Banyak pasien serta dokter dan suster yang kesana kemari untuk memberi pelayanan.
Di sebuah kamar dengan nomor 025, terdapat seorang gadis baru saja sadar dari tidurnya.
Dia memejamkan matanya berulang kali untuk menyesuaikan pencahayan dalam rumah sakit itu.
Dimana ini? Sebuah pertanyaan yang lolos di pikirannya, dia menatap langit-langit ruangan yang bernuansa putih itu, sesekali juga menoleh kekiri dan kekanan.
Matanya menangkap seorang pria yang tertidur pulas dengan posisi duduk.
"Ri ... chard," ucapnya dengan nadah lemah.
Walau waktu istirahat yang cukup lama, Kirana masih saja merasakan lemas pada bagian tubuhnya. Dia merasakan kejadian begitu sangat lama sekali.
Entah dapat insting dari mana, Richard tiba-tiba terbangun dari tidurnya.
"Kirana, kamu baru bangun? Mau aku ambilin teh hangat? Apa ada yang terluka?"
Pertanyaan demi pertanyaan langsung di lontarkan kepada gadis yang baru saja siuman.
Kirana menggelengkan kepalanya, dia bahkan merasa mulutnya sangat lelah untuk mengeluarkan sepatah kata.
"Maaf," ucap Richard tiba-tiba.
Kirana tahu bahwa kejadian yang dia alami adalah kesalahan Richard. Namun dia tahu bahwa semua tidak sepenuhnya salah Richard.
"Ga--k usah minta ... maaf," jawab Kirana dengan suara yang agak lemah.
Richard menahan air matanya, dia tak percaya bahwa Kirana masih saja memaafkannya, padahal ini sudah kesalahan kedua Richard karena membuat Kirana trauma.
"Aku janji, aku bakal menyelesaikan masalah ini, dan kita tidak akan saling mengenal, aku akan menjauh darimu kalau masalahku sudah selesai," jelas Richard.
Kirana tersenyum, dia tahu walau Richard merupakan tipe pria yang cuek, tapi kenyataannya dia pria yang sangat peduli padanya.
"Kita akan pindah rumah, aku gak akan buat kejadian ini terulang lagi." Richard menggenggam tangan Kirana dengan erat.
Kirana mengangguk setuju, tapi pandangannya mendapati bekas darah di lengan Richard. Padahal Kirana tahu bahwa dirinya tidak terluka.
"Darah ... siapa?" Tunjuk Kirana.
Richard langsung kaget, dia lupa mengganti bajunya. Dia tak menyangka akan membawah Kirana dalam keadaan seperti ini.
"Ah ... ini darah Thomas, aku melihatnya terkapar berlumuran darah." Richard mencari alasan, dia tak ingin Kirana berfikiran yang aneh tentangnya.
"Thomas, a--apa dia baik-baik saja?" tanya Kirana. Gadis itu mengingat jelas bagaimana Thomas di pukuli hingga kepalanya berdarah.
"Aku sudah menyuruh pengawal baruku untuk mengobati Thomas dab pengawal lainnya," jawab Richard.
KRINGG!!
Suara telefon langsung mengalihkan pembicaraan dua insan itu, dengan cepat Richard mengangkat panggilan itu.
"Halo?"
"Halo Richard, aku sepertinya sudah dapat lokasi mereka," ucap Arnold dari balik telefon.
"Baiklah aku akan bergegas kesana," jawab Richard dengan tegas. Dia pun memutuskan panggilannya dan hendak keluar saat tangannya meraih jas di bangku.
"Mau kemana?" tanya Kirana saat melihat Richard agak terburu-buru.
"Ah ... klien ku yang dari Amerika ingin bekerja sama, ini tugas penting, maaf aku ninggalin kamu disini," ucap Richard beralasan. Pria itu tak ingin melihat Kirana khawatir dengan dirinya.
Kirana mengangguk, dia juga tak bisa menghalangi Richard dengan pekerjaannya, mereka juga bukan suami-istri betulan.
"Aku sudah menyiapkan pengawalku untuk berjaga di depan, kalau ada apa-apa pencet bell ini saja," ucap Richard setelah menaruh bell di samping Kirana, dia langsung bergegas keluar.
"Aku akan membunuh kalian semua brengsek!" batin Richard dengan penuh emosi.
Dia pun berlari dan turun dari rumah sakit, langkah kakinya di percepat dan langsung melajukan mobilnya keluar dari garasi.
Dalam perjalanan pikiran Richard di penuhi dengan balas dendam, dia ingin balas dendam kepada orang yang menghancurkan hidupnya saat kecil.
Dan sekarang orang-orang itu ingin menerornya dan menargetkan Kirana sebagai mangsa mereka.
"Siapapun bajingan itu, aku akan menangkapnya, brengsek!" Richard memukul pegangan mobilnya.
CKITT!!
Tak memerlukan waktu lama, Richard akhirnya sampai di kantornya, dia bergegas dengan cepat keatas.
Lagi-lagi dia mengabaikan para pekerja kantor yang menyapanya saat masuk kedalam.
Dia mempercepat langkah kakinya menuju Arnold.
KRIETT!!
Pintu kantornya terbuka dan memperlihatkan Arnold yang serius mengotak-atik komputer di depannya.
"Bagaimana?" tanya Richard, nafasnya dan jantungnya tidak teratur dengan baik.
Arnold membalik komputernya dan memperlihatkan sesuatu dalam komputernya.
"Apa ini?" tanya Richard.
"Ini adalah organisasi yang ciptakan untuk meneror, serta menghancurkan hidupmu Richard," jelas Arnold.
Richard menatap tajam sebuah nama organisasi di depannya itu.
"Black Tiger," ucapnya saat membaca nama organisasi itu.
"Yah ... Black Tiger, mereka merupakan organisasi yang di ciptakan oleh orang-orang bertopeng, dan salah satunya topeng monyet yang datang kemarin malam," jelas Arnold.
Richard mengepalkan tangannya dengan kuat, dia sekarang benar-benar emosi. Dia pikir hanya satu orang saja yang menaruh dendam padanya, ternyata banyak orang yang bahkan membuat organisasi hanya untuk menghancurkan hidupnya.
BRAKK!!
Richard memukul mejanya dengan kasar. "Brengsek! Black Tiger atau apapun itu, aku akan menghancurkan organisasi itu."
"Tahan emosimu Richard, justru emosi yang akan membuat lawan menang."
"Bagaimana aku bisa santai dalam keadaan begini? Aku di incar oleh sebuah organisasi, musuhku sangat banyak di luar."
BUKH!
Arnold melayangkan tinjunya di perut Richard. "Ini bukan seperti dirimu yang biasa Richard, tenanglah."
Richard mengatur nafasnya untuk tetap tenang, dia tahu bahwa Arnold mencoba menidurkan sifat Richard yang kejam.
"Dengarkan aku, untuk mengetahui komplotan organisasi ini, kenali mereka. Karena mereka mempunyai tanda tato harimau hitam di setiap bagian tubuh mereka." jelas Arnold dengan tatapan yang serius.
"Iya, aku juga mendapat tanda itu di salah satu anak buahnya pria bertopeng monyet itu." Richard mengingat kejadian malam itu, dimana matanya juga fokus di tanda beberapa penyusup itu.
"Baiklah, apa kita perlu menyusun rencana?" tanya Arnold sambil tersenyum licik.
Richard juga membalas senyuman licik Arnold. "Tentu saja, dan malam ini kita akan menghancurkan organisasi brengsek itu!"
"Aku akan mengungkapkan rahasia ini, tunggu aku Justin Hernandos," batin Richard.
Bersambung....
Jam menunjukan pukul 09:00, menandakan bahwa pertumpahan akan terjadi.Richard telah mengumpulkan semua pasukannya. Pasukan yang ia ambil dari pembunuh tingkat atas, serta mantan komandan militer terkuat di indonesia dan negara luar."Kalian harus membunuh siapapun yang kalian temui di gedung itu! Jangan biarkan seekor nyamuk lolos dari gedung itu!" Richard berbicara dengan lantang, dia baru saja menjelaskan struktur bangunan markas Black Tiger."SIAP!" teriak mereka semua serempak.Richard menatap pengawalnya yang sibuk mengetes beberapa perlengkapan yang akan mereka bawah di pertarungan ini.Dari jauh Arnold berjalan mendekat lalu merangkul pundak Richard. "Kita harus kalahkan mereka malam ini.""Tentu saja, dengan ini aku bisa tahu siapa dalang di balik semua ini, dan aku akan menghancurkanmu Justin Hernandos," ucap Richard menggebu-gebu.Emosinya benar-benar memuncak, yang ada di pikirannya hanya niat untuk membunuh. Walau s
DORR!"TUAN!!" teriak Thomas saat dia melihat Richard yang baru saja tertembak hingga ia tersungkur kebawah.Thomas dengan cepat mengarahkan shotgunnya kearah orang yang menembak Richard, orang dengan topeng monyet, serta sepuluh penjaga yang berdiri di belakangnya."Aku tidak menyangka kalian akan menyerang markas kami, sungguh tindakan yang bodoh Richard," ucap Mr Monkey."Kau ... brengsek!" Thomas mengkongkang shotgunnya."Percuma kau melancarkan serangan itu, kau hanya akan membuang nyawamu," ucap Mr Monkey dengan santai.Nafas Richard tak teratur, penglihatan dan pendengarannya kurang tajam, rasanya dia akan kehilangan kesadaran di saat seperti ini."Sial! Aku harus selesaikan semua hari ini." Richard memaksa dirinya untuk berdiri, dia menatap tajam Mr Monkey.Mr Monkey terkekeh geli. "Baru kali ini aku melihat orang yang masih saja bertindak bodoh.""Brengsek! Aku akan menghancurkan kalian semua." Richard berdiri,
DORR!!Peluru yang Richard lancarkan berhasil melumpuhkan kedua tangan Mr Monkey, kini dia tak bisa berkutik apa-apa lagi."Siapa yang menyuruh kalian untuk melakukan semua ini?" tanya Richard ketika Mr Monkey sudah terbaring lemas di bawah.Mr Monkey terkekeh. "Kamu pikir sudah menang Richard? Semua masih belum berakhir.""Apa keluarga Hernandos dibalik penyerangan dan teror semua ini?""Aku tak mengerti dengan apa yang kau katakan.""JAWAB AKU BRENGSEK! JANGAN ALIHKAN PERTANYAANKU!""Lebih baik aku mati, dari pada harus memberitahu hal ini kepadamu." Mr Monkey terkekeh.Richard meraih topeng monyet yang di pakai Mr Monkey, dan langsung melepaskannya. Mata Richard menatap wajah di depannya itu, dia tak mengenal orang yang di sebut Mr Monkey ini."Siapa yang membayarmu untuk melakukan ini?" tanya Richard sambil menodongkan senjata yang ia pegang."Jangan buang-buang nyawaku, bunuh aku saja Richard!"K
"Apa tidak ada yang ketinggalan?" tanya Richard saat mengisi beberapa kardus serta koper yang baru saja ia masukan di dalam jok mobil.Kirana menggelengkan kepala dan berjalan kearah Richard sambil membawa kardus terakhir. "Gak ada lagi."Mereka berdua masuk kedalam mobil, dan melaju dengan cepat.Hari ini Kirana dan Richard akan mendiami rumah baru mereka, dari kejadian yang mereka alami, inilah kebebasan yang sesungguhnya.Kejadian yang menjadi sebuah awal pertempuran dan akhir untuk Kirana serta Richard.Mobil Richard melaju dengan cepat di jalan raya, tapi dia tiba-tiba membelok haluannya kearah yang berlawanan."Mau kemana?" tanya Kirana agak keherangan."Kamu gak lupa kan?" tanya Richard balik.Kirana langsung mengingat kemarin malam, dia mengingat jelas Richard berbicara tentang semua kejadian tadi malam.Kirana agak senang karena Richard telah terlepas dari belenggunya dan Richard juga bisa menyelesaikan ko
"Belok kiri pak," ucap Kirana kepada pak supir.Kirana sedang dalam perjalanan menuju kantor polisi, setelah kejadian di rumah beberapa menit yang lalu, ia melihat Richard di tahan oleh polisi.Tak lama beberapa jam, mobil taxi yang mengantarkan Kirana berhenti tepat di kantor pusat kepolisian."Makasih pak," ucap Kirana sambil menyondorkan uang, ia lalu bergegas keluar.Kirana menggigit bibir bawahnya, dia khawatir kalau Richard akan di tahan.BRUKK!!"Auh ..." Kirana meringis kesakitan, tubuhnya terpental jatuh kebawah ketika bertabrakan dengan seseorang."Ahh maaf, apa kau baik-baik saja?" tanya pria yang baru saja menabrak Kirana.Kirana langsung mendongakkan kepalanya keatas, tiba-tiba pria yang ada di depannya langsung kaget."Kamu ... Kirana?" tanyanya masih dengan keadaan kaget.Kirana berdiri dan langsung menyesuakan keseimbangannya, dia menatap pria yang ada di depannya itu."Siapa yah?" tan
Malam hari menunjukan pukul delapan tepat, terlihat dua orang insan tengah melakukan aktifitas mereka di rumah baru."Ini yang terakhir," ucap Kirana setelah memberikan box terakhir untuk Richard."Pekerjaan kita jadi banyak karena kamu," keluh Richard sembari membereskan barang-barang di dalam box."Inikan salah kamu, siapa suruh kamu ketangkap polisi." Kirana tak mau mengalah."Kan udah aku bilang jangan ikut aku lagi." Richard berpegang teguh pada pendiriannya."Kamu pikir aku gak khawatir.""Kamu khawatirin aku?""Iyalah."Richard tercengan, dia kaget ketika Kirana ternyata mengkhawatirkan dirinya."Aku khawatir, karena kalau kamu ketangkap siapa yang mau menyelesaikan kontrak ini." Sambung Kirana dan berhasil menjatuhkan ekspetasi Richard.Richard berdiri ketika dirinya telah menyelesaikan box terakhir itu, dia melangkahkan kakinya menuju ke atas."Gak mau di antar?" tanya Kirana.Richard member
KRINGG!!Sebuah panggilan telfon yang berdering dengan sangat kencang hingga memenuhi ruangan kamar pria yang sedang tertidur ini.Pria itu sedikit terusik, dia mengangkat tangannya dan mencari-cari ponselnya dengan keadaan mata masih tertutup."Halo," ucapnya dengan suara yang sedikit agak parau."RICHARD! KAMU GAK LUPA HARI INI KAN!" Teriakan dari balik ponsel membuat Richard menjauhkan ponselnya dari telinga."Berisik tau, kamu nelpon cuman buat teriak doang?""Astaga Richard! Kamu lupa kalau hari ini ada acara penting?"Richard langsung bangun dari tidur, matanya terbuka lebar, dia baru ingat ada acara penting hari ini."Kenapa gak bilang dari tadi," gerutu Richard, dia turun dari kasurnya, lalu pergi berjalan menuju kamar mandi.Tak sampai beberapa menit, Richard akhirnya telah selesai mandi dan juga berganti pakaian, dia menatap dirinya yang sudah terpampang rapi di kaca.Richard mengambil tas kantorny
Kirana menatap piring kotor yang begitu banyak di depannya, padahal mereka hanya berdua yang tinggal di rumah ini.Matanya menangkap semua sisa makanan tadi malam, dia bisa merasakan emosi yang sudah menyulut di kepalanya."Richard sialan, semoga di mendapat kesialan," ucapnya dan mencuci semua piring itu dengan terpaksa.Tak sempat semenit, akhirnya semua piring tercuci dengan bersih, hari ini semua pekerjaan rumah bersih tanpa ada satu pun yang menganggu Kirana.Kirana berjalan menuju sofa, dia memakan kue yang baru saja ia ambil di atas kas, tangannya mulai mengambil remote dan menyalakan televisi.Semua tubuh Kirana terhenti tiba-tiba, matanya menatap siaran yang tengah berlangsung di televisi."A--apa yang terjadi?" gumam Kirana ketika melihat Richard yang mundur perlahan-lahan dengan wajah agak pucat serta air mata yang ikut turun membasahi pipi Richard.PRANGG!!Kirana berdiri secara langsung hingga membuat toples
Pagi hari yang cerah membentang luas diangkasa, matahari menunjukan sinar ultra violetnya dan menyinari seluru makhluk hidup dimuka bumi.Bunga bermekaran dimana-mana sambil menunjukan keindahannya, musim semi menjadi musim yang paling ditunggu semua orang.Tak hanya bunga-bunga saja, bahkan pohon juga menunjukan buah segarnya kepada makhluk hidup lainnya.Hari demi hari, minggu demi minggu dan bulan demi bulan, tiga tahun terlewat begitu saja, semuanya tampak normal pada umumnya.Seluruh kota masih sama seperti dulu, semua bangunan dari pribadi maupun umum masih sama seperti tahun lalu, mungkin yang berubah hanyalah anak-anak kecil yang sudah mulai perlahan beranjak remaja dan dewasa.Dipagi hari yang cerah ini, kebahagiaan mulai terpancar besar disebuah gedung mewah, terlihat banyak sekali orang yang datang menghadiri pernikahan seorang pria dan gadis muda."Selamat atas pernikahannya, Arnold Bernald dan Angelina Casanova."Tulisan tersebut terpampang dengan jelas diatas banguan meg
CEKLEK!!Pintu rumah langsung terbuka dengan lebar, pintasan ingatan langsung terlintas dan membuat jantung Richard berdegub sangat kencang tak teratur."RICHARD!" teriak Kirana saat melihat Richard hampir saja jatuh kebawah.Richard menggelengkan kepalanya dengan kuat, pria itu mencoba menetralisirkan nafasnya."Kalau kamu tidak kuat, kita undur saja," ucap Kirana khawatir dengan mental suaminya itu.Richard menegakkan badannya kembali, dia menatap Kirana diselingi dengan senyuman kecil, tak lama tangannya menggenggam kuat tangan kecil milik Kirana."Aku tidak mau kabur lagi," ucap Richard masih mengeratkan pegangan tangannya.Kirana menatap suaminya itu, walau sudah berkata bahwa dia akan mengatasinya, tapi hati gadis kecil itu selalu saja merasa khwatir akan suaminya.Mereka berdua langsung melangkahkan masuk kedalam rumah, hawa keadaan sekitar langsung berubah dengan drastis.Terasa sejuk didalam, tak dingin maupun panas, seperti membuat tubuh untuk tetap betah dan tinggal disini.
Pagi hari yang selalu diawali dengan cerahnya matahari, kini berganti menjadi mendung seperti musim dingin pada umumnya.Awan menghitam dari subuh, namun air hujan tak kunjung turun setitik pun, dunia seperti sedang bersedih hari ini.Jam menunjukan pukul 07:00, terlihat kedua pasangan yang sudah memakai pakaian serba hitam, mereka akan pergi untuk memperingati hari seseorang."Apa tidak ada yang ketinggalan?" tanya Richard kepada Kirana.Gadis yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya dengan pelan, tanpa menunggu waktu lama, mobil langsung menuju dengan cepat dijalan raya.Sepanjang perjalanan, Richard tak terlalu membicarakan sesuatu, mungkin kenangan-kenangan pahit itu muncul lagi diingatannya, apalagi Richard belum sepenuhnya melupakan kejadian yang menyeramkan itu.Kirana menatap awan hitam yang membentang luas diatas, langit seperti mengetahui bahwa mereka sedang bersedih hari ini."Seperti biasanya, aku benci awan seperti ini," ucap Richard membuka obrolan.Kirana yang tengah
CKITT!!Mobil hitam pekat itu mendarat disebuah rumah sakit pusat kota, keempat orang itu turun dan menatap bangunan didepan.Didalam perjalanan mereka sempat membatalkan janji untuk pergi jalan-jalan, dan terpaksa mengunjungi seseorang dirumah sakit ini."Apa ayah sudah melakukan pemeriksaan?" tanya Richard dan mendapat anggukan pelan dari Kenneth."Kemarin sudah melakukan pemeriksaan terakhir, mungkin ayah saat ini berada diruang rawatnya," jawab Kenneth.Richard menatap Kirana yang tengah membawakan bungkusan kue untuk Justin.Tanpa menunggu waktu lama, mereka langsung berjalan masuk kedalam rumah sakit. Berasa dejavu, Richard teringat kembali saat dia berada dirumah sakit sebulan yang lalu, setelah insiden Black Tiger dan Dark Devil.Semuanya terjadi begitu cepat, bahkan Richard masih ingat bagaimana Andy, musuh mereka yang mati dengan terhormat.Tak mau memikirkan masa lalu yang suram itu, Richard menepuk pelan pipinya supaya tersadar, dan menatap masa depan yang cerah.CKELEK!P
Pagi hari yang cerah mulai menyapa, seperti hari-hari biasa lainnya, semua orang kembali melakukan aktivitas mereka, dari pekerja kantoran sampai anak-anak sekolahan.Disebuah hotel, terlihat banyak sekali orang-orang yang sudah siap bepergian pulang karena menginap semalaman ditempat ini, ada juga yang menetap menikmati masa liburan mereka."Apa tidak ada yang ketinggalan lagi?" tanya Kirana kepada Keynest, karena gadis kecil itu membawakan banyak sekali buku-buku belajar.Pandangan Kirana tertuju pada Serani dan Acha yang berjalan mendekat, mereka berpelukan dengan Kirana sebelum berpamitan pulang."Kami duluan yah, maaf gak bisa pulang barengan," ucap Serani tak tegaan, karena keadaan membuat mereka seperti ini.Serani dan Acha mereka bekerja disatu perusahaan batik yang terkenal diindonesia, mereka beruntung mendapat cuti libur sehari, dan hari ini terpaksa pergi ke kantor.Kirana tersenyum menatap kedua sahabatnya itu. "Gak apa-apa, setidaknya kalian masih menyempatkan diri untuk
