Home / Romansa / Relokasi Rasa / 58 It's the Old Story

Share

58 It's the Old Story

Author: Ans18
last update Last Updated: 2022-11-02 23:52:09

“Jadi masalah aborsi itu bener? Kamu dapat info dari siapa? Lia?” Kalau benar aborsi itu pernah terjadi, maka hanya Arabella, Lia—mantan manajer Arabella, dan ayah si calon bayi itu yang tahu. Jadi tebakan Gama merujuk ke Lia, atau … jangan-jangan Aileen punya akses ke ayah calon bayi itu? Gama mulai pusing dengan potongan puzzle di dalam kepalanya.

“Bukannya kamu yang mau cerita ke aku, kenapa jadi aku yang harus jelasin semuanya?” Aileen menatap Gama dengan tidak percaya. Pertama kali mendengar dari Lia, bahkan Aileen sempat berpikir kalau anak yang dikandung Arabella dan akhirnya digugurkan sebenarnya adalah anak Gama.

Gama menarik tangan Aileen untuk digenggam, meskipun ia merasakan Aileen seperti ingin menarik tangannya, tapi Gama coba untuk bertahan.

It’s the old story.

Cerita yang Gama tutupi karena menyangkut aib Arabella—mantan pacarnya. Cerita yang sebenarnya tidak ingin ia buka kalau saja keadaan tidak memaksanya. Namun, karena saat ini keadaannya termasuk kategori memaksa,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (11)
goodnovel comment avatar
PiMary
Ngeriiii....Aileen berdarah dingin ternyata
goodnovel comment avatar
Neee I
Haaaahhhhh.... Aileen
goodnovel comment avatar
Junaedi Juna
oh no. tpi aq setuju ama sikap aileen
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Relokasi Rasa   59 Terikat Masa Lalu

    Gama membutuhkan waktu beberapa saat untuk sadar dari rasa kagetnya.Aileen telah beranjak dari ruang makan saat Gama masih termenung dan mengatur debaran jantungnya yang menggila.“Aileen.” Gama menyusul Aileen ke kamar mereka.Pemandangan pertama yang Gama lihat adalah dua koper besar milik Aileen yang telah terbuka dan tergeletak di lantai. Satu di antaranya telah berisi beberapa tas.Tak lama kemudian, Aileen terlihat berjalan dari walk in closet sambil membawa setumpuk baju dan meletakkannya ke dalam koper. Tanpa bicara apa-apa lagi, meskipun ia melihat Gama duduk bersimpuh di samping kopernya, Aileen kembali ke walk in closet untuk mengambil barang-barangnya yang lain.Begitu kembali dengan tumpukan pakaian di tangan, Aileen hanya bisa menghela napas lelah saat menyaksikan pakain yang tadi ia masukkan ke dalam koper telah berpindah tempat ke atas karpet.Aileen seperti sedang puasa bicara setelah obrolan panjang mereka di ruang makan. Yang dilakukan Aileen kemudian mengembalikan

    Last Updated : 2022-11-12
  • Relokasi Rasa   60 Jangan Lagi Muncul

    Arabella hanya menunduk mendengar pertanyaan Gama.Setelah menunggu beberapa saat dan Arabella tidak juga menjawab, Gama bangkit dari duduknya. “Aku udah tau jawabannya.”“Bukan gitu, Gam. Aku—”Gama berhenti sesaat, menunggu Arabella menjelaskan, tapi karena Arabella tidak melanjutkan ucapannya, Gama melanjutkan langkah.“Itu bahkan sebelum kita deket, Gam,” aku Arabella pada akhirnya.“Jadi bener?”“Ayah anakku nggak bertanggung jawab. Aku mesti gimana? Aku masih meniti karir waktu itu.”“Dan kamu gugurin kandungan kamu?”“Aku—” Arabella mulai histeris mendengar tuduhan Gama. “Aku nggak tau harus apa waktu itu. Jangan kamu pikir aku nggak ngerasa bersalah, Gam! Kamu pikir kenapa aku sampe make?”"Selama ini aku kira karena tekanan pekerjaan, kayak yang kamu ceritain ke aku dulu. Kalau beritanya nggak keluar, aku nggak akan tau kalau kamu make demi mengurangi rasa bersalahmu karena udah gugurin calon anakmu sendiri."Benar rasa kecewa Gama terhadap Arabella semakin menjadi-jadi. Buka

    Last Updated : 2022-11-12
  • Relokasi Rasa   61 Menghadap Mertua

    Sudah hampir sepuluh menit Gama berada di dalam mobil, tidak berani turun karena khawatir dengan reaksi ibunya dan reaksi keluarga Aileen.‘Ayolah, Gam! Jangan jadi pengecut!’ Memaksakan dirinya, Gama membuka pintu mobil.Ia melangkah masuk ke rumah yang menjadi tempat tinggal ibunya. “Bu.”Trias sedang mondar-mandir di teras samping rumah saat mendengar panggilan dari Gama. Ia tentu saja sudah mendengar kabar yang beredar tentang artis berinisial A. Bahkan ia tidak perlu berpikir lama kalau artis yang dimaksud adalah Arabella karena inisial GM yang berprofesi sebagai produser dan juga tersangkut dengan kasus itu pastilah Gama Mahardika—anaknya sendiri.“Bu.” Gama mencium punggung tangan sang Ibu.Trias menghela napas panjang, ia ingin marah, tapi melihat ekspresi letih anaknya, nalurinya sebagai seorang ibu tetaplah memegang kendali. “Udah sarapan?”Gama mengangguk, berbohong. Sebenarnya ia belum sarapan. Tidak ada makanan yang bisa masuk ke lambungnya kalau ia memikirkan di mana keb

    Last Updated : 2022-11-15
  • Relokasi Rasa   62 Is It a Good Start?

    “Tolong siapin konferensi pers-nya ya.”“Mas Gama yakin sudah punya jawaban kalau nanti pers nanya macem-macem?”Suara di seberang sambungan telepon terdengar resah, tapi Gama tidak ingin menunda lagi. Benar kata ibunya, bukan hanya namanya yang harus ia jaga. Nama keluarga besar Candra juga ikut terseret dalam skandal yang melibatkan Arabella dan dirinya. Jelas ia tidak ingin itu terjadi. Setidaknya, kalaupun sudah terjadi, ia harus bisa memperbaiki keadaan.“Itu biar aku yang ngurus. Pokoknya kamu siapin aja.”“Noted. Tapi, Mas. Masalah sponsor yang terus-terusan mundur juga belum kelar. Bisa jadi makin parah karena skandal ini.”“Iya, satu-satulah aku beresinnya.” Gama menutup sambungan telepon sambil menghembuskan napas kasar.Saat ia menoleh, pintu kamar terbuka dan Aileen keluar dari sana. “Mie kamu udah dingin, Dear. Aku beliin makan aja ya. Aku juga laper sih sebenernya. Aku belum makan dari semalem.”Aileen sebenarnya sudah tidak berselera memakan mie instant yang kata Gama s

    Last Updated : 2022-11-25
  • Relokasi Rasa   63 Kesempatan Kedua

    “Aileen?” Trias tersenyum melihat keberadaan menantunya di sofa, tidak jauh dari ranjang pasien yang ia tempati. “Kamu masih mau ke sini, Nak?” Menarik pelan tangannya agar lepas dari genggaman Gama yang sedang tertidur, Aileen buru-buru bangkit dan menghampiri ibu mertuanya yang terlihat pucat. Dari ucapan wanita paruh baya itu, Aileen yakin kalau ibu Gama juga sudah mengetahui apa yang terjadi di dalam rumah tangganya. Kini, ia tidak perlu menutupinya dari siapa pun karena semua orang sudah tahu. “Maafin aku ya, Bu.” Aileen sampai di samping ranjang dan itu adalah kalimat pertama yang diucapkannya. Trias lagi-lagi tersenyum sambil meraih tangan Aileen dan memintanya untuk duduk di kursi yang ada tepat di sampingnya. “Bukan kamu yang harusnya minta maaf. Ibu yang harusnya minta maaf atas kelakuan anak Ibu.” Aileen tidak sanggup menyahuti lagi saat melihat sorot lega di mata ibu mertuanya. “Kamu pasti marah banget sama Gama. Ibu bisa ngerti. Gama memang salah. Dia nggak bisa bedai

    Last Updated : 2022-12-07
  • Relokasi Rasa   64 You Put Love Before Win

    Ini adalah salah satu pagi terindah dalam hidup Gama. Setelah berminggu-minggu hubungannya dengan Aileen kacau, merenggang, dan panas (dalam konotasi yang tidak baik tentu saja), pagi ini yang pertama ia lihat saat terbangun dari tidurnya adalah sosok Aileen yang masih terlelap di dalam pelukannya.“Ada yang salah di mukaku?” Aileen tiba-tiba saja membuka mata karena merasa seseorang mengamatinya.“Cantik.”Aileen merotasikan kedua bola matanya dengan malas. “Miss universe juga belekan dan nggak cantik waktu bangun tidur, Gam.”Gama terkekeh pelan. “Aku boleh cium kamu nggak sih?”“Nggak.” Aileen menyibak selimutnya, lantas bangun dan turun dari kasur. “Aku belum sikat gigi.”Gama hanya bisa melongo melihat Aileen yang masuk ke kamar mandi. Demi Tuhan, dia rela menukar apa pun untuk bisa mendapatkan pagi yang tenang seperti ini setiap hari.“Mau ke kantor? Kita sarapan dulu, nanti aku anter,” ucap Gama setelah Aileen keluar dari kamar mandi.“Aku cuti.”“Eh? Karena masalah kemaren?”A

    Last Updated : 2022-12-08
  • Relokasi Rasa   65 Kenapa Harus Ada Perselingkuhan?

    “Naik apa ke sini? Tadi kan aku cuma nge-drop kamu di kantornya Mama.”“Di-drop Mama. Mama langsung balik ke kantor,” jawab Aileen sambil melangkahkan kaki, masuk ke dalam ruang kerja Gama.“Katanya nyari seserahan buat lamaran Ervin, udah selesai emangnya?”“Udah, cuma nyari perhiasan aja kok.”Gama mengangguk, menutup kembali pintu ruang kerjanya. “Ada pizza nih, tadi aku nyuruh anak-anak beli pizza karena mereka ikutan repot sama konferensi pers barusan. Atau kamu mau yang lain? Biar aku minta OB buat beli.”Aileen tidak menjawab. Tangannyalah yang sudah berbicara lebih dulu dengan membuka kotak pizza yang ada di atas meja.“Laper?”“Iya. Tadi nggak sempet makan sama Mama.”Gama mengambil posisi duduk di samping Aileen. Mulutnya membuka sebagai tandan permintaan kepada Aileen untuk menyuapinya.“Apa sih, Gam? Ervin aja udah nggak mau kusuapin sejak SMP.”“Itu karena kakaknya yang nyuapin. Kalo yang nyuapin ceweknya pasti mau.”Dengan kesal, Aileen menyodorkan pizza di tangannya ke

    Last Updated : 2022-12-11
  • Relokasi Rasa   66 Selesaikan Sampai ke Akar-akarnya!

    “Ma.” Aileen masuk ke rumahnya dan menemukan sang Mama yang sedang merapikan kotak-kotak seserahan untuk dibawa ke acara lamaran Ervin keesokan hari.“Sendiri?” tanya Rhea sembari memeluk anak sulungnya.“Gama masih ngambil barang di mobil. Ma, tapi malam ini aku tidurnya di rumah Ibu ya. Kondisi Ibu belum bener-bener sehat, jadi—”“Iya, kenapa gitu aja mesti izin.”“Kan di rumah lagi repot, takutnya Mama butuh bantuan.”“Tenang aja. Kan banyak orang di rumah, Kak. Lagian rumah mertuamu itu di sebelah, bukannya di luar kota. Astaga!”Aileen terkekeh melihat raut wajah mamanya. “Tapi aku makan malam di sini ya. Kata Papa, Mama masih punya sisa lasagna tadi pagi.”Rhea tersenyum sembari memanggil ART yang terdekat dengannya. “Mbak, tolong panasin lasagna buat Aileen sama Gama ya.”“Sana. Kamu mau langsung ke ruang makan apa mandi dulu? Atau mau mandi nanti di rumah mertuamu?”“Nanti aja di rumah Ibu. Kalo aku masuk kamar, parti bawaannya pengen rebahan, males gerak.”“Malem, Ma,” sapa G

    Last Updated : 2022-12-16

Latest chapter

  • Relokasi Rasa   75 Epilog

    "Kamu serius?" Gama mengernyitkan kening setelah mendengar permintaan Aileen sore itu. Aileen mengangguk dengan wajah penuh harapnya. "Kenapa tiba-tiba?" Gama masih belum bisa menghilangkan rasa herannya. Meski memang sejak ada seorang putri menggemaskan di tengah-tengah mereka, Aileen jadi lebih lembut dan … hopeless romantic—kalau bisa Gama simpulkan dengan sebuah frasa. Dan Gama tidak pernah keberatan menghujani Aileen dengan keromantisan seperti yang diinginkan Aileen. "Pengen aja, Gam. Nggak mau ya?" Aileen tidak sadar kalau ia memperlihatkan rasa kecewanya karena Gama seakan menolak ajakannya. "Bukan nggak mau. Tapi semuanya pasti udah beda. Nggak bakal sama kayak dulu. Udah puluhan tahun kan." "Ya nggak apa-apa. Sekalian olahraga. Ya?" rengek Aileen. "Jarak segitu mana bisa disebut olahraga, Cinta. Kalau dulu aja kita kuat apalagi sekarang." "Tapi kan—” Aileen langsung terdiam saat Gama berdiri dan mengulurkan tangannya untuk membantunya berdiri. Ia akhirnya bisa terseny

  • Relokasi Rasa   74 Pernikahan Impian Aileen

    “Kakek juga punya villa di Bandung, ngapain kita nginep di hotel?” Aileen mengerucutkan bibir kala mobil yang dikendarai sopir berhenti di depan sebuah hotel. Ya meskipun ia juga salah satu bisnis di bawah jaringan Candra Group, tetap saja ia lebih nyaman jika menginap di villa kakeknya. “Villanya Kakek lagi direnov kata Mama.” “Hah? Renov? Apanya?” “Cuma dirapi-rapiin aja dikit. Nanti kita ke sana kok, Mama minta tolong aku buat sekalian ngelihat hasilnya. Tapi sekarang kamu mesti istirahat dulu. Villa Kakek masih ke atas lagi kan, sekitar satu jam dari sini. Kita udah empat jam di perjalanan. Aku nggak mau kamu kecapekan, jadi kita mesti istirahat dulu.” “Iya kita lama di perjalanan itu karena kamu berkali-kali nyuruh sopir buat pelan-pelan.” “Kan biar Kakak nggak keguncang-guncang.” Aileen mengernyitkan kening. Kadang ia masih bingung dengan panggilan ‘Kakak’ yang disebut Gama. Pasalnya dari kecil pun ia dipanggil ‘Kakak’ oleh semua anggota keluarganya, termasuk mama dan papan

  • Relokasi Rasa   73 Belajar tentang Kamu

    “Aku mau nikahin Aileen lagi.”Tiga orang di hadapan Gama—Ervin, Yara, dan Kemala—menatap Gama dengan bingung.“Maksudku, aku mau … semacam ngulang acara pernikahanku sama Aileen. Akad nikahnya sih nggak. Cuma perayaannya aja,” terang Aileen saat melihat ketiga orang di hadapannya benar-benar terlihat kebingungan. “Bisa bantu aku? Karena aku maunya ini jadi kejutan buat Aileen, aku nggak bisa nanya langsung dia maunya gimana. Kalian sebagai orang terdekat Aileen, pasti pernah dong denger gimana pernikahan impian Aileen.”“Emangnya itu bakal ngobatin sakit hatinya Kak Aileen?” sindir Ervin terang-terangan.“Mungkin nggak. Tapi aku mau mewujudkan pernikahan impian Aileen.”Gama sudah memikirkannya jauh-jauh hari. Mungkin ia tidak bisa mengobati sakit hati Aileen karena kelakuannya dulu yang menjadikan acara pernikahan mereka sebagai ajang balas dendam kepada mantan kekasihnya. Tapi setidaknya, ia ingin Aileen memiliki kenangan tentang acara pernikahan yang pernah Aileen impikan.“Jadi,

  • Relokasi Rasa   72 Moody

    “Kak Beta, ini adeknya bisa dibawa pergi nggak? Apaan sih? Ngomong aneh-aneh,” gerutu Aileen. “Kamu pikir aku sejahat apa sampe bisa gugurin anakku …, kalau bener aku hamil. Aku bukan dia.”Gama menutup mulutnya, begitu juga dengan Beta yang entah mengapa merasa tersindir, padahal Aileen tidak berniat menyindir siapa pun. Ia hanya mengungkap fakta.“Kayaknya kalian perlu ngobrol. Aku tinggal ya, Gam. Kopermu nanti biar dianter orang ke rumahmu.” Beta lantas beralih ke Aileen. “Selamat ya, Leen. Jangan lupa cek lagi ke dokter.”Aileen hanya bisa mengangguk sambil menatap kepergian kakak iparnya itu. Ia masih malas melihat Gama yang ada di hadapannya, padahal berminggu-minggu sebelumnya ia benar-benar ingin bertemu dengan Gama.“Mau ke dokter sekarang? Kak Beta ada jadwal praktek jam dua. Tapi kalo kamu mau ke dokter lain, coba … biar aku tanya ke stafku di kantor, ada yang udah punya anak kok. Siapa tau dokter kandungannya bagus. Atau … tanya Mama—”“Gam.” Aileen menggeleng. “Jangan bi

  • Relokasi Rasa   71 Memangnya Bisa?

    "Gama!""Hm?"Kemala semakin menggeram kesal mendengar gumaman Gama. Jelas kalau Gama baru saja bangun tidur atau bahkan sekarang pun masih memejamkan mata setengah tidur."Lo tau kan kalo Aileen nggak enak badan? Lo tau kan kalo Aileen muntah-muntah?" sentak Kemala."Hm?""Bangun, Gam! Gue perlu ngomong serius sama lo."Aileen menatap kosong kepada Kemala. Ia sedang mengabaikan kenyataan bahwa Kemala sedang menghubungi suaminya karena ada kemyataan lain yang harus ia hadapi.Gama terkesiap. Ia kini benar-benar dalam mode siaga. "Aileen kenapa, Mal? Lo masih sama dia kan?""Udah gila ya lo? Denger istri lagi begitu bukannya pulang? Nggak mampu beli tiket lo? Apa urusan di sana lebih penting daripada istri lo?""Mal, Aileen kenapa?"Kemala masih berusaha menenangkan diri sambil mengatur napasnya. Di otaknya hanya ada sumpah serapah untuk Gama. Karena itu, ia tidak menjawab apa pun yang ditanyakan Gama. Fokusnya adalah mengeluarkan semua uneg-uneg yang ada di kepalanya."Pulang lo pagi

  • Relokasi Rasa   70 Rindu yang Tak Terucap

    “Kamu mau balik, Kak? Ngapain? Di rumah juga nggak ada orang kan.”“Kangen rumah, Pa,” jawab Aileen sembari ikut duduk di samping papanya dan bergelayut manja di lengan sang Papa.“Kangen rumah apa kangen suami? Belum pulang juga tuh si Gama? Emangnya nggak bisa nyempetin waktunya? Weekend gitu, pulang ke Jakarta sebentar. Cuma Kalimantan loh, bukannya Amerika.”“Masalah di tambang belum selesai, Pa. Kalo dia pulang, malah makin lama di sananya nanti,” jawab Aileen menenangkan sang Papa yang sepertinya mulai kesal.Apa itu artinya Aileen tidak kesal dengan suaminya?Jangan salah! Aileen juga kesal setengah mati karena Gama tidak kunjung pulang setelah satu bulan pergi ke Kalimantan. Kadang ia bahkan curiga kalau Gama memiliki perempuan lain di sana. Namun, sleep call yang mereka lakukan setiap malam tidak menunjukkan hal-hal yang mencurigakan."Ajak Bibi, atau Mbak, atau siapa pun dari sini, Kak. Mama sama Papa nggak tenang kalo kamu sendirian di rumah." Rhea menepuk punggung tangan A

  • Relokasi Rasa   69 Kekecewaan Gama

    “Dari mana lo yakin dia nggak akan balik lagi?” “Yakinlah, at least untuk sementara.” Kemala mengangguk pasti. “Kontraknya lima tahun. Lama ya tanda tangan kontraknya kalo diitung-itung, hampir satu tahun kan ya, setelah kalian depak dia dulu. Tapi sekarang lo bisa lega kan?” Aileen terkekeh. Memang lebih lama dari yang diperkirakannya. Ia dan Gama juga tidak terlalu mengurus kepindahan Arabella atau apa pun yang berkenaan dengan perempuan itu. Namun, pada akhirnya ada kepastian bahwa Arabella akan berkarir di luar untuk sementara waktu. Meski tidak ada yang namanya kontrak untuk selamanya. Suatu hari nanti, kemungkinan besar Arabella akan kembali lagi. Entah apa yang akan terjadi pada hubungannya dengan Gama ketika hal itu terjadi. Lima tahun lagi, mungkin saja hubungannya dengan Gama jadi lebih erat dengan hadirnya seorang anak. Atau … mungkin juga hubungannya jalan di tempat seperti sekarang karena ia yang masih merasa ragu dengan hubungan rumah tangganya. Ini bukan hanya tenta

  • Relokasi Rasa   68 You Will be A Great Mom

    “Beneran nggak ada kerjaan urgent?”Aileen mengangguk begitu mendengar pertanyaan Gama yang dilemparkannya berkali-kali sejak suaminya itu memintanya untuk ikut bertemu dengan Adit—suami Beta.“Mas Adit ngebolehin nggak ya kalo aku ngajak Risa ke rumah Ibu?” Gama menggaruk kepalanya yang tidak gatal.Perceraian Beta dan Adit memang masih dalam proses. Tapi karena Adit juga masih harus bekerja dan Adit tidak ingin Risa terkontaminasi dengan kelakuan buruk Beta, maka Adit membawa Risa ke Semarang untuk diasuh oleh orang tuanya. Itu juga yang sedang diperjuangkan Adit—hak asuh Risa.“Nanti kita coba yakinin, kalau niat kita cuma ngobatin kangennya Ibu, bukan mau ngambil Risa dan bikin Risa jauh dari Mas Adit.”Jam makan siang sudah hampir berakhir ketika Gama memarkirkan mobilnya di area parkir sebuah hotel.“Ayo, Mas Adit udah nunggu di lobby.”Benar seperti yang dikatakan Gama, Adit tengah duduk di sofa yang berada di lobby hotel sembari memangku Risa yang masih berumur dua tahun.“Hai

  • Relokasi Rasa   67 Bukan Aileen

    “Iklan yang itu cancel juga, Ra.”Arabella menatap manajernya dengan tatapan nyalang. “Gimana sih kamu? Gitu aja nggak becus! Udah berapa iklan yang cancel? Berapa acara yang juga cancel? Kamu bisa bayangin nggak seberapa besar kerugianku?”Jemmi menggaruk pelipisnya. Ia juga tidak bisa apa-apa ketika klien artisnya itu satu per satu memutuskan untuk mundur. Bukan ia tidak becus, tapi ia sudah mencoba negosiasi ulang, berkali-kali, tetapi tetap saja klien mereka memutuskan untuk membatalkan kontrak, baik yang sudah ditandatangani, atau bahkan yang masih tawar-menawar.“Turunin rate-ku deh,” ketus Arabella. Ia yakin banyak juga artis di luar sana yang menurunkan rate-nya di masa paceklik seperti dirinya sekarang. Ini bukan lagi perkara ‘yang penting dapur ngebul’. Kalau hanya untuk urusan hidup sehari-hari, tabungannya jauh lebih daripada cukup. Tetapi ini masalah eksistensi di dunia hiburan. Jangan sampai orang-orang lantas lupa ada seorang artis yang bernama Arabella.“Sudah, Ra. Kam

DMCA.com Protection Status