Liane memperhatikan Reina yang tiba-tiba bangun dari ranjang rumah sakit pun bertanya-tanya, "Nana, kamu mau ngapain?""Aku mau ketemu teman," jawab Reina."Tapi kamu perlu istirahat yang cukup sekarang." Liane sedikit cemas, "Ketemunya lusa saja."Reina menggeleng, "Nggak bisa, bentar lagi pesawatnya lepas landas."Reina berutang terlalu banyak pada Revin, dia tidak enak hati kalau tidak mengantarnya kali ini."Oke, kalau gitu hati-hati ya." Liane tahu Reina punya rencananya sendiri dan tidak akan pergi tiba-tiba tanpa alasan."Ya."Setelah berpamitan, Reina keluar kamar.Maxime dan yang lainnya masih di luar."Kak Nana, kenapa keluar?" Vior bingung, "Kamu 'kan perlu istirahat."Reina tidak punya waktu untuk menjelaskan, "Aku mau ketemu seseorang."Kemudian, dia melihat ke arah Maxime."Max, Revin bakal pergi ke luar negeri. Dia ada di bandara sekarang."Reina tahu hal terpenting antara dirinya dan Maxime adalah kepercayaan, jadi Reina memberi tahu Maxime ke mana dia pergi.Maxime men
"Oke, janji ya," ucap Reina dengan lembut.Revin mengangguk sungguh-sungguh, "Ya, janji."Pesawat akan segera lepas landas dan Revin tidak bisa menunda lebih lama lagi, jadi dia berpamitan dengan mereka."Sampai ketemu lagi ya, kapan-kapan ....""Oke, dadah." Reina melambaikan tangan padanya dan batu yang menimpa hatinya sedikit terangkat.Dulu Reina yang selalu dibantu Revin, kini gantian Reina yang akan membantu Revin.Karena Reina punya kemampuan, akhirnya dia bisa membantu Revin.Setelah Revin menghilang dari pandangan, Maxime menyentuh bahu Reina, "Ayo pulang.""Oke."Reina mengangguk dan mereka berdua keluar dari bandara bersama.Di luar, gerimis mulai turun.Sopir membawakan payung untuk mereka berdua. Maxime dengan hati-hati memegangnya untuk Reina dan mereka berdua berjalan beriringan menuju mobil.Dalam perjalanan, Reina mendongak ke langit dan kemudian ke kerumunan.Sekarang meski tanpa alat bantu dengar, dia bisa mendengar suara semua orang dengan sangat jelas."Nana, aku m
Maxime tidak pergi ke mana-mana, tapi mondar-mandir di luar sendirian."Kak Max." Jovan menghampirinya, "Minum yuk?"Maxime memutar matanya, "Alana 'kan lagi hamil? Ngapain kamu minum?""Kalau sudah ngobrol, mereka nggak akan tidur semalaman. Mending kita senang-senang sendiri."Jovan pun melirik Ekki, Deron dan Ethan.Ekki menggeleng, "Aku nggak ikut, si Gaby bisa marah."Ethan juga berkata, "Putriku nggak suka bau alkohol."Deron menatapnya dengan dingin, "Aku nggak minum."Jovan terdiam seribu bahasa.Ternyata hanya dirinya yang tidak berubah. Orang lain sudah menjadi pria yang baik, pacar yang baik dan suami yang baik.Maxime menepuk pundak Jovan dan berkata, "Sudah waktunya kamu jadi dewasa.""Justru kupikir karena nggak ada kesibukan ...."Ekki berkata, "Gaby bilang kalau nggak ada kerjaan, kita bisa melakukan sesuatu yang berarti, nggak perlu minum. Benar, Pak Max?"Maxime mengangguk, "Ya, banyak minum nggak baik buat kesehatanmu."Jovan menatap para sahabatnya. Sejak kapan semu
Liane sepertinya sadar keberadaannya membuat mereka semua tidak nyaman ngobrol dengan Reina, jadi dia minta sekretarisnya untuk mendorongnya keluar dan berjemur di bawah sinar matahari.Setelah Liane pergi, ketiga ibu itu jadi sangat santai.Mama Diera jadi lebih bersemangat lagi, "Mama Riko, anak-anak bakal duduk di bangku SD semester depan. Riko mau sekolah di mana?"Sekolah untuk Riko sudah dipilih sejak lama dan Reina juga memberikan surat undangan pada mama Bobby.Reina ingat dia masih punya satu surat undangan.Reina tahu mama Diera mungkin tahu hal ini, jadi dia berkata, "Sudah ada kok sekolahnya. Kamu mau Diera bersekolah di sekolah yang sama kayak Riko?""Oke." Mama Diera langsung setuju tanpa bertanya di mana Riko akan bersekolah.Dia tahu dengan kemampuan Reina dan Maxime, mustahil mereka akan menyekolahkan anak di sekolah yang buruk."Oke, nanti aku kasih undangannya," ucap Reina."Terima kasih, mama Riko." Mama Diera terlihat sangat bahagia.Sisca tidak ikut berkomentar, k
Setelah selesai bercerita, Sisca pamit pada Reina."Nana, terima kasih.""Kita 'kan teman. Nggak perlu bilang terima kasih. Pas aku kesulitan dulu bukannya kamu juga yang bantu aku?" sahut Reina.Saat dia mendapat masalah dari Syena, Sisca membantunya menemukan koneksi.Sisca menatap Reina dengan emosional.Setelah Sisca pergi, Reina menunggu Liane kembali dan mengobrol dengannya tentang masalah Sisca.Liane paling benci pria seperti Carlos yang tidak memperlakukan istrinya dengan baik, malah mencari selingkuhan dan bahkan menyakiti istri pertamanya.Pria yang tidak bermoral seperti ini harus menanggung akibatnya."Nana, siapa nama suaminya?" Liane bertanya.Reina yang ingat langsung menjawab, "Carlos."Carlos? Liane menatap sekretarisnya di samping.Lisia langsung ingat, "Dia putra Xavier Winston.""Oh dia." Tatapan Liane terlihat mengejek, "Aku sudah bertemu Carlos ini beberapa kali. Dia nggak bisa apa-apa, cuma seorang playboy."Liane terpikir sesuatu dan berkata kepada Reina, "Tapi
Selingkuhan Carlos menimpali, "Sisca memang kayak gitu. Bahkan meski bisa punya anak pun, dia nggak akan bisa melahirkan seorang anak laki-laki.""Carlos, mendingan aku 'kan yang bisa kasih keturunan buat Keluarga Winston."Cosco, putra mereka sudah tumbuh menjadi pria gemuk berbadan besar.Dulu saat Cosco diurus Sisca, dia sangat memperhatikan pola makan sehat. Sekarang Cosco ditinggal sendirian dan bisa makan apa pun yang dia mau, dia juga tidak perlu belajar, intinya dia sangat dimanjakan.Cosco sedang makan gorengan dan menyindir, "Sisca itu wanita jalang yang menyebalkan."Dia mempelajari kata-kata ini dari ibunya.Carlos tidak mendidiknya. Sebaliknya, dia mengangguk memuji Cosco dan terus minum.Keluarga itu tampak sangat bahagia.Namun kenyamanan seperti ini tidak bertahan lama, karena ponsel Carlos berdering.Pelayan pun menyerahkan ponsel yang diletakkan di atas meja kopi pada Carlos.Carlos melihat sekilas, asisten yang meneleponnya. Carlos pun mengangkat telepon dengan tidak
Sesampainya di kantor, Carlos menelepon manajer Grup Yinandar."Pak Manajer, bukannya selama ini kerja sama kita baik-baik saja ya? Kenapa tiba-tiba Anda membatalkan kerja sama kita?"Manajer menjawab dengan ketus, "Anda pikir saja sendiri, Anda sudah menyinggung siapa."Carlos benar-benar tidak tahu."Aku nggak menyinggung siapa pun lho."Dia tampak begitu merendah, tidak terlihat seperti kepala rumah tangga.Manajer itu belum pernah melihat orang sebodoh Carlos, "Anda pasti kenal CEO baru kami bukan?"Carlos benar-benar tidak memperhatikan hal ini.Setiap hari dia hanya bersenang-senang, tidak peduli pada perusahaan dan hanya menikmati kekayaan.Dulu saat ayahnya masih hidup, semua ditangani ayahnya. Carlos tidak perlu melakukan studi pasar. Sejak tahun lalu ayahnya meninggal, Carlos terpaksa menanggung semua sendirian.Dia langsung bertanya pada sekretarisnya.Sekretaris pun memberitahunya, CEO Grup Yinandar saat ini adalah putri Liane, Reina."Reina ...."Carlos menggumamkan nama i
Sisca menguap, "Ya, aku senang melihatmu menyedihkan."Carlos menekan amarah di hatinya."Sisca, selama kamu minta Reina mau kerja sama dengan perusahaanku lagi, aku akan langsung menikahimu."Sisca langsung tertawa terbahak-bahak.Carlos merasa bingung, "Sisca, kenapa tertawa? Dengar nggak omonganku barusan?"Sisca akhirnya berhenti tertawa dan berkata dengan sinis."Carlos, Carlos. Kamu pikir aku melakukan ini supaya bisa menikah lagi sama kamu? Kukasih tahu ya, aku sama sekali nggak mencintaimu dan aku nggak mau nikah lagi sama kamu. Aku cuma mau melihatmu sial, kamu pantas menderita."Setelah itu, Sisca menambahkan, "Tunggu saja, ini baru permulaan untukmu."Tanpa basa basi lagi dengan Carlos, Sisca langsung menutup telepon.Carlos marah sekaligus kesal.Kenapa dulu dia tidak mendengarkan ibunya dan bersikeras menceraikan Sisca? Entah keberuntungan macam apa yang dimiliki Sisca sampai bisa berteman dengan orang sehebat Reina."Pak Carlos, Nyonya bilang?" Sekretaris bertanya dengan
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba