil tangkapan di sungai.Maxime memberikan ikan itu pada Reina.Reina langsung mengambilnya dan membuat sup ikan untuk Lyann. Sup itu sangat enak karena daging ikan yang baru ditangkap sangat segar.Setelah masak sepanci sup, masih ada sebagian ikan yang tersisa. Reina pun berencana memberikannya pada tetangga.Reina tidak heran dari mana
Mobil itu berhenti di pintu masuk Hotel Fourse.Alana masih duduk di dalam mobil dan menatap ke dalam hotel dengan kegelisahan yang luar biasa.Dia memaksa dirinya untuk tenang dengan menggandeng Riko turun dari mobil.Reina juga mengikuti.Riko melihat jam tangannya.Hmm ... kenapa pacar gadungan yang dia sewa belum datang juga? Masih mau uang tidak sih? Kok tidak profesional.Nanti bertekad akan memberi nilai buruk untuk orang itu.Dari awal Alana memang tidak menganggap serius kata-kata Riko. Bagaimanapun, Riko hanya seorang anak kecil, mana mungkin anak sekecil ini bisa menemukan pasangan untuknya yang lebih baik dari Yansen?"Nana, aku gugup banget." Alana kembali menatap Reina.Reina melangkah maju dan menggandengnya erat-erat, "Jangan takut, ada aku di sini."Selama bertahun-tahun, Alana tidak pernah berhubungan dengan pria lain selain Yansen. Bukan karena tidak ada yang mengejarnya, tapi karena dia menolak semuanya.Hal pertama yang Alana lakukan saat kembali ke tanah air adala
Ibu Yansen memperbolehkan Yansen terus berhubungan dengan Alana karena tahu Alana adalah seorang putri bos kaya.Reina tahu apa yang ada di pikiran ibu Yansen, Reina tidak berniat menutupi niat jelek ibu Yansen di depan anaknya sendiri."Oh, aku ngerti. Wah, Anda benar-benar ibu yang hebat. Anda masih mencari selingkuhan untuk putramu yang akan menikah? Apa calon menantu perempuanmu tahu?" Tanpa memberi kesempatan ibu Yansen menjawab, Reina sudah melanjutkan, "Hari ini Alana datang ke pesta bukan karena nggak bisa lupa sama mantan pacarnya. Dia cuma mau lihat bagaimana keluarga seperti kalian menghancurkan hidup seorang gadis baik-baik."Setelah itu Reina memandang Yansen dengan sinis, "Pak Yansen ternyata dididik dalam lingkungan seperti ini? Coba lihat perkataan ibumu, apa kamu pantas jadi pengacara?"Sebelumnya Reina tidak tahu seperti apa orangtua Yansen, dia hanya merasa Yansen itu pria berhati dingin.Setelah mendengar ucapan Reina, Yansen pun menegur ibunya, "Bu, jangan bicara s
Maxime dan Ekki berada di sebuah kamar di hotel yang sama. Kejadian ini dipantau langsung oleh keduanya.Ekki tercengang, "Kok Riko jadi anaknya Alana lagi?"Maxime datang ke Kota Simaliki untuk menjaga Reina.Maxime bilang, mereka bukan menguntit melainkan sedang menjaga Reina.Jadi Maxime mengutus beberapa pengawal untuk mengikuti Reina dan merekam situasinya.Maxime tidak penasaran dengan pertanyaan Ekki. Karena Alana dan Reina bersahabat, wajar kalau Alana mengakui Riko sebagai anaknya.Lalu, bagaimana dengan sosok ayah yang dikatakan Riko?Apa sudah waktunya bagi orang paling berkuasa di Kota Simaliki untuk menampakkan diri?Tapi sekarang Maxime tidak bisa melihat ....Anak mungkin bisa dipinjam, tapi suami tidak bisa.Maxime tidak mau menjadi suami wanita lain.Dia memberi tahu Ekki, "Turun ke bawah dan selesaikan masalah ini."Teman Nana adalah temannya juga, bagaimana Maxime bisa membiarkan temannya diintimidasi?"Ya."Meski Yansen adalah seorang pengacara, tidak ada yang tidak
