Diego menyesap airnya, lalu berkata, "Nenek, 'kan sudah kubilang, rumah itu awalnya milikku, tapi kemudian dilelang, lalu setelah melewati banyak liku-liku, rumah itu berakhir di tangan Reina.""Kalau gitu ya harusnya dia balikin ke kamu dong. Dia 'kan cuma putri angkat. Kok malah dia yang ngambil rumah Keluarga Andara?" Ibu Treya itu masih berpikiran kolot. Baginya semua harta harus jatuh ke tangan anak laki-laki.Diego sadar, tidak mungkin mengubah pola pikir neneknya yang sudah sangat tua ini."Nenek, gimana pun juga Nenek nggak boleh sampai menyinggung Reina ya. Sekarang dia adalah satu-satunya pewaris Keluarga Yinandar dan istri Maxime. Cucumu dan aku semua bergantung sama dia."Ibu Treya juga sadar betapa besar kehebatan Reina."Yah, aku tahu. Aku nggak akan menyinggung dia lagi, tapi ...." Ibu Treya terdiam sejenak, "Bukannya kamu bilang, kamu jatuh cinta sama gadis dari Keluarga Sunandar itu? Jadi si Reina bisa bantuin kamu supaya bisa nikah sama dia nggak? Waktu dulu Nenek per
Di Klub Beautide.Alana juga berlari mendekat.Reina mengernyit, "Alana, kamu 'kan lagi hamil, kok ada di sini?"Alana memeluk lengan Reina dan bertingkah genit."Jangan khawatir, aku nggak minum. Kita 'kan jarang banget ngumpul, masa aku sendirian yang nggak ikut?""Kalau begitu janji ya, nanti harus hati-hati lho." Reina menyuruh Alana duduk di posisi paling pojok supaya tidak tersenggol orang lain."Oke."Alana berjanji.Dia tidak merasakan banyak ketidaknyamanan sejak hamil, hanya sesekali mual di pagi hari, tapi yang lainnya tidak berubah.Reina benar-benar menjaga Alana dan duduk di sampingnya.Gaby, Brigitta dan Sisil bersenang-senang dengan gembira.Sisil awalnya ingin menelepon Deron, tetapi langsung dilarang oleh para wanita lain, "Nggak boleh, ini hari kita para wanita, nggak boleh bawa pasangan.""Oke."Sisil merasa sedikit kecewa.Dia sangat menyukai Deron. Dia suka Deron yang serius, suka Deron yang terkadang bersikap dingin dan berharap bisa tinggal bersamanya setiap har
Reina mengernyit, meraih Sisil yang sedang berdebat dengan pria itu dan menatap pria itu dengan dingin."Aku sarankan, sebaiknya kamu jaga mulutmu. Siapa bilang wanita baik-baik nggak boleh minum di bar? Apa semua wanita di sini bukan wanita baik-baik?"Pria itu kehilangan muka, ditegur keras oleh Reina pula. Dia jadi makin marah dan tidak bersikap sopan lagi."Kamu tahu nggak siapa ayahku?""Kok kamu nggak tahu? Ibumu nggak ngasih tahu kamu?" Reina bertanya balik.Sahabat Reina bertepuk tangan, sedangkan ekspresi pria itu makin kelam."Bagus! Kurang ajar sekali kamu! Tunggu pembalasanku!"Pria itu langsung pergi.Reina tidak menunjukkan rasa takut sama sekali dan terus minum.Brigitta berkata, "Aku telepon Ethan ya, biar dia beresin masalah tadi.""Nggak usah ganggu dia, kalau pria itu berani cari masalah, kita bisa minta bantuan orang di sini."Pengawal Reina ada di luar, jadi dia sama sekali tidak takut pada pria ini.Brigitta mengangguk.Sisil juga berkata, "Jangan lupa, aku bisa b
Hanna tentu hanya berujar asal saja, karena perbedaan kekuatan fisik pria dan wanita terlalu besar, dia bahkan tidak bisa melepaskan diri dari tangan Jason."Sudah, sudah jangan marah, ayo pulang."Sebuah pemikiran buruk muncul di benak Jason.Jason sedang berpikir cara kotor apa yang harus dia lakukan pada Hanna, wanita ini sangat sombong.Jason melirik ke sekeliling, ada pengawal yang mendatangi mereka.Jason langsung menutup mulut Hanna dan memeluknya, "Ayo pergi, Hanna. Jangan marah, aku janji nggak akan datang ke tempat seperti ini lagi."Sambil bicara, Jason membawa Hanna keluar.Para pengawal juga membantu Jason.Sebagai seorang wanita, Hanna bukan tandingan dua pria dewasa.Dia juga tidak menyangka Jason berani melakukan ini padanya di depan umum!Reina dan yang lain merasa ada yang tidak beres."Kasihan, wanita secantik itu terjerat dengan pria berengsek," keluh Sisil.Gaby mengernyit, "Kenapa aku merasa wanita itu nggak cocok jadi pacar pria itu ya?"Reina berdiri dan berkata
