Maxime panik, dia menerobos kerumunan dan mencari Reina dengan cemas.Baru setelah dia melihat Reina ada di kasir, hatinya sedikit tenang.Setelah selesai belanja, Reina pulang dan istirahat.Reina sedang hamil, dia harus melindungi bayinya dengan baik.Reina menulis lagi sebentar, lalu bersandar di kursi malas, mendengarkan lagu, membaca buku, mengelus perutnya dan berbisik."Sayang, cepat besar ya."Tiba-tiba ponselnya bergetar, ada sebuah pesan dari nomor yang tidak dikenal. Reina membuka pesan itu dan ternyata adalah foto berdarah.Tangannya gemetar, hampir saja Reina menjatuhkan ponselnya ke lantai.Reina hanya menanggap pesan itu sebatas keusilan seseorang, jadi dia langsung menghapusnya.Malamnya, tiba-tiba terdengar suara gemerisik di luar.Reina yang tidak bisa tidur nyenyak langsung terbangun. Dia berjalan ke ruang tamu dan bertanya, "Siapa?""Maxime, kamu bukan?"Karena tadi kunci rumahnya sudah diganti, Reina pikir Maxime sedang mengotak-atik kunci karena tidak bisa masuk s
Tubuh Reina gemetar."Maxime, kita tuh sudah cerai! Kamu jangan begini!"Sambil menelanjangi pakaian Reina, Maxime berkata, "Memangnya cerai keputusan sebelah pihak?"Reina tidak bisa mengelak atau melawan, jadi satu-satunya cara adalah dengan menggigit.Dia menggigit bahu Maxime.Pria itu mengerang kesakitan, tapi tidak menyerah.Mulut Reina dipenuhi rasa asin darah dan dia menatap Maxime dengan tatapan kosong, lalu mengutuk, "Maxime, kamu bajingan!""Sebenarnya apa sih maumu? Waktu kita menikah kamu pernah bilang selamanya nggak akan sentuh aku. Sekarang aku udah nggak cinta sama kamu, tapi kamu malah begini!" Reina yang marah pun tidak sungkan membentak Maxime."Aku salah. Aku bukannya nggak suka lagi sama kamu, tapi memang orang yang kusuka sejak awal itu bukan kamu!""Kamu sama sekali bukan tipeku, kamu itu orang gila yang kejam dan psikopat!""Kalau aku tahu kamu punya saudara kembar, aku nggak akan nikah sama kamu!"Napas Maxime terasa makin berat saat mendengarkan semua kata-ka
Detik ini pula, Reina bertekad harus memutuskan hubungannya dengan Maxime sampai tuntas.Malam itu hujan badai.Maxime memeluk Reina erat-erat. Reina merasa haus."Aku mau minum."Maxime membuka matanya dan meraih botol air di meja samping tempat tidur. Saat itulah dia melihat jelas bekas gigi di tangannya.Bahunya juga ada bekas gigi, sedangkan bibirnya juga habis digigit Reina.Maxime membuka botol air, lalu memberikannya pada Reina yang ada di pelukannya.Reina merasa baikan setelah minum beberapa teguk, tapi tiba-tiba perutnya terasa mual."Hoek!"Reina tidak tahan lagi, dia langsung menyibak tangan Maxime dan berguling ke samping kasur untuk muntah tapi tidak ada yang keluar.Maxime ikut bangun dan menepuk punggung Reina, "Kamu kenapa?"Reina langsung menepis tangan Maxime. "Jangan sentuh aku!"Tangan Maxime terhenti.Reina menoleh dan menatap Maxime dengan dingin, "Bisa tolong pergi dari sini?"Ekspresi di wajah tampan Maxime langsung berubah. Dia mengulurkan tangan dan menjepit
Setelah Reina mengatakan ingin menggugat cerai Maxime, Alana mulai menulis dakwaan."Ya, kami nggak bisa terus seperti ini."Reina melihat sekilas berkas yang disiapkan Alana, lalu berkata, "Kasih tahu aja kamu butuh informasi apalagi?""Aku mau cepat selesai, kamu yakin ini cukup?"Alana ragu-ragu sejenak dan menatap Reina dengan cermat."Reina, kamu punya catatan medis waktu menikah dulu nggak? Kalau ada laporan itu peluang menang sudah 80%."Setelah Reina menikah, dia tidak pernah hamil sehingga harus menjalani berbagai perawatan.Dia juga menderita depresi berat dan telah berpisah dengan Maxime selama beberapa tahun.Kalau tujuannya hanya bercerai, kemungkinan besar akan menang.Reina teringat, lalu berkata, "Oke, nanti kalau sudah siap aku kasih ke kamu.""Ya, kalau bisa kita tambahin bukti hubungan Maxime dan Marshanda, atau bukti kalau Maxime nggak memperlakukanmu dengan baik," sambung Alana.Reina mengerti."Kalau gitu aku masukin dakwaannya hari ini?""Oke."....Di sisi lain,