Riko tercengang, bagaimana pria ini bisa mendapatkan undangan yang dia berikan?Pria ini bahkan memanfaatkannya, tapi sekarang Riko tidak punya pilihan lain selain bekerja sama dengan pria ini."Ayah benar!"Ketiganya sungguh terlihat seperti sebuah keluarga kecil yang harmonis saat berdiri bersama.Entah mengapa mata Yansen terasa sakit saat melihat hal ini.Namun, dia tetap menjaga sikap untuk tenang dan berkata, "Pak Jovan, aku minta maaf atas penyambutan yang buruk."Jovan pun menoleh dan menatapnya dengan dingin.Jovan menyahut, "Bukan hanya penyambutan yang buruk, kamu juga sudah menghina istri dan anakku. Jadi? Gimana kamu mau menyelesaikan masalah ini?""Kamu seorang pengacara, 'kan? Kamu yakin bisa menang kasus ini di pengadilan?"Bagi Keluarga Tambolo, menekan Yansen sampai mati sama mudahnya seperti meremas semut kecil sampai mati.Yansen yang bisa membaca situasi pun menjawab, "Maaf, aku benar-benar minta maaf."Jovan tidak menerima permintaan maafnya, lalu berkata pada Ala
Jovan mengernyit saat melihat ketiga orang itu pergi, lalu menggerutu, "Bahkan nggak ngucapin makasih."Jovan pun masuk ke mobilnya sendiri.Saat ini di mobil Jovan ada pula seorang lelaki tua berambut putih. "Dasar bocah tak berguna, bisa nggak sih ngejar wanita? Masa ditolak sekali langsung menyerah?"Orang yang bicara tidak lain adalah kakek Jovan yang sangat mengkhawatirkan pernikahannya.Hari ini sebenarnya Jovan tidak berniat datang. Sayang, kakeknya mendengar tentang tulisan Riko yang ingin mencari ayahnya.Kakeknya tentu memaksa, atau lebih tepatnya mengancamnya. Dia bilang kalau Jovan tidak mau datang, maka kakeknya akan memastikan esok hari Jovan akan bangun di dalam peti mati.Mau tidak mau, Jovan pun datang untuk membantu Alana."Memangnya aku tipe pria seperti itu?" tanya Jovan.Tuan Besar Jacob pun mengangkat tongkat dan memukul Jovan. "Kutegaskan sekali lagi ya, Alana itu cucu menantuku. Aku nggak peduli gimana caranya, yang jelas kamu harus nikah sama dia!"Sejak meliha
Nona Reina yang disebutkan oleh sekretaris tentu saja adalah Reina."Reina?"Joanna juga bisa menerka berbagai spekulasi di benak sekretarisnya, tapi dia tidak berpikir Riko itu putra Reina."Apa jangan-jangan ayah Riko itu salah satu kerabat Reina?"Sekretaris itu agak setuju dengan pemikiran Joanna dan menjawab, "Ibu dan adik Reina sepertinya sudah kembali ke Kota Simaliki."Ketika Joanna mendengar Treya kembali ke kota Simaliki, wajahnya langsung berubah dingin."Mereka nggak akan jadi vampir penghisap kekayaan Keluarga Sunandar lagi, 'kan?"Sekretaris itu memberi tahu Joanna bahwa Treya menikah dengan seorang pengusaha kaya di luar negeri bernama Tanu.Joanna jadi lebih meremehkan Treya, hanya wanita pecundang yang hidup dengan mengandalkan pria.Setelah percakapan itu, Joanna pun melupakan Riko."Ngomong-ngomong, bagaimana kabar Max sekarang?""Tuan Muda jarang keluar, dia tinggal di rumah setiap hari."Si sekretaris cukup bersimpati pada Maxime. Padahal dulu Maxime begitu berkuas
"Kamu ngapain? Lepaskan."Reina hendak mendorong Maxime menjauh, tapi pria itu malah memeluknya lebih erat.Dengan tangannya yang bebas, Maxime meremas tangan kecil Reina."Jangan bergerak, jangan sakiti anak kita."Setelah itu Maxime terpikir sesuatu, "Harusnya sekarang sudah hampir tiga bulan, 'kan? Yuk hari ini kita pergi periksa kehamilan."Reina mengernyit mendengarnya."Aku sudah periksa, anakku baik-baik aja. Aku tegaskan lagi, aku nggak hamil anak kamu."Maxime tidak memedulikan perkataan Reina dan tetap membopongnya ke lantai atas."Maxime, turunin! Aku nggak mau ke kamar." Reina mencubit lengan Maxime kuat-kuat.Sepertinya Maxime mati rasa karena meski Reina sudah mencubit sekuat mungkin, dia tetap menolak menurunkan Reina.Reina sadar, akhir-akhir ini Maxime mulai berani.Maxime menggendongnya ke kamar, menutup pintu dan dengan hati-hati membaringkan Reina di kasur."Ayo, nurut."Reina terdiam. Dia tidak menyangka bahkan dalam hal fisik dia tetap tidak bisa menandingi Maxime
Sebenarnya, ini bukan menjelaskan semuanya dengan jelas, tetapi menempatkan identitas dengan jelas bahwa Ari tidak pantas untuk Reina dan dia tidak lebih baik dari Maxime.Sekarang, Ari merasa sangat bersalah, "Bu Reina, kita akan bertemu lagi lain kali. Kali ini, aku yang mentraktirmu dan Tuan Maxime."Maxime segera membalas, "Nggak perlu. Saat datang, aku sudah bayar."Dia tidak mau menerima traktiran dari saingan cintanya, dia juga bukan orang yang suka gratisan.Ari makin malu, lalu mengangguk mengerti sebelum pergi bersama orang tuanya.Setelah dia pergi, Reina menghela napas panjang, merasa masih belum pulih dari semua kejutan yang baru saja terjadi."Apa maksudnya ini?" Reina bergumam pada dirinya sendiri.Maxime menatapnya dengan ramah. "Sudah percaya 'kan kamu sekarang?"Reina menghela napas, masih sedikit tidak percaya."Apa mungkin Ari mengarang jawaban yang barusan?"Dia tidak mengerti kenapa seorang selebriti pria populer menyukai seorang wanita yang lebih tua beberapa tah
"Bu, jangan konyol." Ari membela Reina, "Itu masalahku sendiri, nggak ada hubungannya sama dia."Ari memang penurut dan pengertian sejak kecil, kecuali untuk urusan jatuh cinta dan menikah.Melihatnya membela wanita lain, hati Retno jadi makin tidak nyaman, lalu melampiaskan kemarahannya pada Reina."Namamu Reina?" tanya Retno sambil menatapnya tajam. "Apa suamimu tahu tentang hubunganmu dengan Ari?"Kata-kata dingin Retno terus terlontar, "Kamu sudah menikah, punya anak dan terlihat sedikit lebih tua dari Ari. Jadi, kamu harusnya sangat pandai dalam memanipulasi laki-laki muda, bukan? Menurutmu, apa yang akan suamimu lakukan kalau aku memberitahunya semua ini?"Jika orang ini bukan ibu Ari, Reina pasti sudah membalas tanpa ampun."Tante, aku nggak memanipulasi anak Tante, jadi jangan bicara sembarangan tentangku. Usia anak Tante sudah dua puluhan, bukankah dia punya pendapat sendiri?" kata Reina dengan tegas.Ari mendengarkan percakapan antara Reina dan ibunya sendiri, mengerti bahwa
Sudut mulut Imran bergerak pelan, apakah itu kabar baik?"Lalu bagaimana sekarang?"Mereka berharap bisa bertemu dengan calon menantu mereka hari ini, tetapi tidak disangka semuanya tidak seperti yang mereka bayangkan.Retno berpikir sejenak, lalu menjawab, "Karena anak kita lebih suka yang sudah menikah, kenapa kita nggak carikan janda saja untuknya?"Raut wajah Imran terlihat makin aneh."Kamu nggak lagi bercanda?""Di zaman sekarang ini, bercerai bukanlah masalah besar." Retno berpikiran terbuka. "Yang penting anak kita bisa cepat menikah dan memberi kita cucu."Imran tidak menolak atau membantah.Dia hanya diam saja.Retno menganggapnya sebagai jawaban persetujuan darinya."Ayo. Karena ini salah paham, kita pulang saja." Imran berdiri.Pada saat itulah dia tiba-tiba mendengar Ari berkata lagi, "Bu Reina, apa kamu dan Tuan Maxime rujuk? Kamu sudah yakin nggak mau mempertimbangkan yang lain?"Reina sedikit bingung dengan pertanyaan yang tiba-tiba itu."Kenapa kamu tanya begitu?""Mak
