Home / Urban / Revenge / Hidup Baru

Share

Hidup Baru

Author: Yani Santoso
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Mobil yang membawa Gendis melaju kencang meninggalkan rumah sakit.

Jauh dari kejaran anak buah Dirga.

Entah sudah berapa jam Gendis berada di dalam mobil, hingga membuatnya tertidur untuk beberapa lama.

Ketika Gendis membuka mata, dia merasakan laju mobil berjalan lambat dan guncangan halus. Beberapa kali mengucek dan mengerjapkan mata, lalu melihat keluar melalui jendela mobil.

Ternyata mereka tengah berada di jalan berbukit, tampak dengan jelas, rimbun hijau  pepohonan dan deretan bukit di depannya.

Gendis berdecak kagum, lalu membuka jendela. Udara segar menyeruak masuk, dihirupnya dalam-dalam. Gendis melongokkan kepala juga kedua tangannya keluar, sambil berteriak, melepaskan sesak yang menggumpal di dada.

Aaaaa ... aaaa ....

Pak Markus hanya yang melihat apa yang dilakukan Gendis hanya tersenyum kecil.

Beberapa kali bahkan pak Markus terkekeh setiap kali Gendis terpekik ketika melihat hewan liar menyeberang jalan.

"Pak Markus, liha

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Revenge   Hari Pertama

    Hari masih gelap, matahari pun masih malu-malu bersembunyi di balik kabut dan masih enggan untuk menampakkan kilau nya.Sama seperti Gendis, yang masih enggan untuk membuka matanya dan lebih memilih untuk kembali menarik selimut hingga sebatas leher.Di luar jendela, cericit burung bersahutan, berjekaran untuk saling mendahului mencari makan.Kriiing ... kriiing ....Jam beker yang berada di atas nakas beberapa kali berdering.Gendis mengucek matanya, mengerjap-ngerjap lalu meraih jam tersebut untuk mematikan suaranya."Sudah jam 5 pagi, tapi masih begitu gelap," lirih Gendis sambil membuka gorden untuk melihat keluar.Tok tok tok ....Baru saja Gendis beranjak dari jendela, terdengar ketukan di pintu kamarnya."Siapa?" tanya Gendis lirih."Ini Roy. Keluarlah, kita akan mulai latihan sebentar lagi.""Yang benar saja, ini baru jam 5 pagi, dan kamu mengajakku latihan?" gerutu Gendis dari dalam kamar."Cepatlah, atau kam

    Last Updated : 2024-10-29
  • Revenge   Merubah Penampilan

    "Pasang kuda-kuda yang bener, kalau seperti itu, sekali tendang kamu akan tersungkur," teriak Roy lantang.Gendis dengan cekatan membetulkan kuda-kudanya.Dengan lincah, dia mengikuti setiap gerakan dari Roy. Keringat bercucuran membasahi sekujur tubuhnya, namun tidak dia hiraukan.Pekikan dan suara lantangnya bergema di ruangan, tiap kali dia berhasil menendang atau menjatuhkan.Tanpa terasa, lebih dari satu bulan Gendis mengolah fisik, belajar bela diri dari Roy. Tubuhnya terlihat makin berisi, tidak lagi lemah lembut seperti sebulan yang lalu.Tangan dan bagian tubuhnya lebih berotot, gambaran dari latihan yang selama ini dia terima."Bagus sekali, Gendis."Pak Markus berjalan mendekati Gendis, yang duduk sambil menyeka keringatnya.Rambut panjangnya dia ikat ke atas."Pak Markus ... kok ada di sini, bukannya Bapak ada di kota?" tanya Gendis penasaran."Kebetulan, urusan di kota sudah selesai. Lebih cepat dari perkiraan sem

    Last Updated : 2024-10-29
  • Revenge   Roy Pergi

    Gendis menatap pantulan dirinya di cermin.Hampir saja dia tidak mengenali dirinya sendiri.Seorang gadis dengan rambut ikal sebahu dan berwarna coklat keemasan, membuatnya ternganga.Gambaran tentang gadis lugu dengan rambut hitam dan panjang, telah berganti dengan sosok gadis dengan penampilan yang sangat berbeda."ini benar-benar diriku?" tanya Gendis tidak percaya, masih dengan menatap lekat dirinya di cermin."Bagaimana, Nona menyukainya?"Wanita berambut cepak balik bertanya.Namun Gendis tidak menjawab, matanya fokus memperhatikan dirinya.Lalu, Gendis melihat ke arah Steve dan berkata."Tuan menyukai penampilan baruku?" tanya Gendis.Steve sedikit kaget mendapat pertanyaan dari Gendis, dengan cepat dia menjawab, "Aku suka."Gendis tersenyum puas mendengar jawaban Steve, terlebih dia menyukai penampilan barunya."Apa ada yang lain lagi, Pak Markus?" tanya wanita berambut cepak.Pak Markus mengerutkan kening,

    Last Updated : 2024-10-29
  • Revenge   Gladys

    "Bagaimana sekarang, apa masih sakit?" tanya Steve, sambil mengolesi luka Gendis dengan obat merah, lalu membungkusnya dengan plester."Tidak, hanya sedikit perih."Gendis menjawab, wajahnya menunduk, menghindari tatapan mata Steve.Walau sorot mata laki-laki yang berjongkok di depannya begitu dingin, namun mampu membuat hatinya berdesir setiap kali dia berusaha menentang tatapannya."Lain kali, berhati-hatilah. Aku tidak ingin hal seperti ini terjadi lagi," ujar Steve, dia berdiri.Tangannya mengibaskan kotoran yang menempel di celananya.Tak jauh dari tempatnya berdiri, Roy melihat keduanya dengan tatapan yang sulit untuk digambarkan.Dia merasa bersalah, karena telah membuat Gendis terjatuh dari ayunan. Namun di sisi lain, dia juga merasa heran dengan sikap Steve yang memperlakukan Gendis dengan lemah lembut. Dia tahu betul bagaimana sikap Steve terhadap para wanita selama ini.Roy berusaha menepis pikiran negatif, "Gendis tidak sepert

    Last Updated : 2024-10-29
  • Revenge   Gladys (2)

    Gendis menutup pintu kamar mandi lalu berdiri di depan wastafel.Dadanya turun naik, dia menekan dadanya, berusaha mengatur degub jantung yang tidak beraturan.Beberapa kali Gendis menarik napas dalam.Dia menatap lekat wajahnya di cermin, wajahnya bersemu merah.Lalu pandangan matanya turun ke handuk yang melilit tubuhnya."Bodoh, benar-benar bodoh," ucap Gendis sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.Disambarnya baju yang tergantung, lalu dengan cepat mengenakannya.Rambut yang tinggal sebahu, di tarik ke atas lalu diikat dengan karet gelang. Kini, wajah Gendis tampak lebih jelas.Kulit putih dengan bibir mungil, membuat wajahnya tetap terlihat cantik walau tanpa polesan make up.Setelah dirasa cukup, Gendis keluar dari kamar mandi.Namun langkahnya terhenti di depan pintu, ketika matanya menangkap sosok Steve masih berada di dalam kamarnya."Kenapa kamu masih berdiri di sana, cepat ke sini."Steve mema

    Last Updated : 2024-10-29
  • Revenge   Pulang

    "Kemasi barang-barangmu, Gladys. Kita akan pulang."Suara berat milik Steve, membuat Gladys memutar tubuhnya.Laki-laki bertubuh jangkung dengan tatapan mata sedingin kutub utara itu tengah berdiri di belakangnya, sambil melipat tangannya di dada."Pulang ... kemana?" Gladys menautkan kedua alisnya.Baginya, pulang adalah kembali ke rumah orang tuanya. Namun, tidak mungkin Steve akan mengantarkannya pulang, terlebih saat rencana baru saja akan dimulai."Ke rumahku. Cepatlah, aku tunggu kamu di bawah.Setelah berkata, Steve bergegas turun. Sementara Gladys menggaruk kepalanya walau tidak gatal. Dia kembali memandang ke arah deretan bukit yang tampak begitu indah dari balkon kamarnya.Dia membentangkan kedua tangannya, menghirup sebanyak mungkin udara yang masih begitu segar, sebelum akhirnya masuk untuk membereskan barang-barang yang tidak seberapa.Ketika mengangkat baju untuk dimasukkan ke dalam ransel, tangannya menyentuh sesuatu yang berada

    Last Updated : 2024-10-29
  • Revenge   Bertemu Tania

    Gladys termenung di dalam kamarnya.Pikirannya berkelana kemana-mana, banyak sekali yang dia pikirkan.Bayangan kedua orang tuanya, menari-nari di pelupuk mata, namun sekuat tenaga mencoba untuk tidak terlalu hanyut dalam kerinduan, sebelum apa yang menjadi keinginannya tercapai."Bapak, Ibu, apa kabar kalian? Lama sekali aku tidak mendengar kabar tentang kalian. Ingin sekali aku memelukmu, Ibu, Bapak. Aku berjanji, setelah membalas rasa sakit hatiku ini, aku akan menemui kalian, aku janji," lirih Gladys."Andai saja aku punya ponsel, mungkin akan lebih bagiku untuk mengetahui keadaan mereka, juga Roy. Dimana dia sekarang?"Gladys mendesah, menyadari kalau selama ini dirinya tidak mempunyai ponsel. Padahal, dengan benda tersebut, tentu akan lebih memudahkan dirinya untuk berkomunikasi.Tok tok tok ...."Gladys, kamu di dalam?" sebuah ketukan di pintu kamarnya, sedetik kemudian, muncul Steve dari balik pintu.Tampak Steve membawa sesuatu d

    Last Updated : 2024-10-29
  • Revenge   Bertemu Tania (2)

    Gladys berdiri memperhatikan Tania yang sibuk melihat sebuah sepatu.Beberapa kali Tania terlihat mencoba sepatu yang dia pegang dan melihat harga yang tertera di sana."Mbak, berapa harga sepatu yang dipegang oleh wanita yang ada di sana?" Gladys bertanya pada karyawan yang mendampinginya."Oh, itu sekitar tiga puluh juta Nona," jawab gadis itu."Hanya tiga puluh juta?" tanya Gladys lagi.Gadis yang berada di sebelahnya mengangguk.Namun dalam hati, Gladys sangat takjup dengan harga sepatu yang dipegang oleh Tania.Akan tetapi, dia tidak akan menunjukkan rasa terkejutnya. Baginya, tiga puluh juga sangat mahal. Terlebih selama ini, dia hanya mampu membeli sepatu seharga puluhan ribu saja. Itupun hanya ketika sepatunya sudah rusak.Gladys menarik napas dalam, lalu berjalan lebih dekat ke arah Tania.Dengan sudut matanya, Gladys melihat wajah angkuh Tania. Wajah yang selalu dia ingat, karena menjadi bagian dari orang-orang yang telah menghancurka

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Revenge   Saling Memaafkan

    "Calon mantu?"Kali ini ayah Gendis yang mengulang kalimat.Dengan pandangan bingung, laki-laki paruh baya itu berdiri, mendekati tamu yang baru datang ke rumahnya.Ditatapnya satu persatu wajah orang-orang yang baru datang ke rumahnya itu."Gendis, apa benar, kamu kenal dengan mereka?" tanya nya.Diarahkan pandangan matanya pada anak perempuannya itu.Gendis mengerjap, merasa bingung harus dari mana dia menceritakan semuanya. Karena sejak kedatangannya kembali ke rumah, belum sempat bercerita pada kedua orang tuanya. Yang mereka tahu, kalau anak perempuannya telah pulang kembali ke rumah dan berkumpul bersama mereka."Bapak, Gendis kenal dengan mereka. Merekalah yang telah menyelamatkan Gendis dari cengkeraman jahat Dirga dan bapaknya," ujar Gendis menjelaskan."Saya Steve, Pak," ucap Steve sambil mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan bapak Gendis.Sejenak merasa ragu, lalu, disambutnya ukuran tangan pemuda jangkung yan

  • Revenge   Menyusul Gladys

    Steve membanting tubuhnya di atas tempat tidur, diembuskan kasar napasnya.Ada rasa kesal sekaligus kesedihan yang bercampur jadi satu.Dibukanya kembali surat yang ditulis Gladys."Bagaimana bisa dia melakukan ini padaku," dengkus Steve.Dia melempar surat itu kasar, lalu menenggelamkan tubuhnya di atas tempat tidur, tatapannya kosong, menerawang menembus langit-langit kamar.Diletakkannya sebelah tangan di atas dahi.Beberapa kali Steve merubah posisi tidurnya, lalu dia bergegas bangkit menuju lemari pakaian, mengganti piyama dengan kemeja lengan panjang, yang digulung hingga bawah siku.Rasa nyeri di perut, tidak dirasakan lagi."Tuan Muda, mau pergi? Biar saya yang nyetir mobilnya," ucap pak Markus, saat melihat Steve berjalan menuju garasi."Tidak usah, Pak. Saya bisa nyetir sendiri," jawab Steve."Tapi Tuan Muda belum sepenuhnya pulih ....""Pak Markus, aku bisa sendiri." Steve menolak."Tapi mau keman

  • Revenge   Gladys Meninggalkan Rumah Steve

    Di dalam kamar, Gladys terduduk lesu.Hati kecilnya ingin sekali tinggal di rumah ini lebih lama, terlebih saat ini sikap Steve tidak sedingin sebelumnya.Namun di sisi hatinya yang lain, keinginan untuk bertemu orang tuanya semakin menggebu, apalagi sudah hampir tiga tahun sejak Dirga membawanya keluar dari rumahnya, belum pernah sekalipun dia bertemu atau sekedar mendengar kabar tentang keluarganya.Cukup lama Gladys terpekur, sesekali matanya menatap langit-langit kamar, lalu kembali menunduk. Beberapa kali dia menarik napas dalam."Dys ... kamu dari mana?" tanya Suli yang baru keluar dari kamar mandi."Oh, aku baru saja dari halaman depan. Menghirup udara pagi," jawab Gladys.Dia kembali menunduk, meremas jari jemarinya, lalu beranjak menuju lemari pakaian. Suli memperhatikan setiap gerak-gerik sahabatnya itu tanpa mengeluarkan sepatah kata."Buat apa kamu mengeluarkan tas itu, Dys? Juga pakaian itu ....?" tanya Suli keheranan saat me

  • Revenge   Maaf

    Steve sudah kembali ke rumahnya, di hari kedua, dia bahkan sudah bisa berjalan-jalan di sekitar rumah, walau sedikit lambat.Namun pagi ini, rupanya ada yang sedang mengganjal hatinya, hingga membuatnya terlihat tidak tenang, wajah dinginnya terlihat sedikit murung.Akan tetapi, dia berusaha untuk tetap bersikap tenang, walau getar-getar di hatinya, membuatnya susah tidur.Beberapa kali dia menarik napas berat, lalu dengan kasar mengembuskannya."Tuan ...."Sebuah panggilan lembut mengagetkan lamunannya, Steve menoleh ke arah suara. Di sana, Gladys berdiri dengan menyembunyikan kedua tangannya ke dalam saku."Gladys, kamu sudah bangun?" tanya Steve."Sudah, Tuan sendiri ... kenapa sudah berada di luar. Ini masih sangat pagi," jawab Gladys.Steve yang mendengar pertanyaan Gladys menjadi sedikit kikuk, lalu dengan cepat dia menjawab, "Oh, aku ingin mencari udara segar. Berbaring di tempat tidur membuatku bosan.""Oh, begitu ..

  • Revenge   Love it or Hate it

    Gladys berlari sepanjang koridor, di belakangnya, Suli dengan napas terengah mencoba mengejar langkah sahabatnya itu.Pikirannya sangat kacau, ketika Roy mengabarkan kalau saat ini Steve tengah menjalani operasi, walaupun Roy juga sudah mengatakan kalau semua baik-baik saja.Kedua wanita itu kemudian masuk ke dalam salah satu ruangan, di mana terdapat dua orang pria berbadan tegap berdiri di dekat pintu.Mereka adalah anak buah Steve yang sengaja ditugaskan oleh Roy untuk berjaga di luar."Steve ... bagaimana keadaanmu?" tanya Gladys begitu dia berada di dalam ruangan."Dia baik-baik saja, operasinya berjalan lancar." Roy yang duduk di kursi sebelah brankar menjawab."Syukurlah." Gladys menarik napas lega sembari mendekat ke arah Steve yang masih terbaring.Gladys duduk di sebelah Roy, sembari meraih tangan Steve."Ouh ... sakit," rintih Steve ketika tidak sengaja Gladys menyentuh bagian tubuh Steve yang terlukan."Maaf, aku

  • Revenge   Sakit Hati Suli

    "Keluar, atau aku akan menyeretmu dari sana!" Gladys kembali berteriak. Suaranya menggema ke seluruh ruangan.Setelah menunggu beberapa saat, tidak ada tanda-tanda ada orang lain di dalam ruangan itu.Gladys berjalan pelan menuju meja, suara sepatunya memaku lantai.Tok tok tok ....Baru beberapa langkah, Gladys berhenti.Dari bawah meja, tampak seseorang berjongkok, lalu perlahan dia bangkit berdiri menghadap arah Gladys.Melihat siapa yang muncul dari balik meja, Gladys tersenyum. Lalu dia berkata."Kita bertemu lagi, Tania. Walau dalam suasana yang berbeda," ucap Gladys."Iya, senang bisa bertemu denganmu lagi, Gendis."Tania berkata sambil merapikan rambutnya, dia berusaha bersikap tenang, namun tetap saja, kegugupan tampak jelas di wajahnya.Tiba-tiba, Suli yang sejak tadi diam di depan pintu, berlari menghampiri Tania, dan tangan kanannya langsung bergerak cepat meninju wajah Tania.Mendapat serangan yang tib

  • Revenge   Steve Terluka

    "Jangan sentuh aku!" teriak Gladys.Sementara Dirga merasa semakin bergairah, melihat kemarahan Gladys. Tidak ada rasa ketakutan dari sorot mata wanita yang ada di hadapannya itu, berbeda sekali saat pertama kali dia membawanya dulu, wanita polos dengan sorot mata penuh ketakutan.Apa yang dilihatnya pada diri Gladys saat ini, membuat Dirga semakin tertantang untuk kembali menguasai dan memilikinya seperti yang pernah dia lakukan waktu itu.Brukk!!Gladys dengan sekuat tenaga menendang selangkangan Dirga, hingga membuatnya meringis kesakitan.Dirga memegang bagian sensitifnya, yang baru saja ditendang oleh Gladys. Beberapa saat kemudian, dia kembali berdiri, matanya merah, lalu .... Plak!!Sebuah tamparan keras mendarat keras di pipi kiri Gladys, hingga membuatnya jatuh terjengkang.Gaun yang dia kenakan tersingkap hingga menampakkan pahanya yang putih mulus.Melihat itu, Dirga membulatkan kedua matanya.Perlahan, dia mendekat

  • Revenge   Kembali ke Rumah Dirga

    Roy berlari mengejar pria yang tadi hendak mencelakai Suli.Akan tetapi, dengan cepat, pria bertubuh gempal itu berbalik dan berlari menjauh dari Roy.Tepat di saat itu, sebuah mobil melaju kencang dari arah berlawanan, dan tiba-tiba berhenti di depan pria bertubuh gempal, hingga meninggalkan suara ban derdecit."Buruan masuk!" teriak seseorang dari dalam.Dalam beberapa detik saja, pria tersebut sudah masuk ke dalam mobil, dan langsung meninggalkan Roy yang terengah-engah karena berlari.Roy bisa melihat dengan jelas, Gladys dengan tangan terikat ke belakang dan mulut di tutup lakban duduk sambil meronta, ketika pintu mobil tersebut terbuka."Gladys ... Gladys ...!" Roy berusaha memanggil Gladys, sambil berlari di belakang mobil yang melaju.Hingga mobil itu makin menjauh, Roy berbalik menuju ke mobilnya."Suli, cepat masuk!" perintah Roy.Dengan sigap, Suli masuk ke dalam mobil dan langsung memasang sabuk pengaman, dan di saat

  • Revenge   Gladys Diculik

    Tania terlihat begitu anggun dan cantik dengan gaun hitam selutut yang dia kenakan.Sesekali tangan dengan jari lentiknya mengusap keringat dingin di dahi dengan tisu.Dia begitu gugup, walaupun sebelumnya pernah tinggal serumah dengan Gladys, namun yang akan dia temui saat ini, bukanlah wanita yang sama seperti beberapa tahun yang lalu.Matanya melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.Sementara itu, dua orang pria berkemeja hitam yang duduk di pojok ruangan, terlihat sama, tegang dan terlihat gelisah. Berkali-kali keduanya melihat ke arah pintu, untuk melihat apakah orang yang mereka tunggu telah datang."Maaf, saya terlambat, tadi sedikit macet soalnya."Sebuah suara lembut membuat Tania mendongak. Di depannya, seorang wanita cantik dengan gaun berwarna lila berdiri anggun, tangan kirinya memegang clutch warna senada dengan bajunya."Oh, hai ... Nona Gladys, silahkan duduk."Tania berdiri lalu dengan sikap

DMCA.com Protection Status