Share

10. Hangat

Author: Yeny Yuliana
last update Last Updated: 2022-09-17 21:16:44
"Assalamu'alaikum, Neng? Kenapa beberapa hari ini nggak menelepon, Ibu? Kamu baik-baik kan disana?"

"Wa'alaikumsalam, Bu, maaf, Dewi beberapa hari ini sibuk, sampai belum sempat hubungi keluarga, Dewi baik-baik kok disini, Bu."

"Syukurlah kalau begitu. Pagi-pagi udah hujan aja ini, Neng,"

"Ya sama, Bu, disini juga hujan lebat, padahal Dewi belum berangkat ke tempat kerja," Dewi menatap keluar jendela kamar. Hujan belum juga menunjukan tanda-tanda akan mereda.

"Lagi siap-siap mau berangkat kerja ya, Neng? Neng sudah sarapan?"

Pertanyaan itu membuat Dewi teringat dengan rasa lapar yang berusaha dia abaikan. Tangan kirinya mengelus perut. Sama sekali tidak ada yang bisa dia makan pagi ini, hanya ada air minum.

"Sudah kok, Bu," katanya kemudian.

"Ya sudah, Neng. Hati-hati di jalan ya? Ibu berdo'a, semoga segala urusan kamu dimudahkan sama Tuhan."

"Aamiin ... Dewi kerja dulu ya, Bu," Dewi menutup sambungan telepon.

Percakapan singkat, namun cukup menghangatkan hati gadis itu. Terlebih pa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   11. Hari pertama kerja

    Waktu menunjukan pukul 11.30 WIB. Hujan yang semula mengguyur perlahan mulai mereda. Specta Cafe mulai dipadati pengunjung di jam istirahat kerja seperti hari-hari biasanya."Mau pesan apa, Tuan?" tanya Erin dengan sangat sopan dan hati-hati tehadap tamu pria berbadan kekar yang kini duduk di meja nomor 7. Wajahnya begitu sangar didukung dengan tatto yang memenuhi lengan tanganya. Pria itu mengisyaratkan dengan jari telunjuk ke arah gadis waiters bersurai hitam panjang berparas menawan yang tengah menyajikan pesanan pengunjung. Dia menginginkan Dewi yang melayani dirinya."Meja nomor 7 memintamu melayaninya," Erin berbisik saat melewati Dewi yang tengah sibuk dengan pekerjaanya."Siapa dia?" Dewi bertanya sembari melihat ke arah pria yang meminta dilayani olehnya. "Mana aku tahu." Erin menjawab ketus sembari berlalu. Mimik wajahnya tak bisa menutupi atas rasa ketidak sukaanya terhadap Dewi.Dewi berjalan mendekati pria itu dengan tatapan penuh selidik. "Maaf, Tuan, ada yang bisa say

    Last Updated : 2022-10-02
  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   12. Dimana letak salahku?

    "Gimana hari pertama kerjamu?" tanya gadis bertubuh jangkung yang kini duduk bersama Dewi di atas lantai beralaskan tikar."Ya begitulah, Va. Ada enaknya, ada engganya juga." jawab Dewi yang kemudian menyuapkan pisang goreng ke dalam mulutnya.Hanya ada pisang goreng kaki lima dan secangkir teh hangat yang menemani bincang malam kedua gadis itu. Dari tempat kerja, Dewi mendapat jatah makan sekali, itupun sengaja dia ambil setelah jam kerja usai. Agar tak merasakan lapar saat hendak tidur malam. Bukankah sulit untuk memejamkan mata dan tertidur ketika perut dalam keadaan lapar?"Nggak enaknya?" Eva memegang cangkir dan meniup teh yang masih sangat panas, lalu menyesapnya sedikit. "Ada yang ketus banget, Va. Padahal aku yakin, aku nggak berbuat salah sama dia." Dewi mendengus. "Wajar, Wi. Namanya juga orang hidup. Mau kita sebaik apapun, pasti tetep ada yang nggak suka." Eva menepuk bahu Dewi pelan, mengisyaratkan agar Dewi tegar menghadapi situasi yang dia alami.Terdengar suara henta

