Beranda / Romansa / Rentenir Of Love / Persekongkolan suami-istri

Share

Persekongkolan suami-istri

Penulis: Tatya Miranthy
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-03 09:12:35

Tak...

Tak...

Terdengar suara langkah kaki dengan sandal selop menginjak menuruni anak tangga satu per satu.

"Ada apa ini, Pi? pagi-pagi sudah ribut," tanya wanita yang terdengar langkahnya menuruni anak tangga tadi, setelah sampai pada suaminya itu. Dia adalah Indrita, istri Betara. Berusia empat puluh lima tahun, namun tetap terlihat cantik karena perawatan mahal wajahnya.

"Oh, gadis ini ada disini rupanya. Sudah bisa kau bayar hutang mu?" tanyanya begitu melihat Zalila.

Zalila tak menyahut, Ia terdiam melirik pada Betara kemudian tertunduk.

"Bagaimana, Pi? apa dia sudah bayar?" tanyanya kemudian pada Betara.

"Kau pikir saja, dari mana gadis ini bisa bayar hutangnya?" sahut Betara.

"Kau benar juga, Pi! lalu bagaimana dengan tanah dan Rumahnya?" singgung Indrita.

Ternyata sudah menjadi persekongkolan suami-istri ini, mengenai tanah dan rumah Zalila. Pantas saja, Ia juga ikut berperan merayu Zalila untuk menerima pinjaman uang dari Betara. Dengan perkataan yang manis dan lemah lembut, Ia telah meyakinkan Zalila.

Tap...

Tap...

Seorang asisten rumah tangga menghampiri Mereka.

"Tuan! Nyonya! Suster yang merawat tuan muda tidak ada di kamarnya," lapor sang asisten rumah tangga, dengan gugup.

Laporan asisten rumah tangga itu membuat Betara dan Indrita kaget, kedua pria anak buahnya pun saling bertatapan.

"Kau yakin? apa sudah mencarinya kesemua tempat?" tanya Indrita.

"Sudah nyonya, hanya di kamar mandi tuan muda yang belum," sahut sang asisten rumah tangga.

"Kenapa, tidak kau periksa sekalian?" omel Indrita, sambil melangkah menuju kamar yang di panggil tuan muda itu.

Seperginya Indrita, suasana menjadi hening juga karena permasalahan barusan tentang menghilangkannya suster yang merawat tuan muda di rumah itu.

"Sudah, kalian boleh pergi!" titah Betara.

Semua menuruti perintah itu. Dua pria pesuruhnya, asisten rumah tangganya dan Zalila juga ikut beranjak.

"Untuk kau, Zalila!" panggilnya menghentikan langkah Zalila.

"Urusan ini tentu belum selesai, saya akan meminta keputusan mu sore nanti," cetusnya.

Kembali terdiam tak menyahuti, Zalila melanjutkan langkahnya untuk segera meninggalkan rumah mewah namun seram ini. Seram karena penghuninya yang tak berperikemanusiaan, dan gila akan menumpuk harta. Harta yang di dapati tidak dengan cara yang halal. Namun apalah Mereka, sepertinya tidak peduli dengan halal atau haram.

Menaiki angkutan umum, Zalila sampai di rumahnya. Ia langsung memburu Ibunya, melihat keadaannya setelah ada sekitar dua jam Ia tinggalkan. Dari hanya sekedar membeli sarapan, hingga matahari mulai terik Ia baru kembali. Tentunya karena peristiwa tadi.

"Bu!" panggil Zalila kencang.

Zalila melihat Ibunya masih terbaring di atas tempat tidurnya yang kasurnya sudah mulai mengeras.

"Bu, Ibu masih tertidur?" tanyanya tak mengetahui jelas Ibunya masih tidur atau sudah bangun, karena Ibunya dalam posisi tidur menyamping membelakanginya.

Ibu Zalila berbalik badan untuk melihat Zalila.

"Lila! kau tidak apa-apa, Nak?" tanyanya dengan suara lemahnya.

"Tidak apa-apa, Bu! kenapa Ibu bertanya seperti itu?" Zalila balik bertanya merasa heran, apa mungkin Ibunya tahu apa yang terjadi padanya tadi.

Radiah, Ibu Zalila. Kemudian bangun dan duduk menghadap Zalila dengan kaki menyentuh lantai.

"Betara pasti mengganggu mu lagi, sepanjang kau belum pulang, Ibu berdoa untukmu, agar kau selalu terlindungi," ucapnya.

"Kalau begitu, doa Ibu terkabul. Buktinya sekarang aku sudah dihadapan Ibu," sahut Zalila.

"Ya sudah, Bu. Aku siapkan makan untuk ibu, ya. Ibu harus minum obat setelahnya." Zalila membeli lagi makanan untuknya dan Ibunya, setelah yang Ia beli tadi terjatuh dan entah apa jadinya sekarang. Mungkin sudah rusak karena terinjak-injak orang lewat atau ada yang menyingkirkannya ke tepi jalan.

Nasi bungkus dan lauknya telah disiapkan satu piring untuk ibunya. Zalila menuntun ibunya untuk ke meja makan yang terbuat dari kayu, rakitan Bapak dahulu.

Radiah, Ibu Zalila masih sangat lemah pasca operasi ginjalnya. Belum lah terlalu tua usianya namun karena kurus dan sakitnya membuatnya terlihat lebih tua dari usianya yakni empat puluh tahun.

Zalila mulai memberi satu suapan untuk Ibunya.

"Kau makan lah, Lila. Biar Ibu menyuap sendiri," ucap Radiah, mengambil makanannya untuk lebih dekat padanya. Jika tidak karena meminum obat yang mengharuskannya makan terlebih dahulu, Radiah adalah orang yang sulit untuk makan. Ia akan lebih dulu membiarkan Zalila makan, lalu baru dirinya kemudian.

"Iya, Bu!" sahut Zalila.

Zalila kemudian menyuap makannya, sambil mengunyah, Ia tanpa sadar memain-mainkan makannya dengan sendok yang di putar-putarnya di atas nasinya.

"Lila, maafkan Ibu. Ibu sudah membuat mu terlibat dengan rentenir itu," ucap Ibu Zalila melihat putrinya seperti tak nafsu makan, memikirkan sesuatu.

"Ibu, Ibu tidak usah minta maaf seperti itu. Melihat Ibu sudah sehat lagi seperti ini, itu sudah cukup membuat aku bahagia," timpal Zalila tak ingin Ibunya merasa bersalah.

"Ya sudah, ini obatnya ya, Bu, jangan lupa di minum. Aku mau siap-siap berangkat kerja," ucap Zalila mengalihkan pembicaraan.

"Iya, Nak. Pasti Ibu akan meminumnya, Ibu ingin sembuh agar Ibu bisa melihat mu menikah," balas Ibunya, sedikit meledek Zalila karena belum juga menikah.

"Ibu, bisa saja. Nanti juga, kalau sudah bertemu jodoh, aku pun tak bisa menolak," sahut Zalila, kemudian melangkah menuju kamarnya.

Radiah memperhatikan putri semata wayangnya itu, hingga menghilang masuk ke dalam kamarnya.

'Kau benar, Nak. Semoga laki-laki baik yang akan mendampingi mu' gumamnya.

Keluar dari kamarnya, Zalila telah siap dengan seragam restoran tempatnya bekerja dilapisi sweater warna netral dengan tas selempang kecilnya.

"Bu, aku berangkat dulu. Ibu jangan lupa minum obatnya, ya!" Zalila mencium punggung tangan Ibunya, tak ketinggalan pesannya agar ibunya tak lupa dengan beberapa macam obatnya.

"Iya, Nak! hati-hati, ya!" pesan sang ibu yang juga tak luput ketika Zalila berpamitan.

Kembali menaiki angkutan umum, Zalila sampai di restoran tempatnya bekerja.

Begitu sampai, Ia langsung menuju ruang ganti karyawan. Melepas sweater nya, memasukkannya ke dalam lokernya.

Kini Zalila sudah berganti penampilan, seragam restoran berwarna hitam dengan list kuning di pinggir lengannya membuat Zalila semakin terlihat manis. Hingga, pemilik restoran ini menaruh hati padanya walaupun belum terungkapkan.

"Lil, kau baru sampai?" tanya Denis

Denis. Inilah pemilik restoran itu, wajahnya standar saja. Ia memiliki sifat baik dan lembut, namun Ia berambisi jika sudah menginginkan sesuatu. Pria ini berusia dua tahun diatas Zalila, sungguh pria muda berbakat yang sukses.

"Iya, Pak Denis," sahut Zalila.

"Maaf terlambat, Pak," lanjut Zalila

Bukannya marah, Denis malah tersenyum."Tak apa, Lila."

"Kalau begitu, saya mau langsung ke depan, Pak," ijin Zalila.

"Lila!" panggilnya menghentikan langkah Zalila.

"Ada apa, Pak?"

"Kau ini, sudah saya bilang jangan panggil pak, saya masih muda loh," protes Denis.

"Oh iya, Mas Denis, lupa! Cuma itu saja, Mas? Saya ingin langsung ambil alih pekerjaan," Zalila memang sangat cekatan dalam bekerja, Ia tidak pernah menunda-nunda lagi apapun pekerjaan itu.

"Tidak, Zalila. Saya ingin mengajak mu ke suatu tempat," sahut Denis.

Bab terkait

  • Rentenir Of Love   Suster Nakal

    "Keluar, Kamu!" teriak Indrita.Tergesa-gesa memasukan kembali kancing baju bagian atasnya, perawat itu keluar tanpa permisi. Namun tatapan tajam Indrita tak lepas dari perawat itu."Kurang ajar, suster itu." Indrita mengencangkan suaranya."Gala, kamu tidak apa-apa, Sayang?" tanya Indrita kemudian memeluk Gala, putranya.Gala terlihat begitu kacau, bajunya basah, Ia seperti syok. Indrita membuka ikatan yang mengikat tangan putranya itu.Gala terdiam, hanya sorot matanya saja yang begitu tajam dengan penuh kebencian.Melewati Betara yang ingin ke kamar Gala, karena mendengar teriakkan Istrinya. Suster itu, tertunduk sambil berjalan cepat. Betara melihatnya heran, namun tak bertanya. Ia membiarkan saja suster itu terus berjalan ke luar rumahnya."Ada apa, Mi?" tanya Betara heran."Kita harus laporkan suster itu, Pi," sahut Indrita yang tak menjawab pertanyaan Betara.Betara melihat pada Gala yang sudah dibaringkan Indrita di

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-04
  • Rentenir Of Love   Siapa Wanita Itu

    Denis membawa Zalila ke sebuah butik, Ia telah meminta pelayan butik tersebut untuk memilihkan baju yang paling cantik untuk Zalila. Alhasil, gaun pilihan pelayan butik itu kini telah dikenakan Zalila atas permintaan Denis."Bagaimana, kau suka?" tanya Denis pada Zalila."Tapi, saya tidak pernah memakai gaun seperti ini," sahut Zalila sembari melebarkan gaun berwarna dusty, menyentuh lantai dengan pita melingkari pinggangnya dan membentuk simpul di sebelah kanan batas pinggang."Itulah alasannya mengapa aku membawa mu kesini. Aku ingin melihat mu memakai baju yang lain selain seragam resto," ungkap Denis.'Kau semakin manis, Lila!' batin Denis."Tapi, Mas Denis. Saya harus kembali ke Resto, saya harus kembali bekerja." Zalila beranjak berniat ingin segera mengganti gaun itu dengan seragam kerjanya kembali.Denis meraih tangan Zalila dengan cepat, mencegahnya agar tak terburu-buru mengganti baju. "Sudahlah, kalau pemilik restonya saja tak melarang

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-05
  • Rentenir Of Love   Kedatangan Denis

    Sore pun tiba, Zalila bersiap akan pulang. Jam kerjanya telah selesai, bergantian dengan shif dua karyawan lain.Berbarengan dengan Lucy keluar dari Resto. Langkah Mereka terhenti, ketika ada seseorang memanggil Zalila."Lil!" panggil Denis, sambil berlari kecil untuk lebih mendekati Zalila."Iya, Pak!" sahut Zalila, sebelumnya melirik pada Lucy. Sahabatnya itu pun, membalas dengan melihatnya juga."Bagaimana? mau ku antar pulang?" tanya Denis yang telah sampai pada kedua karyawannya itu.Zalila dan Lucy kembali saling melirik, kemudian Lucy mencolek Zalila dengan sikutnya. Mengangkat kedua alis lengkungannya dan menggerakkan wajah cantiknya kearah Denis, Lucy memberi kode agar Zalila menerima tawaran Denis.Merasa di dukung, Denis tersenyum girang. Zalila sendiri mengikuti saran Lucy, karena Ia selalu percaya dengan sahabatnya itu.Zalila sampai di rumahnya dengan diantar Denis."Ini rumahmu, Lil?" tanya Denis melihat rumah Zalila dar

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-06
  • Rentenir Of Love   Gaunnya?

    Ibu! ada apa?" tanya Zalila terbangun."Ini, Ibu tidak sengaja menendang tas kertas, kamu," sahut Radiah."Ternyata isinya baju bagus begini," lanjutnya."Oh, itu baju dari pak Denis," ungkap Zalila yang dilanjutkan dengan menguapnya."Dari pak Denis?" tanya heran ibu Zalila.'Ada ya, bos sebaik ini' batinnya."Lila, apa mungkin pak Denis, su--," ucapan Radiah terpotong melihat Zalila yang tertidur kembali.Keesokan harinya..."Duh, yang kemarin diantar pulang pak bos!" ledek Lucy, saat bersamaan sampai di restoran.Belum lah menimpali ledekan dari Lucy, muncul pula Denis dari belakang.Zalila kini sudah menginjak tiga tahun menjadi karyawan di restoran milik Denis. Di tahun ini, Denis baru mulai lebih mendekati Zalila, karena kesibukannya dengan beberapa Restorannya di beberapa tempat lainnya.Pertemuannya yang diawali sebuah peristiwa membuat hubungan mereka berlanjut menjadi hubungan antara karyawan dan bosnya. Nam

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-07
  • Rentenir Of Love   Awal Perjumpaan dengan Denis

    Zalila mengedarkan pandangannya kesemua arah, Ia melihat banyak orang-orang berpakaian bagus-bagus dan mewah. Terutama pada wanitanya, yang gaunnya menjuntai hingga lantai dan ada yang begitu seksi menampilkan bentuk lekuk tubuh idealnya.Sepasang pengantin yang berdiri di pelaminan, menyambut ceria orang-orang yang memberi selamat kepadanya. Semuanya telah jelas, jika Denis mengajak Zalila ke sebuah pesta pernikahan."Ayo, La!" ajak Denis lalu menggandeng bahu Zalila.Zalila menurut mengikuti langkah Denis, dan membiarkan tangan Denis merangkulnya walaupun Ia merasa tak nyaman."Hai, Denis!" sapa seorang wanita, Cantik sekali penampilannya."Hai!" balas Denis tanpa ekspresi."Ini pacar kamu?" tanya kemudian.Baru saja Zalila ingin menyanggah pertanyaan itu, Denis yang sudah keburu menjawab."Iya, pacarku," ucapnya."Oh, turun ya selera kamu," cibir wanita itu, usai menatap detail Zalila. Dalam pandangannya, Zalila memang t

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-08
  • Rentenir Of Love   Betara, Zalila dan Indrita

    Pertanyaan itu tak keburu terjawab, karena Mereka telah sampai rumah Zalila.Zalila membuka pintu mobil sebelah kiri untuk turun, sementara Denis tidak turun dari mobil."Tidak masuk dulu, Pak?" tanya Zalila sebelum menutup pintu mobil."Tidak, Lil. Sudah malam, sampaikan saja salam saya pada Ibu," jawab Denis."Oh, ya sudah, nanti saya sampaikan," balas Zalila.Zalila membuka pintu rumahnya yang tak terkunci, begitu masuk langsung terlihat ibunya yang tertidur duduk di bangku.'Ibu' gumamnya.Zalila mendekati Ibunya yang masih tetap tertidur, karena langkah Zalila sangat dipelankannya. Duduk di samping Ibunya, Zalila menatap wajah sang Ibu dengan sendu."Ibu! Ibu sehat terus ya, Bu. Jangan sakit lagi, aku tidak mau Ibu sakit lagi" ucapnya pelan.Menatap wajah Ibunya semakin dalam, Zalila jadi teringat saat keadaan Ibunya yang kritis ketika berada di rumah sakit."Ibu anda harus segera di operasi, ginjalnya harus di angkat

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-09
  • Rentenir Of Love   Zalila Mengintai

    Seminggu sudah tidak ada kabar dari Betara. Membuat Zalila merasa keheranan, hingga akhirnya Ia mencoba untuk mencari tahu. Karena Ia takut, jika tiba-tiba Betara dan anak buahnya akan menyerangnya lagi.Dari kejauhan Zalila mengintai rumah Betara. Memanjangkan pandangannya, Zalila mendapati rumah itu begitu sepi. Pagar rumah yang tinggi terlihat terbuka.Pukk...Seorang Ibu menepuk pundak Zalila, membuatnya terkejut."Sedang apa, mengintai seperti itu?" tanya."Tidak apa-apa, Bu. Saya hanya--," sahut Zalila gugup."Hati-hati kalau sampai Tuan Betara tahu," katanya lagi memperingati."Sebenarnya saya sedang ada urusan dengan Tuan Betara, tetapi sudah seminggu ini Tuan Betara tidak menemui saya," ungkap Zalila.Ibu itu menganggukkan kepalanya, seperti mengerti maksud Zalila."Maksud mu, tidak meneror, bukan?""Tuan Betara itu sedang tertimpa musibah,""Ya, semoga saja selamanya. Biar tahu rasanya sulit orang yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-10
  • Rentenir Of Love   Masuklah Ke Kamar Mandi!

    "Terimakasih," ucap Zalila usai kepada seorang apoteker, usai membayar dan menerima obat yang dibelinya.Berbalik badan, Zalila langsung berhadapan dengan Indrita. Terjadilah saling pandang, namun Zalila langsung tertunduk."Kau, Zalila," sebut Indrita.Zalila tetap tertunduk, tak berani mengangkat wajahnya. Ia sangat ketakutan.Indrita terus menatap dalam Zalila, ada sesuatu yang Ia pikirkan tentang Zalila."Ayo ikut aku." Indrita menarik Zalila untuk segera keluar dari apotik.Di luar, Indrita baru melepaskan dari mencekal pergelangan tangan Zalila."Kamu enak-enakan beli obat, sementara hutangmu belum juga kau bayar!" ketusnya memarahi Zalila."Maaf Nyonya, obat ibu saya sudah habis," sahut pelan Zalila.'Hmm!' batin Indrita sambil mengangguk-angguk.Indrita menarik lagi Zalila, mengajaknya secara paksa untuk masuk ke dalam mobilnya."Cepat masuk!" hentak Indrita."Tapi, Nyonya. Saya harus memberikan obat ini

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-11

Bab terbaru

  • Rentenir Of Love   Siapa Yang Berbohong

    Dengan mendorong kursi rodanya sendiri, Gala lebih mendekat pada Zalila, Denis dan si bibi yang tengah membicarakannya."Nah, tu dia. Si tuan muda!" Pekik Denis.Zalila menatap nanar pada Gala, entah rasa apa yang dirasakannya. Ia pun tidak mengerti."Zalila!" Panggil Gala."Hey, tuan muda. Berdirilah, tunjukkan pada Zalila kalau kau sudah bisa berjalan," ucap Denis tajam.Gala tidak menyahut, Ia tetap duduk tenang pada kursi rodanya."Apa aku harus memaksamu?" Denis semakin mendekati Gala kemudian Ia memegang kerah baju Gala dengan kasar."Mas Denis!" Teriak Zalila terkejut.Si Bibi pun terkejut dengan apa yang dilakukan

  • Rentenir Of Love   Apa Benar?

    "Baiklah, aku akan datang," ucap Zalila menutup perbincangannya melalui telepon.Di Lain tempat, Indrita turun dari lantai atas rumahnya tepatnya keluar dari kamarnya. Berniat untuk mengambil makanan di lemari es untuk menemaninya membaca novel, karena merasa belum mengantuk. Bak nyonya besar piyama yang ia kenakan pun terlihat mewah.Belum sampai pada lemari es langkahnya terhenti, Ia terkejut melihat Gala. Kemudian Ia segera sembunyi di balik tembok.'Gala!' gumamnya dengan wajah dan mata yang begitu terkejut. Dari balik tembok ia terus memperhatikan Gala sampai putranya itu masuk ke dalam kamarnya.Begitu Gala menutup pintu kamarnya, Indrita segera berlari menaiki tangga dengan tergesa-gesa.Terengah-engah masuk ke kamarnya, melihat pada Betara yang sudah terti

  • Rentenir Of Love   Gala Tak Mau Berlatih lagi

    "Pulang denganku, kau mau kan, Zalila?" Tanya Arkan yang sebenarnya hanya untuk memancing kecemburuan Lucy."Oh, tentu aku mau. Kau tidak membawaku di depan, bukan? Lalu Lucy dibelakang," bercandanya Zalila.Arkan pernah meledek Zalila dengan tubuhnya yang imut, Arkan berkata akan membonceng Zalila tetapi posisinya Zalila di depan kemudi layaknya membawa anak kecil.Arkan dan Zalila tertawa bersamaan membuat Lucy semakin cemberut."Sudahlah, Arkan. Kau jangan membuat Lucy marah," ucap Zalila usai tawanya terhenti."Aku duluan, ya!" Pamit Zalila akhirnya."Hati-hati di jalan, okey!" Teriak Arkan."Oke, akur-akur lah kalian berdua," balas Zalila kemudian berlalu.****Zalila kembali menemui Gala yang tengah bersama kedua orang tuanya.Tak berkata-kata, Indrita dan Betara meninggalkan Gala bersamaan mendekatnya Zalila.Zalila tak mengerti dan tak mengetahui apa yang dibahas keluarga kecil itu, yang pasti tak a

  • Rentenir Of Love   Kecemburuan Lucy

    "Bisakah kau pulangkan Zalila? ibunya sakit," ucap Denis menjawab pertanyaan Gala."Apa? Ibu sakit?" sosor Zalila mengambil handphone Gala dari tangan Gala.Gala yang sempat terkejut dengan aksi Zalila kini melihat Zalila sambil mengerutkan keningnya."Mas Denis! mas Denis! bagaimana keadaan ibu sekarang?" cecar Zalila panik."Ya, kau pulang dulu saja," sahut Denis."Iya, iya, Mas Denis. Aku pulang," sahut balas Zalila.Percakapan dalam sambungan telepon pun berakhir. Zalila baru tersadar jika kini Ia telah memegang handphone Gala."Maaf, tuan muda. Ini...handphonenya," perlahan dan malu-malu Zalila mengembalikan ponsel Gala."Tadinya kau bilang aku saja yang terima, akhirnya kau rebut juga handphoneku," ledek Gala."Maaf, tuan muda," wajah Zalila memerah."Tuan muda, saya harus segera pulang. Ibu saya, ibu saya," panik Zalila seketika teringat ibunya."Ya, pulang lah!" sahut Gala."Terimakasih, tuan

  • Rentenir Of Love   Zalila dan Gala Semakin Dekat

    "Mas Denis memang atasan saya, tapi kami sudah pernah bertemu sebelumnya. Jadi sedikit akrab," jelas Zalila sambil menatap Gala."Oh!" timpal Gala pendek.Pagi harinya, Zalila memang tak pulang lagi semalam."Terimakasih, Mas Denis!" ucap Zalila mengakhiri dari menelpon Denis, untuk meminta lagi pertolongannya memberi kabar kepada Ibunya."Ini tuan muda, handphonenya." Zalila mengembalikan ponsel milik Gala yang Ia pinjam untuk menelpon Denis."Kau boleh pulang, Zalila! lupakan kesempatanmu dengan Mami," ucap Gala setelah menerima handphonenya."Maafkan aku!"Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku pikir, kau adalah seorang suster yang bekerja untuk merawat ku, ternyata ini adalah tuntutan dari keluarga ku." Gala membelakangi Zalila, merasa tak enak dengan Zalila."Jadi, selama ini tuan muda tidak tahu siapa saya?" Zalila terhenyak. Dia mengira Gala telah tahu tentangnya dan perjanjiannya."Jadi...!" henyak Zalil

  • Rentenir Of Love   Gala Tahu Yang Sebenarnya

    'Cepat datang kesini sekarang juga!' ucap Indrita dalam sambungan telepon.'Tapi, Nyonya, ini sudah malam sekali' sahut Zalila.'Saya tidak peduli' tandas Indrita.Tut...Sambungan telpon pun terputus.Zalila kebingungan dengan apa ia akan kesana, kendaraan umum tidak mungkin ada jam segini. Namun ada hal lain yang membuatnya lebih bertanya-tanya lagi, apa yang membuat Nyonya besar itu menyuruhnya datang semalam ini.'Apa ada hubungannya dengan tuan Gala? tapi apa yang terjadi dengan tuan Gala?' gumam Zalila.'Oh, Tuhan. aku sangat mengkhawatirkannya' gumamnya semakin khawatir.Tiba-tiba, Zalila teringat satu nama.'Mas Denis!'Zalila teringat akan ucapan Denis.'Kalau ada apa-apa, kau boleh meminta bantuan ku''Tapi, apa aku tidak mengganggunya malam-malam begini meminta bantuannya?' pikir Zalila.Zalila mondar-mandir kebingungan. Apakah Ia akan meminta bantuan Denis yang adalah bosnya.

  • Rentenir Of Love   Semangat Untuk Gala

    Gala menatap Zalila tajam, membuat Zalila mundur beberapa langkah."Kenapa tidak kau lakukan saja apa yang ingin lakukan tadi, sekarang?" ucap Gala."Meskipun aku tidak dalam keadaan tidur pun, aku tidak bisa melawan, bukan?" Gala melemahkan ucapannya merasa dirinya lemah."Ti-tidak, tuan muda. Tuan muda, hebat kok," timpal Zalila tergagap."Bilang saja aku ini laki-laki lumpuh tidak berguna." Gala memalingkan wajahnya menyembunyikan sendunya."Tuan Gala, diluar sana pasti sudah menunggu orang-orang yang dulu mengenal tuan yang gagah. Aku yakin mereka merasa kehilangan tuan Gala saat ini," hibur Zalila."Karena itu demi orang-orang yang mencintai tuan. Anda harus bisa bangkit lagi, tuan harus bisa berjalan lagi kemudian hadir di hadapan mereka." Zalila terus memberi semangat kepada Gala.Ujaran semangat Zalila ternyata mengena di hati Gala."Kau yakin seperti itu?" tanya Gala."Yakin Tuan! Ayo, kita belajar berjalan lagi

  • Rentenir Of Love   Mulai Belajar Berjalan

    "Kau bilang tidak akan melanjutkan perjanjian dengan gadis itu. Tapi kau biarkan dia bersama Gala," Ucap Betara seraya menuruni anak tangga."Ya biarkanlah, Pi. Lagi pula aku sudah mengancam dia agar tidak main-main," jawab Indrita sambil melangkah menuju sofa, kemudian Ia duduk di sana."Aku tidak yakin si Bibik bisa menjalani dua pekerjaan sekaligus, bisa tidak masak dia," lanjutnya."Dia itu lamban sekali dalam bekerja," katanya lagi."Ya sudah, jika begitu maunya mami," balas Betara."Oh ya, Pi. Jam sembilan nanti jadikan, kita survei lokasi lagi," tanya Indrita."Ya, dari semalam aku menghubungi si Jhon. Tapi tidak diangkat juga, dia juga belum telpon balik." Betara kebingungan tentang orang yang pernah mengadakan kerjasama dengannya, bahkan Ia yang telah menginvestasikan lebih banyak."Masih sibuk mungkin, si Johan," tebak Indrita.Matahari semakin bersinar seiring berjalannya waktu. Zalila mengajak Gala menghirup udara d

  • Rentenir Of Love   Gala Cemburu

    "Dasar wanita, kalian semua sama saja. Murahan," marah Gala sendirian, menggebrak kursi rodanya.Ya, Gala lah yang tadi melihat Zalila yang seperti memeluk Denis disaat hampir terjatuhnya tadi. Ia bersama Betara mengikuti Zalila sampai Rumahnya. Tentu itu atas kemauan Gala yang sebenarnya berniat ingin lebih jauh mengenal Zalila.Gala begitu marah melihat kejadian tadi. Ia mengira Zalila benar-benar memeluk Denis. Entah Ia cemburu atau tidak suka dengan wanita yang menurutnya begitu mudah jatuh ke pelukan seorang pria.Dada Gala begitu terbakar rasa marah kepada Zalila, Ia tadinya Ia berfikir jika Zalila berbeda dengan gadis atau wanita lain yang selama ini Ia temui. Namun akhirnya pandangan predikat wanita baik terhadap Zalila, kini terpatahkan dengan peristiwa tadi.Sementara Betara pun mengadukan apa yang dialaminya bersama Gala tadi kepada Indrita."Gala terlihat cemburu, saat gadis miskin itu bersama laki-laki lain?" ulang Indrita bertanya usa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status