Share

Bab 37

Penulis: Vhiena Vhie
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-31 12:31:31

Dean tidak langsung memberitahukannya. Dia menyimpan kabar baik itu dan mengajak Nauna makan terlebih dahulu.

Nauna tidak memaksa dan menanti dengan sabar. Selesai makan malam, dia menunggu Dean mandi, lalu menunaikan sholat Isya.

Baru setelah itu, dia bertanya, “Ada kabar baik apa, Mas?”

Dean tersenyum. Dia duduk di tepi tempat tidur dan berkata dengan sumringah, “Aku dipromosikan untuk naik jabatan. Sebagai manager.”

Nauna tercengang dan menatapnya tak percaya. Dia tahu kinerja Dean sangat bagus di kantor, tapi dia tidak menyangka suaminya itu akan dipromosikan menjadi manager. Ini benar-benar kabar baik yang patut disyukuri.

“Alhamdulillah.” Nauna segera mengucap syukur. Dia menatap Dean yang terlihat begitu senang, lalu memberinya sebuah pelukan. “Aku ikut senang, Mas. Semoga kamu bisa segera menempati posisi manager di kantor.”

“Aamiin.” Dean mengusap puncak kepala Nauna dengan lembut. “Nanti, setelah aku naik jabatan, kita pindah dari sini, ya?”

“Hah?” Nauna tersentak dan s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 38

    Setelah pembicaraan mereka berakhir, Dean pergi ke ruang kerjanya untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan. Pada saat ini, Nauna segera menyambar ponselnya. Lalu, mencari-cari handsfree di dalam laci nakas. Setelah ditemukan, dia segera menyambungkannya dengan ponsel dan memasangnya di telinga. Jantungnya berdebar keras. Dia berharap, dirinya belum terlambat mencuri dengar pembicaraan Rudy dan Lusi malam ini. “...Lima milyar!”Itu adalah dua kata pertama yang Nauna dengar dari handsfree di telinganya. Dan itu adalah suara Rudy. Dia menajamkan pendengaran dan berharap bisa mendengar lebih banyak pembicaraan mereka. “Itu angka yang besar sekali, Mas! Dia benar-benar mau membayar dengan harga lima milyar?” Suara Lusi terdengar pelan, tapi sangat antusias. “Ya. Dia itu sangat kaya. Jadi, lima milyar bukan apa-apa baginya.” Rudy berkata dengan sombong. “Memang nggak salah aku menawarkan rumah ini padanya.”Nauna segera paham, mereka sedang membicarakan harga jual rumah ini. Sepertinya,

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-01
  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 39

    Malam cepat sekali berlalu. Nauna baru tidur sebentar, tapi fajar sudah menyingsing. Dia bergegas bangun dan bersiap-siap melaksanakan sholat subuh. Dean sudah menunggunya di atas sajadah. Hari ini, Dean harus berangkat ke kantor lebih pagi dari biasanya. Dia bilang, ada pergantian CEO di kantor dan akan ada penyambutan pagi ini. Setelah subuh, Nauna langsung menyiapkan pakaian dan tas kerja Dean. Sementara dia bergegas mandi. Laki-laki itu terlihat gugup dan terburu-buru. Nauna tidak bisa menahan tawa saat melihat Dean salah mengancingkan kemeja. Dia segera memperbaikinya sambil bertanya, “Kenapa begitu gugup?”Dean meringis, “Karena akan bertemu CEO baru. Orang-orang bilang, dia agak seram.”Nauna tertawa kecil, “Dia masih manusia, kan? Kenapa harus gugup? Lagipula, kamu salah satu karyawan terbaik di kantor. Bahkan, sedang di promosikan naik jabatan. Jadi, kenapa harus gugup?”“Justru karena sedang dipromosikan, aku merasa sedikit gugup.” Dean berkata apa adanya. Dari yang dia

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-02
  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 40

    Setelah penyambutan singkat itu, Jeremy beserta orang-orang yang mendampinginya keluar dari ruangan. Tepat saat pintu di tutup, semua karyawan mulai membicarakannya. Penilaian terhadap CEO baru itu cenderung negatif. Ini dikarenakan sikapnya yang dingin dan terkesan arogan. Akan tetapi, bagi sebagian besar karyawan perempuan, sikapnya justru menarik perhatian. Dean tidak terlalu mendengarkan obrolan orang-orang di sekitarnya. Dia bangkit perlahan dan hendak beranjak pergi, tapi bahunya di tarik dari belakang hingga dia menoleh dan membalikkan badan. “Bagaimana menurutmu?” Heru—rekan kerjanya—bertanya. “CEO baru kita sepertinya orang yang dingin. Aku merasa kedinginan selama dia ada di ruangan ini.”Dean terkekeh mendengar celetukan Heru dan berkata, “Nggak boleh begitu!” Kemudian, dia berjalan meninggalkan ruang rapat. Heru mengejar langkahnya dan berjalan di sampingnya. “Aku pikir, CEO dingin hanya ada dalam drama, tapi sekarang aku melihatnya sendiri di depan mata.” Heru kembali

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-03
  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 41

    Sepanjang hari ini, pikiran Nauna masih dipenuhi pertanyaan tentang laki-laki bernama Jeremy yang dia dengar dari pembicaraan Rudy dan Lusi semalam. Dia ingin membicarakan soal ini dengan Dinara, tapi perempuan itu belum bisa dihubungi sejak pagi. Teleponnya tidak diangkat dan pesannya tidak dibaca. Sepertinya, Dinara sangat sibuk hari ini. Nauna merasa sungkan dan tidak ingin mengganggu. Jadi, dia memutuskan akan menunggu sampai sepupunya itu tidak sibuk dan membalas pesannya. Namun, sampai malam menjelang, dia belum juga mendapat balasan dari Dinara. Bahkan, pesannya belum terbaca sama sekali. Dia menjadi sedikit khawatir, tapi berusaha mengenyahkan pikiran negatif. Jam menunjukkan pukul tujuh malam ketika pintu kamarnya digedor dengan keras. Nauna tersentak dan bergegas membuka pintu. Ekspresi muram Tari dan Tika seketika menyambutnya. “Kamu belum menghidangkan makan malam, hah?” Tari bertanya dengan kesal. Pada saat ini, Nauna baru ingat bahwa dia memang belum menghidangkan m

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-04
  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 42

    Dering panggilan masih terdengar. Nauna melirik Dean dan ponselnya bergantian. Dia tidak bisa leluasa berbicara dengan Dinara jika suaminya tetap ada di sini. Dia berharap Dean segera beranjak dan masuk ke dalam rumah terlebih dahulu, tapi laki-laki ini sama sekali tidak pergi, alih-alih menatapnya dengan kening berkerut. Barusan, Nauna mengatakan akan mengangkat telepon, tapi dia malah terdiam dengan ekspresi bingung di wajahnya. Dean menjadi penasaran dan bertanya padanya, “Kenapa nggak diangkat?”“Ah, iya.” Nauna tidak punya pilihan lain. Dia tidak mungkin menyuruh Dean pergi. Jadi, dia segera menjawab panggilan dari Dinara dan meletakkan ponsel di telinga. “Assalamu'alaikum, Kak.” “Wa'alaikumsalam, Nau. Maaf, baru sempat menghubungimu. Aku sibuk sekali hari ini. Seharian harus mengurusi masalah klien dan sekarang Alina masuk rumah sakit.” Suara Dinara terdengar parau.Nauna membelalakkan mata dan segera bertanya dengan cemas, “Alina masuk rumah sakit? Bagaimana keadaannya? Apa

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-05
  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 43

    Seharusnya, ucapan Tari dan Tika hanyalah angin lalu. Akan tetapi, perihal hamil adalah sesuatu yang sensitif bagi perempuan yang sudah menikah. Nauna tidak bisa menipu dirinya sendiri, dia merasa sedih dan sakit hati karenanya. Dia sudah mencoba melupakannya, tapi saat tiba di rumah sakit, dia memikirkannya lagi. Terlebih saat melewati ruangan dokter spesialis kandungan. Dia melirik ragu ke arah Dean yang berjalan di sampingnya. “Mas—” Nauna memanggil, tapi kalimat yang ingin dia ucapkan tertahan di tenggorokan. Dean menoleh dan segera menyadari ekspresi suram di wajah Nauna. Dia mengerutkan kening dan bertanya dengan hati-hati, “Ada apa, Nau?”Nauna merasa tidak bisa menyampaikan apa yang ingin dia katakan sekarang, jadi dia memutuskan untuk menyimpannya dan menggantinya dengan kata-kata yang lain, “Itu ruangannya.”Dia menunjuk sebuah ruangan yang berjarak beberapa meter di depan sana. Itu adalah ruang rawat Alina. Dinara sudah menginformasikan padanya sebelum dia dan Dean berang

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-07
  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 44

    Alih-alih menjawab pertanyaan Dean, Jeremy justru menanyakan hal yang sama padanya, "Apa yang kamu lakukan di sini?"Dean tersenyum canggung dan segera menjawab, "Keponakan istri saya dirawat di sini, kami datang untuk menjenguk.""Kamu datang bersama istrimu?" Jeremy bertanya. Tatapan matanya menjadi lebih tajam dari sebelumnya. Dean pikir, Jeremy tidak senang karena dia pergi dari kantor saat jam makan siang. Jadi, dia segera berkata dengan sopan, "Maaf, Pak. Saya akan segera kembali ke kantor sebelum jam makan siang berakhir."Jeremy melirik jam tangannya sekilas, lalu berkata dengan tegas, "Ya, kembalilah sebelum jam makan siang berakhir atau kamu akan mendapatkan masalah!" Tatapan Jeremy begitu mengintimidasi. Dean merasa sangat tidak nyaman. Dia segera menunduk dan berkata, "Baik, Pak."Dering panggilan tiba-tiba terdengar di antara mereka. Jeremy menarik ponselnya keluar dari saku dan menatap layar yang menyala. Dia melirik Dean sekilas, lalu berbalik dan pergi tanpa mengatak

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-09
  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 45

    Beberapa saat setelah Nauna dan Dean pergi, Alina terbangun. Dinara lekas menghampiri dan duduk di kursi sebelah ranjang. Dia menyambut puteri kecilnya dengan senyum dan usapan lembut di kepala. Sepasang mata Alina mencari-cari ke segala arah, lalu berhenti pada bingkisan buah di atas nakas. Dia melirik Dinara dan bertanya dengan suara serak, "Apa itu dari Papa?"Dinara menggeleng pelan dan berkata dengan jujur, "Itu dari Tante Nauna dan Om Dean. Mereka datang menjengukmu, tapi sekarang sudah pulang."Alina tidak begitu mengingat nama-nama yang disebutkan Dinara. Dia hanya bergumam pelan dengan raut wajah yang begitu kecewa. Dinara tahu apa yang gadis kecilnya pikirkan. Dia mengenggam tangan kecil itu dan berkata dengan lembut, "Papa akan segera datang.""Kapan?" Alina menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Sebentar lagi."Sejak Alina demam tinggi dan dibawa ke rumah sakit semalam, dia terus menanyakan keberadaan Papanya. Jawaban Dinara selalu sama; Papa akan segera datang. Walaupun

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-10

Bab terbaru

  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   106

    Andaikan bisa menolak, Jihan tentu tidak akan mengatakan iya. Masalahnya adalah, apa yang diminta oleh Jeremy juga merupakan tuntutan dari pengadilan. Oleh karena itu, dia sama sekali tidak punya pilihan, selain menerima dengan berat hati. Pada akhirnya, rumah itu benar-benar dikembalikan kepada pemiliknya. Betapa bersyukurnya Dean dan Nauna ketika menerima kembali sertifikat rumah yang selama ini mereka perjuangkan. Air mata bahagia tumpah ruah, pasangan suami istri itu saling memeluk, sambil tak henti mengucap syukur. Hari berganti. Jihan dan Viola mulai mengemasi barang-barang milik mereka dan juga milik Jeremy untuk di bawa pergi. Alvaro dan beberapa orang suruhan membantu mereka membawakan barang-barang tersebut ke dalam mobil pickup. Setelah memastikan semuanya sudah terbawa, Jihan melangkah keluar dengan langkah yang begitu berat. Raut wajahnya benar-benar suram. Kesedihan masih tampak jelas dari kedua matanya yang sembab. Viola dan Alvaro yang mendampingi sang ibu, hanya bi

  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 105

    “Apa yang dilakukan perempuan itu di sini tadi? Dia menemuimu?” Alvaro bertanya dengan tajam. Tatapannya mengarah lurus pada Jeremy yang duduk diam di hadapannya. Tidak ada jawaban. Jeremy tidak berkata apa-apa. Dia hanya mengangkat pandangan yang semula terpaku pada permukaan meja, lalu menatap Alvaro dengan tatapan dingin. Aura suram menguar dari keseluruhan dia pada saat ini. Sangat jauh berbeda dibandingkan dengan pada saat dia berhadapan dengan Dinara. Alvaro berdecak kesal, tidak suka dengan reaksi Jeremy yang seperti ini. Dia menginginkan jawaban atas pertanyaannya, bukan sorot mata dingin dan mengintimidasi. “Nggak salah lagi, dia pasti datang untuk menemuimu dan kamu pasti bersedia bertemu dengannya.” Alvaro menyimpulkan sendiri, sebab tak kunjung mendapat jawaban. Jeremy masih belum menanggapi, alih-alih membiarkan Alvaro kembali berkata-kata, “Seharusnya, kamu menolak bertemu dengannya, Kak. Dia pasti datang untuk menertawakanmu, kan? Dia pasti senang melihatmu seperti

  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 104

    Hampir tiga puluh menit berlalu sejak tiba di kantor polisi, Dinara masih saja berdiam diri di dalam mobil. Bukan tanpa alasan, perempuan itu hanya perlu waktu sedikit lebih lama, untuk menyiapkan hati dan meyakinkan diri, sebelum benar-benar pergi menemui Jeremy. Sebab, bukan hal mudah untuk berhadapan dengan Jeremy di ketika ini. Jika kemarin siang saja laki-laki itu bisa menunjukkan kemarahan yang begitu menggebu-gebu terhadap dirinya, lantas bagaimana dengan hari ini? Biar bagaimanapun, ditahannya Jeremy, tidak terlepas dari upaya Dinara yang diam-diam merekam pembicaraan mereka kemarin lalu. Jadi, bukan tidak mungkin dia akan meluapkan kemarahan, jika mereka bertemu nanti. Pemikiran itulah yang membuat Dinara merasa was-was. Namun demikian, dia tidak bisa mundur begitu saja. Apapun yang terjadi, dia harus tetap bertemu dan bicara dengan Jeremy. Bukan sekedar untuk memenuhi permintaan Viola, melainkan juga untuk menuruti kata hatinya sendiri. Pada akhirnya, setelah memeriksa w

  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 103

    Sebagaimana yang dikatakan oleh Dinara, rekaman suara itu benar-benar bisa menjadi barang bukti yang kuat. Beberapa jam setelah Dean menyerahkannya pada polisi, Jeremy akhirnya resmi di tahan. Rasa kaget dan tak percaya tentu saja menyeruak dalam diri Jeremy, saat polisi menunjukkan surat perintah penahanan terhadap dirinya. Mereka mengatakan, sudah ada bukti yang menguatkan dugaan, bahwa dirinya terlibat dalam kasus penipuan yang dilakukan oleh Rudy. Hal yang membuat Jeremy merasa semakin kalut adalah, polisi menahannya ketika dia sedang memimpin rapat di kantor. Akibatnya, bukan hanya orang-orang yang berada di ruang rapat, tapi hampir semua orang yang ada di kantor melihat dengan mata kepala mereka sendiri, bagaimana dia dibawa pergi oleh polisi. Desas-desus tentang sang CEO yang ditangkap oleh polisi seketika menyebar dengan cepat. Berbagai spekulasi bermunculan. Dalam sekejap, Jeremy telah menjadi perbincangan hangat semua orang di perusahaannya, dan reputasinya benar-benar te

  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 102

    Jeremy menyorot Dinara dengan bias kemarahan di kedua matanya. Aura suram dan mengintimidasi yang menyeruak dari kesuluruhan dia, berhasil membuat mantan istrinya itu menahan napas selama sepersekian detik. “Apa yang sudah kamu katakan pada ibuku?” Sekali lagi, Jeremy mengulang pertanyaan yang sama, namun dengan nada yang lebih ditekan-tekankan dari sebelumnya. Dinara tidak segera menjawab, alih-alih menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan. Dalam diam, dia tengah mengatur debar jantung yang sempat berpacu dengan kencang, begitu pula dengan ritme pernapasan yang sempat tertahan hingga akhirnya menjadi berantakan. Dinara sepenuhnya mengerti, cara terbaik menghadapi seseorang yang sedang diselimuti emosi seperti Jeremy di ketika ini, adalah dengan bersikap tenang dan hati-hati. Karena itu, Dinara sebisa mungkin menciptakan aura tenang di keseluruhan dirinya, alih-alih menunjukkan ketakutan dan rasa terintimidasi yang kentara. “Kamu bilang padanya tentang kasus pen

  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 101

    "Mas?" Nauna menahan langkah saat dia dan Dean baru saja keluar dari ruangan tempat bertemu dengan Lusi. Ketika laki-laki itu menoleh dan mengunci tatap padanya, dia segera bertanya dengan hati-hati, "Kamu sungguh-sungguh sudah memaafkan Mbak Lusi?"Dean tidak langsung menjawab. Sesaat, dia menatap Nauna dalam-dalam. Sekian detik kemudian, barulah dia buka suara, tapi bukan untuk memberikan jawaban, alih-alih balik bertanya, "Apa aku terlihat nggak bersungguh-sungguh, Nau?""Bukan begitu, Mas." Nauna segera menyangkal. "Aku hanya ingin memastikan. Maksudku... Mbak Lusi sudah melakukan hal yang sangat merugikanmu. Apakah semudah itu dia mendapatkan maaf darimu?"Dean lagi-lagi tidak segera menjawab, alih-alih mengajak Nauna duduk di kursi yang berada tak jauh dari mereka. Setelah duduk, Dean mulai berkata-kata, "Sebenarnya, nggak semudah itu, Nau. Jujur, aku juga merasa berat, tapi..." Dean menggantung sebentar kalimatnya. Setelah menghela napas berat, barulah dia genapkan, "Bagaimanap

  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 100

    "Nau, cepat ganti baju, kita ke kantor polisi sekarang!"Nauna baru saja keluar dari kamar mandi, ketika Dean tiba-tiba berkata dengan nada terburu-buru. "Ada apa, Mas?" Menanyakan itu, Nauna sambil beranjak menuju lemari, kemudian mengambil sehelai baju ganti dari dalamnya. "Mas Rudy dan Mbak Lusi sudah tiba di kantor pusat. Citra juga ada di sana, kita jemput dia sekarang," sahut Dean sebagaimana adanya. Mendengar ucapannya, sepasang mata Nauna terbuka lebar-lebar. Dia sudah menunggu kabar ini sejak tiga hari yang lalu, tepatnya sejak dia dan Dean pertama kali mendapatkan kabar tentang Rudy dan Lusi yang sudah ditangkap oleh polisi. Tanpa bertanya apa-apa lagi, Nauna bergegas berganti pakaian, kemudian mengambil kerudung dan mengenakannya dengan cepat. "Ayo, Mas!" ajak Nauna sembari menyambar tas dan memasukkan ponsel ke dalamnya. Dean mengangguk. Setelah meraih kunci mobil di atas nakas, dia dan Nauna segera keluar dari kamar dengan langkah tergesa-gesa. "Sudah sejak kapan me

  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 99

    "Ibu, tenanglah!" Viola berkata sembari menyentuh bahu sang ibu sebagai upaya menenangkannya. Meski Viola juga terkejut dengan semua yang dikatakan Dinara, dia masih bisa berpikir dengan jernih. Alih-alih mengusir mantan iparnya itu seperti apa yang dilakukan Jihan, dia justru ingin mendengar penjelasannya lebih banyak lagi. Akan tetapi, Jihan yang begitu emosional, tampaknya tidak mau mendengar apapun lagi. Sepasang matanya menyorot Dinara dengan tajam, kemudian berkata, "Pergilah, Dinara! Jangan katakan omong kosong apapun lagi tentang Jeremy!"Dinara tahu Jihan sedang kalut, karena itu dia sama sekali tidak ambil hati atas sikap dan ucapan wanita itu. Alih-alih angkat kaki seperti apa yang diminta, dia justru tetap duduk di tempatnya. "Bu," katanya dengan nada rendah dan terukur. "Ini nggak ada hubungannya dengan urusan pribadiku dan Mas Jeremy. Semua yang aku katakan ini, semata-mata untuk memberitahu Ibu yang sebenarnya, tentang apa yang sudah dilakukan Mas Jeremy demi mendapat

  • Rencana Rahasia Para Ipar Serakah   Bab 98

    Setelah meninggalkan kediaman Jihan, Dinara segera mengajak Dean dan Nauna bertemu. Kebetulan, pasangan suami istri itu sedang berada di luar rumah, jadi mereka memutuskan untuk bertemu di sebuah kafe, sekalian makan siang bersama. Dinara tiba lebih dulu, sementara Dean dan Nauna datang sekitar sepuluh menit kemudian. Setelah memesan makanan dan minuman masing-masing, mereka tidak berbasa-basi lagi. Dinara segera menceritakan secara detail semua yang dia dengar dari Jihan, tentang persaingan bisnis antara orang tua Dean dan orang tua Jeremy. Mendengar apa yang diceritakan oleh Dinara, Dean dan Nauna tampak terkejut. "Aku sama sekali nggak tahu tentang ini." Dean berkomentar setelah Dinara benar-benar menyelesaikan ceritanya. "Aku nggak pernah mendengar kalau perusahaan Ayah sampai menyebabkan kebangkrutan untuk perusahaan lain. Mungkin karena saat itu aku masih terlalu muda untuk mengetahuinya."Dinara menghela napas. "Sudah kuduga," ucapnya dengan nada rendah nyaris tenggelam. "Ka

DMCA.com Protection Status