    Last Updated : 2022-10-04
  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   13. Kepergok berduaan

    [Mon, kamu lagi dimana? Lagi sama pacarmu ngga?]Satu pesan masuk ke ponsel gadis berambut ikal mayang yang saat ini tengah mondar-mandir di depan ranjang tidurnya. Pikirannya kalut, hingga sampai saat ini tak satupun pria yang dicintainya mengirim pesan kepadanya, bahkan Dimas selalu menghindar setiap mereka berpapasan di kantor.[Engga, Sha. Aku dirumah. Btw, tumben kamu ngechat aku, ada perlu apa?]Shasa Kusuma, gadis berambut pirang yang mengintai aktifitas panas yang dilakukan oleh dua sejoli di kos malam ini adalah teman seangkatan Ramona sewaktu SMA. Keduanya saling akrab, bermula dari kebiasaan mereka mendatangi klub malam yang sama, Liquid Exchange. [Barusan aku lihat cowo mirip pacarmu, Mon, lagi kissing sama tetangga kosan. Kalo aku ngga salah ingat sih, bener pacarmu si Dimas itu,]Butuh untuk meyakinkan ucapanya sendiri, Sasha hanya bertemu Dimas sekali, itupun di acara reuni SMA dua tahun yang lalu saat Ramona mengajak pacarnya di acara tersebut.[Ada bukti?] Ramona memb

    Last Updated : 2022-10-05
  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   14. Aku tahu dia seorang pela*ur

    Ramona kembali ke rumah dengan wajah sendu yang tak dapat disembunyikan. Ketika membuka pintu, ia mendapati sang ayah masih tetap diposisi semula, tak menyadari kepulangan anak gadisnya yang pulang dengan air mata bercucuran. Hanya ketenangan yang dibutuhkan gadis itu untuk saat ini, dan juga sepasang telinga untuk sudi mendengarkan jeritan luka batinnya yang menganga. Mona hanya tinggal berdua dengan ayahnya untuk saat ini, sedangkan profesi ibunya sebagai pramugari menjadikan beliau jarang pulang ke rumah. Ingin rasa hati mengadu kepada ayahnya atas kesialan yang menimpa gadis itu malam ini, namun dia sadar, sang ayah bukanlah pendengar yang baik. Gadis itu membanting pintu kamar dan mengambil posisi meringkuk, memeluk lutut di atas lantai. Buliran bening di pelupuk mata tak kunjung berhenti meloloskan diri, yang sama sekali tidak ia sadari, beriringan dengan sumpah serapah seorang wanita yang merasa terhianati.Bayangan tentang Dimas dan gadis itu terus menghantui pikiranya. Hati

    Last Updated : 2022-10-07
  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   15. Hasutan janda bodong

    Sang surya mulai menampakkan diri dari tempat persembunyiannya. Embun menetes beriringan dengan cuitan burung yang hinggap di ranting pohon cemara yang terletak di halaman depan Specta Cafe. Seperti biasa, para pekerja cafe tersebut bersiap merapikan cafe sebelum jam operasional berlangsung. Ada diantara mereka yang menyiapkan bahan masakan di dapur, mengelap alat makan dengan serbet, mengepel lantai, ada pula yang mengelap meja. Dewi memastikan setiap meja yang dia bersihkan mengkilap, hingga dia dapat melihat bayangan wajahnya tergambar pada tiap meja kaca yang ditemuinya. Cafe buka jam setengah tujuh pagi, biasanya para pengunjung akan menyesakki ruangan cafe itu untuk sarapan atau ada juga yang datang untuk memesan kopi sebelum memulai aktifitas kerja mereka.Seorang gadis berjalan keluar untuk menemui seorang pria yang datang membawa kotak bekal. Lalu kembali masuk melalui pintu kaca dan menaruh bekalnya di loker pekerja. Gadis itu kembali membawa cairan pembersih kaca dan juga

    Last Updated : 2022-10-10
  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   16. Sebaiknya menjauh

    "Sejam berapa, Wi?" ucap seorang pria bartender sembari terus mengikuti gadis itu, tak peduli meski raut wajah gadis itu menunjukan ekspresi kesal. Pria itu menarik paksa tangan Dewi saat kata-katanya sama sekali tak digubris. Dengan paksa Dewi menghempaskan pegangan tangan pria itu. Ingin sekali ia berlari sekencang mungkin, namun saat terlepas dan akan berlari, tangannya kembali ditarik oleh pria yang sama. Lebih kuat dari sebelumnya."Lepasin, Dio, aku mau pulang," Dewi meronta sekuat tenaga, namun usahanya sia-sia. Pria itu lebih kuat darinya."Please, jangan jual mahal. Aku bersedia bayar berapapun, untuk malam ini saja," pinta Dio dengan kedua tangan mencengkram kuat, bak seekor elang yang berhasil mencengkram buruanya. "Lepasin, Dio, tanganku sakit," Dewi mengaduh dengan lirih. Berharap pria itu membebaskannya dari cengkraman kuat."Jawab lah, aku tau, kamu nggak bisu." pria itu menatap lekat, dia sangat bersungguh-sungguh ingin Dewi menemaninya malam ini.Tidak ada seorangpun

    Last Updated : 2022-10-13
  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   17. Bertengkar dengan Erin

    Sinar matahari menembus kaca jendela dalam ruangan, menyentuh beberapa bagian tubuh pria berusia 32 tahun yang tengah berkutat dengan banyak dokumen di atas meja kerjanya. Terasa hangat, walau hanya sedikit. Kehangatan itu membawanya jauh ke relung hati yang akhir-akhir ini merindukan sentuhan hangat seorang gadis, yang mendapat ruang khusus dalam hati pria tersebut. Gadis berambut panjang dengan tubuh tinggi nan sekal, nyaris mendekati kata sempurna untuk standar tubuh sensual wanita. Masih tergambar jelas saat keduanya saling melumat bibir, seketika rasa hangat menjalar hingga punggung Dimas. Terdengar ketukan pintu dari luar. Perlahan imajinasinya memudar, bayangan tentang gadis itu lenyap seketika. Dimas mendengus kesal, siapa gerangan yang berani mengusir gadis itu dari lamunannya? Pandangnya kini tertuju pada daun pintu. Ia berusaha mengatur ekspresi wajahnya. Sebisa mungkin terlihat tenang di hadapan rekan kerja yang akan masuk menemuinya, meski sangat ingin memaki orang di

    Last Updated : 2022-10-15
  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   18. Bayaran dari Ramona

    Senja menghiasi langit dengan warna jingga yang demikian anggun. Tampak koloni burung beterbangan membentuk segitiga menuju ke suatu arah. Senja adalah waktu yang tepat untuk kembali ke sarang mereka. Nampaknya dua pria yang terduduk di balkon sebuah kamar tengah menikmati pemandangan itu. Mereka saling berbincang, namun pandangan mereka tertuju pada maha karya Tuhan yang indah pada diri senja yang sedemikian megah. "Lima tahun bukanlah waktu yang sebentar, Dim. Apa kau yakin akan meninggalkan Ramona demi gadis yang baru saja kau kenal? Memang, dari segi fisik dia memiliki tubuh yang-" Roy menjeda ucapanya, gambaran tubuh molek gadis yang mereka perbincangkan dengan mudah muncul ke dasar pikirannya. Mungkin alasan fisik yang menjadikan Dimas bisa dengan mudah jatuh cinta dalam waktu singkat pada gadis tersebut. Pikir Roy."Bukan masalah itu, Om. Dimas sudah muak. Selalu di kekang, aku harus nurut kemauan dia. Nongkrong ketemu teman-teman ga boleh, bolehnya keluar rumah juga harus ij

    Last Updated : 2022-10-18

Latest chapter

  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   49. Aditya Putra Adimas

    Dimas menyusuri lorong rumah sakit dengan perasaan gelisah. Denga langkah seribu pria itu berjalan ke ruangan bersalin. Satu per satu kamar dia periksa demi mendapati sang istri, nyaris putus asa karena Dewi tak juga ditemukan. Kini langkahnya tiba di ruangan paling ujung. Pria itu menekuk lutut dengan kedua mata terpejam. Jantungnya memompa darah begitu cepat, bayangan dari rasa bersalah telah membiarkan istrinya yang saat ini sedang membutuhkannya terus berkelibat di kepala. Dewi tidak memiliki keluarga lain selain Dimas di kota itu. Suara rintihan dari seorang perempuan yang sangat familiar masuk ke dalam telinganya. Seketika kedua mata pria itu terbuka lebar dan menegakkan badan. Bergegas Dimas membuka gorden yang berada di sebelah kiri tubuh. Dilihatnya seorang wanita yang tengah menangis sembari berpegangan pada lengan Rina, salah satu karyawati di perusahaan tempatnya bekerja."Sabar, Bu. Bu Dewi pasti kuat." wajah wanita itu terlihat panik. Dia belum memiliki pengalaman mela

  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   48. Diabaikan

    Di ambang pintu berpegangan pada kusen dan satu tangan mengelus perut yang terasa berdesir karena janin di dalam perut melakukan sebuah pergerakan, Dewi menatap nanar pada Dimas yang pergi berlalu melewatinya tanpa sepatah kata. Perasaan nyeri menyerang ulu hati mendapati sang suami beraut dingin, tidak sehangat biasanya. Dewi tidak menyangka jika Dimas akan semarah itu. Biasanya pagi-pagi sekali pria itu sudah mempersiapkan makanan untuk mereka sarapan, namun pagi ini terasa jauh berbeda dari biasanya. Hanya ada roti tawar dan selai kacang di balik tudung saji. Tidak ada lagi baki berisi beragam menu masakan seperti kemarin. Pria itu pergi ke tempat kerja tanpa berpamitan (walau di waktu lalu ucapan pamitnya kerap kali dibalas ketus, bahkan seolah terkesan Dewi abaikan), tetapi Dewi merasa lega. Keberadaannya masih berada dalam jangkauan perhatian pria itu. Tetapi itu kemarin, entitasnya saat ini seperti sebuah mahluk tak kasat mata. "Ini semua salahku. Seharusnya sejak awal aku m

  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   47. Wanita Tak Tahu Diuntung

    Pagi itu Dewi bangun dan mendapati sarapan sudah tersedia di atas nakas di samping tempat tidur. Dimas menjadi suami siaga semenjak tahu istrinya hamil. Pria itu selalu menyempatkan diri untuk memasak jika waktu subuh tiba, atau membeli masakan di warteg jika dia tak sempat. Hal itu dilakukan Dimas tanpa pamrih, meski hingga hamil memasukki trimester terakhir pun Dewi masih hemat bicara dengannya. Segala sikap dingin Dewi diakari oleh kesalah pahaman Dewi terhadap Dimas dan Anggita. Pria itu hampir putus asa. Berulang kali Dimas menjelaskan, jika antara dirinya dengan Anggita tak ada hubungan sepesial, namun hanya punggung sang istri yang dia dapat. Perlahan Dewi beringsut mendekati nakas tanpa ada keinginan untuk melepas pantat yang menempel pada benda yang ada di bawah tubuh. Perlahan dia mengambil baki makanan dengan sangat hati-hati, khawatir jika makanan di dalamnya tumpah. Namun alis tebalnya tiba-tiba bertaut, mendapati secarik kertas di sekatan baki logam.'Mas sudah siapka

  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   46. Dua Garis Merah

    Akhir-akhir ini Dewi merasa tidak enak badan. Tubuhnya mudah lelah, nafsu makan berkurang, mual disertai sakit kepala, bahkan tak jarang gadis itu muntah. Gejala-gejala tersebut selalu datang mengganggu harinya, dan semakin parah di waktu pagi.Sudah selama satu minggu Dewi tinggal di kosan Eva, Dewi enggan untuk kembali pulang. Rasa kecewanya terhadap Dimas yang membabi buta menjadikan dia lupa atas segala kebaikan sang suami."Wi, apa kau tidak ingin memeriksakan kondisimu ke dokter?" tanya Eva dengan raut wajah menunjukkan kekhawatiran. Gadis itu membaca gejala-gejala kesehatan yang Dewi alami akhir-akhir ini sebagai tanda kehamilan. Namun, melihat kondisi hati sahabatnya yang masih didera kecewa, Eva tidak ingin mengatakannya terlebih dahulu. Biarkan Dewi mengetahui sendiri."Tidak, Va, aku baik-baik saja." jawab Dewi yang baru saja keluar dari kamar mandi setelah menumpahkan isi perutnya, bubur ayam yang menjadi sarapannya pagi ini.Jelas sekali gadis itu berbohong. Wajahnya yang

  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   45. Salah Paham

    Dewi langsung memeluk Eva saat gadis itu muncul dari balik pintu. Membuat gadis itu terkesiap, dengan kehadiran Dewi yang tanpa aba-aba siang itu.Alis Eva bertaut, apa yang sudah membawa sahabatnya ini datang? Melihat gadis itu menangis terisak, Eva tahu betul, Dewi sedang tidak baik-baik saja saat ini. "Kita bicarakan di dalam ya?" bujuk Eva kepada Dewi yang langsung berbalas anggukan. Eva kembali di hadapan Dewi dengan segelas air. Dengan bibir mengulas senyum, Eva menyerahkan gelas berisi air tersebut kepada Dewi. "Kamu minum ya?" kembali Eva membujuk Dewi saat menyerahkan segelas air putih kepada perempuan itu. Dewi mereguk air minum sekali tandas. Menangis sepanjang hari benar-benar membuat tenggorokannya kering. "Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Eva dengan hati-hati. Pembawaan gadis bertubuh jangkung tersebut terdengar sangat hangat, sehingga Dewi tanpa ragu menceritakan masalah yang dia alami kepada Eva. "Rumah tanggaku ... sedang tidak baik-baik saja saat ini." ucap D

  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   44. Anggita

    Tiga hari berlalu setelah bertemu dengan Risman wajah Dewi berangsur-angsur membaik. Bekas lebam sudah semakin memudar, hanya perlu sedikit polesan make up untuk menutupinya. Dewi segera menyusul Dimas di ruang makan seusai ia memantas diri. Seperti yang Dimas katakan tempo hari, Dimas mengijinkan Dewi untuk ikut ke tempat kerja.Aroma wangi yang menguar membuat pria yang sibuk berkutat dengan alat makan mengangkat wajah. Pandangannya menatap wanita yang berjalan mendekat dari ujung kepala hingga ujung kaki. Wanita itu terlihat bertambah cantik setiap harinya. Lama Dimas memperhatikan Dewi yang diam mematung setelah menyadari pandangan sang suami seolah melekat pada tubuhnya. “Ada yang aneh?” tanya Dewi sembari melempar tatapan ragu. Takut jika karyawan di kantor tempat Dimas bekerja menilai penampilannya norak.“Engga, Sayang. Buruan makan.” Jawab Dimas datar lalu kembali dengan sarapannya.Dewi mendengus pelan. Disaat seperti ini dia membutuhkan saran atau pujian dari Dimas. Tapi pr

  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   43. Kado Pernikahan dari Sahabat

    “Aduh, Mas, pelan-pelan, sakit,” Dewi meringis kesakitan saat Dimas mengompres pipinya dengan handuk kecil yang sebelumnya dicelup dalam air dingin.Tamparan perih yang Risman daratkan pada wajah wanita itu menyisahkan lebam. Sudah bisa dipastikan tamparannya begitu keras.“Lagian. Kenapa sih, pake bersihin halaman segala. Kan kita bisa suruh orang buat bersihin.” Jawab Dimas sembari mengulangi kegiatan yang sama. Mengompres pipi yang sering dia ciumi. “Hih. Aku itu bosen, Mas, karena nggak ngapa-ngapain. Kamu sih, enak, kerja di kantor, ketemu teman-teman. Ada yang daiajak bercanda. Lah aku?” Dewi mengarahkan telunjuk pada wajahnya yang memperlihatkan ekspresi kesal.Dimas menggeleng pelan mendengar alasan istrinya. Setelah menikah, Dewi mulai agak cerewet, tidak semalu dulu. “Kan bisa cari hiburan, nonton video youtttup mungkin.”Dewi menghembuskan nafas pasrah. Setelah diingat, memang benar apa yang Dimas katakan. Dunia ini tidak bisa diarunginya dengan aman tanpa pria itu disisih

  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   42. Dunia Sesempit Daun Kelor

    Dimas mengerjap beberapa kali saat netranya tidak menemukan raga sang istri disebelahnya. Sayup-sayup terdengar suara wajan dan serok beradu. Pria bertubuh tinggi itu berjalan ke arah sumber suara. Di dapatinya sang istri sedang memasak, masih menggunakan lingerie berwarna hitam yang dipakai semalam. Pria itu tersenyum melihat kelakuan istrinya. Aroma lezat masakan menguar di dapur minimalis bernuansa klasik tersebut. Dari belakang Dimas memeluk tubuh wanita tersebut. Membuatnya terperanjat, nyaris melempar alat masak yang saat ini ada dalam genggamannya. Untung Dewi cepat sadar. Seandainya reflek ia melempar alat masak tersebut, bisa=bisa wajah tampan suaminya ternoda dengan lepuhan minyak.“Kaget ya?” ucap Dimas sembari membelai leher jenjang istrinya dengan bibir dan hangat hembusan nafas.“Kagetlah, kamu tiba-tiba nongol begitu,” gerutu Dewi atas kemunculan Dimas yang datang tanpa terdengar suara derap kakinya. Dimas tersenyum sembari membelai gemas rambut istrinya yang diikat eko

  • Rembulan Untuk Mantan Pramuria   41. Hari bahagia berselimut lara

    Dimas menyusuri jalanan ramai dengan hati yang gelisah. Berulang kali ia mengusap kasar wajahnya. Baru saja pria itu menerima kabar kalau ibunya jatuh sakit. Perasaan bersalah kepada wanita yang telah melahirkannya pun muncul. Dimas memutuskan untuk keluar dari rumah sejak Mayang mengancam tidak akan lagi menganggapnya sebagai anak jika Dimas masih menjalin hubungan dengan gadis yang dianggapnya rendahan itu. Didalam ruangan yang didominasi warna putih seorang wanita tua yang amat ia kenali langsung menghadap kanan memunggunginya begitu Dimas menampakkan batang hidung. Dalam hati, Mayang merasa sangat senang dengan kedatangan Dimas. Mungkin putranya merasa menyesal dan bersedia meninggalkan gadis murahan itu saat mengetahui kondisi kesehatanya menurun.“Apa kata dokter, Pa?” tanya Dimas kepada ayahnya yang sedari awal menyambutnya dengan hangat.“Biasa, Dim. Darah tinggi Mama kamu kumat.” Jawaban Suhendar disambut dengan decahan oleh Mayang.Dimas menarik nafas dalam setelah mendengar

DMCA.com Protection Status