Jason tertegun, lalu menoleh menatap ketiga wanita itu. Dia mengernyit bingung.Namun, dia tetap berkata, "Ini masalah aku dan pacarku, tolong jangan ikut campur.""Bajingan! Aku bukan pacarmu!" Hanna langsung menyahut.Kemudian, dia menatap Reina dan yang lainnya.Karena cahaya di dalam Klub Beautide sebelumnya terlalu gelap, dia tidak bisa melihat jelas. Baru sekarang Hanna mengenali Reina.Reina hanya bertemu dengan Hanna sekali dan tidak mengingatnya.Tapi Reina adalah istri Maxime dan Hanna sudah melihatnya beberapa kali di pertemuan keluarga."Tolong bantu aku. Aku benar-benar nggak ada hubungan apa-apa sama dia. Tolong selamatkan aku." Hanna berkata pada Reina.Dia tidak memanggil Reina secara langsung.Lagipula Reina tidak mengenalinya. Kalau Hanna berinisiatif memanggilnya sebagai kakak ipar, bagaimana kalau ternyata Reina ini bukan orang baik?Nanti bisa jadi gosip para orang kaya.Dia tahu hati orang tidak dapat diprediksi.Reina mengangguk dan menatap Jason, "Kamu dengar ng
"Bukan cuma pria mesum, tapi juga penjahat. Tadi dia memaksa seorang gadis masuk ke dalam mobil, entah apa yang hendak dia lakukan," kata Sisil dari samping.Ethan mengernyit, "Akan kuselidiki siapa dia."Berani-beraninya ada yang mengacau di wilayah kekuasaannya? Dasar cari mati.Pokoknya, pria yang tadi berniat merayu Reina itu tidak boleh dimaafkan!Ethan menelepon manajer hotel dan memintanya menyerahkan kamera pengintai untuk melihat siapa orang itu!Dalam waktu kurang dari sepuluh menit, dia langsung tahu identitas dan latar belakang Jason.Keluarganya Jason menerima sebuah telepon.Sementara itu, Hanna bergegas pulang dan menemukan orang tuanya sedang duduk di sofa."Kalian membohongiku?" tanya Hanna dengan marah."Nggak, kamunya juga pulang dengan selamat, 'kan?" tanya Ines agak kesal. "Kemarilah, kami akan menunjukkan beberapa orang lagi."Begitu teringat akan Jason, pasangan kencan butanya itu, Hanna pun menyahut dengan kesal, "Sudah kubilang 'kan aku nggak mau kencan buta! K
Jason yang tidak sempat menghindar sontak menutupi dadanya yang terasa sakit."Uhuk! Uhuk, uhuk ...."Dia benar-benar tidak menyangka akan diperlakukan seperti ini begitu pulang.Jelas-jelas dia mengadu kepada ayahnya minta pembelaan, ternyata malah ayahnya sendiri yang menghajarnya."Dasar bodoh! Kamu tahu nggak siapa yang kamu goda hari ini?""Hah?" Jason mengernyit bingung."Salah satunya adalah istri Ethan, yang lainnya adalah istri Maxime dan menantu Keluarga Tambolo! Kamu benar-benar cari mati!""Kamu tahu nggak kamu nggak seharusnya menyentuh mereka semua!""Terutama wanita yang kamu ceritakan itu! Namanya Reina, CEO Grup Yinandar! Grup Yinandar itu rekan kerja sama kita, tapi berani-beraninya kamu malah menyinggung mereka! Dasar cari mati!""Apa?" Jason juga terkejut.Pantas saja kelima wanita itu sangat berwibawa, cantik dan pemberani."Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?""Apa lagi? Sana minta maaf!" Ayah Jason menunjuk-nunjuk hidung putranya sambil memaki, "Untung sa
Maxime masih ingin mengucapkan sesuatu yang lain, tapi sayangnya sudah sampai di pintu masuk rumah sakit."Sampai besok.""Ya." Reina melambaikan tangan padanya dan kembali ke rumah sakit.Di kamar rawat, perawat melihat Reina kembali dan berkata padanya, "Nyonya tidur sangat nyenyak hari ini dan sama sekali nggak terbangun.""Syukurlah, terima kasih.""Sama-sama, pergi dan istirahatlah." Kata perawat itu pada Reina."Ya baiklah."Reina mempekerjakan beberapa pengasuh untuk ibunya dan mereka bergiliran merawat Liane. Bibi ini bekerja pada shift malam.Dia tertidur di kamar sebelah.Keesokan paginya, Reina bangun dan sarapan bersama Liane.Reina menerima telepon dari Deron dan hasil penyelidikan keluar.Ternyata Diego baru-baru ini berhutang banyak di luar. Selama dia bisa menikahi Hanna, dia akan mendapat mahar yang besar untuk menutupi kekurangannya.Reina bertanya, bagaimana Diego bisa mengubah jenis kelaminnya dan menjalankan bisnis dengan baik sekarang?Di masa lalu, seluruh Keluar
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba