Langkah Kirana terhenti, dia menatap orang yang ada di depannya itu dengan kebingungan.
"Siapa?" batin Kirana.
Orang itu langsung membuka topi yang dia pakai, Kirana yang menatap wajahnya langsung kaget seketika.
Wajah yang sangat familiar baginya, wajah yang ingin dia lupakan seumur hidup, malah muncul di depannya seperti ini.
"Kamu gak kenal aku Kirana?" tanya Pria itu.
Kirana masih agak shock, dia tak bisa menggerakan bibirnya, seakan-akan mulutnya enggan untuk berbicara.
"Aku Revano Admatja, pacar kamu dulu," ucap pria yang bernama Revano itu.
Revano keluar dari lift dan berjalan maju kearah Kirana, tapi Kirana malah melangkah mundur karena belum terbiasa dengannya.
"Apa kamu takut sama aku?" tanya Revano, tapi Kirana masih tetap berjalan mundur dan menjaga jarak dengannya.
"Ternyata semudah itu kamu melupakanku Kirana? Sampai kamu menikahi Ceo games terbesar di asia, Richardo Elios." Revano me
TUTH!"Pliss ... angkat Revano," ucap seorang gadis yang tengah memakai pakaian seragam sekolahnya, dia baru saja lulus dari sekolah.Dia duduk di dekat taman yang agak jauh dari rumah, terlihat di sela-sela pipinya terdapat bekas air mata yang ia keluarkan tadi."Revano angkat dong ... kenapa disaat-saat seperti ini gak ada yang datang di saat aku butuh." Air mata gadis itu mulai mengucur kembali, dia menggigit kukunya hingga berdarah, rasa sakitnya tak sebanding dengan rasa sakit hatinya.TRING!Gadis itu menatap ponselnya yang berbunyi, dia berharap membaca sesuatu yang baik, tapi ternyata malah menghancurkannya."Maafkan aku Kirana, jangan telfon aku dulu dan sekarang aku sedang sibuk."Kirana membaca sms itu, hatinya menjadi sangat sakit, seseorang yang dia harapkan akan merangkulnya di saat seperti ini, malah menjadi penghancurnya."BRENGSEK! REVANO BRENGSEK!"Kirana menendang tanaman dan bebatuan kerik
KRING!!Bunyi suara telefon yang menggema di seluruh ruangan, bahkan sang pengguna menjadi pusat perhatian."Kenapa tidak angkat Revano?" tanya Ayahanda Surya Admatja.Revano menggelengkan kepalanya, dia mengambil ponsel dan mematikannya, pria yang baru saja lulus SMA itu, kini berhadapan dengan keluarga besarnya."Jadi apa Ayah akan memberikan 80% warisan kepada Revano?" tanya Rendy Admatja, kakak tertua Revano.Surya mengangguk pelan, dia menatap Revano dengan tulus sembari memegang tangan Revano."Bagaimana bisa? Revano masih kecil ayah, kenapa memberikan warisan sebanyak itu?" Hendra Admatja, kakak kedua Revano tak mau terima dengan semua omong kosong ini.Revano hanya bisa terdiam sambil meneguk ludahnya kasar, dia pikir setelah lulus dia akan bersenang-senang, ternyata tidak semudah itu."Apa kalian meragukan ucapanku?" Suara Surya terdengar datar dan dingin, hingga membuat kedua anak lelakinya menjadi diam.Hendra
"Kamu yang gila Richardo Elios, kenapa kamu melakukan sejauh ini untuk Kirana? Padahal kalian hanya menikah sebatas kontrak."Langkah Richard terhenti, dia kaget ketika Revano mengetahui perjanjiannya dengan Kirana, bahkan Arnold menutup mulutnya tidak percaya dengan apa yang dia dengar."Apa maksud kamu? Kirana istriku." Richard mencoba membalikkan suasana, dia takut Arnold akan mengetahui rahasianya."Istri? Bukankah kalian hanya menikah kontrak? Kamu pikir aku tidak tahu rahasiamu itu?" Revano tersenyum sinis ketika melihat wajah Richard yang panik."T--tunggu ... apa maksud kalian?" Arnold terlihat kebingungan, dia tidak mengerti dengan apa yang di bicarakan kedua orang ini.Arnold hanya tahu bahwa Richard dan Kirana menikah sah, dia tidak tahu bahwa ternyata temannya menikah kontrak dengan Kirana."Apa kamu tidak tahu?""DIAM!?" teriak Richard, dia dengan cepat menarik tangan Revano dan keluar meninggalkan Arnold yang kebingungan
"Kenapa kamu tidak bertanya tentang Revano?"Pertanyaan Kirana berhasil membuat pria di depannya menjadi diam, hening beberapa detik, hingga akhirnya dia kembali memakan makanan yang ada di depannya."Bukannya itu privasi kamu? Kenapa aku harus mencari tahu," jawab Richard sembari memakan satu gigitan steak.Senyuman pun mulai terlukis di pipi Kirana, gadis itu pikir Richard akan bertanya-tanya tentang Revano, apalagi mereka terlibat insiden tadi sore."Walau itu memang privasi kamu dengannya, aku gak mau lagi kamu berhubungan dengan pria brengsek itu," ucap Richard.Kirana mengangguk pelan. "Tentu saja, aku memang sudah tidak berhubungan dengannya, tapi entah kenapa dia tiba-tiba muncul kembali.""Kirana ... sesusah apapun kamu, jangan pernah berhubungan dengan dia, dia iblis."Perkataan Richard langsung membuat Kirana berpikir bahwa memang terjadi sesuatu antara Richard dan Revano.Kirana mengangguk pelan, dia tak ingin
Malam hari terasa dingin, air yang menyelimuti kedua insan itu bahkan tidak merasakan dingin pada tubuh mereka.Nafas kedua orang itu tak beraturan dan detak jantung mereka juga berdegup dengan kencang, bahkan suhu tubuh mereka benar-benar panas mengalahkan dinginnya air.Kirana tiba-tiba langsung berdiri dari pangkuan Richard, dia terlihat agak gugup dan bingun."Ma--masuklah, nanti kita kedinginan," ucap Kirana sedikit gugup.Richard tersenyum tipis, dia pun berdiri dari duduknya, dan berjalan mendekat kearah Kirana.Richard tiba-tiba melepaskan bajunya, dia pun menyandarkan baju itu kepada Kirana."Ayo masuk, nanti kamu kedinginan," ucap Richard dan berjalan menuntun Kirana.Mereka berdua pun melangkahkan kaki ke dalam hotel, walau sempat di tegur karena mereka basah dan di larang melewati lift, jadi Kirana dan Richard terpaksa berjalan melewati tangga.Kirana sedikit menggigil, padahal tadi dia bahkan tak merasakan di
Matahari terlihat sudah memancarkan sinarnya, terlihat burung-burung serta para wisatawan yang ikut meramaikan pagi ini."Apa sudah semuanya?" tanya Richard ketika matanya menatap gadis yang tengah selesai menutup kopernya.Kirana mengangguk pelan. "Sudah, apa Angelina dan Arnold sudah selesai yah?""Kita cek mereka saja," jawab Richard.Kirana langsung berlarian kecil sembari mengambil tangan Richard dan membuat mereka terlihat bergandengan tangan."Apa ini?" tanya Richard sambil tersenyum."Jalan saja," jawab Kirana malu-malu sambil menarik tangan Richard.Richard langsung tertawa lepas, baru kali ini dia melihat Kirana bertingkah seperti ini, padahal dulu Kirana selalu menjaga jarak dengannya.Mereka berdua pun keluar dari kamar, tapi langkah kaki mereka terpaksa terhenti ketika melihat seseorang di depan mereka.Senyuman Richard langsung memudar, wajahnya yang gembira menghilang dan di gantikan dengan wajah dat
KRINGG!!Sebuah panggilan telepon langsung mengalihkan pandangan kedua insan itu.Richard dengan cepat merogoh ponsel di saku celananya. Matanya menatap nama yang terpampang jelas di layar ponsel itu."Jessica Horen," batin Richard.Kirana bisa melihat perubahan wajah Richard, sepertinya dia sedang di telepon oleh seseorang yang tidak dia sukai."Siapa?" tanya Kirana.Richard dengan cepat langsung menyembunyikan ponsel yang ia genggam.Richard menggelengkan kepalanya pelan. "Bukan siapa-siapa.""Syukurlah ... aku pikir itu dari musuhmu, soalnya kamu terlihat seperti gugup," ucap Kirana merasa sedikit lega.Richard pun mematikan panggilan itu, dia langsung merangkul pundak Kirana."Jalan-jalan yuk, sebelum pulang," ajak Richard dan di jawab anggukan oleh Kirana.Mereka berdua pun saling membalas senyuman, dan melangkahkan kaki untuk keluar dari hotel.Saat keluar dari hotel, Kirana bisa merasaka
CKITT!!Mobil yang di naiki Richard dan Kirana sudah sampai di depan rumah mereka.Kirana membuka pintu mobil dan keluar, dia bisa merasakan dirinya telah merindukan suasana rumah."Kamu masuk duluan yah, aku mau ke kantor dulu," ucap Richard sembari menurunkan koper-koper dari belakang mobil."Sudah mau pergi?" tanya Kirana.Richard mengangguk pelan. "Iya ... sepertinya ada sedikit masalah yang terjadi di kantor."Kirana mengiyakan perkataan Richard, dia pun berjalan mendekat dan membantu Richard mengangkat koper, tapi pandangan matanya tak lepas dari raut wajah Richard yang tak bisa dia tebak."Aku pergi dulu yah," ucap Richard setelah selesai membereskan barang bawaan mereka, dia langsung melajukan mobilnya dengan secepat kilat.Kirana hanya bisa menghembuskan nafas pelan, dia takut jika Richard akan menghadapi masalah seperti sebelumnya.Tak mau ambil pusing, Kirana menyibukkan dirinya dengan beberapa koper di depann
Pagi hari yang cerah membentang luas diangkasa, matahari menunjukan sinar ultra violetnya dan menyinari seluru makhluk hidup dimuka bumi.Bunga bermekaran dimana-mana sambil menunjukan keindahannya, musim semi menjadi musim yang paling ditunggu semua orang.Tak hanya bunga-bunga saja, bahkan pohon juga menunjukan buah segarnya kepada makhluk hidup lainnya.Hari demi hari, minggu demi minggu dan bulan demi bulan, tiga tahun terlewat begitu saja, semuanya tampak normal pada umumnya.Seluruh kota masih sama seperti dulu, semua bangunan dari pribadi maupun umum masih sama seperti tahun lalu, mungkin yang berubah hanyalah anak-anak kecil yang sudah mulai perlahan beranjak remaja dan dewasa.Dipagi hari yang cerah ini, kebahagiaan mulai terpancar besar disebuah gedung mewah, terlihat banyak sekali orang yang datang menghadiri pernikahan seorang pria dan gadis muda."Selamat atas pernikahannya, Arnold Bernald dan Angelina Casanova."Tulisan tersebut terpampang dengan jelas diatas banguan meg
CEKLEK!!Pintu rumah langsung terbuka dengan lebar, pintasan ingatan langsung terlintas dan membuat jantung Richard berdegub sangat kencang tak teratur."RICHARD!" teriak Kirana saat melihat Richard hampir saja jatuh kebawah.Richard menggelengkan kepalanya dengan kuat, pria itu mencoba menetralisirkan nafasnya."Kalau kamu tidak kuat, kita undur saja," ucap Kirana khawatir dengan mental suaminya itu.Richard menegakkan badannya kembali, dia menatap Kirana diselingi dengan senyuman kecil, tak lama tangannya menggenggam kuat tangan kecil milik Kirana."Aku tidak mau kabur lagi," ucap Richard masih mengeratkan pegangan tangannya.Kirana menatap suaminya itu, walau sudah berkata bahwa dia akan mengatasinya, tapi hati gadis kecil itu selalu saja merasa khwatir akan suaminya.Mereka berdua langsung melangkahkan masuk kedalam rumah, hawa keadaan sekitar langsung berubah dengan drastis.Terasa sejuk didalam, tak dingin maupun panas, seperti membuat tubuh untuk tetap betah dan tinggal disini.
Pagi hari yang selalu diawali dengan cerahnya matahari, kini berganti menjadi mendung seperti musim dingin pada umumnya.Awan menghitam dari subuh, namun air hujan tak kunjung turun setitik pun, dunia seperti sedang bersedih hari ini.Jam menunjukan pukul 07:00, terlihat kedua pasangan yang sudah memakai pakaian serba hitam, mereka akan pergi untuk memperingati hari seseorang."Apa tidak ada yang ketinggalan?" tanya Richard kepada Kirana.Gadis yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya dengan pelan, tanpa menunggu waktu lama, mobil langsung menuju dengan cepat dijalan raya.Sepanjang perjalanan, Richard tak terlalu membicarakan sesuatu, mungkin kenangan-kenangan pahit itu muncul lagi diingatannya, apalagi Richard belum sepenuhnya melupakan kejadian yang menyeramkan itu.Kirana menatap awan hitam yang membentang luas diatas, langit seperti mengetahui bahwa mereka sedang bersedih hari ini."Seperti biasanya, aku benci awan seperti ini," ucap Richard membuka obrolan.Kirana yang tengah
CKITT!!Mobil hitam pekat itu mendarat disebuah rumah sakit pusat kota, keempat orang itu turun dan menatap bangunan didepan.Didalam perjalanan mereka sempat membatalkan janji untuk pergi jalan-jalan, dan terpaksa mengunjungi seseorang dirumah sakit ini."Apa ayah sudah melakukan pemeriksaan?" tanya Richard dan mendapat anggukan pelan dari Kenneth."Kemarin sudah melakukan pemeriksaan terakhir, mungkin ayah saat ini berada diruang rawatnya," jawab Kenneth.Richard menatap Kirana yang tengah membawakan bungkusan kue untuk Justin.Tanpa menunggu waktu lama, mereka langsung berjalan masuk kedalam rumah sakit. Berasa dejavu, Richard teringat kembali saat dia berada dirumah sakit sebulan yang lalu, setelah insiden Black Tiger dan Dark Devil.Semuanya terjadi begitu cepat, bahkan Richard masih ingat bagaimana Andy, musuh mereka yang mati dengan terhormat.Tak mau memikirkan masa lalu yang suram itu, Richard menepuk pelan pipinya supaya tersadar, dan menatap masa depan yang cerah.CKELEK!P
Pagi hari yang cerah mulai menyapa, seperti hari-hari biasa lainnya, semua orang kembali melakukan aktivitas mereka, dari pekerja kantoran sampai anak-anak sekolahan.Disebuah hotel, terlihat banyak sekali orang-orang yang sudah siap bepergian pulang karena menginap semalaman ditempat ini, ada juga yang menetap menikmati masa liburan mereka."Apa tidak ada yang ketinggalan lagi?" tanya Kirana kepada Keynest, karena gadis kecil itu membawakan banyak sekali buku-buku belajar.Pandangan Kirana tertuju pada Serani dan Acha yang berjalan mendekat, mereka berpelukan dengan Kirana sebelum berpamitan pulang."Kami duluan yah, maaf gak bisa pulang barengan," ucap Serani tak tegaan, karena keadaan membuat mereka seperti ini.Serani dan Acha mereka bekerja disatu perusahaan batik yang terkenal diindonesia, mereka beruntung mendapat cuti libur sehari, dan hari ini terpaksa pergi ke kantor.Kirana tersenyum menatap kedua sahabatnya itu. "Gak apa-apa, setidaknya kalian masih menyempatkan diri untuk
Piknik liburan berakhir dengan cepat hingga malam hari, mereka semuanya setuju untuk melakukan penginapan malam ini.Hawa dingin malam mulai menerpa seluruh tubuh orang-orang, walau tadi pagi cuacanya sedang bagus, tak menutup kemungkinan, karena ini adalah musim dingin.Dari arah pantai, terlihat seorang gadis yang berjalan menyusuri pasir. Dingin yang ia rasakan, walau sudah memakai jaket tebal, tapi dinginnya angin malam ini, benar-benar membuat seluruh tubuhnya seperti membeku.Langkah kakinya terhenti tepat didepan air laut, dia menatap air yang begitu tenang, serta ingatan waktu ia jatuh cinta untuk pertama kalinya, langsung terlintas begitu saja."Kirana!" teriak seseorang dan membuatnya membalikkan badan kebelakang.Senyumannya mengembang menatap pria yang tengah berlari cemas kearahnya, dengan cepat pelukan hangat langsung dia terima dengan kedatangan pria itu."Kamu dari mana saja? Aku khawatir saat kamu gak ada dihotel," ucap Richard sambil memeluk erat tubuh Kirana.Kirana
Musim kian berganti dan berlalu dengan cepat, semua aktivitas mulai kembali dengan normal layaknya seorang manusia pekerja dipagi hari.Hidup terasa menjadi ringan dan bermakna, lika-liku yang selama ini diperjuangkan, kini telah usai dan diganti dengan sebuah kebahagiaan.Matahari mulai menyapa sebuah rumah mewah, terlihat cahayanya yang mulai masuk melalui celah-celah rumah, dan mengganggu indra seorang gadis yang tengah tertidur pulas.Gadis itu mengedipkan matanya berkali-kali, dan menetralkan penglihatannya, iris matanya pun teralihkan dengan seorang pria yang kini tengah tertidur disampingnya."Sudah bangun?" tanya pria itu sembari membuka mata dan memiringkan tubuhnya kedepan gadis itu.Kirana kaget dan menatap Richard cukup lama, ternyata pria itu sudah bangun dari tadi, dan mungkin sedang mengumpulkan tenaga untuk bangun.Seminggu setelah pernikahan berlalu, Kirana dan Richard resmi menjadi seorang pasangan baru, dan baru tadi malam saja mereka melakukan kegiatan yang biasa d
Acara selamatan dari semua pengunjung pun berakhir, kini kedua pasangan itu dapat beristirahat dan menikmati pertunjukan dari para penari maupun penyanyi."Akhirnya kalian bisa duduk dengan tentram," ucap Angelina dan Arnold yang kini tengah menghampiri kedua pasangan itu."Jangan bahas itu lagi, kaki ku seakan-akan mau terlepas saja," ucap Richard sambil memijit pelan betisnya."Iya, bahkan sepanjang selamatan, Richard selalu memohon supaya semua ini cepat berlalu," canda Kirana, dia merasa lucu ketika melihat tingkah Richard yang cemberut akibat acara selamatan yang tak kunjung selesai.Mereka bertiga langsung tertawa dan menistakan Richard, sehingga membuat pria yang diejek hanya bisa pasrah dengan keadaan.Dari kejahuan, terlihat kedua orang gadis yang tengah menatap Kirana tersenyum bahagia bersama teman-teman barunya itu."Apa dia melupakan kita? Dia bahkan tidak menceritakan pernikahan kontrak itu sekali pun," ucap Acha yang kini merasa kesal karena tingkah Kirana.Serani menco
Pesta pernikahan digelar dengan begitu meriah, setelah kedua pasangan dinyatakan sah menjadi suami dan istri, pesta tarian maupun nyanyian dari artis terkenal, langsung memeriahkan acara tersebut.Orang-orang berpesta ria sambil mencicipi makanan serta minuman yang telah disediakan.Kedua pasangan yang menjadi topik utama itu, kini sedang bersalamah dan berfoto dengan orang-orang yang hadir diacara pernikahan mereka.Acara salaman memakan waktu yang cukup lama untuk bersalaman dengan semua orang yang hadir diacara itu, dari sekian banyaknya orang, hingga akhirnya tersisa sedikit orang saja untuk menyelesaikan acara salaman."Bagaimana perasaan kalian berdua?" tanya Angelina dan Arnold yang kini naik untuk berpegangan tangan dengan kedua mempelai."Lelah, lebih baik kalian berdua turun saja, biar acara salaman ini cepat berakhir," ucap Richard yang sudah lelah dengan salaman terus menerus.Arnold menahan tawanya, baru kali ini dia melihat Richard kesusahan seperti orang yang mau mati.