Reina dan Maxime tiba di dalam restoran sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Maxime menerima telepon dan keluar sebentar.Melihatnya dari kejauhan, Ari langsung berjalan cepat ke arahnya.Setelah sampai di tempat itu, dia melihat sekeliling dan bertanya, "Katanya Tuan Maxime datang juga, di mana dia?""Oh, dia keluar sebentar buat jawab telepon," jawab Reina.Mendengar itu, Ari mengangguk dan duduk di seberang Reina.Dia tidak menyadari bahwa saat ini orang tuanya sedang duduk di ruang sebelah.Orang tua Ari senang saat melihat orang yang ditemui putra mereka adalah seorang wanita dan memiliki penampilan yang khas."Ternyata dia sudah punya pacar, tapi menyembunyikannya dari kita," kata Imran.Retno bertanya bingung, "Apa kamu nggak merasa wanita ini agak familier? Sepertinya aku pernah melihatnya di suatu tempat."Sebelumnya, Ari dan Reina pernah digosipkan dan berita keduanya menjadi pemberitaan hangat.Pada waktu itu, Retno sempat melihat foto profil Reina di berita."Memang n
Ibu kota.Keluarga Yinandar sangat meriah seperti biasa, Naria takut kedua orang tua itu kesepian, jadi meminta Reta untuk kembali lebih awal untuk menemani mereka merayakan Tahun Baru.Begitu Reina dan yang lainnya tiba, keduanya terlihat sangat gembira.Keempat cicit kecil itu memanggil mereka, kemudian mereka memberi keempatnya hadiah.Reina melihat bahwa mereka tidak bisa memegang semua hadiah itu dengan tangan mereka."Kakek, Nenek, kenapa beli banyak hadiah begini?""Kami senang karena mereka datang. Setiap kali kami melihat sesuatu yang bagus dan menyenangkan, kami berpikir untuk membelinya dan menyimpannya untuk mereka."Reina tidak berkata apa-apa lagi saat mendengar ini.Reina meminta keempat anaknya bermain bersama kakek dan neneknya, kemudian dia dan Maxime bisa keluar jalan-jalan, lalu sorenya menemui Ari....Rumah Ari.Ayah dan ibunya memegang banyak foto perempuan cantik dan menyerahkannya kepadanya. "Coba lihat."Ari hanya melirik mereka dan mengalihkan pandangannya."
"Ya."Riko mengiakan dengan sangat patuhDia menguap dan menyuruh ketiga adiknya untuk bangun.Kedua adiknya yang paling kecil langsung bangun, tetapi Riki yang selalu bersikap malas tidak mau bangun."Hoaam, Kak, aku masih ingin tidur. Kamu balik dulu saja, aku mau tidur sambil peluk Mama."Reina tidak bisa menahan tawa saat melihat adegan ini."Ya, kalian istirahat di sini dulu saja." Reina tidak tega berpisah dengan beberapa anak.Rasanya sangat bahagia bisa bersama anak-anak.Namun, Maxime berkata dengan tidak sabar, "Cepatlah."Riki beranjak dari lantai dengan gusar saat mendengar suara marah papanya."Ayo pergi." Dia menepuk lipatan di tubuhnya. Ternyata dia sudah bangun sejak tadi, dia hanya sengaja tidak ingin meninggalkan tempat itu.Reina melihat tanpa daya saat keempat anaknya pergi. Lalu, dia menggerutu kepada Maxime, "Kamu kenapa, sih? Kenapa ngusir mereka begitu?"Maxime bergegas menghampirinya dan memeluknya."Kalau ada mereka, bagaimana kita bisa punya waktu berdua?"".
Ketika Morgan pergi, dia melewati ruang tamu, melewati Aarav dan Daniel."Kamu baru pulang, apa sudah mau pergi lagi?" Daniel bertanya saat melihat Aarav akan keluar rumah."Hmm," jawab Morgan singkat.Daniel mengerutkan keningnya. "Jangan pergi, tunggu sampai makan nanti."Morgan tidak sependapat, bersikap seakan tidak mendengar perkataannya dan terus melangkahkan kakinya keluar rumah.Sikapnya membuat Daniel merasa canggung.Aarav yang berada di sampingnya memperhatikan semuanya dalam diam. Dia menyesap tehnya, lalu berkata, "Anak-anak sudah besar, jadi suka memberontak. Rendy juga sering membuatku kesal, jadi jangan ambil pusing.""Hmm." Daniel mengangguk."Kalau nggak ada yang lain, kami akan pulang dulu. Aku minta tolong kepadamu untuk bicara dengan Max terkait kerja sama ini." Aarav berhenti sejenak, lalu menambahkan, "Bagaimanapun juga, kamu itu ayah Max, kepala keluarga.""Kak, jangan khawatir."Daniel mengantarnya pergi.Sebenarnya Daniel tidak bodoh, mana mungkin dia tidak ta
Daniel mengangguk berulang kali. "Tentu saja, Kak."Setelah mengatakan itu, sebagai orang tua yang baik, dia langsung melangkah mendekati Tommy."Tommy, kalau kamu nggak mau pakai topeng ini, kamu nggak perlu memakainya."Daniel memaafkan Tommy atas nama Riko tanpa menanyakan apa yang terjadi hari itu.Riko mengerti orang seperti apa kakeknya, dia pun tidak marah.Tommy segera melepaskan topeng Siluman Babi itu dari wajahnya. Dia menginginkan topeng Raja Kera, siapa yang menginginkan topeng Siluman Babi.Aarav pura-pura memelototinya. "Tommy, cepat bilang terima kasih sama Kakek.""Terima kasih, Kakek.""Ini bukan apa-apa, nggak perlu berterima kasih," kata Daniel sambil tertawa.Aarav memperhatikan bahwa situasi di sini begitu harmonis dan bahagia, jadi dia mengutarakan tujuan kedatangannya."Max, karena kita keluarga, aku nggak akan basa-basi. Aku dengar IM Grup memiliki proyek di luar negeri yang membutuhkan penghubung? Bagaimana pendapatmu tentang perusahaan kita?"Maxime tahu bahw
"Ayah, kalau Ayah benar-benar ingin berubah, lebih baik bersikap baik pada Ibu dulu, itu yang utama." Maxime mengatakan ini dari lubuk hatinya yang terdalam. "Apa Ayah ingat, saat aku dan Reina ingin bercerai, bukankah Ayah menasihatiku biar nggak cerai dengannya atau aku akan menyesal nantinya.""Saat ini, apa Ayah menyesal?" tanya Maxime.Wajah Daniel sedikit menegang.Dalam hal hubungan dan perasaan, pihak yang menyaksikanlah yang akan sadar lebih jelas.Pada awalnya, dia bisa melihat sekilas bahwa Reina adalah menantu yang baik, dia pun memperlakukan Maxime dengan baik. Jika Maxime menceraikannya, dia pasti tidak akan bisa menemukan orang lain yang akan memperlakukannya dengan baik.Demikian pula, Maxime juga menerapkan situasi ini kepada ayahnya."Sayangnya, aku dan ibumu sudah tua dan berbeda darimu saat itu. Kamu nggak ngerti."Daniel masih tidak bisa melepaskan harga dirinya dengan meminta rujuk.Maxime sadar akan hal ini dan tidak mencoba membujuknya lebih jauh."Oh ya, bagaim