Piknik liburan berakhir dengan cepat hingga malam hari, mereka semuanya setuju untuk melakukan penginapan malam ini.Hawa dingin malam mulai menerpa seluruh tubuh orang-orang, walau tadi pagi cuacanya sedang bagus, tak menutup kemungkinan, karena ini adalah musim dingin.Dari arah pantai, terlihat seorang gadis yang berjalan menyusuri pasir. Dingin yang ia rasakan, walau sudah memakai jaket tebal, tapi dinginnya angin malam ini, benar-benar membuat seluruh tubuhnya seperti membeku.Langkah kakinya terhenti tepat didepan air laut, dia menatap air yang begitu tenang, serta ingatan waktu ia jatuh cinta untuk pertama kalinya, langsung terlintas begitu saja."Kirana!" teriak seseorang dan membuatnya membalikkan badan kebelakang.Senyumannya mengembang menatap pria yang tengah berlari cemas kearahnya, dengan cepat pelukan hangat langsung dia terima dengan kedatangan pria itu."Kamu dari mana saja? Aku khawatir saat kamu gak ada dihotel," ucap Richard sambil memeluk erat tubuh Kirana.Kirana
Musim kian berganti dan berlalu dengan cepat, semua aktivitas mulai kembali dengan normal layaknya seorang manusia pekerja dipagi hari.Hidup terasa menjadi ringan dan bermakna, lika-liku yang selama ini diperjuangkan, kini telah usai dan diganti dengan sebuah kebahagiaan.Matahari mulai menyapa sebuah rumah mewah, terlihat cahayanya yang mulai masuk melalui celah-celah rumah, dan mengganggu indra seorang gadis yang tengah tertidur pulas.Gadis itu mengedipkan matanya berkali-kali, dan menetralkan penglihatannya, iris matanya pun teralihkan dengan seorang pria yang kini tengah tertidur disampingnya."Sudah bangun?" tanya pria itu sembari membuka mata dan memiringkan tubuhnya kedepan gadis itu.Kirana kaget dan menatap Richard cukup lama, ternyata pria itu sudah bangun dari tadi, dan mungkin sedang mengumpulkan tenaga untuk bangun.Seminggu setelah pernikahan berlalu, Kirana dan Richard resmi menjadi seorang pasangan baru, dan baru tadi malam saja mereka melakukan kegiatan yang biasa d
Acara selamatan dari semua pengunjung pun berakhir, kini kedua pasangan itu dapat beristirahat dan menikmati pertunjukan dari para penari maupun penyanyi."Akhirnya kalian bisa duduk dengan tentram," ucap Angelina dan Arnold yang kini tengah menghampiri kedua pasangan itu."Jangan bahas itu lagi, kaki ku seakan-akan mau terlepas saja," ucap Richard sambil memijit pelan betisnya."Iya, bahkan sepanjang selamatan, Richard selalu memohon supaya semua ini cepat berlalu," canda Kirana, dia merasa lucu ketika melihat tingkah Richard yang cemberut akibat acara selamatan yang tak kunjung selesai.Mereka bertiga langsung tertawa dan menistakan Richard, sehingga membuat pria yang diejek hanya bisa pasrah dengan keadaan.Dari kejahuan, terlihat kedua orang gadis yang tengah menatap Kirana tersenyum bahagia bersama teman-teman barunya itu."Apa dia melupakan kita? Dia bahkan tidak menceritakan pernikahan kontrak itu sekali pun," ucap Acha yang kini merasa kesal karena tingkah Kirana.Serani menco
Pesta pernikahan digelar dengan begitu meriah, setelah kedua pasangan dinyatakan sah menjadi suami dan istri, pesta tarian maupun nyanyian dari artis terkenal, langsung memeriahkan acara tersebut.Orang-orang berpesta ria sambil mencicipi makanan serta minuman yang telah disediakan.Kedua pasangan yang menjadi topik utama itu, kini sedang bersalamah dan berfoto dengan orang-orang yang hadir diacara pernikahan mereka.Acara salaman memakan waktu yang cukup lama untuk bersalaman dengan semua orang yang hadir diacara itu, dari sekian banyaknya orang, hingga akhirnya tersisa sedikit orang saja untuk menyelesaikan acara salaman."Bagaimana perasaan kalian berdua?" tanya Angelina dan Arnold yang kini naik untuk berpegangan tangan dengan kedua mempelai."Lelah, lebih baik kalian berdua turun saja, biar acara salaman ini cepat berakhir," ucap Richard yang sudah lelah dengan salaman terus menerus.Arnold menahan tawanya, baru kali ini dia melihat Richard kesusahan seperti orang yang mau mati.