Reina terus bercerita sampai ketiduran.Kali ini, gantian Maxime yang tidak bisa tidur. Kata-kata Morgan terus terngiang di benak Maxime, "Orang yang Reina sukai itu aku, orang yang mau dia nikahi itu aku!"Maxime akhirnya tertidur, tapi dalam mimpinya Reina kabur lagi.Maxime terbangun, Reina masih tidur di sampingnya dan hari masih gelap.Maxime tidak bisa tidur sama sekali, jadi dia bangun dan menelepon Morgan tapi tidak ada yang menjawab.Maxime pun menelepon Joanna, "Bu, Morgan mana?""Dia pergi berobat, kenapa?" tanya Joanna.Tatapan Maxime jadi dingin. "Nggak apa-apa."Dia menutup telepon.Joanna awalnya mau bertanya tentang Reina, tapi ketika Maxime menutup telepon, dia hanya bisa menghela napas.Dia bertanya pada sekretarisnya, "Apa Riko sudah kembali ke sekolah?""Kepala sekolah bilang dia nggak balik sekolah setelah dijemput ayahnya beberapa hari yang lalu."Joanna mengernyit dan berpikir sejenak, "Kamu sudah buat janji dengan Alana?"Sekretaris itu menggeleng."Alana bilang
Pesan itu berbunyi, "Terima kasih atas bantuannya. Sejujurnya, saat ini aku sangat membutuhkan kerja sama ini. Aku nggak ngerti kenapa tadi kamu tanya-tanya tentang perceraianku. Aku cuma mau kasih tahu meski aku gagal dalam pernikahan, bukan berarti semua pernikahan pasti gagal. Kalau sekarang kamu ada masalah dalam pernikahan, semoga masalahnya cepat selesai, semoga kamu dan istrimu bisa cepat baikan dan hidup harmonis.Maxime tidak bisa menjelaskan perasaannya.Maxime membalas, "Tapi kayaknya dia nggak cinta lagi sama aku, kamu punya saran?"Reina mengambil ponselnya yang berbunyi dan mendapati ada pesan masuk dari kliennya.Reina tidak menyangka kliennya itu benar-benar memiliki masalah pernikahan, dia juga tidak menyangka klien itu akan membalas pesannya tadi.Reina membalas, "Apa kalian saling salah paham?"Maxime menimbang-nimbang, lalu mengetik."Sebelumnya aku nggak ... " Maxime menghapus pesannya dan mengetik ulang, "Dulu dia cinta banget sama aku."Maxime kembali menghapus p
Maxime tidak menjawab. Baginya, dia memang harus mendapatkan apa yang dia inginkan.Reina tidak bertanya lebih lanjut, dia duduk di sofa yang hangat sambil melihat ke sekeliling dan mengenang masa kecilnya."Kalau kamu mau, kita bisa tinggal di sini."Reina merasa Maxime sudah salah paham.Bagi seseorang yang sejak kecil tidak disukai ibunya, sebenarnya dia sama sekali tidak suka berada di sini.Ayahnya memang sangat baik padanya, tapi dia sibuk bekerja.Saat ayahnya tidak ada di rumah dan meninggalkannya sendirian, dia merasa seperti orang asing saat melihat kehangatan antara ibu dan adiknya."Aku nggak mau tinggal di sini."Maxime terdiam.Reina menatapnya, "Kamu balikin aja rumah ini ke Marshanda.""Aku nggak mau berutang apa pun lagi ke kamu."Alana sudah mengajukan gugatan perceraian ke pengadilan kemarin lusa dan Maxime akan segera tahu.Reina berdiri, "Kalau nggak ada urusan lain, aku mau pergi ke tempat Alana."Tanpa menunggu jawaban Maxime, Reina kembali mengenakan jaketnya da
Reina langsung tutup telepon setelah selesai bicara.Di sisi lain, Maxime sangat marah hingga hampir menghancurkan ponselnya.Ekki berdiri di samping dengan hati-hati, tidak berani mengatakan apa pun.Hati Maxime rasanya tertindih batu raksasa."Kita punya waktu berapa lama?""Setengah bulan."Setelah pengajuan gugatan diterima, kedua pihak punya waktu sekitar dua minggu untuk menyiapkan dokumen pembelaan.Ekki tidak menyangka Reina sungguh ingin putus dengan Maxime. Dia pikir tidak akan lama lagi Reina akan memaafkan Maxime dan menjadi istri yang baik.Bagaimanapun, Keluarga Sunandar memiliki bisnis yang hebat dan sungguh merupakan pencapaian yang tinggi bagi wanita seperti Reina untuk menikahi Maxime.Maxime menenangkan diri dan bertanya, "Siapa pengacara Reina?""Alana, temannya."Maxime menatap Ekki, "Seingatku kamu pernah periksa tentang Alana, mantan pacarnya juga seorang pengacara, 'kan?"Ekki yang cepat tanggap, spontan langsung tersenyum, "Ah, dia pengacara yang hebat. Namanya
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba